Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami berbagai
macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan
kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Ucapan terima kasih tidak lupa saya haturkan kepada asisten dosen yang banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi kata
maupun dalam hal tata bahasa.

Oleh karena itu saya meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga memohon kritik dan
saran untuk saya agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis ini.

Harapan saya mudah-mudahan apa yang saya susun ini bisa memberikan manfaat untuk diri
saya sendiri,teman-teman, serta orang lain.

Makassar, 26 November 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan

Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar

etnis yang mendiami kepulauan n u s a n t a r a . S e l a i n i t u B a h a s a M e l a y u j u g a m e n j a d i b a h a s a

p e n g h u b u n g a n t a r a s u k u - s u k u , menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di

kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku Bangsa Indonesia dengan para

pedagang asing. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk

membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi k a r e n a p e n g u a s a a n B a h a s a

Belanda oleh para pegawai pribumi dinilai lemah.

Dengan bersandarkan pada Bahasa Melayu yang kian merajalela di Indonesia, maka sarja dari Bangsa

Belanda mulai melakukan penerbitan-penerbitan karya sastra yang memakai Bahasa Melayu selain itu mereka

juga telak melakukan promosi bahasa ke sekolah-sekolah kaum pribumi pada masa penjajahan, seiring

berjalannya waktu mulailah tumbuh kesadaran akan keinginan untuk memiliki bahsa sendiri yaitu Bahasa

Indonesia.

Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas dan mendeskripsikan mengenai

“Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”. Karena Masyarakat Indonesia sendiri belum tahu banyak

tentang bagaimana perjalanan Bahasa Indonesia sampai saat ini, serta kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

sebagai bahasa pemersatu Bangsa Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

2. Pembahasan

A. Sejarah Singkat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia atau berakar dari bahasa melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa

Melayu, yang sudah dipakai berabad-abad sebagai bahasa pergaulan (lingua franca), bukan saja di Kepelauan

Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta sejarah menunjukkan

bahwa bahasa Melayu sudah digunakan secara meluas sejak dahulu. Misalnya, prasasti tertua yang ditulis dalam

bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13

atau sebelumnya membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan

untuk menulis bahasa Melayu.

Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit

di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai :

1.         Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra;

2.         Bahasa perhubungan antarsuku di indonesia;

3.         Bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di indonesia maupun terhadap pedagang-

pedagang yang datang dari luar indonesia;

4.         Bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan sriwijaya maupun pada masa pemerintahan majapahit.

B). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Sebagai Bahasa Nasiona kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah

Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

(1) kebanggaan nasional,

(2) lambang identitas nasional,

(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan

(4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai social

budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa
Indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa bangsa

Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara

dan berkembang serta rasa kebanggaan memakainya senantiasa terbina.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi di samping bendera

dan lambang Negara kita. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas,

di antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi

berbagai bahasa dan suku bangsa yang berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa

tersebut.

C). Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia

Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah

bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah

bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab

untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini

dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.

Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb)

dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda

baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan

yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk,

terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.

Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap

pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan

teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal

16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan

sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).

D) .Pengertian dan karakteristik bahasa indonesia ragam ilmiah.


Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang di gunakan dalam menulis
karya ilmiah.sebagai bahasa yang di gunakan untuk memaparkan fakta,konsep,prinsip,teori atau gabungan dari
keempatnya,bahasa Indonesia diharapkan menjadi media efektif untuk komunikasi ilmiah,baik secara tertulis
maupun lisan.
Adapun karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah sebagai berikut:
1)      Cendikia
Artinya bahasa Indonesia itu digunakan secara tepat dan seksama sehingga gagasan yang di sampaikan penulis
dapat di terima oleh pembaca secara tepat.
2)      Lugas dan Jelas
Artinya bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.untuk itu,setiap gagasan
di ungkapkan secara langsung sehingga makna yang di timbulkan adalah makna lugas.
3)      Bertolak dari gagasan
Artinya penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan tidak pada penulis atau palaku.
4)      Formal
Tingkat ke formalan bahasa dalam karya ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata,bentukan kata dan
kalimat.kosa kata yang di gunakan bernada formal dan kalimat-kalimatnya memiliki unsur yang lengkap.
5)      Obyektif
Artinya hindari kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif.
6)      Ringkas dan padat
Tidak adanya unsur bahasa yang mubazir(pemborosan kata).
7)      Konsisten
Di tampakkan pada penggunaan unsure bahasa ,tanda baca,dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuanya
digunakan secara konsisten.

Suatu ragam bahasa,terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum,tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosa kata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna
bahasa Indonesia.Maka dari itu yang perlu di perhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang
berkaitan dengan ragam bahasa.
a)      Ragam Bahasa Berdasarkan Media atau Sarana
1.       Ragam bahasa Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang di ujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang
standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah. Dan
ragam lisan yang nonstandard,misalnya dalam percakapan antar teman di pasar, atau dalam kesempatan
nonformal lainnya.
2.       Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan
kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

b)      Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

1.       Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).


Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang
digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah,
Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda.

2.       Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.


Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,
komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.

c)      Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur.


Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan
kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Maka dari itu di kenal Ragam bahasa Baku dan Ragam bahasa nonbaku.
Ragam Bahasa Baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Sementara Ragam bahasa Nonbaku dipakai dalam percakapan yang tidak resmi(informal) seperti
percakapan yang dilakukan di dalam rumah tangga,pinggir jalan,di warung-warung,dilapangan dan
sebagainya.jadi pemakaian bahasa diluar suasana formal (resmi) hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antarsahabat,antaranggota dan kesemuanya yang di golongkan dalam ragam tak baku.
c)      Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan
kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Maka dari itu di kenal Ragam bahasa Baku dan Ragam bahasa nonbaku.
Ragam Bahasa Baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Sementara Ragam bahasa Nonbaku dipakai dalam percakapan yang tidak resmi(informal) seperti
percakapan yang dilakukan di dalam rumah tangga,pinggir jalan,di warung-warung,dilapangan dan
sebagainya.jadi pemakaian bahasa diluar suasana formal (resmi) hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antarsahabat,antaranggota dan kesemuanya yang di golongkan dalam ragam tak baku.

E). Kaidah Makna

Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata sebagai lambang
objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.

1. Kata Denotatif dan Konotatif


Kata denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif berhuubngan dengan konsep
konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan
yang ada disamping denotasi disebu konotasi.

Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan makna kata yang dalam
kamus atau makna eksikal. Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan
nilai rasa tertentu bagi pengguna bahasa yang bersangkutan.

Contoh:

1. Tokoh itu dilayani gadis-gadis cantik.


2. Tokoh itu dilayani dara-dara cantik.
3. Tokoh itu dilayani perawan-perawan cantik.

Kata-kata; gadis, dara dan perawan itu secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita muda yang belum kawin,
tetapi secara konotatif makna berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna puitis, dan
dara mengandung makna asosiatif tertentu.

Demikian pula halnya kata-kata kelompok, rombongan, gerombolan, secara denotatif dibedakan maknanya,
yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan berada dalam hubungan
makna negatif.

Contoh:

4. Kelompok remaja itu sedang asik bermain gitar


5. Ketua rombongan turis itu dikalungi untaian bunga.
6. Gerombolan pengacau itu telah ditumpas abis.

Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kosa kata denotatif. Kata atau istilah harus
bebas dari konotasi, sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan kosakata konotatif sebagai upaya
merakit keindahan tulisan.

Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi sosial yang bisa berupa konotasi positif dan
negatif, tinggi, rendah, sopan dan porno atau yang bersifat seksual. Misalnya kata karyawan, asisten, wisma,
hamil, dan berpulang dianggap positif baik, sopan, dan modern; jika dibandingkan dengan kata buru, pembantu,
pondok, bunting, dan mati, yang dianggap negatif, kurang baik, kasar, dan kuno.

Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kosakata
dengan konotasi yang tepat.

2. Kata Bersinonim dan Berhomonim.

Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atas satu konsep. Ada kata yang dapat
melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang dapat melambangkan satu makna.
Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim.
Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu dapat berlaku tidak
sepenuhnya namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata berbeda itu

3. Kata Kongkret dan Abstrak

Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang nyata, dapat dilihat, didengar, diraba dan
dirasa. Beberapa contoh kata konkret, misalnya; orang, pohon, kuda, awan, makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata yang berupa konsep. Kata abstrak dalam bahasa Ind pada umumnya adalah kata
bentukan yang menggunakan konfiks peN-an dan ke-an, seperti; perdamaian, penyesalan, kecerdasan, dan
ketahanan nasional, disamping kata-kata seperti demokrasi, aspirasi.

4. Kata Umum dan Khusus

Kosakata yang tergolong kata umum dibedakan dari kosakata yang tergolong kata khusus berdasarkan ruang
lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang
lingkupnya makin khusus isfatnya.

5. Kata Populer dan Kajian

Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang terkenal dikalangan masyarakat atau kata-kata yang
banyak digunakan dalam berbagai kesempatan dalam komunikasi di kalangan berbagai lapisan masyarakat.
Sebaliknya kata kajian adalah kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata-kata
atau istilah oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan atau tulisan ilmiah.

6. Kata Baku dan Tak Baku

Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kosakata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar
dalam penggunaannya. Kata baku yang memang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari
bahasa Daerah dan bahasa Asing yang sudah disesuaikan dengan ejaan yang bahasa Indonesia yang resmi.
Sebaliknya, kosakata tak baku, yaitu kat yang belum berterima secara resmi atau kata-kat yang tidak menuruti
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

7. Kata Mubazir

Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama
sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau
utlisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan.

8 Kata Mirip

Kosa kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya mirip dari segi bentuknya, atau kata yang
nampaknya mirip dari segi maknanya. Kata sedangkan dan sedang, suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-
sekali, termasuk kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing dan tiap-
tiap, jam dan pukul, dari dan daripada, termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata di atas
pada kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat
dan tidak efektif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Sejarah, kedudukan, dan fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal atau berakar dari Bahasa Melayu yang telah digunakan sejak abad 7, pada era

kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, pada saat itu Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perhubungan.

Bermula dari ikrar sumpah pemuda yang tertuang pada butir ketiga bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang

digunakan sebagai alat pemersatu bangsa dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia. Dan secara yuridis Bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional tertuang pada Bab XV pasal 36 UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18

Agutus 1945.

Macam macam ejaan :

1. Ejaan van ophuysen

2. Ejaan republik/ ejaan fragmentasi

3. Ejaan malindo

4. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah salah satu bahasa Indonesia yang di gunakan dalam menulis karya
ilmiah.
b.       Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah sebagai berikut :

1)      Cendikia
2)      Lugas dan Jelas
3)      Bertolak dari gagasan
4)      Formal
5)      Obyektif
6)      Ringkas dan padat
7)      Konsisten

c..       Ragam Bahasa terbagi Berdasarkan :

1)      Ragam Bahasa Berdasarkan Media atau Sarana.


2)      Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur.
3)       Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur.
4)      Ragam Bahasa Menurut Pokok Persoalan atau Bidang Pemakaian.

d. kata sebagai lambing objek pengertian atau konsep – konsep yang meliputi berbagai aspek:

1. Kata denotative dan konotatif


2. Kata bersinonim dan berhominom
3. Kata kongret dan abstrak
4. Kata umum dan khusus
5. Kata popular dan kajian
6. Kata baku dan tak baku
7. Kata mubazir
8. Kata mirip

3.2 Saran

1.      Kita harus mengerti sejarah yang telah dilalaui Bahasa Indonesia secara lebih dalam, sehingga kita dapat lebih

memaknai Bahasa Indonesia itu sendiri dan tetap mempeliharanya serta mengembangkannya.

2.      Kita harus mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai

bahasa negara.

3.      Penggunaan Bahasa Indonesia harus sesuai kedudukan dan fungsinya.

4.      Kita harus Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna dapat

menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran

penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang

disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih

mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.

.
Tugas MKU
Bahasa Indonesia

BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

NAMA : SITI AULIYA RAHMAH SYAM


NIM : J111 16 305

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2016
DAFTAR PUSTAKA

 
Tim pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin.(2008).Bahasa Indonesia.Makassar:UPT

MKU UNHAS

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

https://www.facebook.com/notes/bahasa-kita-bahasa-indonesia/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-

eyd/31216869100

http://coretanwnh.blogspot.com/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-

16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia

Anda mungkin juga menyukai