Anda di halaman 1dari 34

BAHASA

INDONESIA
MKDU
MKDU 2 SKS = 100 menit

 Metode pembelajaran case base learning (CBL) adalah cara belajar-mengajar


dengan teori yang di aplikasikan pada kasus yang nyata/sehari-hari untuk
merangsang diskusi di kelas dan analisis kolaboratif (analisa penggabungan
pemikiran dosen dan mahasiswa)
 Tugas 30 %
 UTS 30 %
 UAS 40 %
 Absensi min.80 % jika kurang maka tidak nilai tidak muncul di web mahasiswa.
BAHASA

 Pengertian Bahasa
 Alat komunikasi /alat untuk berinteraksi berarti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

 Hakikat bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia.
Fungsi Bahasa

 Mewujudkan hubungan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.


 Mewujudkan seni/sastra
 Mempelajari bahasa-bahasa kuno
 Memahami iptek
(secara khusus)
Fungsi Bahasa (secara umum)

 Alat ekspresi jiwa


 Alat komunikasi
 Alat beradaptasi
 Alat kontrol sosial
Sifat Bahasa

 Sebuah sistem
 Berwujud lambang
 Berupa bunyi
 Bersifat arbitrer
 Bermakna
 Bersifat konvensional
 Bersifat unik
 Bersifat universal
 Bersifat produktif
 Bervariasi
 Bersifat dinamis
 Manusiawi
Bahasa Indonesia

 90% warga Indonesia sebagai penutur dan paham akan Bahasa Indonesia,
walaupun bukan sebagai bahasa ibu. Bahasa ibunya ialah Bahasa daerah asal
penutur tersebut.Terdapat 748 Bahasa ibu/daerah dari asal penutur, contoh
suku/orang Sunda dengan Bahasa ibunya; Bahasa Sunda,dst.
 Penutur Bahasa Indonesia sering menggunakan Bahasa Indonesia dengan ragam
Bahasa tidak baku.Untuk ragam baku digunakan di perguruan tinggi atau di media
massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik
lainnya.
SEJARAH BAHASA INDONESIA
 3 fase sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu sejak abad ke-7 di kawasan Asia Tenggara. Buktinya pada prasasti di
Palembang di 683 M, yang penulisannya masih menggunakan Bahasa Melayu. Sejak itu, bahasa Melayu dijadikan
bahasa sehari-hari oleh penduduk di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya bahasa Melayu berubah fungsi sebagai
lingua franca (bahasa perhubungan antargolongan, pedagang, dan kerajaan Nusantara) hingga abad ke-17 saat
Belanda menguasai Indonesia. Inilah fase perkembangan pertama dari bahasa Indonesia.
 Fase kedua adalah masa kolonial Belanda. Abad 16 Orang Barat tiba di Nusantara untuk menguasai palawija yang
miliki penduduk nusantara mengetahu bahwa bahasa Melayu sebagai sebagai bahasa resmi pergaulan,
perhubungan dan perdagangan.
 Fase ketiga : masa pergerakan dimulai pada tahun 1901 pemerintah VOC membuat ejaan Ophuysen dengan
bantuan 2 ahli bahasa Melayu. Lalu pemerintah kolonial mendirikan taman bacaan tahun 1908 untuk rakyat
pribumi dan tahun 1917 taman bacaan diubah namanya menjadi balai pustaka.
 Apakah yang dapat Anda pelajari dari 3 fase ini?
 Marilah kita diskusikan pada pertemuan pertama ini!
Sejarah Bahasa Indonesia
 Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19.
 Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan
administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
 Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.Proses ini menyebabkan
berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya.
 Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Bukti sejarah

 Prasasti di Kedukan bukit 683 M dan Talang Tuwo 684 M (Palembanga),dst....


 Bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno.
 Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan (buku pelajaran agama
Budha)
 Bahasa melayu sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan antarsuku maupun para pedagang dari luar nusantara. (lingua
franca)
4 faktor memilih Bahasa Melayu

 Bahasa Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan dan perdagangan)


di Nusantara.
 Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana dan mudah dipelajari.
 Faktor psikologis, bahasa daerah menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
 Kesanggupan bahasa melayu menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
RAGAM BAHASA
adalahvariasi bahasa menurut pemakaian,yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan,hubungan
pembicara,kawan bicara, orang yang dibicarakan,serta
menurut medium pembicaraan (Bachman,1990)
RAGAM BAHASA
 Berdasarkanmakna istilah ragam bahasa ini, maka dalam
berkomunikasi seseorang perlu memperhatikan aspek:
(1) situasi yang dihadapi,
(2) permasalahan yang hendak disampaikan,
(3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan
(4) medium atau sarana bahasa yang digunakan.
JENIS-JENIS RAGAM BAHASA
1.Ragam bahasa berdasarkan waktu penggunaan
 a.Ragam bahasa Indonesia lama
 b.Ragam bahasa Indonesia baru
2. Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraan/bidang
 A. Ragam bahasa jurnalistik
 B. Ragam bahasa ilmiah
 c.Ragam bahasa sastra
 d.Ragam bahasa bidang-bidang tertentu
3. Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan
 a.Ragam bahasa lisan
 b.Ragam bahasa tulisan
JENIS-JENIS RAGAM BAHASA
4. Ragam bahasa berdasarkan situasi
a. Ragam bahasa resmi
b.Ragam bahasa tidak resmi

5.Ragam bahasa berdasarkan daerah/dialek


a.Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
b.Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
RAGAM LISAN
CIRI-CIRI:
 MEMERLUKAN ORANG LAIN
 UNSUR GRAMATIKAL TIDAK DINYATAKAN SECARA LENGKAP
 TERIKAT RUANG DAN WAKTU
 DIPENGARUHI TINGGI DAN RENDAHNYA SUARA
MELIPUTI:
 1.RAGAM BAHASA CAKAPAN
 2.RAGAM BAHASA PIDATO
 3.RAGAM BAHASA KULIAH
 4.RAGAM BAHASA PANGGUNG
RAGAM TULISAN
 CIRI-CIRI RAGAM TULISAN:
 1.TIDAK MEMERLUKAN KEHADIRAN ORANG LAIN
 2.UNSUR GRAMATIKAL DINYATAKAN SECARA LENGKAP
 3.TIDAK TERIKAT RUANG DAN WAKTU
 4.DIPENGARUHI TANDA BACA ATAU EJAAN
 MELIPUTI:
 RAGAM BAHASA TEKNIS
 RAGAM BAHASA UNDANG-UNDANG
 RAGAM BAHASA CATATAN
 RAGAM BAHASA SURAT
RAGAM BAKU VS RAGAM TIDAK
BAKU
CIRI RAGAM BAKU:
 1. MEMILIKI SIFAT KEMANTAPAN DINAMIS
 2.KECENDIKIAAN
 3.KESERAGAMAN KAIDAH
CIRI-CIRI BAHASA FORMAL

 1) memiliki kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak


 kaku, dan dimungkinkan adanya perubahan kosa kata dan istilah yang lebih
 tepat dan benar;
 2) menggunakan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit;
 3) menggunakan bentukan kata yang lengkap dan tidak disingkat;
 4) menggunakan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten;
 5) menggunakan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku
pada ragam bahasa lisan
Sifat-sifat Bahasa Indonesia baku
 a) Yang diterangkan terletak di depan yang menerangkan (Hukum DM) –rumah makan – sekolah tinggi
 b) Bila kata majemuk terdiri dari dua kata yang sama-sama menunjukkan waktu boleh dipertukarkan tempatnya
menurut kepentingannya. (Jika diletakkan di depan berarti itu lebih penting dari kata yang
 dibelakangnya).
 c) Bahasa Indonesia tidak mempunyai kata penghubung untuk menyatakan kepunyaan. Jadi ‘rumah guru” bukan
“rumah dari guru”.
 d) Bahasa Indonesia tidak mengenal tasrifr atau perubahan bentuk pada pokok kata atau kata dasar.
 e) Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan jenis kelamin kata.
 f) Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) memainkan peranan yang penting dalam bahasa Indonesia, sebab imbuhan
dapat mengubah jenis kata menjadi jenis lain. Misalnya kata: tunjuk (kata benda), menunjuk (kata kerja aktif),
ditunjuk (kata kerja pasif), petunjuk, penunjuk, telunjuk, pertunjukan, dan lain-lain.
EJAAN

 Adalah cara, aturan untuk menulis kata-kata dengan huruf menurut ilmu bahasa
yang ditetapkan.
 Ejaan bahasa Indonesia mengalami 5 kali perubahan.
 Ejaan van ophuijsen 1902-1947, ejaan Suwandi/Republik 1947-1972, ejaan
Melindo 1959, Ejaan Yang Disempurnakan tahun 1972- sekarang ( cetakan
2016), EYD V
EJAAN OPHUJSEN

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang
kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah
kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
 1.Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan
untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
 2.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
 3.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
 4.Tanda diakritik seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
EJAAN WILKINSON

Ejaan Latin resmi yang pertama untuk bahasa Melayu di Semenanjung Malaya yang
disusun oleh R.J. Wilkinson (1904); ~ yang Disempurnakan sistem ejaan bahasa
Indonesia yang sebagian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia, yang termuat
dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tanggal 16 Agustus 1972 dan yang sekarang
menjadi ejaan resmi bahasa Indonesia, perbedaannya dengan Ejaan Suwandi, antara
lain, adalah huruf j menjadi y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi
c, dan sj menjadi sy
EJAAN REPUBLIK

 Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan


sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan
ini yaitu:
 1.Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
 2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat,
dsb.
 3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
 4.Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya
EJAAN PEMBAHARUAN

 Ejaan Pembaharuan dirancang oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono dan
E. Katoppo pada tahun 1957 sebagai hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II
di Medan, namun sistem ejaan ini tidak pernah dilaksanakan.
EYD

 Diresmikan tanggal 16 agustus 1972 oleh Presiden RI


 Disebarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai buku kecil
EYD
 Direvisi oleh para ahli bahasa di Pusat bahasa sudah beberapa kali perubahan.
EBI

 KAIDAH :
 Huruf kapital, cetak miring,
 Tanda baca titik, koma,
 Unsur serapan
PERUBAHAN EBI
1. Gabungan monoftong vokal (eu) menjadi { } contoh seudati
2. Pengkhususan nama Tuhan seperti Tuhan Yang Maha Kuasa/ Maha Esa/ Maha
Pengasih
3. Perubahan redaksi pada kata:
 Pemakaian = penggunaan
 Dipakai = digunakan
4. Pemindahan kaidah yang mengatur tentang penulisan unsur serapan dipindahkan
ke PUPI (Pedoman Umum Pembentukan Istilah)
EYD V
5.Penghapusan Kaidah dalam tata cara teknis penulisan rujukan dan kutipan disusun teknis
tersendiri.
6. Perubahan contoh (Penambahan, Pengurangan, Penggantian) contoh unsur serapan gabungan
huruf ch /s/ atau /sy/ menjadi s, misalnya atase (atache), brosur (brochure), eselon (echelon).
7. Perubahan tata penyajian isi
 Pada Bab IV dilakukan pemerincian bahasan menjadi 2 yaitu penulisan unsur serapan umum
dan khusus.
 Pemberian nomor pada setiap kaidah dalam Bab IV memudahkan perubahan.
 A.Penulisan unsur serapan umum
 1. Harakat fatah atau bunyi /a/ yang dilafalkan pendek atau panjang menjadi a. Misalnya
umrah, yatim, riba, halal.
EYD V
KATA
DIKSI
KALIMAT
PARAGRAF

Anda mungkin juga menyukai