BLOK OROMAKSILOFASIAL 2
Kelompok 7
i
KATA PENGANTAR
HALAMAN
JUDUL………………………....……….…………….........…................................................................ i
KATA PENGANTAR................……………………….…..….............................................................. ii
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….........………... 43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Ada dua klasifikasi kategori abnormalitas lesi jaringan keras rongga mulut1:
Abnormalitas akibat pencabutan gigi sehingga mengalami edentulous
Abnormalitas akibat kelainan kongenital. Meliputi torus palatinus, torus
mandibularis dan multiple exostoses.
2.2.1 Definisi
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang
seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik
pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai
dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik.3
2.2.2 Tujuan3:
1) Alveolektomi
Merupakan suatu tindakan membedah yang radikal untuk
mengambil prosessus alveolaris sehingga bisa dilakukan anosisi
mukosa untuk mempersiapkan lingir sebelum dilakukan terapi
radiasi. Hal ini dilakukan menghilangkan landasan yang lebih halus
yang nyaman untuk gigi tiruan.
2) Alveolotomi
Merupakan perapihan lapisan paling luar prosesus alveolaris setelah
dilakukan alveolektomi septum agar prostesa dapat ditempatkan lebih
prostetik
3) Torus Removal
Merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan
satu atau lebih tonjolan ekstra tulang baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Meskipun segmen seperti tulang tambahan tidak
berbahaya. Kehadiran tulang ini dapat menimbulkan masalah bagi
pasien yang memerlukan beberapa jenis protesa gigi seperti gigi tiruan
lengkap ataupun sebagian.
4) Vestibuloplasty
Merupakan suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan
sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot
dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada
maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus
vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa.
Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar,
perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Tidak semua
keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty tetapi
harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk mereposisi N.
Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor yang
harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen
mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila. Macam-macam
tehnik vestibuloplasty :
Vestibuloplaty submukosa
Vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada bagian bukal
Vestibuloplasty dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh dari
mukusa bukal atau palatal
5) Frenektomi
Macam-macam frenektomi :
Vertical incision
Cross diamond incision
Tehnik Z Plasty
6) Gingivoplasty
Merupakan penghapusan atau pembentukan kembali jaringan gingiva
untuk memberikan permukaan yang lebih dapat diterima gigi tiruan
removable.
7) Alveoplasti
Merupakan mempertahankan, pembentukan kembali linggir yang tersisa
(dengan pembedahan) supaya permukaannya dapat dibebani protesa
dengan baik.
A. Primary alveolplasty
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi , setelah
pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar
soket gigi yang dicabut . Apabila setelah penekanan masih terdapat
bentuk yang irreguler pada tulang alveolar maka dipertimbangkan
untuk melakukan alveolplasty.
B. Secondary alveolplasty.
Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah
beberapa lama pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler.
Pembedahan dapat dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal
dan bentuk yang irregular dihaluskan dengan bor, bone cutting
forcep dan dihaluskan dengan bone file setelah bentuk irreguler halus
luka bedah dihaluskan dengan penjahitan.
Indikasi Alveoloplasti
a. Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab terstruktur antara dokter gigi
dengan pasien untuk mengetahui riwayat yang lalu dari suatu penyakit
atau kelainan, berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan
wawancara dan pemeriksaan medic/dental. Pada saat anamnesis,
biasanya ditanyakan hal-hal berikut: (Klaus : 1999)
b. Keluhan Utama
Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?
Sudah berapa lama pasien merasakan ada benjolan?
Apakah ada rasa sakit? (rasa sakit menunjukkan adanya infeksi
misalnya abses atau selulitis, trauma atau infeksi sekunder karena
tumor ganas dan kista. Lesi lain biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit)
Pernahkah ada cairan yang keluar dari lesi? (pada infeksi akan keluar
cairan secara spontan, intraoral atau ke daerah wajah)
Apakah ada rasa raba yang hilang (tanpa rasa) di bibir bawah atau
wajah? (dapat menunjukkan adanya lesi yang berkembang dengan
cepat atau pembuluh saraf yang langsung terlibat)
c. Riwayat medik
Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis dan penting dicatat
untuk alasan medikolegal. Riwayat medis yang tidak lengkap dapat
menimbulkan risiko bagi pasien, dokter gigi dan staf pendukung lainnya.
Berikut adalah pertanyaan yang harus ditanyakan:
akan digunakan.
2.4. Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis dan klinis pada pasien, diketahui bahwa
terdapat tonjolan tulang tidak beraturan pada region anterior mandibula. Terdapat
beberapa macam tonjolan tulang, ada yang dapat berupa edentulous alveolar ridge
yang irregular,ada juga berupa eksostosis dan torus mandibula. Pada skenario,tidak
dijelaskan secara detail mengenai gambaran klinis dan etiologi dari tonjolan tulang
yang terjadi. Tapi hanya dikatakan bahwa pasien pernah menggunakan gigi tiruan
selama 3 hari, lalu dilepas karena gigi tiruan mandibula tidak pas dan terasa sakit
saat digunakan mengunyah. Jika tonjolan tulang yang ada pada anterior
besar pasien mengalami eksostosis atau terbentuk torus mandibula. Namun jika
pasien merasakan adanya tonjolan tulang ketika ekstraksi telah dilakukan, maka
c. Eksostosis Tulang Bukal terjadi di sepanjang aspek bukal maksila atau mandibula,
biasanya di daerah premolar dan molar.
Multiple exostosis juga kadang terjadi pada seorang individu dan tampak
sebagai pertumbuhan yang terisolasi dan pertumbuhan tulang berlebih pada
aspek facial tulang alveolar.1 Tampakan klinisnya berupa pembesaran tulang
yang asimtomatik, sering terjadi di daerah bukal.4 Terjadi pertumbuhan nodular
asimetris, jinak, eksofitik dari tulang korteks padat yang relatif tidak memiliki
vaskularisasi.11
2.7. Etiologi
2.8 Patomekanisme7
- Usia pasien
- Keadaan umum pasien
- Proses resorbsi tulang (bagaimana tulang RA & RB apakah sama
compactnya)
- Bentuk prosesus alveolaris
- Sifat dari tulang yang diambil
- Penambahan bone graft (pada ridge alveolar yang datar), ada
bentuknya segi empat, lempeng, dsb namun pada akhirnya akan
menyatu dengan tulang
2.11.2 Alveoloplasty
1) Alat dan bahan
Alat: Bahan:
- Rongeur,bone file,bone bur &handpiece - Povidone iodine
- Resparatororium - Cotton pellet
- Scalpel & blade - Benang jahit resorbable
- Oral diagnostic (mirror, pinset) - Larutan saline
- Hecting set (gunting jahit, needle, needle holder)
- Tray sekat
- Gunting jaringan
2) Teknik bedah dan prosedurnya
Teknik bedah yang dilakukan yaitu alveoplasty dengan envelope open
flap.
a. Pertama-tama lakukan anastesi pada nervus lingualis dan nervus
alveolaris inferior, yang sebelumnya telah dilakukan desinfeksi
menggunakan povidone iodine.
b. Jika tonjolan tulang yang besar terdapat di beberapa titik di sepanjang
alveolar ridge, lakukan desinfeksi menggunakan povidone iodine pada
daerah insisi. Kemudian insisi dilakukan di sepanjang puncak alveolar
ridge, dan dilanjutkan dengan open flap dengan teknik envelope flap agar
tulang dapat terlihat dengan jelas. Insisi mucoperiosteal di sepanjang
puncak alveolar ridge, dengan perluasan anteroposterior yang memadai
pada area kerja, dan refleksi flap memungkinkan visualisasi dan akses ke
alveolar ridge.
c. Buka perlekatan mukosa dengan tulang menggunakan mucoperiosteal
elevator atau resparatorium
(a) (b)
(c)
(a) Menghilangkan tulang yang tidak beraturan menggunakan rongeur. (b)
Bone bur dengan rotary handpiece dapat juga digunakan untuk
menghilangkan tulang dan menghaluskan permukaan labiocortikal(c)
Bone file digunakan untuk menghaluskan tulang yang tidak beraturan dan
membentuk kontur yang diinginkan.
2.12 Prognosis
2.13.2 Hematoma
Ketika torus bilateral harus diangkat bersamaan, hal yang terbaik untuk
dilakukan adalah meninggalkan jaringan kecil yang memiliki attachment
(perlekatan) pada mid-line pada daerah anterior antara kedua sayatan
tersebut. Membiarkan jaringan ini tetap melekat (attached) membantu
menghilangkan potensi pembentukan hematoma pada dasar anterior mulut
dan mempertahankan sebanyak mungkin ruang vestibulum lingual di
daerah mandibula anterior.
2.13.3 Edema
Kasa sebaiknya ditempatkan di dasar mulut dan ditahan selama beberapa
jam umumnya membantu mengurangi edema pascaoperasi dan
1
pembentukan hematoma.
Postoperative:
1) Hemorage pada dasar mulut yang dapat membahayakan nyawa, lalu
infeksi dan obstruksi jalan napas.6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih detail lagi dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang terpercaya dan dapat di pertanggung jawabkan.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sekaligus dapat menambah pengetahuan, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi dari makalah ini menjadi lebih baik lagi.