Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PERENCANAAN BAHASA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Program studi D4 Kebidanan

Dosen Pembimbing :

Muhammad Yatim, S.Pd

Oleh :

Adella Syafira (1915301001)


Alia Lestari (1915301002)
Ayu Dahlia Warningsih (1915301003)
Dewi Ariyanti (1915301005)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2016
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bias
selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalh ini bias menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi dikemudian hari.

Bangkinang, September 2019

Tim Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan dan Fungsi Bahasa
2.1.1 Pengertian Bahasa
2.1.2 Peran Bahasa
2.1.3 Fungsi Bahasa
2.1.4 Aspek Bahasa
2.1.5 Bahasa dan Prilaku
2.1.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
2.2 Ragam Bahasa
2.2.1 Pengertian Ragam Bahasa Ilmiah
2.2.2 Ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah
2.2.3 Karakteristik Ragam Bahasa Ilmiah
2.3. Laras Bahasa Ilmiah
2.3.1 Pengertian Laras
2.3.2 Laras Bahasa Secara Umum
2.3.3 Konsep Laras
2.3.4 Ciri-ciri Laras Bahasa
2.3.5 Jenis-jenis Laras Bahasa
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari Bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak
semua orang menggunakan tata cara atau aturan aturan yang benar bahkan belum mengenal
perencanaan dan fungsi Bahasa Indonesia, salah satunya pada penggunaan Bahasa Indonesia
sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena
itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari Bahasa Indonesia
secara menyeluruh yang akhirnya bias diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan
benar sehingga identitas kita sebagai identitas bahasa tidak akan hilang.
Bahasa adalah sarana komunikasi yang digunakan manusia untuk saling memahami.
Dengan adanya bahasa, terjadilah interaksi yang akan menimbulkan paham pada maksud
dan tujuan yang antar individu sampaikan. Pada saat ini terjadi globalisasi yang sangat pesat
yang berpengaruh pada penggunaan bahasa, perubahan gaya hidup, tingkah laku dan lain
sebagainya. Dimasa ini, perkembangan Bahasa Indonesia baik dikalangan dewasa, anak-
anak dan remaja banyak mengalami perubahan yang signifikan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan tingginya tingkat pergaulan. Hal ini
menyebabkan lahirnya bahasa pergaulan atau bahasa fiknisasi yang merupakan
penyimpangan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan aturan baku sehingga bahasa
yang lahir dari sini merupakan bahasa yang tidak baku.
Sedangkan Ragam Bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (bachman 1990). Yang biasa digunakan
dikalangan terdidik, didalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999:9), bahwa sehubungan denganpemakaian Bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak
baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi seperti di rumah, di taman, di
pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahsa baku.
Ditinjau dari media atau sasaran yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1)
ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ
of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan
bahasa yang digunakan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahsa lisan, kita berurusan dengan lafal,
dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaaan). Selain itu
aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh
karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulisan itu sama. Padahal
kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kesamaan aspek
tata bahasa dan kosa kata, masing masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu
sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa perencanaan dan fungsi bahasa?
2. Apa yang dimaksud ragam bahasa?
3. Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik ragam bahasa?
4. Apa itu laras bahasa ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui perencanaan dan fungsi bahasa.
2. Mengetahui arti ragam bahasa
3. Mengetahi ciri-ciri dan karakteristik ragam bahasa
4. Mengetahui tentang laras bahasa ilmiah

1.4 Metode Penulisan Makalah


Dalam penyelesaian makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan melalui studi
pustaka dan bahan bacaan dari media lainnya yang bertujuan untuk melengkapi materi atau
data-data dalam penyusunan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan dan Fungsi Bahasa
Adapun perencanaan dan fungsi bahasa terdiri atas:
2.1.1 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu
sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri
berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
 Bill Adams : Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu
dalam sebuah konteks inter-subjektif

 Wittgenstein : Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami,


berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis

 Ferdinand De Saussure : Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol


karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan
yang berbeda dari kelompok yang lain

 Plato : Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan


perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut

 Bloch & Trager : Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka
dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.

 Carrol : Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan
bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat
digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan
yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-
peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia

 Sudaryono : Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak


sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi
menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.

 Saussure : Bahasa adalah objek dari semiologi

 Mc. Carthy : Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir

 William A. Haviland : Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika


digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap
oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu

2.1.2 Peran Bahasa


1) Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan,
tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi
ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan
komunikasi budaya.
2) Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu
ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas
karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja
sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3) Bahasa sebagai sarana kontrol social
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi
agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami.
Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain
yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan
dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4) Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat
menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat,
kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan
sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi,
inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain.
Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu
membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan
potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat
tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan
senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita
makan siang).
6) Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang
lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap
seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup
kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan,
karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar
tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya,
kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi
pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7) Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan
kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga
dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya
apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan
masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana
cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil
pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8) Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis
induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat
menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual.
Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat
yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak.
Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan
makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut
menjadi konkret.
9) Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem
dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana
argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan
kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi
kebahasaan.
10) Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa
kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat
berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa,
orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius
dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang
ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus
elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat
dibandingkan yang sudah ada.
11) Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat
mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk
sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih
kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan
menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12) Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan
dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama
proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses
berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian
karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra,
pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional
memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa
sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13) Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi
suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala
potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang
dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang
menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.

2.1.3 Fungsi Bahasa


Bahasa mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi juga disebut sebagai fungsi personal, yang berarti manusia
sebagai penutur akan mengungkapkan rasa yang dirasakannya dengan bahasa.
Selain bahasa juga akan diungkapkan dengan emosi ketika menyampaikan
tuturannya.
2) Fungsi Direktif
Jika si penutur memberikan perintah dengan bahasa maka si pendengar akan
melakukan instruksi atau perintah dari penutur. Hal ini disebut fungsi direktif
yang berarti bahasa mengatur tingkah laku pendengar.
3) Fungsi Metalingual
Fungsi metalingual berarti bahasa digunakan untuk mengunkapkan bahasa itu
sendiri, bahasa yang di utarakan ialah untuk menjelaskan suatu kata misal
pembicaraan mengenai ekonomi, maka bahasa yang digunakan dengan tujuan
membahas kata bahasa tersebut.
4) Fungsi Referensial
Fungsi ini berarti bahasa digunakan untuk membahas segala sesuatu yang
berhubungan dengan penutur atau hal-hal yang ada disekitar penutur dan
budaya yang ada disekitarnya.
5) Fungsi Imajinatif
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan gagasan, ide, konsep atau
pikiran yang secara jelas atau nyata dan juga imajinatif. Fungsi imajinasi
tersebut biasanya berupa karya seni seperti lukisan, gambar, poster, dongeng,
puisi cerita dan lain sebagainya.

2.1.4 Aspek Bahasa


Bahasa dapat ditinjau dari tujuh aspek ,yaitu :
1) Bahasa merupakan sebuah sistem,artinya bahasa susunan kata-kata yang
teratur dan jika kehilangan salah satu unsur mengubah arti sebuah kalimat.
2) Bahasa sebuah sistem tanda,artinya sudah ada kesepakatan atau konvensi
bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal atau peristiwa yang
dipahami barsama dalam satu.
Contoh : -Kursi adalah sarana tempat duduk bagi manusia.
3) Bahasa merupakan sistem bunyi ,karena dasar dari bahasa adalah bunyi
dan tulisan merupakan aspek kedua yang tidak kalah penting.
4) Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna suatu
bahasa.
5) Bahasa itu produktif artinya bahasa intensitas penggunanya sangat tinggi
dan vital.
6) Bahasa itu unik, setiap bahasa mempunyai sistem yang berbeda dan
beragam penamaan dan penggunaannya
7) Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang menggambarkan
ciri budaya.

2.1.5 Bahasa dan Prilaku


Perilaku berbahasa dan sikap berbahasa merupakan dua hal yang erat
hubungannya, yang dapat menentukan pilihan bahasa serta kelangsungan hidup
suatu bahasa. Perilaku bahasa adalah sikap mental seorang dalam memilih dan
menggunakan bahasa. Pada dasarnya seorang bebas memilih bahasa dan bebas
pula menggunakan bahasa itu.
“sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan seorang terhadap bahasa sendiri
atau bahasa orang lain.” (kridalaksana, 2001:197). Berbeda dengan pendapat
kridalaksana,
“dalam Bahasa Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh,posisi
berdiri yang tegak, perilaku atau gerak gerik, dan perbuatan atau tindakan yang
dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai
suatu reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sikap merupakan fenomena
keadaan jiwa seseorang, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau
prilaku. Sikap tidak dapat diamati secara langsung sebab untuk mengamati sikap
dapat dilihat melalui prilaku, namun berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa apa yang terlihat dalam prilaku tidak selalu menunjukkan atau
mencerminkan sikap seseorang. Begitu juga sebaliknya, sikap seseorang tidak
selamanya tercermin dalam prilakunya” (Sumarsono dan Paini Partana, 2006).
Terbentuknya sikap bahasa sama halnya dengan keadaan dan proses terentuknya
sikap dalam masyarakat bahasa. Sikap bahasajuga merupakan cara seseorang
dalam memperlakukan suatu bahasa baik itu diperlakukansecara baik ataupun
tidak, tergantung si pengguna bahasaitu sendiri. Akan tetapi tidak semua individu
yang memiliki sikap bahasa negatif dinilai memiliki prilaku yang negatif pula
sebab, penilaian baik buruk sikap seseorang terhadap bahasa tidak dapat dideteksi
dengan melihat prilaku orang terssebut.
“Demikian pula sebaliknya, sikap bahasa tidak selamanya tercermin dalam
prilaku tutur. Dibedakannya antara bahasa (language) dan tutur (parole) De
Saussure, (1976) (dalam Sumarsono dan Paini, 2016)sikap tidakhanya berfokus
pada cara seseorang bertutur namun ada tiga komponen yang harus diperhatikan
dalam sikap, yaitu sebagai berikut:
 Kompenen Kognitif, yang mana komponen ini berkaitan dengan tingkat
pendidikan seseorang.
 Komponen Afektif, merupakan komponen yang berhubungan cara
pandang seseorang dalam menilai baik dan buruk seseorang.
 Komponen Konatif, ini menyangkut sikap atau prilaku serta perbuatan
seseorang sebagai penilaian akhir terhadap apa yang dilakukan atau
diperbuat.

Dari ketiga ciri tersebut seseorang menggunakannya untuk mencoba mengetahui


bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya.
Pada umumnya ketiga komponen sikap ini (Kognitif, afektif dan konatif)
memiliki hubungan yang sangat erat. Namun, seringkali berbagai pengalaman
baik itu “menyenangkan” atau “tidak menyenangkan” seseorang yang didapat
dalam masyarakat dapat menyebabkan hubungan dari ketiga komponen itu tidak
sejalan sesuai harapan. Oleh karena itu jika ketiga komponen tersebut saling
mendukung dan sejalan, maka bisa dapat dipastikan periaku itu dapat menunjukan
sikap. Namun jika tidak saling mendukung dan sejalan, maka hal ini tidak dapat
dijadikan sebagai patokan atau tolak ukur seseorang dalam menilai prilaku orang
lain. Sebab seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sikap seseorang tidak dpat
selamanya menunjukkan perilaku orang tersebut.

Menurut Edward (1957) (dalam Sumarsono dan Paini, 2016) “sikap


hanyalah salah satu faktor yang juga tidak dominan dalam menentukan prilaku
seseorang.” Sedangkan menurut openheim (1976) “sikap dapat menentukan
perilaku atas dasar sikap.” Berbeda dari kedua pendapat di atas sugar (1976)
(dalam Sumarsono dan Paini, 2016).
“berdasarkan penelitiannya memberi kesimpulan bahwa prilaku seseorang dapat
ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu sikap, norma sosial, kebiasaan, dan
akibat yang mungkin terjadi. Dari keempat faktor tersebut seseorang dikatakan
memiliki kebiasaan adalah faktor yang paling kuat, sedangkan sikap merupakan
faktor yang paling lemah oleh karena itu, sikap bukan satu-satunya faktor yang
menentukan prilaku seseorang, akan tetapi, yang paling menentukan prilaku
adalah kebiasaan” (Sumarsono dan Paini, 2016).
Anderson (1974) (dalam Sumarsono dan Paini, 2016) “membagi sikap atas
dua macam, yaitu:
1) Sikap kebahasaanyang merupakan tata keyakinin atau kognisi yang relatif
berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa,
yang memberikan kecendrungan seseorang untuk bereaksi dengan cara
tertentu yang disenanginya.”
2) Sikap luar bahasa atau nonkebahasaan, seperti sikap politis, sikap
keagamaan, dan lain-lain.

Namun kedua sikap tersebut dapat berupa sikap positif dan negatif. Garvin dan
Mathiot (1968) (dalam Sumarsono dan Paini, 2016) membagi tiga ciri sikap
bahasa berdasarkan cara pandang seseorang yaitu:
 Kesetiaan bahasa (language loyalty), hal ini yang mendorong masyarakat
suatu bahasa unuk mempertahankan bahasanya dan apabila perlu
mencegah adanya bahasa lain yang masuk dan merusak bahsanya.
 Kebanggaan bahasa (language pride), artinya bagaimana seseorang
mampu mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai
lambang identitas dan kesatuan masyarakat sebagai suatu kebanggaan
tersendiri.
 Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) artinya
seseorang harus mampu dan menghargai dalam menggunakan bahasanya
dalam hal ini bahasa daerah juga Bahasa Indonesia dengan cermat dan
santun, sebab apabila hal tersebut dikesampingkan maka akan berimbas
pada kegiatan penggunaan bahasa kedepannya.

2.1.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang memahami
makna istilah "baik dan benar" dalam berbahasa. Tidak semua bahasa yang baik
itu benar dan sebaliknya, tidak semua bahasa yang benar itu baik. Tentunya yang
terbaik adalah bisa berbahasa dengan baik dan benar. Untuk dapat melakukannya,
perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan baik dan benar tersebut.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan
bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai. Ada lima laras
bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut:
1) Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan
pengadilan, dan upacara pernikahan.
2) Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3) Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam
percakapan di sekolah dan di pasar.
4) Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5) Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki
hubungan yang sangat akrab dan intim.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan


pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu
kami sedang ikuti.
2) Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak
gampang.
3) Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku
dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD).
Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4) Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini
belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat
dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal
dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan
/atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5) Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku
sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai
maksud aslinya.

2.2 Ragam Bahasa


2.2.1 Pengertian Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana ragam bahasa
ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode (pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan
yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
atau keilmiahannya.
Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai
dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya
benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui
bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan.

2.2.2 Ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah


Ragam bahasa ilmiah juga mempunyai beberapa ciri-ciri, antara lain :
1) Penggunaan diksi yang tepat
Diksi merupakan pilihan kata yang tepat. Penggunaan diksi yang tepat
sangat berpengaruh pada kualitas atau kebakuan suatu kalimat. Untuk
mendayagunakan diksi yang tepat harus diperhatikan ketepatan dan
kesesuaian diksi. Ketepatan pemilihan kata mempersoalkan kesangguapan
sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan penulis.
2) Penggunaan Ejaan yang Benar
Ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang sesuai dengan
EYD. Hal-hal yang erkaitan dengan EYD antara lain penggunaan huruf
(kapital, miring, tebal), penggunaan tanda baca (titik, koma, titik koma),
penggunaan angka dan bilangan,dan penggunaan unsur serapan.
3) Penggunaan kalimat yang efektif
Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili
secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis atau pembicara, bagaimana ia
dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penulia dan pembaca secara
segar dan sanggup menarik perhatia pembaca atau pendengar terhadap apa
yang dibicarakan.
4) Penggunaan paragraf yang padu dan koherensi
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan
atau topik. Paragraf yang baik hendaknya memiliki tiga syarat utama,
yaitu : memiliki kesatuan, memiliki kepaduan, memiliki isi yang memadai.

2.2.3 Karakteristik Ragam Bahasa Ilmiah


Karakteristik dari bahasa Indonesia ragam ilmiah ini adalah :
1) Bahasa Indonesia bersifat cendekia artinya bahasa Indonesia itu mampu
digunakan scara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni
mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama.
2) Bahasa Indonesia bersifat lugas artinya Paparan bahasa yang lugas akan
menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat
dapat dihindarkan.Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
3) Bahasa Indonesia bersifat jelas artinya Gagasan akan mudah dipahami
apabila:
 Dituangkan dalam bahasa yang jelas
 Hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat
yang sangat panjang.
4) Bahasa Indonesia bersifat Formal artinya Bahasa yang digunakan dalam
komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam
tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan
kalimat.
5) Bahasa Indonesia bersifat menghindari kalimat fragmentasi artinya
kalimat yang belum selesai. Kalimat yang seperti ini terjadi karena adanya
keinginan tanpa menyadari kesatuan gagasan dalam beberapa kalimat
tanpa menyadari kesatuan yang diungkapkan.
6) Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat bertolak dari gagasan artinya
penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak
pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi
oleh kalimat pasif.
7) Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat objektif artinya Sifat objektif tidak
cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi
juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
8) Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat ringkas dan padat direalisasikan
dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang hemat.

2.3 Laras Bahasa Ilmiah


2.3.1 Pengertian Laras
Laras bahasa adalah salah satu dari pada aspek sosiolinguistik yaitu mengenai
bahasa dan penggunaan bahasa senantiasa menyajikan perbedaan dalam
penggunaannya yang boleh dikatakan sebagai ragam bahasa. Dalam ilmu
sosiolinguistik, ragam bahasa diistilahkan sebagai register atau laras
(Hudson,1980,hlm.48) yaitu suatu istilah teknik untuk menerangkan perlakuan
bahasa (linguistic behavior) seseorang individu apabila bahasa digunakan.
2.3.2 Laras Bahasa Secara Umum
Perbincangan mengenai laras bahasa tidak terlelpas dari pada membincangkan
dua konsep,yaitu pengguna dan penggunaan. Pengguna adalah orang yang
menggunakan bahasa yang menyebabkan wujudnya dialek. Contohnya adalah
seperti dialek Kelantan,Melaka,kedah,Sarawak,dan sebagainya.
Penggunaan adalah bagaimana sesuatu bahasa itu digunakan secara berbeda-
beda dalam berbagai situasi. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda ini
melahirkan laras yaitu penggunaan bahasa yang berbeda-beda berdasarkan situasi
dan faktor lain yang melahirkan kata-kata yang berbeda mengikut keadaan.
Misalnya kata-kata yang digunakan untuk bergurau senda adalah berbeda dari
pada kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu ucapan. Oleh
itu,bolehlah dirumuskan bahwa penggunaan bahasa yang berbeda-beda
berdasarkan faktor-faktor sosial seperti keadaan dan tempat,disebut juga laras
bahasa atau laras sosial. Penggunaan bahasa yang bebrbeda-beda mengikut faktor
geografi atau daerah disebut sebgai dialek daerah.
Laras bahasa boleh didefinisikan sebgai gaya atau cara penggunaan sesuatu
bahasa. Sesuatu laras bermaksud variasi yang ada pada tiap-tiap penutur. Laras
bahasa biasanya berubah-ubah mengikut situasi. Ciri-ciri laras yang penting ialah
perbendaharaan kata,susunan ayat,dan frasa yang digunakan. Sesuatu laras
tertentu digunakan untuk keadaan atau situasi tertentu.
2.3.3 Konsep Laras
Laras ialah variasi yang berlainan berdasarkan fungsi dan ia senantiasa
berubah-ubah mengikuti fungsi. Apabila pengamatan dibuat pada perlakuaan
bahasa yang wujud dalam berbagai konteks, akan di dapati pelainan jenis bahasa
yang digunakan yang disesuaikan dengan situasi yang berlain. Contohnya pada
teks klasik, novel, cerpen, undang-undang dan lain sebagainya adalah berbeda
antara satu sama lain dari segi bahan, susunan kata, pilihan kata, jalinan fikiran
dan sebagainya. Pengunaaan bahasa seperti ini adalah dihasilkan oleh laras bahasa
yang berbeda .
Terdapat beberapa devinisi dari pandangan beberapa orang ahli bahasa
tentang pengertian laras bahasa. Halliday (1968), mendevinisikan laras bahsa
sebagai variasi bahasa yang berlainan berdasarkan fungsi. Beliau menyatakan
laras bahasa berubah-ubah mengikuti situasi. Jika diamati perlakuan bahasa yang
ada dalam berbagai konteks, didapati faktor kelainan dan jenis-jenis bahasa yang
digunakan disesuaikan dengan situasi yang berlainan.
Ure dan ellis (1977), menganggap laras bahasa sebagai pola bahasa yang
lazim digunakan mengikut keadaan tertentu. Hal ini bermakna sesuatu situasi
akan menentukan bentuk bahasa yang digunakan oleh pengguna bahasa itu dan
pemilihannya beerdasarkan konvensi sosial masing-masing.
Reid (1956), menyatakan seorang penutur dalam situasi berbeda-beda akan
menggunakan laras mengikuti situasi sosial yang berlainan yaitu istilah teknik
untuk menyatakan perlakuaan bahasa (linguistic behavior) seseorang individu.
Reid juga telah membedakan laras bahasa dan gaya bahasa. Laras merujuk khusus
kepada bidang penggunaan, manakala gaya merujuk kepada cara pengungkapan
pikiran, tujuaan yang hendak dicapai, suasana yang hendak ditimbulkan, dan
suasana yang menjadi latar penggunaan bahasa tersebut.
Halliday (1968), menyebut bahwa laras sebagai variasi bahasa yang
berlainan berdasarkan fungsi. Laras akan senantiasa berubah mengikuti situasi.
Beliau telah membuat pembagian laras kepada tiga kategori yaitu tajuk wacana
(filed of discourse), cara penyampaian wacana (mode of discourse) dan gaya
wacana (stile of discourse).
Brian Seaton (1982), berpendapat laras bahasa ialah satu variasi yang wujud
daripada situasi yang berlainan seperti umur, jantina atau tajuk perbualan. Laras
juga terdapat dalam suatu bidang seperti kewartawanan, perbuatan, sains,
perniagaan, dan sebagainya berbeda sama ada dalam bentuk penulisan atau
tulisan. Oleh karena itu kita akan dapati seseorang itu akan memiliki laras bahasa
yang berlian.
Safiah Karim (1989), laras bahasa berdasarkan penggunaannya, yaitu variasi
bahasa digunakan oleh penutur dalam situasi tertentu. Dia menganggap laras
bermaksud variasi bahasa yang boleh dipilih daripada sekumpulan variasi yang
ada dalam setiap penutur. Penggunaan bahasa berubah mengikuti konteks, bidang
dan juga peningkat sosial.
Asmah Haji Omar (1987), menyatakan laras bahasa mempunyai ciri-ciri
khusus dalam penggunaan bahasa menurut bidang penggunaannya. Kelainan atau
variasi bahasa yang digunakan mempunyai disiplin ilmu yang berbeda-beda.
Abdullah Hassan (1987), telah mengaitkan laras bahasa dengan pemakaian
kata-kata tertentu yangsesuai dengan konteksnya. Pemakaian laras bahasa yang
sesuai dianggap pengelolahan bahasa yang baik. Bahasa yang digunakan seperti
menyampaikan indeks pasaran saham di bursa saham ialah laras ekonomi.
Kesimpulannya, laras bahasa ialah penggunaan bahasa atau pemakaian kata-
kata yang khusus untuk sesuatu penggunaan berdasarkan situasi sosial seseorang
itu ketika berkomunikasi terhadap orang ramai. Penggunaan istilah-istilah khusus
yang membedakan antara variasi-variasi bahasa menjadikan suatu komunikasi
lebih berkesan.
2.3.4 Ciri-ciri Laras
Menurut Nik Safish Karim (1989), kajian terhadap laras bahasa perlu
mempertimbangkan dua faktor yang utama yaitu ciri keperihalan peristiwa bahasa
dan ciri linguistic yang wujud. Ciri keperihalan pula terbagi kepada dua aspek
utama yaitu situasi luaran dan situasi persekitaran.
Situasi luaran adalah latar belakang sosial dan kebudayaan sesuatu masyarakat
bahasa yang merangkumi struktur sosial dan keseluruhan cara hidup yang
menentukan perlakuan setiap anggota masyarakat. Contohnya,apabila kita
mengkaji laras bahasa masyarakat melayu lama,kita perlu mengaitkan dengan
situasi istana,stratifikasi sosial,tradisi sastra,lisan,dan aspek-aspek lain anggota
masyrakat zaman itu. Situasi persekitaran pula meliputi aspek-aspek yang terlibat
secara langsung dalam penggunaan bahasa. Terdapat empat situasi persekitaran
yang menyebabkan wujudnya bahasa yang berlainan atau laras. Situasi yang
dimaksudkan ialah cara penyampaian atau perhubungan sosial dan pribadi,bahan
yang diperkatakan,dan fungsi-fungsi sosial perlakuan bahasa .
2.3.5 Jenis-jenis Laras Bahasa
Laras dapat dibagikan kepada tiga kategori utama yaitu, tajuk wacana,cara
penyampaian wacana dan gaya wacana. Tajuk wacana adalah merangkumi bidang
penggunaan bahasa seperti bidang matematika. Cara penyampaian wacana ialah
media perlakuan bahasa samada secara lisan atau bertulis. Gaya wacana adalah
bidang tentang perhubungan antara peserta perlakuan bahasa secara formal atau
tidak formal.
Dari ketiga kategori utama ini, laras dapat dikenali berdasarkan penggunaannya
dalam berbagai situasi. Antara jeni-jenis laras ialah, laras biasa atau laras umum,
laras akademik atau laras ilmiah, laras perniagaan,laras perundangan,laras
santera,laras iklan dan sebagainya.hal ini karena terdapat hubungan yang erat
antara susunan bahasa dengan situasi-situasi disebabkan interaksi sehingga
menghasilkan laras.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yag dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi
bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis para penulis mampu menggunakanbahasa Indonesia yang
baik dan benar serta menggunakan ejaan yang bahasa yang telah disempurnakan (EYD),
sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga Negara Indonesia mampu
mengucakpan dan memakai Bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan
sebagaimana pedoman yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya kita atau siapapun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa yang
baik dan benar sehingga keberadaan bahasaIndonesia itu sendiri tidak punah dengan
adanya bahasa-bahasa yang terkadang dari jauh dari aturan bahasa yang ada di Indonesia
bahkan bertentangan. Serta memberikan pengenalan ragam bahasa dan laras bahasa untuk
mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan kaidah bahasa dan penggunaan
bahasa tidak baku yang bukan pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://gustavsri.blogspot.com/2013/10/rangkuman-pengertian-aspek-dan-fungsi.html

https://forum.teropong.id/2017/07/16/pengertian-bahasa-sifat-dan-ciri-ciri-serta-fungsi-bahasa-
dalam-kehidupan/

https://aldyforester.wordpress.com/2013/03/24/pengertian-dan-fungsi-bahasa/amp/

https://beritagar.id/artikel/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar

Anda mungkin juga menyukai