Anda di halaman 1dari 14

RAGAM BAHASA DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Adi Putra Mulyadi 2016141195


Hanifah Puji Lestari 2016140923
Mohamad Dimas Yoga P 2016141282
Wahyu Tati Ningsih 2016141506

Kelas
04TPLP006

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan “bahasa ibu” yaitu bahasa utama dari


bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang
menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan
maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia
secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia
tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat.


Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia
wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia
dimana ragam bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya
berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini
yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan, karena lebih banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan suatu


permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2) Apa saja macam-macam ragam bahasa?
3) Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penyusun membatasi

masalah yaitu pembahasanmengenai Ragam lisan dan tulis , Ragam baku

dan ragam tidak baku , Ragam baku tulis dan ragam baku lisan , serta

Ragam sosial dan ragam fungsional.

1.4 Tujuan dan Manfaat Makalah

1.4.1 Tujuan makalah

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pentig atau tidaknya bahasa Indonesia,

2. Ragam lisan dan ragam tulis,

3. Ragam baku dan ragam tidak baku,

4. Ragam baku tulis dan ragam baku lisan,

5. Ragam sosial dan fungsional .

1.4.2 Manfaat

1) Manfaat Teoritis :

(1) Secara praktis, makalah ini diharapkan yang bermanfaat bagi

guru bahasa Indonesia sebagai bahan evaluasi sekaligus

sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan kemampuan

berbahasa.

2) Manfaat Praktis

(1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

pengembangan mata kuliah bahasa Indonesia.


(2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun

implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang

strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya

manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa


Bahasa adalah suatu ujaran atau sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak
ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder.
Oleh karena itu Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di
atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya
dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling
mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita
miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara
apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu
keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan
menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini,
memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa
globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan
menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan
bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang “Berbahasa Yang
Baik Dan Benar”
Pada dasarnya bahasa adalah alat yang digunakan oleh lebih dari satu
orang untuk berkomunikasi. Bahasa juga bisa dijadikan sebuah lambang pada
suatu negara untuk di akui oleh negara yang lainnya. Sebagai alat komunikasi,
bahasa dipakai untuk menghubungkan perbedaan, persamaan serta berbagai
perabadan dari zaman dahulu hingga sekarang. Bahasa timbul dari kesewenang-
wenangan suatu kelompok masyarakat dimana mereka menyetujui akan bahasa
yang timbul tersebut.
Di dunia ini terdapat beribu-ribu bahasa yang berbeda, namun arti atau
makna yang mereka ungkap sesungguhnya sama. Untuk menemukan agar arti atau
makna itu sama, kewajiban filsafat yaitu memberikan kerangka analisis agar
persamaan artinya dapat dipertemukan. Tugas utama filsafat itu memang untuk
memecahkan problem yang muncul dalam bahasa.
Kemampuan berbahasa harus mencerminkan karakter dan sifat yang
utuh, lugas dan berbobot. Bahasa sebagai cara mengutarakan makna harus mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan ragam pengertian. Sebab tak jarang, karena
bahasa orang bisa saling konflik dan bunuh-membunuh serta menimbulkan
perpecahan antarindividu, keluarga, maupun masyarakat.
Dengan demikian, bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi tetapi juga
untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, melainkan mampu
mengubah seluruh tatanan kehidupan manusia. Artinya, bahasa merupakan salah
satu aspek terpenting dari kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa
tidak bisa bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada bahasa.
Ada dua macam bahasa, yaitu bahasa lisan adalah bahasa yang kita
ucapkan dengan mulut atau lisan dan tulisan yaitu bahasa yang ditulis pada sebuah
media, seperti kertas, batu, dan lainnya. Kebanyakan masyarakat lebih sering
menggunakan bahasa lisan, karena sebagian dari mereka ada yang tidak bisa
membaca dan menulis.
Setiap negara pasti mempunyai bahasa resmi masing-masing yang
digunakan oleh masyrakatnya. Bahasa baku adalah bahasa yang menjadi bahasa
pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam
masyarakat. Di dalam bahasa baku ini pun ada juga bahasa lisan dan tulisannya.

2.2. Ragam Bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi,
seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang
dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar
dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam
bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu
aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan
yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan
tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem
bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada
pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

2.2.1. Ragam Bahasa Berdasarkan Media/Sarana


Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia
dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut
sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam
baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa
Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa
Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan
ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan
digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain
asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku
agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam
pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku
yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku
bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
(a) Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan
dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara
dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide. Sehingga maksud seseorang bisa dilihat dari
gaya dia berbicara(Hasan, 2000)
Contoh yang termasuk ke dalam ragam bahasa lisan pun sangat banyak,
diantaranya pidato, ceramah, sambutan, ngobrol, dll. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau
berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian
seperti halnya pidato ataupun ceramah. Syarat utama dari ngobrol yang penting
bisa dimengerti oleh lawan bicara, tidak perlu menggunakan bahasa baku.
(b) Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide(Effendi, 1981)
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll.
Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik
dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
(a) Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
(b) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
(c) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
(d) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.

2.2.2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur


(a) Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian
bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura,
dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya
logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi
awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll.
Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata
ithu, kitha, canthik, dll.
(b) Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari
seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai
(c) Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara
lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap
penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat
mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada
atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam
(a) Pebicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas
memberikan kuliah/pelajaran.
(b) Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan
guru/dosen, dengan pejabat.
(c) Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-
undang.
(d) Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

2.2.3. Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun
menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik,
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan,
olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok
persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut,
misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang
agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran;
improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni;
pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan,
peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang
digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan.
Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,
kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll.
Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.
2.2.4. Ragam Bahasa Formal
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
urusan surat menyurat, semasa mengajar atau bertutur dengan orang yang kita tidak
kenal dekat.
Ciri-ciri bahasa formal:
(a) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
(b) Menggunakan imbuan secara lengkap;
(c) Menggunakan kata ganti resmi;
(d) Menggunakan kata baku;
(e) Menggunakan eyd; dan
(f) Menghindari unsur kedaerahan.

Ragam bahasa standar memiliki: pertama, sifat kemantapan dinamis, yang


berupa kaidah dan aturan yang tetap. Ketetapan bersifat luwes sehingga
memungkinkan perubahan yang tersistem dan teratur di bidang kosa kata dan
peristilahan dalam kehidupan modern. Kedua bersifat kecendikiaan. Perwujudan
dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lainyang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Adanya penyeragaman kaidah baku, penyamaan ragam bahasa atau
penyeragaman variasi bahasa merupakan ciri bahasa baku ketiga. Kegunaan dari
penyeragaman ini adalah bahasa Indonesia untuk menyamakan persepsi atas suatu
bahasa kedalam bahasa Indonesia (Meoliono dalam hans lapoliwa, 2008). Fungsi
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses
identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat. Fungsi memberi
kekhasan yang diemban bahasa baku, membedakan bahasa itu dengan bahasa
yang bersangkutan. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradapan lain. Fungsi pembawa wibawa dapat
dicontohkan dari pengalaman yang ada tidak di sangsikan lagi dibeberapa tempat
bahwa penutur yang mahir berbahasa indonesia yang baik dan benar wibawa di
mata orang lain. Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian
bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas.
Penstandaran bahasa baku bahasa Indonesia selama dari diresmikan sebagai
bahasa persatuan sampai sekarang mengalami beberapa kali perubahan sesuai
dengan kemajuan zaman. Pembakuan bahasa Indonesia pertama kali dilakukan
tahun 1901 dengan adanya pembakuan bahasa Indonesia Van Ophuijsen, kedua
pada tahun 1947 dengan adanya istilah Ejaan Suwandi dan akhirnya dari tahun
1975 dikenal adanya istilah Ejaan Yang Disempukan.

2.2.5 Ragam Bahasa Nonformal


Ragam bahasa nonformal dilaksanakan pada situasi santai dan kepada
orang yang sudah dikenal akrab. Kuantitas pemakaian bahasa tidak resmi banyak
tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Prinsip
yang dipakai dalam bahasa tidak resmi adalah asal orang yang diajak bicara bisa
mengerti.
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara
atau sikap penulis terhadap pembaca. Kita dapat mengamati bahwa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau
bahasa perintah atasan kepada bawahan.
Dari segi fungsinya, bahasa gaul memiliki persamaan antara slang, jargon,
dan prokem. Fungsi slang dan prokem digunakan untuk merahasiakan sesuatu
kepada kelompok lain. Bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak
mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan
kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja.
Bahasa gaul disebut juga sebagai bahasa prokem. Hal ini dilihat dari segi
fungsi, penuturnya, dan kaidah pembentukan bahasanya. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap
disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.

2.3. Secara garis besar ragam bahasa dibagi menjadi 2 macam; yaitu :
2.3.1 Ragam Umum
Bahasa bergaya biasa yang tidak memiliki sifat-sifat istimewa, hanya
merupakan bahasa yang terpelihara. Digunakan dalam karangan umum, surat-
menyurat umum,ceramah umum dan karangan ilmiah popular.
2.3.2. Ragam Khusus
Ragam bahasa yang dipakai untuk keperluan-keperluan khusus dan
memilki sifat-sifat khas/cara penuturan yang tidak lazim dalam bahasa umum
yang ditujukkan pada kalangan tertentu. Digunakan dalam karangan ilmiah, karya
sastra, dan undang-undang.
Ragam khusus dibagi menjadi 2 :
(a) Ragam Ringkas
Ragam bahasa yang dibuat secara ringkas dan padat bertujuan mencari
efektifitas misalnya, ragam yang dipakai dalam jurnal listik,perundang-
undangan,lingkungan.
Ciri khas ragam ringkas:
(a) Bahasanya padat berpusat pada surat pembicaraan.
(b) Lebih banyak obyektif daripada subyektifnya.
(c) Mementingkan unsur pikiran daripada perasaan ( rasional / logis).
(d) Bersifat memberitahukan dari pada menggerakkan emosi. Agar pembaca
memperoleh pengertian
(e) Mengandung satu interprestasi / penafsiran.
(b) Ragam ilmiah
Yakni ragam bahasa yang digunakan dalam keperluan atau pembicaraan
ilmiah.
Ciri khas :
(1) Mutlak bahasa pikiran yang harus ditangkap dengan pikiran.
(2) Penuturan cermat dan tepat.
(3) Menggunakan kalimat efe
(4) Bahasanya baku
(5) Menggunakan kata, ungkapan dan cara penuturan yang khusus dalam bidang
ilmiah.
(6) Umumnya merupakan bahasa yang berat, terutama yang digunakan untuk
menyampaikan pengetahuan murni.

(c) Ragam Jurnalistik


Yakni ragam bahasa yang dipakai untuk memeparkan berita dari
pesuratkabaran termasuk di dalam majalah.
Ciri khas :
(a) Penuturannya ringkas
(b) Sederhana bentuknya kadang-kadang keluar dari kaidah bahasa
(c) Padat isinya.
(d) Menggunakan kata-kata umum yang dikenal orang umum.
(e) Terdapat kalimat yang sambung sinambung, bahkan berjalin-jalin namun
umumnya mudah dipahami karena mengejar kepadatan dan keringkasan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Bahasa adalah suatu ujaran atau sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak
ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder.
Ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis bisa dibedakan dengan meihat
cara penulisanny. Jika dalam kehidupan sehari-hari, ragam bahsa tulis perlu
memperhatikan kaedah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sdangkan
dalam ragam bahsa lisan tidak perlu. Secara jelas ragam bahasa lisan adalah
sesuatu yang disampaikan secara lisan, sedangkan ragam bahasa tulis merupakan
sesuatu yang disampaikan melalui tulisan.

3.2. Saran
Pendalaman sebuah ragam makna sangat penting dalam proses
pemahaman bahasa, terutama bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat
Indonesia tahu tentang makna kebahasaan secara lebih jelas dan gamblang.
Sehingga, masyarakat tidak asing dan mampu membedakan dan memilah-milah
ragam makna tersebut.
Untuk itu, penulis menyarankan agar masyarakat Indonesia mau mencintai
dan mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam sebagai rasa patriotisme
terhadap bangsa. Mau membaca dan mau mempelajari kajian bahasa Indonesia
terutama pada kajian semantik atau ilmu makna. Hal ini bertujuan agar
masyarakat Indonesia bisa mengidentifikasi ragam makna dalam bahasa Indonesia
dan padanaannya. Terutama mampu memahami makna konstruksi, makna
kontekstual dan makna konseptual.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal, dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Edisi Keduabelas. Jakarta:
Akadamika Pressindo.

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Diknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Panduan Kongres Bahasa Indonesia
VIII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Flores:
Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu.
Nasucha, Yakub, dkk. 2006.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis
Ilmiah.Yogyakarta: Media Perkasa

Anda mungkin juga menyukai