C.
1. Bahasa dan Ragam Bahasa Baku
Kalau kita memperhatikan kehidupan sehari-hari, betapa pentingnya peranan
bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia telah ditakdirkan satu sama lain
memerlukan pertolongan untuk memelihara, meningkatkan, dan mempertahankan
kehidupannya. Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan bantuan bahasa.
Andaikan manusia hidup seorang diri, tidak berkeluarga, tidak mempunyai sahabat
kenalan, pendek kata tidak ada masyarakat, tidak akan ada bahasa.akan tetapi,
sepanjang pengetahuan kita, manusia tidak pernah hidup seorang diri, melainkan
selalu hidup berkelompok betapapun keciol dan sederhana karena manusia itu adalah
makhluk sosial. Jelaslah, bahasa dan masyarakat bersangkut-paut.
Karena masyarakat bersifat kompleks, tidak ada satu bahasapun di dunia yang
seragam sifatnya. Indosesia, yang terdiri atas beribu-ribu pulau, besar dan kecil, yang
dihuni pula oleh ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri.
Melahirkan berbagai ragam bahasa meskipun ragam bahasa yang bermacam-macam
itu disebut bahasa indonesia juga. Ragam regional membedakan bahasa yang dipakai
di suatu daerah dengan yang ada di daerah lain. Pemakaian bahasa indonesia di jawa
barat, misalnya, sedikit banyak berbeda dengan pemakaian bahasa indonesia di jawa
tengah, di manado, di ambon, dan di daerah-daerah lain. Ragam bahasa menurut
tempat itu kita sebut dialek geografis. Tiap-tiap bahasa mempunyai juga dialek sosial
yang membedakan bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok sosial dari kelompok
sosial lain. Ciri-ciri bahasa yang khusus dipakai oleh para sarjana, para nelayan, para
petani, dan kelompok sosial lainnya, masing-masing menandai suatu dialek sosial.
Disamping itu, ragam bahasa ditentukan juga oleh situasi dan oleh pribadi
pemakainya.
Di antara ragam-ragam bahasa yang di pergunakan dalam masyarakat, ragam
bahasa yang mempunyai nilai komunikatif yang palinh tinggi ialah bahasa baku atau
bahasa standar yang fungsinya menyangkut kepentingan nasional. Tegasnya, bahasa
buku itu dipakai dalam situasi atau lingkungan resmi dan pergaulan sopan, seperti
dalam surat-menyurat resmi, pengumuman-pengumuman yang di keluarkan oleh
instansi resmi, perundang-undangan, karangan-karangan ilmiah, buku-buku pelajaran,
pidato, ceramah, pembicaraan dengan orang yang di hormati atau perlu di hormati,
dan lain-lain. Karena fungsi itulah, bahasa baku terikat tuli9san baku, ejaan buku,
kosakata baku, tata bahasa baku, dan lafal baku.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dalam situasi resmi itu, penggunaan
bahasa indonesia tidak hanya terikat oleh kaidah atau norma bahasa, juga bergantung
kepada lingkungan atau situasi tempat si pembicara dan orang yang di ajak berbicara.
Dengan kata lain, kita harus menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.
Yang dimaksud dengan bahasa yang benar ialah bahasa yang penggunaannya sesuai
dengan kaidah atau norma bahasa, sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang
penggunaannya sesuai dengan situasi, sesuai dengan orang yang di ajak berbicara, dan
sesuai pula dengan tempat bahasa itu dipakai. Bahasa yang benar belum tentu baik.
Contoh :
Kalau ada seorang mahasiswa, misalnya, menemui seorang dosen di kantornya dan
berkata, “pak. Saya mau berbicara dengan bapak sekarang. Bisa atau tidak ?”
Walaupun apa yang dikemukakan oleh mahasiswa itu mengikuti kaidah bahasa,
ungkapan itu tidaklah baik. Sebabnya ialah bahwa mahasiswa tersebut tidak
memperhatikan situasi, tempat, dan orang yang di ajak berbicara. Lain halnya kalau
dia mengatakan, “Apakah Bapak tidak berkeberatan berbicara dengan saya sebentar?”
(1) Bilang sama mereka uang itu belum bisa dikasih sekarang
(2) Kapan jalan ini dibikin lebar ?
(3) Kebiasaan itu tidak ada dikita.
(4) Kamu pulangnya besok kapan ?
(5) Uangnya akan didrop pada kami hari ini.
(6) Kalau ngomong yang sopan dong!
(7) Saya tidak mengerti kalau dia sudah pulang.
(8) Katakan kepada mereka bahwa uang itu belum bisa diberikan (diserahkan) hari
ini.
(9) Kapan jalan ini dilebarkan ?
(10) Kebiasaan itu tidak ada pada kita.
(11) Kapan kamu pulang ?
(12) Uang itu akan disampaikan ( diserahkan ) kepada kiami hari ini .
(13) Kalau kamu berbicara, jagalah kesopanan!
(14) Saya tidak tahu bahwa dia sudah datang.
1) Kemantapan dinamis, yang disampaikan memiliki kaidah dan aturan yang relatif
tetap, juga cukup luwes atau terbuka untuk perubahan sejalan dengan
perkembangan masyarakat.
2) Kecendekiaan, artinya sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di
berbagai ilmu teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus di capai lewat
bahasa indonesia.
Bahasa indonesia, yang berkendudukan sebagai nbahasa nasional dan bahasa negara,
jelas harus ,memiliki ragam bahasa baku.
Di dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebangsaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu
berbagai masyarakat yang berberda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya,
dan (4) alat perhubungan antar buidaya dan antar daerah.
Kelahiran ragam bahasa baku tidak harus mematikan ragam bahsa nonbaku.
Dalam kenyataannya, kedua bahasa itu hidup berdampingan. Dalam situasi santai,
misalnya, orang tidak menggunakan bahasa baku, melainkan bahasa nonbaku. Akan
terasa janggal dan kaku kalau dalam situasi itu orang menggunakan bahasa baku.
Sebaliknya, dalam surat-menyurat resmi, misalnya, orang diharuskan menggunkan
bahasa baku. Jadi, penggunaan bahasa baku tidak dapat dibenarkan apabila dopakai
dalam lingkungan tak resmi
(1) Perlu adanya pembaharuan ejaan bahasa indonesia yang sekarang ini.
(2) Bahwa konsep ejaan seperti yang terdapat dalam buku I Ejaan Baru
Bahasa Indonesia yang disusun oleh panitia ejaan baru Bahasa
Indoneisa yang di terbitkan oleh PT Dian Rakyat tahun 1966, pada
umumnya masih harus di tinjau kembali dan disempurkan.
Dj - djurang j – jurang
Tj – tjotjok c – cocok
J - jakin y – yakin
nj – njanjian ny – nyanyian
sj – sjarat sy – syarat
ch – chawatir kh – khawatir
selain itu, dalam Ejaan Rwoublik, huruf f, v, dan z masih dianggap huruf-huruf asing,
sedangkan dalam EYD huruf-huruf itu sudah dimasukkan ke dalam abjad bahasa
Indonesia untuk menulis kata-kata pungut seperti konferesi, film, variasi, kavaleri,
zaman,ijazah, dan sebagainya. Mengenai huruf x , apabila terdapat pada awal kata,
tetep dipakai x, seperti kata xenon. Apabila x huruf terdapat di tengah atau diakhir
kata, huruf x itu berubah menjadi ks, misalnya komleks, teks, dan lain-lain.
Perbuhan dari Ejaan Republik ke EYD cukup banyak, antara lain:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang :
(1) Baru sedikit putra Indonesia yang telah memperoleh gelar kehormatan maha-
putra.
(2) Tahun 1984 kami naik haji.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur namajabatan dan pangkat yang
diikuti nama orng atau yang dipakai sebagai pengganti nama orng tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh: kebelanda-belandaan, mengindonesiakan kata-kata asing.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh: tahun Hijrah, bulan Oktober, hari Kamis, hari Lebaran, perang Dunia I,
Proklamasi kemerdekaan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama diri.
Contoh :
(1) Mudah-mudahan tidak akan terjadi lagi perang dunia.
(2) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama geografi
Contoh:
(1) Mereka pernah mengunjung lembah Baliem di Irian Jaya.
(2) Beberapa candi di Dataran Tinggi Dierng perlu segera dipugar.
(3) Dalam musim hujan kali Brantas sering banjir.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
terjadi menjadi unsur nama diri.
Contoh:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama tuhan, termasuk kata gantinya.
Contoh: Tuhan, Alkitab, Yang Mahakuasa, hamba-Mu.
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan
kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah, sedangkan kata esa ditulis dengan huruf
awal kapital.
Contoh: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Penyayang.
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Contoh: perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-undang tentang Perfilman,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
8) Setiap kata, kecuali kata tugas, dari nama sebuah buku, majalh, surat kabar, judul
karangan, judul syair, dan baba buku, yang dikutip dalam karangan , ditulis
dengan huruf awal kapital.
Contoh:
(1) Apakah saudara sudah membaca Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma ?
(2) Bacalah “sastra Daerah dan penulisan Sejarah Lokal” dalam majalah Basis!
9) Nama mata pelajaran atau mata kuliah ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
(1) Mata kuliah Agama diberikan selama dua semester di Universitas itu.
Contoh:
Catatan: dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata (kelompok kata) yang
akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
d) Tanda Koma
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pengambilan. Itu berarti bahwa yang dirinci sekurang-kurangnya terdiri dari atas
tiga unsur
Contoh:
(1) Dia menjual rumah, mobil, dan sebidang tanah.
(2) Satu, dua, ... tiga!
2) Tanda koma dipakai untk memisahka kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang lain yang dihubungkan oleh kata penghubung setara.
Contoh:
(1) Paman gemar bulu tangkis, tetapi bibi lebih suka bermain tenis.
(2) Dia akan menyelesaikan pelajarannya di perguruan tinggi tahun ini, sedangkan
kakaknya memerlukan satu tahun lagi.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat apabila anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
(1) Karena hujan deras, saya menyetir hati-hati.
Apabila induk kalimat mendahului anak kalimatnya, tanda koma tidak dipakai.
(2) Saya menyetir hati-hati karena hujan deras
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Kata penghubung antar kalimat yang di maksud
adalah kata-kata seperti di bawah ini:
Sebab itu lagi pula
Karena itu walaupun (biarpun, dsb )
Akan tetapi begitu/ demikian
Sebaliknya dalam pada itu
Akibatnya akhirnya
Sesudah itu sebenarnya
Sebelum itu selanjutnya
Selain itu kemudian
Setelah itu namun
Disamping itu tambahan pula
Sementara itu dengan demikian
Jadi bahkan
Contoh:
(1) Sudah lama karyawan itu tidak memperoleh kenaikan gaji. Walaupun begitu,
dia tidak pernah mengeluh.
(2) Semalam hujan turun dengan lebat. Akibatnya, banyak jalan terendam air.
(3) Pancasila adalah pandangan hidup bangsa indonesia. Karena itu, kita harus
menghayati dan mengamalkan.
(4) Di depan gedung itu orang di larang memarkir mobil. Akan tetapi, masih ada
saja pengendara mobil melanggar larangan itu.
(5) Dalam liburan ini saya tidak mempunyai rencana pergi bertamasya. Lagi
pula,kesehatan saya sedikit terganggu.
(6) Sudah setahun dia bekerja di pabrik itu. Sebelumny, dia aktif menjadi guru di
daerah perdalamn kalimantan.
5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh:
(1) Kata ayah “saya amat lelah hari ini”
(2) “saya amat lelah hari ini” kata ayah, “karena menerima banyak tamu”
6) Tanda koma dipakai dintara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
temapt dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
beerurutan.
Contoh:
(1) Amin, Jalan Delima 2, Bandung
(2) Fakultas Kedokteran , Jalan Raya Salemba 6, Jakarta
(3) Surabaya, 10 Juni 1982
(4) Manila, Filipina
7) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalikkan susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: keraf, Gorys. 1980. Tatabahasa Indonesia, Ende-flores: Nusa Indah.
8) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dalam angka.
Contoh: 75,5 km. Rp 50,50
9) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh:
(1) Semua nsiswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
Bandingkan dengan kalimat yang berisi keterangan tambahan pembatas.
(2) Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
10) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan posisi dan keterangan tambahan.
Contoh:
(1) Haji Syukran, Direktur PT Anugrah, seorang yang terkemuka di kota ini.
(2) Di daerah kami, misalnya, masih banyak perempuan merokok.
(3) Berdasarkan persetujuan bersama, kedua negara itu akan bekerjasama dalam
bidang perdagangan.
(4) Siapah yang akan di undangmakan besok malam, tamu dari Jepang atau tamu
dari Malaysia?
(5) Sewa kamar hotel itu rp 25.000,00 per hari, termasuk makan pagi.
(6) Saya, jika diperlakukan seperti itu, akan melawan.
11) Tanda koma dipakai-untuk menghindari salah baca-di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
(2) Atas bantuahn Ahmad Sulaiman mengucapkan terima kasih.
2) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
0.20.15 jam
0.0.30 jam
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
(1) Jumlah mahasiswa universitas itu 14.750 orang.
(2) Banjir bandang yang menerjang desa itu menewaskan 1.024 jiwa.
4) Tanda titik dipakai diantara nama penulis, tahun terbit, judul karangan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya arau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.