Anda di halaman 1dari 33

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Laporan Lengkap

STATUS EARLY CHILDHOOD CARIES DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI INI DI ANTARA ANAK-ANAK USIA MUDA DI
DAERAH PEDESAAN KAMBOJA

HALAMA

N SAMPUL

OLEH:

NAMA : Siti Auliya Rahmah Syam


NIM : J014192023
PEMBIMBING : Dr. drg Marhamah, M.Kes
HARI, TANGGAL : Kamis, 19 agustus 2020

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
STATUS EARLY CHILDHOOD CARIES DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KONDISI INI DI ANTARA ANAK-ANAK USIA MUDA DI DAERAH PEDESAAN
KAMBOJA

Yu Kubotaa,*, Nhep San Pechb, Callum Durwardc, Hiroshi Ogawaa


a
Divisi Kedokteran Gigi Preventif, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi, Sekolah Pasca Sarjana Ilmu
Kedokteran dan Kedokteran Gigi Universitas Niigata, Jepang
b
Fakultas Keperawatan Gigi, Universitas Kampong Cham, Kamboja
c
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Puthisastra, Kamboja

ABSTRAK

Pendahuluan: Tujuan dari studi cross-sectional ini adalah untuk menentukan prevalensi dan keparahan
early childhood caries (ECC), serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi ini di antara anak-
anak berusia 1 dan 2 tahun di Provinsi Kampong Cham, Kamboja.

Bahan dan metode: Data, dari sampel representatif sebanyak 128 anak (69 laki-laki, 59 perempuan; usia
rata-rata 1⁄4 22,98 ± 7,68 bulan), dikumpulkan dari tujuh desa di distrik Khpob Ta Nguon, provinsi
Kampong Cham dari Bulan Mei hingga Oktober tahun 2018. Status karies dicatat mengikuti pedoman
WHO. Status sosioekonomi, pola makan, dan kebiasaan tindakan menjaga kebersihan mulut anak-anak
dinilai melalui kuesioner wawancara yang diberikan kepada individu yang merawat mereka.

Hasil: Prevalensi ECC adalah 50,0%. Dft rata-rata adalah 2,46 ± 3,08, dan 100% lesi kavitas tidak
dirawat. Regresi logistik menunjukkan bahwa anak-anak usia 1 tahun yang tetap melakukan aktivitas
menyusui pada malam setelah usia 12 bulan lebih mungkin mengalami ECC (OR = 5,32, 95% CI = 1,33-
21,30), sedangkan untuk anak-anak berusia 2 tahun yang tetap melakukan aktivitas menyusui pada malam
hari di atas usia 12 bulan (OR =13,36, 95% CI = 2,14-82,31), diberi susu botol setelah 12 bulan (OR =
6,10, 95%CI = 1,56-23,87), dan anak-anak yang tidak mengadopsi kebiasaan menggosok gigi pada ulang
tahun pertamanya (OR = 32,23, 95% CI = 4,51-230,54) lebih mungkin mengalami ECC.

Kesimpulan: Temuan dalam studi ini mengindikasikan bahwa prevalensi dan keparahan ECC di antara
kelompok anak-anak pedesaan Kamboja ini tinggi. Program kesehatan mulut yang berfokus pada
pencegahan ECC sejak usia dini harus dilakukan pada populasi ini.

1. PENDAHULUAN
Early childhood caries (ECC) didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih gigi decayed (lesi non-
kavitas maupun lesi kavitas), missing (akibat karies), atau permukaan gigi decidui yang telah direstorasi
(filled) pada anak-anak berusia 71 bulan atau lebih muda [1]. ECC dapat ditemui di seluruh dunia dan
merupakan sebuah masalah publik global dalam hal dampak ekonomi, medis, dan sosial [1-3]. Di
beberapa negara berkembang, ECC adalah masalah yang terus bertumbuh, namun, di banyak negara
maju, selama beberapa dekade terakhir telah terjadi penurunan ECC, mungkin karena penerapan metode
pencegahan karies gigi [4].

3
Kamboja adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah kasus ECC yang tinggi.
Menurut Survei Kesehatan Mulut Nasional (NOHS) Kamboja yang dilakukan pada tahun 2011, tingkat
prevalensi karies gigi pada anak usia 6 tahun adalah 93,1% dan rata-rata skor dmft adalah 8,9 [5]. Angka-
angka ini adalah yang tertinggi di Asia Tenggara menurut kumpulan data nasional terbaru yang
dipublikasikan [6]. Sebuah studi terbaru di Kamboja telah menunjukkan bahwa sekitar 90% dari anak-
anak berusia 3 tahun di Phnom Penh mengalami karies gigi, dan skor dmft rata-rata adalah 7,9 [7].

Tanda-tanda klinis pertama ECC sering terlihat dalam dua tahun pertama kehidupan, dipengaruhi
oleh urutan erupsi gigi, dan lokasi gigi yang terkena karies berhubungan dengan paparan saliva. Faktor
risiko untuk ECC yang telah diidentifikasi dalam penelitian lain termasuk pola makan [terutama asupan
makanan dan minuman manis, dan kebiasaan menyusui / minum susu botol], implementasi tindakan
kebersihan mulut yang terlambat, dan rendahnya paparan terhadap fluoride [8]. Dalam populasi terdapat
juga perbedaan dalam prevalensi ECC sehubungan dengan status sosioekonomi (SES), pendidikan dan
etnis ibu [9]. Karena ECC dapat memiliki efek negatif pada kesejahteraan, kualitas hidup, perkembangan
oklusi dan status kesehatan dari gigi permanen anak [10,11], penting untuk melakukan pencegahan karies
gigi pada gigi decidui. Beberapa program telah memfokuskan upaya preventif pada kelompok usia ini,
seperti pendidikan kesehatan mulut untuk individu yang mengasuh anak dan aplikasi fluoride untuk anak-
anak pada komunitas, dan sebagai hasilnya, telah terlihat penurunan ECC [12,13]. Di sisi lain, di
Kamboja, sangat sedikit anak yang telah terpapar tindakan preventif pada usia dini, dan adopsi kebiasaan
menyikat gigi umumnya terjadi sangat terlambat. NOHS menemukan bahwa hanya 10% dari anak-anak
prasekolah yang giginya disikat oleh individu yang mengasuh mereka, dan 28% anak-anak masih tidak
menyikat gigi pada ulang tahun ke-6 mereka [14]. Oleh karena itu, studi lebih lanjut tentang ECC di
antara anak-anak Kamboja akan membantu memberikan informasi mengenai perkembangan program
kesehatan mulut yang menargetkan kelompok usia ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan prevalensi dan keparahan ECC, dan faktor yang berhubungan dengan kondisi ini di antara
anak usia 1 dan 2 tahun di satu daerah pedesaan di Kamboja.

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Lokasi dan partisipan penelitian
Studi cross-sectional ini dilakukan di Distrik Khpob Ta Nguon, Provinsi Kampong Cham, dan
melibatkan anak-anak dari tujuh desa. 128 anak berusia satu dan dua tahun yang namanya terdaftar pada
Pusat Kesehatan Khpob Ta Nguon dilibatkan dalam studi ini. Partisipan tanpa disabilitas fisik direkrut
oleh kepala desa pada area ini dari Mei hingga Oktober 2018 dan usia mereka dikonfirmasi melalui buku
pedoman kesehatan maternal, Sebelum survey dilakukan, penjelasan verbal mengenai tujuan dari
penelitian ini serta hal-hal yang perlu dilibatkan diberikan kepada individu yang mengasuh anak yang
kemudian memberikan persetujuan tertulis. Anak-anak dengan jumlah gigi permanen yang telah erupsi
kurang dari empat dieksklusikan dari studi ini (n=14).

2.2 Pemeriksaan rongga mulut dan pertanyaan wawancara


Pemeriksaan rongga mulut dan wawancara dilakukan pada Pusat Kesehatan Khpob Ta Nguon. Gigi
diperiksa dengan inspeksi visual dalam posisi lutut-ke-lutut menggunakan cahaya alami oleh seorang
dokter gigi terlatih yang mengikuti Metode Dasar Survei Kesehatan Mulut WHO [15]. Status ECC dicatat
dan skor dft dihitung untuk setiap anak. Sebelum pemeriksaan rongga mulut, kalibrasi intra-pemeriksa
dilakukan pada 20 anak, dan nilai kappa 0,87 yang dihasilkan menunjukkan bahwa sebagian besar
pemeriksaan memiliki tingkat persetujuan yang baik dan pada tingkat yang direkomendasikan.

4
Wawancara kuisioner dengan individu yang mengasuh anak dilakukan di Khmer oleh staf lokal yang
terlatih. Kuisioner diberikan untuk mengumpulkan informasi mengenai latar belakang sosiodemografis
anak-anak serta individu yang mengasih mereka, faktor yang berhubungan dengan ECC, seperti pola
makan dan kebiasaan menyikat gigi.

2.3 Analisis data


Data dimasukkan ke dalam excel spread sheet dan dipindahkan ke Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 25.0 untuk dianalisis. Uji Shapiro-Wilk dilakukan untuk memverifikasi distribusi normal
dalam data, dan perbandingan skor rata-rata dft dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji
chi square digunakan untuk mencari tahu hubungan antara variabel dan ECC. Analisis regresi logistik
pada ECC dilakukan dengan memilih variabel yang signifikan secara statistik. p-value, kurang dari 0,05,
ditetapkan untuk signifikansi statistik.

2.4 Persetujuan Etik


Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan pedoman Deklarasi Helsinki dan persetujuan etik diperoleh dari
Komite Etik Universitas Niigata (2017-0187).

3. HASIL
Data penelitian yang tersaji di bawah menunjukkan gig-geligi yang mengalami karies pada anak-anak
berusia 1 dan 2 tahun. Pada setiap kelompok, insisivus sentralis rahang atas decidui adalah gigi yang
paling banyak terkena karies (30,8% dan 71,0%), diikuti oleh gigi insisivus lateral rahang atas (25,1% dan
37,1%). Gigi molar rahang bawah lebih banyak terkena karies dibanding dengan gigi molar tahang atas.
Gigi yang lebih jarang mengalami karies adalah kaninus rahang bawah pada anak-anak berusia 1 tahun
dan insisivus lateral rahang bawah pada anak-anak berusia 2 tahun, secara berurutan.

Tabel 1 menunjukkan prevalensi ECC dan rerata dft di antara anak-anak usia 1 dan 2 tahun. 50,0%
dari anak-anak memiliki ECC, dan semua gigi dengan karies tidak dirawat.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laku dan perempuan. Dft rata-rata adalah 2.46 ± 3.08
(rentang 0-11). Terdapat perbedaan dua dan tiga kali lipat yang signifikan secara statistik dalam
prevalensi ECC dan dft antara anak-anak berusia 1 dan 2 tahun (p <0,001).

Tabel 2 dan 3 menyajikan hubungan antara ECC dan beberapa faktor yang mungkin berhubungan
dengan kondisi ini. Di antara variabel sosiodemografis, hanya jenis kelamin yang secara signifikan terkait
dengan prevalensi ECC dan dft di antara anak-anak usia 1 tahun (p = 0,028). Diantara variabel yang
berhubungan dengan gaya hidup, asupan makanan dengan kadar gula yang tinggi (p = 0,017), adopsi
kebiasaan menyikat gigi pada ulang tahun pertama (p = 0,02), menyusui di atas usia 12 bulan (p = 0,031),
menyusui pada malam hari di atas usia 12 bulan (p = 0,021), dan pemberian susu botol di atas usia 12
bulan (p = 0,012) dikaitkan dengan penurunan keparahan ECC, masing-masing pada seluruh sampel.
Sebaliknya, menyusui di atas usia 12 bulan (p = 0,026), menyusui di malam hari di atas usia 12 bulan (p =
0,007) pada anak usia 1 tahun, dan adopsi kebiasaan menyikat gigi pada ulang tahun pertama (p = 0,001),
menyusui di atas usia 12 bulan (p = 0,045), menyusui di malam hari di atas usia 12 bulan (p = 0,03), dan
pemberian susu botol di atas usia 12 bulan (p = 0,006) di antara anak-anak berusia 2 tahun secara
signifikan terkait dengan ECC.

5
Tabel 4 menunjukkan analisis regresi logistik yang dilakukan dengan menggunakan variabel yang
menunjukkan hubungan yang signifikan. Anak-anak usia 1 tahun yang melanjutkan aktivitas menyusui di
malam hari lebih di atas usia 12 bulan lebih cenderung mengalami ECC sebesar 5,3 kali. Anak-anak
berusia 2 tahun yang melanjutkan aktivitas menyusui di malam hari di atas usia 12 bulan, dan
melanjutkan pemberian susu botol setelah usia 12 bulan, serta anak-anak yang tidak mengadopsi
kebiasaan menyikat gigi pada ulang tahun pertama lebih cenderung mengalami ECC sebesar 13,3 dan 6,1
dan 32,2 kali, secara berurutan.

Tabel 1 – Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) dan rata-rata dft antara anak-anak
berusia 1 dan 2 tahun (n= 128)

Variabel Jumlah (%) Jumlah gigi (mean ± Prevalensi dft


SD) ECC (mean ± SD)
(%)

Usia
1 tahun 66 (51,6) 10,70 ± 4,06 20 (30,3)a 1,26 ± 2,81a

2 tahun 62 (48,4) 18,37 ± 1,96 44 (71,0) 3,74 ± 3,41

Total 128 (100) 14,41 ± 5,01 64 (50,0) 2,46 ± 3,08

mean ± SD: rerata ± standard deviasi, dft: decayed, filled teeth.


P ≤ 0.01; Uji Chi square yang sesuai.
a

Tabel 2 – Hubungan antara early childhood caries (ECC) dan faktor-faktor berkaitan sehubungan dengan
sosiodemografis (n=128)
Variabel Total (n = 128) 1 tahun (n = 66) 2 tahun (n = 62)
Jumlah Prevalensi dft Jumlah Prevalensi dft Jumlah Prevalensi
dft
(%) ECC (mean ± SD) (%) ECC (mean ± SD) (%) ECC
(mean ± SD) (%) (%) (%)
Jenis kelamin
b b
Laki-laki 69 (53,9) 39 (56,5) 2,58 ± 2,98 36 (54,5) 15 (41,7) 1,81 ± 2,45 33 (53,2) 24 (72,7) 3,42 ±
3,30
Perempuan 59 (46,1) 25 (42,4) 2,32 ± 3,12 30 (45,5) 5 (16,7) 0,60 ± 1,49 29 (46,8) 20 (69,0) 4,10 ±
3,55
Pengasuh utama
Ibu 101 (78,9) 49 (48,5) 2,31 ± 3,01 56 (84,8) 18 (32,1) 1,32 ± 2,20 45 (72,6) 31 (68,9) 3,53 ±
3,44
Lain-lain 27 (21,1) 15 (55,6) 3,04 ± 3,33 10 (15,2) 2 (20,0) 0,90 ± 1,91 17 (26,4) 13 (76,5) 4,29 ±
3,38
a
Pendidikan individu yang merawat
Tidak sekolah 13 (10,2) 8 (61,5) 3,31 ± 3,19 5 (7,7) 1 (20,0) 1,00 ± 2,23 8 (12,9) 7 (87,5) 4,75 ±
2,91
Sekolah Dasar 48 (37,8) 21 (43,8) 2,04 ± 2,93 29 (44,6) 9 (31,0) 1,31 ± 2,34 19 (30,6) 12 (63,2) 3,16 ±
3,43
Sekolah 52 (40,9) 26 (50,0) 2,44 ± 3,07 24 (36,9) 6 (25,0) 1,00 ± 1,95 28 (45,2) 20 (71,4) 3,68 ±
3,07
Menengah
Pertama
Sekolah 14 (11,0) 9 (64,3) 3,56 ± 3,54 7 (10,8) 4 (57,1) 2,29 ± 2,13 7 (11,3) 5 (71,4) 4.43 ±
4,46
Menengah
Atas
a
Urutan lahir
Anak pertama 48 (37,8) 25 (52,1) 2,44 ± 3,06 26 (40,0) 10 (38,5) 1,46 ± 2,30 22 (35,5) 15 (68,2) 3,59 ±

6
3,48
Anak kedua 35 (27,6) 14 (40,0) 2,40 ± 3,50 17 (27,7) 3 (16,7) 0,72 ± 1,67 17 (27,4) 11 (64,7) 4,18 ±
4,06
Anak ketiga 44 (34,6) 25 (56,8) 2,59 ± 2,83 21 (32,3) 7 (33,3) 1,52 ± 2,35 23 (37,1) 17 (78,3) 3,57 ±
2,92
dst
mean ± SD: rerata ± standard deviasi, dft: decayed, filled teeth.
a
Data mengenai pendidikan individu yang mengasuh anak hilang untuk satu subjek.
P ≤ 0.05; Uji Kruskal-Wallis or Chi-square yang sesuai
b

Tabel 3 – Hubungan antara early childhood caries (ECC) dan faktor-faktor berkaitan

Variabel Total (n = 128) 1 tahun (n = 66) 2 tahun (n = 62)


Jumlah Prevalensi dft Jumlah Prevalensi dft Jumlah Prevalensi
dft
(%) ECC (mean ± SD) (%) ECC (mean ± SD) (%) ECC
(mean ± SD) (%) (%) (%)

Konsumsi buah
Satu kali atau 19 (14.8) 10 (52.6) 2.21 ± 2.97 10 (15.2) 3 (30.0) 1.04 ± 2.67 9 (14.5) 7 (77.8) 3.11 ±
3.18
lebih per hari
Beberapa kali 73 (57.0) 41 (56.2) 2.84 ± 3.11 34 (51.5) 11 (32.4) 1.38 ± 2.22 39 (62.9) 30 (76.9) 4.10 ±
3.25
dalam seminggu
Tidak pernah 36 (28.2) 13 (36.2) 1.83 ± 3.04 22 (33.3) 6 (27.3) 1.00 ± 1.82 14 (22.6) 7 (50.0) 3.14 ±
4.07
Konsumsi makanan manis
Satu kali atau 26 (20.3) 16 (61.5)a 3.03 ± 3.18a 10 (15.2) 4 (40.0) 1.40 ± 1.89 16 (25.8) 12 (75.0) 3.38 ±
2.72
lebih per hari
Beberapa kali 61 (47.0) 35 (47.4) 2.47 ± 3.20 24 (36.4) 8 (33.3) 1.50 ± 2.44 37 (59.7) 27 (73.0) 4.08 ±
3.59
dalam seminggu
Tidak pernah 41 (32.0) 13 (31.7) 1.98 ± 2.84 32 (48.5) 8 (25.0) 1.03 ± 2.02 9 (14.5) 5 (55.6) 3.00 ±
3.93
Konsumsi minuman manis
Satu kali atau 35 (27.3) 21 (60.0) 3.03 ± 3.18 12 (18.2) 4 (33.3) 1.33 ± 2.14 23 (37.1) 17 (73.9) 3.91 ±
3.31
lebih per hari
Beberapa kali 51 (39.8) 24 (47.1) 2.47 ± 3.20 23 (34.8) 5 (21.7) 0.96 ± 2.07 11 (45.2) 19 (67.9) 3.71 ±
3.45
dalam seminggu
Tidak pernah 42 (32.8) 19 (45.2) 1.98 ± 2.84 31 (47.0) 11 (35.5) 1.45 ± 2.24 18 (17.7) 8 (72.7) 3.45 ±
3.83
Menyikat gigi pada ulang tahun pertama
Iya 29 (22.7) 9 (31.0)a 1.03 ± 1.65b 16 (24.2) 4 (25.0) 0.88 ± 1.62 12 (19.4) 2 (20.0)b 1.00 ±
1.59b
Tidak 99 (77.3) 55 (55.6) 2.88 ± 3.28 50 (75.8) 16 (32.0) 1.38 ± 2.29 50 (80.6) 42 (80.8) 4.40 ±
3.41
Menyusui
≤ 12 bulan 52 (40.6) 20 (38.5)a 2.21 ± 3.29 23 (34.8) 3 (13.0)a 0.70 ± 2.05a 29 (46.8) 17 (58.6)a 3.41 ±
3.62
>12 bulan 76 (59.4) 44 (57.9) 2.63 ± 2.94 43 (64.2) 17 (39.5) 1.56 ± 2.16 33 (53.2) 27 (81.8) 4.03 ±
3.25
Menyusui di malam hari

7
≤12 bulan 61 (47.7) 24 (39.3)a 2.28 ± 3.18 26 (39.4) 3 (11.5)b 0.69 ± 2.18a 35 (56.5) 21 (60.0)a 3.34 ±
3.44
>12 bulan 67 (52.3) 40 (59.7) 2.64 ± 2.99 40 (60.6) 17 (42.5) 1.63 ± 2.07 27 (43.5) 23 (85.2) 4.26 ±
3.36
Minum susu botol
≤12 bulan 74 (57.8) 30 (40.5)b 1.88 ± 2.85b 39 (59.1) 10 (25.6) 0.87 ± 1.64 35 (56.5) 20 (57.1)b 3.00 ±
3.46a
>12 bulan 54 (42.2) 34 (63.0) 3.26 ± 3.24 27 (40.9) 10 (35.6) 1.88 ± 2.66 27 (43.5) 24 (88.9) 4.70 ±
3.16

mean ± SD: rerata ± standard deviasi, dft: decayed, filled teeth.


P ≤ 0.05; uji Kruskal-Wallis or Chi-square yang sesuai
a

P ≤ 0.01; uji Kruskal-Wallis or Chi-square yang sesuai


b

Tabel 4 – Analisis regresi logistic terhadap early childhood caries (ECC) (n= 128)

Variabel terikat
Early Childhood Caries (0: No 1: Yes)

Variabel bebas S.E. p-value Odds 95% CI

1- tahun (n = 66)
Menyusui di malam hari ≦12 months
0: Tidak
1: Iya 0.71 0.018 5.32 1.33e21.30
2- tahun (n = 62)
Menyusui di malam hari ≦12 months
0: Tidak
1: Iya 1.11 0.020 13.36 2.14e82.31
Minum susu botol ≦12 months
0: Tidak
1: Iya 0.82 0.029 6.10 1.56e23.87
Menyikat gigi pada ulang tahun pertama
0: Iya
1: Tidak 1.19 0.003 32.23 4.51e230.54

S.E.: Standard error, CI: Confidence interval.

4. PEMBAHASAN

8
4.1 Prevalensi ECC
Dalam sampel anak-anak Kamboja usia 1 dan 2 tahun ini, prevalensi ECC secara keseluruhan adalah
50,0%, dan rata-rata dft adalah 2,46 ± 3,08. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan
kebanyakan negara Asia Tenggara lainnya [6]. Prevalensi dan keparahan meningkat secara signifikan dua
dan tiga kali lipat secara berturut-turut antara usia satu dan dua tahun. Dalam studi terbaru di Thailand,
Filipina dan Myanmar, ECC ditemukan pada 44.1-78.9% anak usia 2 dan 3 tahun yang menunjukkan
bahwa negara lain di kawasan ini juga menghadapi tantangan dalam mencegah dan mengendalikan ECC
pada kelompok usia ini. [16-18]. Jelas terdapat kebutuhan untuk adanya program pencegahan dan
pengendalian ECC yang dimulai sejak usia dini.

Sesuai dengan penelitian di negara lain tentang distribusi ECC berdasarkan gigi, gigi insisivus decidui
rahang atas adalah yang paling sering terkena ECC diikuti oleh gigi molar decidui rahang atas dan bawah
[19,20]. Alasan pola ECC ini terjadi sebenarnya berhubungan dengan erupsi gigi insisivus yang lebih
awal, efek proteksi saliva pada gigi insisivus mandibula, dan groove anatomis yang sering dalam dan
menjadi tempat retensi plak pada gigi molar decidui [21].

4.2 Faktor sosiodemografis


Dalam penelitian ini, prevalensi dan keparahan karies gigi secara signifikan lebih tinggi pada
kelompok usia yang lebih tua, seperti yang sudah disangka. Jumlah rata-rata gigi yang terkena adalah
1,26 ± 2,81 dan 3,74 ± 3,41, masing-masing pada kelompok usia 1 dan 2 tahun. Hal ini menandakan
bahwa upaya preventif harus dimulai sedini mungkin, tentunya sebelum semua gigi decidui telah erupsi.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa status sosioekonomi, pendidikan ibu dan etnis, dapat
menjadi indikator risiko ECC [17,22,23]. Namun, dalam penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan
antara ECC dan hanya jenis kelamin di antara kelompok usia 1 tahun. Studi ini tidak dapat menyelidiki
secara mendalam faktor sosioekonomi dan budaya yang mungkin terkait dengan ECC. Oleh karena itu
disarankan untuk melakukan studi lebih lanjut.

4.3 Pola makan


Studi menunjukkan bahwa konsumsi free sugar yang sering dan kadarnya tinggi dalam jangka waktu
lama adalah salah satu faktor risiko utama terjadinya ECC [24-26]. Dalam penelitian ini, anak-anak yang
memiliki asupan makanan bergula tinggi lebih mungkin mengalami ECC dibandingkan anak-anak yang
tidak. Di Kamboja, peningkatan konsumsi gula telah mengiringi pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Produk makanan manis menjadi lebih terjangkau dan dikaitkan dengan gaya hidup yang lebih makmur.
Perubahan diet ini mungkin berkontribusi pada peningkatan yang diamati pada ECC [27].

Mulut dan makanan yang melewatinya memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak pada tahun awal kehidupan. Erupsi gigi dan perkembangan fungsi mulut seperti
gerakan bibir dan lidah disertai dengan perubahan pola makan selama masa kanak-kanak [28]. Pola
makan cair [terutama hanya susu] berubah selama penyapihan saat makanan padat diperkenalkan. Gula
sering dimasukkan ke dalam makanan pada usia dini dan tampaknya meresap dalam makanan anak-anak
Kamboja [29].

Organisasi Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-bangsa (FAO) serta pemerintah nasional telah
menetapkan pedoman tentang makanan pendamping untuk anak-anak berusia 6-23 bulan [30]. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) secara kondisional merekomendasikan asupan free sugar kurang dari 5% dari

9
total energi di antara orang dewasa dan anak-anak [31]. Oleh karena itu, pendekatan terintegrasi untuk
membatasi asupan gula direkomendasikan sebagai bagian dari pengendalian ECC. Penerapan
rekomendasi diet WHO terkait makanan pendamping, termasuk pembatasan asupan free sugar, harus
menjadi bagian penting dari strategi apa pun untuk mengatasi ECC.

4.4 Menyikat gigi


Penelitian ini menemukan bahwa anak usia 2 tahun yang tidak mulai menyikat gigi pada usia satu
tahun mengalami peningkatan risiko karies. Membersihkan gigi dua kali sehari dianjurkan untuk dimulai
dari erupsi gigi pertama [1]. Bahkan sebelum gigi pertama erupsi, pengasuh harus menyeka permukaan
mulut anak-anak mereka dengan kain kasa untuk membersihkan sisa makanan dan membiasakan anak-
anak dengan stimulus dari luar. Setelah gigi insisivus decidui erupsi, menyikat gigi dua kali sehari harus
dilakukan oleh pengasuh sampai setidaknya anak berusia enam tahun [1].

Dalam penelitian ini, hanya 20,3% pengasuh yang telah melakukan praktik menyikat gigi untuk anak-
anak mereka pada ulang tahun pertama mereka. Menurut Survei Kesehatan Mulut Nasional Kamboja,
hanya 0,7% pengasuh mulai menyikat gigi untuk anak-anak mereka saat gigi pertama kali erupsi dan
menyikat gigi dua kali sehari atau lebih dilakukan oleh kurang dari 50% anak berusia 6 tahun. Selain itu,
hanya 6,4% orang tua yang pernah membawa anaknya untuk pemeriksaan gigi. Kebanyakan dari mereka
mengatakan bahwa tidak perlu pemeriksaan gigi decidui [14]. Temuan ini menunjukkan bahwa beberapa
tantangan signifikan yang ada dalam menangani masalah ECC di Kamboja.

Masalah lain yang berdampak pada ECC adalah kurang sesuainya distribusi dokter gigi antara daerah
pedesaan dan perkotaan di Kamboja [32]. Kebanyakan dokter gigi dan "perawat gigi" [terapis gigi] lebih
suka bekerja di pusat kota besar. Akibatnya, akses ke layanan kesehatan gigi dan mulut di daerah
pedesaan menjadi terbatas karena sangat kurangnya tenaga kerja dan kurangnya infrastruktur untuk
mendukung kesehatan mulut. Untuk mencegah ECC, keterlibatan penyedia kesehatan non-gigi lainnya
seperti bidan dan perawat, yang tinggal dan bekerja di provinsi, memegang peran sangat penting di Pusat
Kesehatan Masyarakat (CHC) di seluruh Kamboja [33]. Mereka adalah orang-orang yang sehari-harinya
melihat wanita hamil, ibu dan anak kecil; Namun, saat ini hanya sedikit layanan kesehatan gigi yang
tersedia.

Di pedesaan Kamboja, “perawat gigi” mengambil tanggung jawab dalam menjaga kesehatan rongga
mulut. Ruang lingkup praktek mereka termasuk teknik Atraumatic Restorative Treatment (ART),
pencabutan gigi, aplikasi fluoride, GIC sealant, perawatan periodontal dasar dan oral health education
[34]. Kolaborasi antara petugas kesehatan komunitas dan perawat gigi dapat membantu mengatasi
masalah ECC di Kamboja.

4.5 Menyusui dan minum susu botol


Aktivitas menyusui memberikan nutrisi penting untuk pertumbuhan anak-anak dan bermanfaat bagi
perkembangan, kesehatan, sistem imun, nutrisi dan psikologi mereka [35]. Beberapa penelitian telah
melaporkan hubungan antara menyusui on-demand dan berkepanjangan di malam hari dengan ECC.
Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa aktivitas menyusui di atas usia 12 bulan meningkatkan risiko
ECC [36]. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menyarankan untuk menghentikan
menyusui setelah gigi decidui pertama mulai erupsi [1]. Hampir semua ibu di Kamboja tidur dengan
anak-anak mereka yang masih kecil, dan pemberian ASI on-demand di malam hari adalah hal lumrah. Hal
ini mungkin berlanjut sepanjang tahun pra-sekolah dalam beberapa kasus. Praktik ini dapat menempatkan

10
anak-anak Kamboja berisiko tinggi terkena ECC, terutama jika dibarengi dengan pengenalan awal diet
makanan yang memiliki kadar gula tinggi, oral hygiene yang buruk dan kekurangan fluoride.

Penelitian ini menemukan bahwa menyusui di aras usia 12 bulan dikaitkan dengan peningkatan ECC.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk enam bulan
pertama, dan melanjutkan menyusui hingga dua tahun lagi, untuk memaksimalkan perlindungan terhadap
infeksi dan memaksimalkan nutrisi [37]. Durasi menyusui di negara berpenghasilan rendah lebih lama
daripada di negara berpenghasilan tinggi atau menengah [38].

Di Kamboja, sebagian besar pengasuh menyadari bahwa menyusui membantu anak-anak mereka
rileks dan tertidur [39]. Sebuah studi terbaru menunjukkan peningkatan tingkat pemberian ASI eksklusif
dalam 10 tahun terakhir karena kampanye kesehatan masyarakat [40]. Dalam populasi ini, lebih dari 50%
pengasuh terus menyusui setelah usia 12 bulan. ASI dianggap lebih kariogenik daripada susu sapi karena
tingkat laktosanya yang lebih tinggi dan kandungan mineral yang lebih rendah [41]. Namun, ECC
mungkin bukan terjadi hanya dari menyusui saja, tetapi merupakan kombinasi beberapa faktor [42].
Menyusui adalah sesuatu yang sangat dianjurkan, bahkan untuk beberapa tahun. Namun, jika dilakukan
pada malam hari dan on-demand, disertai dengan diet tinggi gula serta pengenalan kebiasaan menyikat
gigi yang terlambat, menyusui dapat berkontribusi meningkatkan risiko ECC pada gigi decidui.

Dalam penelitian ini, pemberian susu botol setelah usia 12 bulan juga meningkatkan risiko ECC. Hal
ini sesuai dengan temuan dari banyak penelitian sebelumnya [43]. Prevalensi pemberian susu botol pada
anak-anak Kamboja berusia enam bulan ke atas telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring
dengan peningkatan konsumsi susu kental dalam botol [40]. Salah satu alasan terjadinya peningkatan
pemberian susu botol ini mungkin karena semakin banyak ibu yang sekarang bekerja di pabrik atau
pindah ke daerah perkotaan untuk bekerja. Oleh karena itu, lebih banyak anak yang dibesarkan tanpa
kehadiran ibunya, dan karenanya diberikan botol oleh pengasuh (seringkali kakek-nenek). Oleh karena
itu, pendidikan tentang praktik pemberian makan dan kebersihan rongga mulut yang direkomendasikan
untuk anak kecil sebaiknya tidak hanya ditujukan pada ibu, tetapi juga pada pengasuh lain seperti kakek-
nenek.

5. KESIMPULAN
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kelompok anak-anak pedesaan Kamboja prevalensi dan
keparahan ECC tinggi dan meningkat antara usia satu dan dua tahun. ECC dikaitkan dengan aktivitas
menyusui dan pemberian susu botol pada malam hari yang dilakukan dalam periode waktu lama, diet
tinggi gula, dan pengenalan kebiasaan menyikat gigi yang terlambat.

6. KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, desain studi cross-sectional tidak memungkinkan
kami untuk menentukan urutan waktu sebenarnya dari paparan dan hasil, sehingga mencegah inferensi
kausalitas. Kedua, ukuran sampel yang kecil di satu wilayah Kamboja ini tidak mewakili seluruh
populasi. Ketiga, subjek tidak dipilih secara acak berdasarkan pencatatan kelahiran, dan hal ini dapat
mengakibatkan bias dalam pemilihan.

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Daftar Hadir Mahasiswa yang Ikut Baca Jurnal
Nama mahasiswa
1. Nurul Safira Maulida J014191044
2. Andi yayang am J014191049
3.Nurul magfira suskiah J014191015
4. Jihad Randika J014191010
5. Ferawati J014191031
6. jay nurjannah kaharuddin J014192019
7. Diazty Ningsih J014191038
8. Annisa Ramadhani Achmadi / J014191030
9. Rizal Lazuardi/J014191024
10. Evita Resky Djohari / J014192011
11.andi aliya nuru/ J014192042
12. ainun isnaeni ilham / J014191020
13. Khaerurrahman Ma'rif/J014192041
14. Wulan fury lenggany/J014192043
15. Zulkifli. Z J014191002
16. Amelia Fitri J014191045
17. Dwi azmi utari J014192046
18. Jay nurjannah J014192019

32
33

Anda mungkin juga menyukai

  • Pasak Baru
    Pasak Baru
    Dokumen24 halaman
    Pasak Baru
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Preparasi Jeket
    Preparasi Jeket
    Dokumen17 halaman
    Preparasi Jeket
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Penginstalan
    Tutorial Penginstalan
    Dokumen11 halaman
    Tutorial Penginstalan
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Pasak Baru
    Pasak Baru
    Dokumen24 halaman
    Pasak Baru
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Yuuuwww
    Konsep Yuuuwww
    Dokumen11 halaman
    Konsep Yuuuwww
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Preparasi Jeket
    Preparasi Jeket
    Dokumen17 halaman
    Preparasi Jeket
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Yuuuwww
    Konsep Yuuuwww
    Dokumen11 halaman
    Konsep Yuuuwww
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Tor Skrining HT & DM-1
    Tor Skrining HT & DM-1
    Dokumen3 halaman
    Tor Skrining HT & DM-1
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • STK351 01
    STK351 01
    Dokumen9 halaman
    STK351 01
    sherin khalista
    Belum ada peringkat
  • Jenis Desain Penelitian
    Jenis Desain Penelitian
    Dokumen4 halaman
    Jenis Desain Penelitian
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • PLAN OF ACTION Gabungan-1
    PLAN OF ACTION Gabungan-1
    Dokumen9 halaman
    PLAN OF ACTION Gabungan-1
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Pertanyaan Koisioner
    Pertanyaan Koisioner
    Dokumen5 halaman
    Pertanyaan Koisioner
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • 3 TOR Lamp.3
    3 TOR Lamp.3
    Dokumen49 halaman
    3 TOR Lamp.3
    Khoirul Anam
    Belum ada peringkat
  • Tipe Desain Penelitian
    Tipe Desain Penelitian
    Dokumen5 halaman
    Tipe Desain Penelitian
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Status Early Childhood Caries Dan Faktor
    Status Early Childhood Caries Dan Faktor
    Dokumen10 halaman
    Status Early Childhood Caries Dan Faktor
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Tipe Desain Penelitian
    Tipe Desain Penelitian
    Dokumen5 halaman
    Tipe Desain Penelitian
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Responsi
    Konsep Responsi
    Dokumen2 halaman
    Konsep Responsi
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Crossbite Anterior
    Crossbite Anterior
    Dokumen11 halaman
    Crossbite Anterior
    Devi Alfiani
    Belum ada peringkat
  • Pakta Integritas 1 Arifin
    Pakta Integritas 1 Arifin
    Dokumen1 halaman
    Pakta Integritas 1 Arifin
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Dental Health Education
    Dental Health Education
    Dokumen1 halaman
    Dental Health Education
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Baca Kuuuu
    Konsep Baca Kuuuu
    Dokumen4 halaman
    Konsep Baca Kuuuu
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Responsi
    Konsep Responsi
    Dokumen2 halaman
    Konsep Responsi
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Baca Kuuuu
    Konsep Baca Kuuuu
    Dokumen4 halaman
    Konsep Baca Kuuuu
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Konsep Baca Iin
    Konsep Baca Iin
    Dokumen9 halaman
    Konsep Baca Iin
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Iin Bahasa Indo
    Iin Bahasa Indo
    Dokumen13 halaman
    Iin Bahasa Indo
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • No. 1 Skenario 1
    No. 1 Skenario 1
    Dokumen2 halaman
    No. 1 Skenario 1
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Biodata Arifin
    Biodata Arifin
    Dokumen1 halaman
    Biodata Arifin
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat
  • Jawaban No. 3
    Jawaban No. 3
    Dokumen2 halaman
    Jawaban No. 3
    Siti Aulia Rahma Syam
    Belum ada peringkat