Anda di halaman 1dari 1

Tahun 1950-an adalah dekade terjadinya pemberontakan di beberapa daerah, termasuk

di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Tahun 1954, Ibnu Hajar
bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo untuk membentuk negara Islam di wilayah
Kalimantan Selatan. Beberapa pemimpin suku Dayak besar yang sempat mengenyam
pendidikan modern di Jawa, menginginkan pembentukan provinsi sendiri karena selama
ini tinggal di wilayah administratif yang dipimpin oleh suku Banjar. Keinginan ini tentu
disambut baik oleh pemerintahan pusat di Jakarta karena pemerintah perlu provinsi
yang loyal di daerah pinggiran, yang berbatasan dengan daerah-daerah yang pernah
terjadi pemberontakan di dalamnya.1 Maka cukup mudah bagi Tjilik Riwut untuk
mengundang Bung Karno ke Pahandut, yang waktu itu merupakan bagian Provinsi
Kalimantan Selatan untuk membentuk provinsi baru yaitu Kalimantan Tengah dengan
ibu kota Palangkaraya.2

1
Gerry van Klinken, “Mengkolonisasi Borneo: Pembentukan Provinsi Dayak di Kalimantan”, dalam
Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an, Sita van Bemmelen (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2011), 174
2
Noval Dhwinuari Antony, “Cerita Saksi Sejarah saat Soekarno Datang di Palangkaraya”, detikNews, 20
Juli 2017, diakses di https://news.detik.com/berita/d-3566767/cerita-saksi-sejarah-saat-sukarno-datang-
di-palangka-raya pada 17 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai