Anda di halaman 1dari 9

KONSEP BACA IIN

SLIDE 1 PENDAHULUAN
jadi Kamboja adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah kasus
ECC yang tinggi. Menurut Survei Kesehatan Mulut Nasional , Kamboja pada
tahun 2011 memiliki tingkat prevalensi karies gigi pada anak usia 6 tahun adalah
93,1% dan rata-rata skor dmft adalah 8,9 . Angka-angka ini adalah yang tertinggi
di Asia Tenggara menurut kumpulan data nasional terbaru yang dipublikasikan .
Sebuah studi terbaru di Kamboja telah menunjukkan bahwa sekitar 90% dari anak-
anak berusia 3 tahun di Phnom Penh mengalami karies gigi, dan skor dmft rata-rata
adalah 7,9.

SLIDE BAHAN DAN METODE


Jadi Dilakukannya Metode Studi cross-sectional di Distrik Khpob Ta Nguon,
Provinsi Kampong Cham, dan melibatkan anak-anak dari tujuh desa. Dengan 128
anak berusia 1 dan 2 tahun yang namanya terdaftar pada Pusat Kesehatan Khpob
Ta Nguon dilibatkan dalam studi ini.
Partisipan tanpa disabilitas fisik direkrut oleh kepala desa dari Mei hingga
Oktober 2019 dan usia mereka dikonfirmasi melalui buku pedoman kesehatan
maternal.
Sebelum survey dilakukan, penjelasan verbal mengenai tujuan dari penelitian
ini serta hal-hal yang perlu dilibatkan dan diberikan kepada individu yang
mengasuh anak yang kemudian memberikan persetujuan tertulis. Anak-anak
dengan jumlah gigi permanen yang telah erupsi kurang dari empat, dieksklusikan
dari studi ini.

SLIDE BAHAN DAN METODE ANALISIS DATA


Data dimasukkan ke dalam excel spread sheet dan dipindahkan ke
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 25.0 untuk
dianalisis. Uji Shapiro-Wilk dilakukan untuk memverifikasi distribusi
normal dalam data, dan perbandingan skor rata-rata dft dilakukan
dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji chi square digunakan
untuk mencari tahu hubungan antara variabel dan ECC. Analisis regresi
logistik pada ECC dilakukan dengan memilih variabel yang signifikan
secara statistik. p-value, kurang dari 0,05, ditetapkan untuk signifikan
statistik.

SLIDE HASIL

Data penelitian yang tersaji menunjukkan bahwa gigi-geligi yang


mengalami karies pada anak-anak yang berusia 1 dan 2 tahun.
Pada setiap kelompok, insisivus sentralis rahang atas, gigi decidui
yang paling banyak terkena karies dengan prevalensi sebanyak (30,8%
dan 71,0%), diikuti oleh gigi insisivus lateral rahang atas sebanyak
(25,1% dan 37,1%).
Gigi molar rahang bawah lebih banyak terkena karies dibanding
dengan gigi molar rahang atas.
Gigi yang lebih jarang mengalami karies adalah kaninus rahang
bawah, pada anak-anak berusia 1 tahun dan insisivus lateral rahang
bawah pada anak-anak berusia 2 tahun, secara berurutan.
SLIDE TABEL 1

Tabel 1 menunjukkan prevalensi ECC dan rerata dft di antara anak-


anak usia 1 dan 2 tahun.
Kemudian 50,0% dari anak-anak memiliki ECC, dan semua gigi
dengan karies yang tidak dirawat.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Total Dft rata-rata adalah 2.46 ±( rerata standard deviasi) 3.08 dengan
(rentang 0-11).
Terdapat perbedaan tiga kali lipat yang signifikan secara statistik
dalam prevalensi ECC dan dft antara anak-anak berusia 1 dan 2 tahun.

SLIDE TABEL 2 &3

Tabel 2 dan 3 menyajikan hubungan antara ECC dan beberapa faktor


yang mungkin berhubungan dengan kondisi ini. Di antara variabel
sosiodemografis, hanya jenis kelamin yang secara signifikan terkait
dengan prevalensi ECC dan dft di antara anak-anak usia 1 tahun .
Diantara variabel yang berhubungan dengan gaya hidup, asupan
makanan dengan kadar gula yang tinggi , adopsi kebiasaan menyikat
gigi pada ulang tahun pertama , menyusui di atas usia 12 bulan,
menyusui pada malam hari di atas usia 12 bulan , dan pemberian susu
botol di atas usia 12 bulan dikaitkan dengan penurunan keparahan ECC,
masing-masing pada seluruh sampel.
Kemudian Sebaliknya, menyusui di atas usia 12 bulan, menyusui di
malam hari di atas usia 12 bulan pada anak usia 1 tahun, dan adopsi
kebiasaan menyikat gigi pada ulang tahun pertama, dan pemberian susu
botol di atas usia 12 bulan di antara anak-anak berusia 2 tahun secara
signifikan terkait dengan ECC.
Tabel 4 menunjukkan analisis regresi logistik yang dilakukan dengan
menggunakan variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan.
Anak-anak usia 1 tahun yang melanjutkan aktivitas menyusui di malam
hari lebih cenderung mengalami ECC sebesar 5,3 kali. Anak-anak
berusia 2 tahun yang melanjutkan aktivitas menyusui di malam hari dan
melanjutkan pemberian susu botol di malam hari, serta anak-anak yang
tidak mengadopsi kebiasaan menyikat gigi pada ulang tahun pertama
lebih cenderung mengalami ECC sebesar 13,3 dan 6,1 dan 32,2 kali,
secara berurutan.

SLIDE PEMBAHASAN
4.1 Prevalensi ECC
Dalam sampel anak-anak Kamboja usia 1 dan 2 tahun ini, prevalensi ECC
secara keseluruhan adalah 50,0%, dan rata-rata dft adalah 2,46 ± ( rerata
standard deviasi) 3,08. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan
kebanyakan negara Asia Tenggara lainnya . Prevalensi dan keparahan meningkat
secara signifikan dua dan tiga kali lipat secara berturut-turut antara usia satu dan
dua tahun. Dalam studi terbaru di Thailand, Filipina dan Myanmar, ECC
ditemukan pada 44.1-78.9% anak usia 2 dan 3 tahun yang menunjukkan bahwa
negara lain di kawasan ini juga menghadapi tantangan dalam mencegah dan
mengendalikan ECC pada kelompok usia ini. Jelas terdapat kebutuhan untuk
adanya program pencegahan dan pengendalian ECC yang dimulai sejak usia dini.
4.2 Faktor sosiodemografis
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa status sosioekonomi, pendidikan ibu
dan etnis, dapat menjadi indikator risiko ECC . Namun, dalam penelitian ini juga,
terdapat hubungan yang signifikan antara ECC dan jenis kelamin di antara
kelompok usia 1 tahun. Studi ini tidak dapat menyelidiki secara mendalam faktor
sosioekonomi dan budaya yang mungkin terkait dengan ECC. Oleh karena itu
disarankan untuk melakukan studi lebih lanjut.

4.3 Pola makan


Studi menunjukkan bahwa konsumsi free sugar yang sering dan kadarnya
tinggi dalam jangka waktu lama adalah salah satu faktor risiko utama terjadinya
ECC. Dalam penelitian ini, anak-anak yang memiliki asupan makanan bergula
tinggi lebih mungkin mengalami ECC dibandingkan anak-anak yang tidak. Di
Kamboja, peningkatan konsumsi gula telah mengiringi pertumbuhan ekonomi yang
pesat. Produk makanan manis menjadi lebih terjangkau dan dikaitkan dengan gaya
hidup yang lebih makmur. Perubahan diet ini mungkin berkontribusi pada
peningkatan yang diamati pada ECC .

4.4 Menyikat gigi


Penelitian ini menemukan bahwa anak usia 2 tahun yang tidak menyikat gigi
pada usia satu tahun mengalami peningkatan risiko karies. Membersihkan gigi dua
kali sehari dianjurkan dari erupsi gigi pertama . Bahkan sebelum gigi pertama
erupsi, pengasuh harus menyeka permukaan mulut anak-anak mereka dengan kain
kasa untuk membersihkan sisa makanan dan membiasakan anak-anak dengan
stimulus dari luar. Setelah gigi insisivus decidui erupsi, menyikat gigi dua kali
sehari harus dilakukan oleh pengasuh sampai setidaknya anak berusia enam tahun .

4.5 Menyusui dan minum susu botol


Di Kamboja, sebagian besar pengasuh menyadari bahwa menyusui membantu
anak-anak mereka rileks dan tertidur . Menyusui adalah sesuatu yang sangat
dianjurkan, bahkan untuk beberapa tahun. Namun, jika dilakukan pada malam hari
dan on-demand, disertai dengan diet tinggi gula serta pengenalan kebiasaan
menyikat gigi yang terlambat, menyusui dapat berkontribusi meningkatkan risiko
ECC pada gigi decidui.
Dalam penelitian ini, pemberian susu botol setelah usia 12 bulan juga
meningkatkan risiko ECC. Hal ini sesuai dengan temuan dari banyak penelitian
sebelumnya . Prevalensi pemberian susu botol pada anak-anak Kamboja berusia
enam bulan ke atas telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan
peningkatan konsumsi susu kental dalam botol . Salah satu alasan terjadinya
peningkatan pemberian susu botol ini mungkin karena semakin banyak ibu yang
sekarang bekerja di pabrik atau pindah ke daerah perkotaan untuk bekerja. Oleh
karena itu, lebih banyak anak yang dibesarkan tanpa kehadiran ibunya, dan
karenanya diberikan botol oleh pengasuh. Oleh karena itu, pendidikan tentang
praktik pemberian makan dan kebersihan rongga mulut yang direkomendasikan
untuk anak kecil sebaiknya tidak hanya ditujukan pada ibu, tetapi juga pada
pengasuh lain.

PERTANYAAN :

1. Bagaimana Perawatan ECC


Perawatan ECC ini dilakukan sesuai dengan kondisi dan keluhan pasien anak.
Perawatan yang dibutuhkan pertama-tama adalah menghilangkan rasa nyeri.
Adanya rasa nyeri harus segera ditanggulangi, karena dapat mengganggu aktivitas
anak. Penanggulangannya dapat secara lokal pada gigi maupun secara oral.
Secara lokal dengan menumpat secara langsung dengan obat-obatan eugenol
melalui kapas dan selanjutnya ditumpat sementara atau langsung dengan zinc
oxide eugenol tanpa kapas. Pemberian obat sedatif dan analgesik dapat diberikan
secara oral terutama pada rasa nyeri yang telah lanjut.
Kedua dengan mengurangi aktivitas bekteri untuk menghentikan karies dan
mencegah penjalaran yang cepat ke arah pulpa dengan profilaksis oral, yaitu
menyikat gigi secara benar, atau skeling. Ketiga dengan melakukan impreginasi
karies yang diberikan pada karies yang baru terbentuk atau karies email dan
karies dentin, misalnya dengan pengulasan stannum flouride, silver nitrate, atau
silver diamine fluoride. Selanjutnya dapat dilakukan penumpatan kavitas dengan
tumpatan tetap dan merupakan tujuan utama agar kesehatan gigi dan mulut
serta fungsi dan estetiknya dapat kembali, perawatan saraf gigi bila telah
mencapai pulpa, sesuai dengan indikasinya, mencabut gigi yang sudah tidak dapat
dirawat lagi, dan pengontrolan karies secara klinis dapat dilakukan dengan
memantau kebiasaan makannya dengan cara analisis diet.

2. bagaimana mekanisme terjadinya ECC


Secara biologi ECC merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan
yang sering dan dalam waktu lama dari susu formula, dan jus buah terhadap
permukaan gigi. Hal ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan
botol susunya saat tidur pada siang hari dan malam hari yang terpapar cairan gula
dan menyebabkan genangan berjam-jam di sekeling gigi bayi dan anak-anak.
Selanjutnya cairan gula berkontak dengan email gigi dan bergabung dengan
bakteri seperti Streptococcus mutans yang muncul setelah gigi pertama erupsi.
Jadi gula berperan pada awal perkembangan penyakit ini. Demineralisasi email
dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam yang dihasilkan oleh
Streptococcus mutans dan lactobacilli. Secara spesifik bakteri, asam, food debris
dan saliva bergabung membentuk subtansi berupa plak yang melekat pada gigi.
Setiap anak meminum cairan manis, dan asam akan menyerang gigi minimal 20
menit dan setelah penyerangan asam tersebut, gigi mengalami kerusakan.

3. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi tanda tanda klinis ECC ?
Tanda-tanda klinis pertama ECC sering terlihat dalam dua tahun pertama
kehidupan, dan dipengaruhi oleh urutan erupsi gigi, dan lokasi gigi yang terkena
karies berhubungan dengan paparan saliva. Faktor risiko untuk ECC yang telah
diidentifikasi dalam penelitian, termasuk pola makan [terutama asupan makanan
dan minuman manis, dan kebiasaan menyusui / minum susu botol], implementasi
tindakan kebersihan mulut yang terlambat, dan rendahnya paparan terhadap
fluoride . Dalam populasi, terdapat juga perbedaan dalam prevalensi ECC
sehubungan dengan status sosioekonomi (SES), pendidikan dan etnis dari orang
tua . Karena ECC dapat memiliki efek negatif pada kesejahteraan, kualitas hidup,
perkembangan oklusi dan status kesehatan dari gigi permanen anak , penting untuk
melakukan pencegahan karies gigi pada gigi decidui.

4. Apakah tindakan Preventif yg di lakukan untuk mengurangi terjadinya


ECC ?
Beberapa program telah memfokuskan upaya preventif pada persoalan ini, dan
tindakan yang dapat dilakukan seperti memberikan Edukasi tentang kesehatan gigi
dan mulut untuk orang tua dan individu yang mengasuh anak serta melakukan
pengaplikasian fluoride pada anak-anak, yang bertujuan untuk mengurangi
peningkat terjadinya ECC.

5. Bagaimana Peranan Orang Tua dalam Mencegah Early Childhood Caries


(ECC)?
Tindakan yang paling utama untuk mencegah ECC adalah mencegah kebiasaan
makan makanan yang bersifat kariogenik karena berdasarkan beberapa penelitian
yang dilakukan diketahui bahwa 78% orang tua dengan anak mengalami ECC
memberikan anaknya minum minuman yang bersifat kariogenik, seperti: juice dan
juga susu formula menggunakan botol saat tidur.
Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya ECC orang tua harus mendorong untuk
mengindari kebiasaan makan yang buruk, menginstrusikan dan memperhatikan
anaknya dalam menggosok gigi. Ibu harus menginstruksikan teknik “lift the lip”
(ini berfungsi menghilangkan plak ) dan untuk spot berupa lesi putih sebagai tanda
awal karies gigi.
gigi yang baru erupsi sebaiknya dirawat menggunakan agen fluoride dan apabila
diperlukan bisa juga menggunakan agen antimikroba yang mengandung
chlorhexidine dan thymol.

Anda mungkin juga menyukai