Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya haturkan kepada asisten dosen yang banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi kata
maupun dalam hal tata bahasa.
Oleh karena itu saya meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga memohon kritik dan
saran untuk saya agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis ini.
Harapan saya mudah-mudahan apa yang saya susun ini bisa memberikan manfaat untuk diri
saya sendiri,teman-teman, serta orang lain.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar
kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku Bangsa Indonesia dengan para
pedagang asing. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk
Dengan bersandarkan pada Bahasa Melayu yang kian merajalela di Indonesia, maka sarja dari Bangsa
Belanda mulai melakukan penerbitan-penerbitan karya sastra yang memakai Bahasa Melayu selain itu mereka
juga telak melakukan promosi bahasa ke sekolah-sekolah kaum pribumi pada masa penjajahan, seiring
berjalannya waktu mulailah tumbuh kesadaran akan keinginan untuk memiliki bahsa sendiri yaitu Bahasa
Indonesia.
Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas dan mendeskripsikan mengenai
“Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”. Karena Masyarakat Indonesia sendiri belum tahu banyak
tentang bagaimana perjalanan Bahasa Indonesia sampai saat ini, serta kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia
2. Pembahasan
Bahasa Indonesia atau berakar dari bahasa melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa
Melayu, yang sudah dipakai berabad-abad sebagai bahasa pergaulan (lingua franca), bukan saja di Kepelauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta sejarah menunjukkan
bahwa bahasa Melayu sudah digunakan secara meluas sejak dahulu. Misalnya, prasasti tertua yang ditulis dalam
bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13
atau sebelumnya membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan
Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit
1. Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra;
3. Bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di indonesia maupun terhadap pedagang-
4. Bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan sriwijaya maupun pada masa pemerintahan majapahit.
Sebagai Bahasa Nasiona kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa
Indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi di samping bendera
dan lambang Negara kita. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas,
di antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi
berbagai bahasa dan suku bangsa yang berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa
tersebut.
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah
bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah
bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab
untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb)
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda
baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan
yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.
Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan
teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal
16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Suatu ragam bahasa,terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum,tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosa kata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna
bahasa Indonesia.Maka dari itu yang perlu di perhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang
berkaitan dengan ragam bahasa.
a) Ragam Bahasa Berdasarkan Media atau Sarana
1. Ragam bahasa Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang di ujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang
standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah. Dan
ragam lisan yang nonstandard,misalnya dalam percakapan antar teman di pasar, atau dalam kesempatan
nonformal lainnya.
2. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan
kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Maka dari itu di kenal Ragam bahasa Baku dan Ragam bahasa nonbaku.
Ragam Bahasa Baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Sementara Ragam bahasa Nonbaku dipakai dalam percakapan yang tidak resmi(informal) seperti
percakapan yang dilakukan di dalam rumah tangga,pinggir jalan,di warung-warung,dilapangan dan
sebagainya.jadi pemakaian bahasa diluar suasana formal (resmi) hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antarsahabat,antaranggota dan kesemuanya yang di golongkan dalam ragam tak baku.
c) Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan
kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Maka dari itu di kenal Ragam bahasa Baku dan Ragam bahasa nonbaku.
Ragam Bahasa Baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Sementara Ragam bahasa Nonbaku dipakai dalam percakapan yang tidak resmi(informal) seperti
percakapan yang dilakukan di dalam rumah tangga,pinggir jalan,di warung-warung,dilapangan dan
sebagainya.jadi pemakaian bahasa diluar suasana formal (resmi) hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antarsahabat,antaranggota dan kesemuanya yang di golongkan dalam ragam tak baku.
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata sebagai lambang
objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan makna kata yang dalam
kamus atau makna eksikal. Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan
nilai rasa tertentu bagi pengguna bahasa yang bersangkutan.
Contoh:
Kata-kata; gadis, dara dan perawan itu secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita muda yang belum kawin,
tetapi secara konotatif makna berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna puitis, dan
dara mengandung makna asosiatif tertentu.
Demikian pula halnya kata-kata kelompok, rombongan, gerombolan, secara denotatif dibedakan maknanya,
yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan berada dalam hubungan
makna negatif.
Contoh:
Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kosa kata denotatif. Kata atau istilah harus
bebas dari konotasi, sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan kosakata konotatif sebagai upaya
merakit keindahan tulisan.
Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi sosial yang bisa berupa konotasi positif dan
negatif, tinggi, rendah, sopan dan porno atau yang bersifat seksual. Misalnya kata karyawan, asisten, wisma,
hamil, dan berpulang dianggap positif baik, sopan, dan modern; jika dibandingkan dengan kata buru, pembantu,
pondok, bunting, dan mati, yang dianggap negatif, kurang baik, kasar, dan kuno.
Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kosakata
dengan konotasi yang tepat.
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atas satu konsep. Ada kata yang dapat
melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang dapat melambangkan satu makna.
Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim.
Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu dapat berlaku tidak
sepenuhnya namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata berbeda itu
Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang nyata, dapat dilihat, didengar, diraba dan
dirasa. Beberapa contoh kata konkret, misalnya; orang, pohon, kuda, awan, makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata yang berupa konsep. Kata abstrak dalam bahasa Ind pada umumnya adalah kata
bentukan yang menggunakan konfiks peN-an dan ke-an, seperti; perdamaian, penyesalan, kecerdasan, dan
ketahanan nasional, disamping kata-kata seperti demokrasi, aspirasi.
Kosakata yang tergolong kata umum dibedakan dari kosakata yang tergolong kata khusus berdasarkan ruang
lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang
lingkupnya makin khusus isfatnya.
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang terkenal dikalangan masyarakat atau kata-kata yang
banyak digunakan dalam berbagai kesempatan dalam komunikasi di kalangan berbagai lapisan masyarakat.
Sebaliknya kata kajian adalah kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata-kata
atau istilah oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan atau tulisan ilmiah.
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kosakata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar
dalam penggunaannya. Kata baku yang memang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari
bahasa Daerah dan bahasa Asing yang sudah disesuaikan dengan ejaan yang bahasa Indonesia yang resmi.
Sebaliknya, kosakata tak baku, yaitu kat yang belum berterima secara resmi atau kata-kat yang tidak menuruti
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
7. Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama
sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau
utlisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan.
8 Kata Mirip
Kosa kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya mirip dari segi bentuknya, atau kata yang
nampaknya mirip dari segi maknanya. Kata sedangkan dan sedang, suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-
sekali, termasuk kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing dan tiap-
tiap, jam dan pukul, dari dan daripada, termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata di atas
pada kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat
dan tidak efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia berasal atau berakar dari Bahasa Melayu yang telah digunakan sejak abad 7, pada era
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, pada saat itu Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perhubungan.
Bermula dari ikrar sumpah pemuda yang tertuang pada butir ketiga bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang
digunakan sebagai alat pemersatu bangsa dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia. Dan secara yuridis Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional tertuang pada Bab XV pasal 36 UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agutus 1945.
3. Ejaan malindo
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah salah satu bahasa Indonesia yang di gunakan dalam menulis karya
ilmiah.
b. Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah sebagai berikut :
1) Cendikia
2) Lugas dan Jelas
3) Bertolak dari gagasan
4) Formal
5) Obyektif
6) Ringkas dan padat
7) Konsisten
d. kata sebagai lambing objek pengertian atau konsep – konsep yang meliputi berbagai aspek:
3.2 Saran
1. Kita harus mengerti sejarah yang telah dilalaui Bahasa Indonesia secara lebih dalam, sehingga kita dapat lebih
memaknai Bahasa Indonesia itu sendiri dan tetap mempeliharanya serta mengembangkannya.
2. Kita harus mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai
bahasa negara.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna dapat
menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang
disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih
mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.
.
Tugas MKU
Bahasa Indonesia
BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
2016
DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin.(2008).Bahasa Indonesia.Makassar:UPT
MKU UNHAS
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://www.facebook.com/notes/bahasa-kita-bahasa-indonesia/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-
eyd/31216869100
http://coretanwnh.blogspot.com/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-