Anda di halaman 1dari 16

1. A.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa


Indonesia yang dikuatkan kedudukannya dalam UUD 1945.
Tetapi bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan
tersebut ternyata memiliki sejarah perkembangan yang
sangat panjang. Pada mulanya, bahasa Indonesia berbeda
dengan yang ada sekarang. Adapun sejarah asal usul bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.

Akar Bahasa
Sebagaimana ditulis dalam sejarah, bahasa Indonesia berakar
dari bahasa Melayu. Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke
Indonesia, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
komunikasi dan bahasa perdagangan antar daerah. Setelah
kedatangannya ke Indonesia, bangsa Belanda menjadikan
bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ke 2 dalam korespondensi
dengan orang lokal.

Salah satu Gubernur Belanda, yaitu Gubernur Jenderal


Roshussen menunjukkan ketertarikannya kepada Bahasa
Melayu dan mengusulkan Bahasa Melayu dimasukkan sebagai
bahasa kegiatan di sekolah-sekolah. Tetapi beberapa pihak
Belanda merasa keberatan, justru mereka ingin menjadikan
Bahasa Belanda sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.

Alasan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia


Pada masa kedudukan Bangsa Belanda, Bahasa Melayu sudah
menjadi bahasa lingua franca di nusantara. Bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa perhubungan dan juga bahasa
perdagangan. Bahasa Melayu sendiri sebenarnya termasuk
bahasa Austronesia yang merupakan cabang dari bahasa-
bahasa suku Sunda dan suku Sulawesi.

Keberadaan bahasa Melayu sendiri sudah menyebar mulai dari


pesisir tenggara pulau Sumatera sebagai wilayah Kerajaan
Sriwijaya yang menguasai perdagangan waktu itu, hingga di
kerajaan Melayu yang berada di wilayah Propinsi Jambi. Bahasa
Melayu mulai terpecah sekitar abad 19, menjadi bahasa
Indonesia yang waktu itu sebagai Bangsa Hindia Belanda dan
Persekutuan Tanah Melayu yang sekarang menjadi Malaysia. 1.
Bahasa Melayu dinilai sebagai bahasa yang sedehana dan
fleksibel, serta bisa diterima masyarakat sekitar, yaitu suku
Jawa dan Sunda. Hal itu yang menjadi alasan bahasa Melayu
merupakan asal usul bahasa Indonesia. Sehingga pada tahun
1927, untuk pertama kalinya bahasa Indonesia digunakan
dalam pidato oleh Jahja Datoek Rajo.

Pada Konggres Pemuda ke 1 tahun 1926, Bahasa Melayu


diwacanakanuntuk dikembangkan sebagai bahasa dan sastra
Indonesia. Dan pada Konggres Pemuda ke 2 tahun 1928, atau
lebih dikenal sebagai Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia
dijadikan bahasa persatuan.

Pada konggres Sumpah Pemuda ini, Prof. Dr. Moh. Yamin


menegaskan, bahasa Indonesialah yang  bisa mempersatukan
Bangsa Indonesia. Secara sosiologis, Bahasa Indonesia sudah
menjadi bahasa persatuan sejak ikrar Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928.

Tetapi secara yuridis, bahasa Indonsesia diakui sebagai bahasa


nasional pada tanggal 18 Agustus 1945 setelah Indonesia
merdeka. Itulah sejarah asal mulanya bahasa Indonesia itu ada.
Bagaimanapun sejarah asal usul bahasa Indonesia, bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional bangsa Indonesia yang harus
kita junjung tinggi keberadaannya.

B. Tentunya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Apa
sajakah fungsi tersebut? Pemersatu masyarakat Indonesia Artinya adalah Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa untuk berkomunikasi antar masyarakat Indonesia
yang berasal dari berbagai suku dan budaya. Sebagai identitas nasional Bahasa
Indonesia merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan serta menjadi ciri khas untuk
negara Indonesia. Kebanggaan Bangsa Indonesia Artinya adalah Bahasa Indonesia
dibuat oleh orang Indonesia serta sebagai bahasa pemersatu. Untuk berkomunikasi
masyarakat Indonesia Secara garis besar, fungsi ini tidak berbeda jauh dengan fungsi
pemersatu atau bahasa pemersatu.

Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa


nasional:

1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di


Indonesia
2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-
regional

Fungsi sebagai bahasa negara:

1. bahasa resmi negara


2. bahasa pengantar dalam pendidikan
3. berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan pembangunan nasional dan pelaksanaan
4. budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan
dan teknologi

2.A. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,


yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan
terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-
undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat
menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan


pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi
remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak
resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
1. Ragam bahasa lisan
2. Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech)


dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan
ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita
berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek
tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki
hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan
ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa
ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis
ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang
memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar,
meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan
aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki
seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

B. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui


oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai
bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunaannya.

Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai


dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan
maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Ciri-ciri bahasa baku :


1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi,
surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang
dikeluarkan oleh instansi resmi,  perundang-undangan,
penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karya ilmiah,
buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan di depan umum, seperti dalam ceramah,
kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan
sebagainya.

Sedangkan kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata


baku. Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan
sehari-hari, bahasa tutur. Tidak ada cirri-ciri penggunaan kata
ini karena digunakan sebagai bahasa sehari-hari (seenaknya).
C. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan
(yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan
ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan,
istilah, dan tata bahasa). Seperti yang ditulis di buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun
1988, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang
dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan
bahasa yang benar atau betul.

“Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud


hatinya mencapai sasarannya, apapun jenisnya itu, dianggap
berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan
serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa
itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang
harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku”
(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988, halaman 19).

Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai
sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik
belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu
kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang
anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik
meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan
bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti
engkau bisa jatuh!”

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa


Indonesia dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di
samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke
ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan
dan kebenaran”

3. A. deduktif

Paragraf Deduktif
yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf

Contoh paragraf deduktif

Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah


armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua,
kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak
tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar,
rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan,
banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang
berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para
pelanggar lalu lintas.
Penjelasan dan catatan penting paragraf deduktif :

1. Kalimat utama berada di awal paragraf.


2. Menyatakan dari hal yang umum (luas) ke hal yang khusus.

B. deskriptif

Pada jjenis ini biasanya terkait dengan suatu gambaran keadaan atau
suatu peristiwa dengan memakai kata-kata sehingga pembacanya
seolah-olah dapat merasakan, melihat, serta mengalami langsung
kejadian tersebut.

Contoh Paragraf Deskripsi

Pantai Nusa Penida memiliki tata keindahan alam yang menarik,


khususnya bagi wisatawan yang mendambakan suasana nyaman,
tenang, jauh dari kebisingan kota. Pohon-pohonnya rindang.
Bentangan lautnya luas. Untuk semua pengunjung , pada sekarang ini
Pantai Nusa Penida juga menawarkan keindahan ikan laut yang
sedang berenang. Agar dapat selalu menjaga ekosistem kini
pemerinta daerah Bali akan menata dan mengelola Pantai Nusa
Penida sebagai tujuan wisata alternatif.

C. naratif

Jenis ini merupakan paragraf yang mengenai sebuah cerita masalah


atau suatu kejadian, sehingga para pembaca dapat terhibur atau
terharu atas peristiwa yang sedang terjadi tersebut.

Contoh Paragraf Narasi

Elsa pergi mencari kayu bakar di hutan, Pada suatu pagi yang sangat
cerah ia tak sendirian karena ia pergi bersama sang Kakek. Dia
berjalan pada suatu hutan yang lebat, ia mendengar suara-suara
hewan yang nyaring. Namun ia takut karena itu pengalaman
pertamanya untuk mencari kayu bakar di hutan.
D. induktif

yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.

Contoh paragraf induktif

Guru menguasai materi dengan baik. Siswa terkelola dalam


suasana pembelajaran yang kondusif. Proses pembelajaran aktif
dan partisipatif. Evaluasi dilaksanakan sebagai pengukuran
tingkat penyerapan siswa. Hal-hal di atas merupakan indikasi
menuju keberhasilan pembelajaran di kelas.
Penjelasan dan catatan penting paragraf induktif :

1. Kalimat utama berada di akhir paragraf.


2. Menyatakan dari hal yang khusus ke hal yang umum (luas).

4. Sistematika Penulisan Makalah

Untuk menyusun makalah, kita harus tahu terlebih dahulu sistematika


dalam penulisan makalah. Sistematika makalah secara garis besar
terdiri atas tiga bab atau bagian utama dan didalamnya mencakup
beberapa bagian lainnya.

1) Pendahuluan

Pendahuluan memuat tentang persoalan yang akan dibahas, yakni


meliputi:

Latar belakang, di dalamnya menjelaskan tentang manfaat dan


pentingnya judul atau topik untuk dibahas.

Rumusan masalah yaitu, isinya mencakup tentang ruang lingkup atau


rumusan permasalahan yang menjadi batasan masalah.
Maksud dan tujuan penulisan, yaitu bagian yang berisi tentang
penjelasan maksud penulisan makalah dan tujuan yang berisi tentang
hal yang diinginkan sesuai dengan konteks persoalan yang akan
dibahas.

2) Pembahasan

Dalam bagian pembahasan, di dalamnya merupakan uraian yang


relevan dengan rumusan masalah. Meliputi bahasan singkat teori
pendukung berdasarkan kajian pustaka atau bahan referensi yang
digunakan. Bagian pembahasan pada dasarnya untuk membahas
permasalahan dengan alternatif pemecahan masalah yang dikaji yang
bisa dibantu dengan faktor pendukung dan penghambat. Bagian ini
menjadi bagian isi utama makalah, karena menjadi bahasan luas
permasalahan topik yang dibahas.

3) Penutup
Penutup menjadi bab terakhir makalah berisi tentang penegasan isi
dari makalah. Dirumuskan dengan jelas, singkat, dan tegas didalamnya
meliputi:
• Kesimpulan, merupakan bagian yang berisi jawaban dan
permasalahan dalam bentuk ikhtisar permasalahan
• Saran, merupakan bagian yang berupa usul atau pendapat dari
penulis yang mengacu pada materi pembahasan
Selain ketiga struktur utama dalam makalah di atas, terdapat pula
bagian penunjang dalam pembuatan makalah, yang meliputi:
• Lembar Judul
• Lembar Pengesahan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Daftar Gambar (jika ada)
• Daftar tabel (jika ada)
• Daftar Pustaka
• Lampiran-lampiran
5. 4 PRINSIP UTAMA ETIKA PENELITIAN
 Menghormati & menghargai harkat martabat manusia sebagai
subjek penelitian.
 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian.
 Memegang prinsip keadilan & kesetaraan.
 Memperhitungkan dampak positif maupun negatif dari penelitian.

6. Pengertian Paragraf Argumentasi


Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat (argumen)
beserta alasannya. Paragraf ini dibuat dengan mengimpun suatu pendapat,
sikap yang disertai dengan alasan-alasan, contoh-contoh dan bukti-bukti yang
meyakinkan sehingga pembaca akan membenarkan gagasan pokok yang
dibawanya.
Contoh Paragraf Argumentasi :
Lingkungan di Kelurahan Parang Tritis ini begitu kotor. Sampah sampah
berserakan di mana-mana dan selokan tempat mengalirnya air juga tampak
kotor dan memprihatinkan.  Nyamuk senang bersarang dan bertelur di
selokan karena airnya menggenang. Oleh sebab itu seharusnya kita sebagai
warga yang baik harus sadar dan bersama-sama membersihkan lingkungan
sehingga terciptalah Kelurahan Parang Tritis yang asri dan sehat.

Pengertian Paragraf Persuasi


Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan, perintah ataupun
bujukan untuk melakukan sesuatu hal. Persuasi sendiri berasal dari bahasa
Inggris yaitu persuade yang artinya mengajak, membujuk, atau menyuruh.

Paragraf ini biasanya bersifat subjektif karena isinya merupakan murni


pandangan pribadi penulisnya tentang suatu topik. Karena tujuannya untuk
mengajak, maka tidak jarang dalam paragraf ini sering kali ditemukan data-
data pendukung sebagai penguat tulisan tersebut, sehingga pembaca akan
lebih yakin dan tidak ragu untuk melakukan apa yang disarankan penulis.

Contoh Paragraf Persuasi


Penanggulangan musibah banjir dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contoh sederhananya, tidak membuang sampah sembarangan, rutin
membersihkan irigasi air, dan melakukan perluasan tempat penampungan
air. Dari berbagai cara tersebut hal yang paling mudah dilakukan oleh setiap
kita adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, karena dengan
menumpuknya sampah dapat menghambat dan menahan air saat hujan
sehingga air akan meluap dan terjadilah banjir. Anda tidak ingin kebanjiran
kan, makanya mari kita ubah lingkungan menjadi lebih sehat dan aman dari
ancaman banjir dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Pengertian Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi merupakan jenis karangan yang memuat deskrifsi atau
penggambaran/perincian suatu objek tertentu secara mendetil. Dalam paragraf
jenis ini, seorang pengarang atau penulis akan mencoba memberikan
pendekatan pada pembaca untuk menggambarkan sifat dan karekteristik
sebuah objek. Dari sini pembaca akan dibawa seakan melihat, merasakan atau
mendengar apa yang dilukiskan oleh penulis secara langsung.

Contoh Paragraf Deskrifsi:

Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat eksotis. Apalagi dengan


cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar
bangunan itu terlihat indah, mampu memberikan kehangatan bagi siapa saja
yang memandangnya. Lampu-lampu taman-taman yang bersinar menambah
kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah. (BSE Bahasa
Indonesia Kelas 10, oleh: Soratno & Wahono)

7.

1. Silogisme kategorik,
adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi
kategorik.
Contoh:

1. Premis Mayor : Semua manusia tidak lepas dari kesalahan


Premis Minor : Semua cendikiawan adalah manusia
Konklusi : Semua cendikiawan tidak lepas dari kesalahan
2. Premis Mayor : Semua tanaman membutuhkan air
Premis Minor : Padi adalah tanaman
Konklusi : Padi membutuhkan air

2. Silogisme Hipotetik,
adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.  Macam tipe silogisme hipotetik:

 Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui


bagian antecedent
Contoh:
Premis Mayor : Jika hujan , saya naik becak
Premis Minor : Sekarang Hujan .
Konklusi : Jadi saya naik becak.

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui


bagian konsekwensinya
Contoh:
Premis Mayor : Bila hujan , bumi akan basah
Premis Minor : Sekarang bumi telah basah .
Konklusi : Jadi hujan telah turun

Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari


antecendent
Contoh:
Premis Mayor : Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul .
Premis Minor : Politik pemerintah tidak dilaksanakan
dengan paksa ,
Konklusi : Jadi kegelisahan tidak akan timbul

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari


bagian konsekwensinya
Contoh:
Premis Mayor : Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak
penguasa akan gelisah
Premis Minor : Pihak penguasa tidak gelisah
Konklusi : Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan

3. Silogisme disjungtif ,
adalah silogisme dimana premis mayor maupun minornya, baik
salah satu maupun keduanya, merupakan keputusan
disjunctive.
Contoh :
Premis Mayor : Kamu atau saya yang pergi
Premis Minor : Kamu tidak pergi
Konklusi : Maka sayalah yang pergi
Silogisme disjungtive mempunyai dua buah corak diantaranya :

1. modus ponendo tolles, contoh:


Planet kita ini diam atau berputar.
Karena berputar, jadi bukanlah diam
2. modus tolledo ponens, contoh:
Planet bumi kita ini diam atau berputar
Planit bumi kita ini tidak diam
Jadi . planet bumi kita ini berputar.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas
mempunyai dua tipe yaitu :
3. Premis minornya mengingkari salah satu alternative,
konklusinya adalah mengakuialternative yang lain, contoh
:
Premis Mayor : Ia berada diluar atau di dalam
Premis Minor : Ternyata tidak berada di luar.
Konklusi : Jadi ia berada di dalam.
4. Premis minor mengakui salah satu alternative,
kesimpulannya adalah mengingkarialternative yang lain,
contoh:
Premis Mayor : Budi di masjid atau di sekolah
Premis Minor : Ia berada di masjid.
Konklusi : Jadi ia tidak berada di sekolah

4. Silogisme Konjungtif,
adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu
proporsi konjungtif. Silogisme konjungtif hanya mempunyai
sebuah corak, yakni akuilah satu bagian di premis minor, dan
tolaklah yang lain di kesimpulan.
Contoh:

 Premis Mayor : Tidak ada orang yang membaca dan tidur


dalam waktu yang bersamaan .
 Premis Minor : Sartono tidur
 Konklusi : Maka ia tidak membaca

Jenis-jenis Silogisme
Dalam penerapannya, ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme
kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.
1. Silogisme kategoris
Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga
proposisi (premis) kategoris.
Contoh:

 Semua manusia adalah makhluk berakal budi (premis


mayor)
 Afdan adalah manusia (premis minor)
 Jadi, Afdan adalah makhluk berakal budi (kesimpulan)

2. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya
berupa keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan
pernyataan kategoris.
Contoh:

 Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman


(premis mayor)
 Hari ini tidak hujan (premis minor)
 Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan).

3. Silogisme alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya
premis alternatif, premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya, dan kesimpulannya menolak alternatif yang lain.
Contoh:

 Kakek berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)


 Kakek berada di Bantaeng (premis minor)
 Jadi, kakek tidak berada di Makassar (kesimpulan)
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari.Baik dalam bentuk lisan maupun tulisan hanya
dikemukakan premis mayor dan kesimpulannya.
Contoh :

 Fajar berhak mendapatkan peringkat satu karena dia telah


berusaha keras dalam belajar
 Fajar telah berusaha keras dalam belajar, karena itu Fajar
layak mendapatkan peringkat satu.

5. Silogisme Disjungtif
Silogisme Disjungtif merupakan silogisme yang premis
mayornya merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya
bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Contoh :

 Seno masuk sekolah atau tidak. (premis mayor)


 Ternyata Seno tidak masuk sekolah. (premis minor)
 Ia tidak masuk sekolah. (kesimpulan).

Anda mungkin juga menyukai