Disusun Oleh :
3KB01
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas tentang ragam bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua orang.
Daftar Isi
Kata Pengantar..
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah..
1.3 Tujuan..
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Bahasa..
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia
sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau
aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan
Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi
semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam
bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam
bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa Indonesia dan macam-macam ragam
bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai aspek. Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau individu. Manusia sangat
membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas. Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu
komunikasi dengan orang lain.
Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua
bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa
sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau
tanggapan orang lain.
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa juga menunjukkan perbedaan antara
satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu
kesatuan sehingga mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi
bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan
dapat melambangkan tingkah laku seseorang.
Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untuk menyampaikan maksud
dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung melalui ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun
tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol
sosial.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa
digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan
bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan
ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf,
melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu
sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa
dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
2.3 Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan
tertentu yang disebut ragam standar.
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak
terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada
pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2)
ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam
resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3)
ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata
dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam
situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai
ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
1. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi
pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.
Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-
unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
1. Ragam Lisan
Ariani bilang kalau kita harus belajar
1. Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu
tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata,
peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem
(Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau
penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
1. c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya
ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam
Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat
Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah
diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada
posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata
seperti pendidian, tabraan, kenaian, geraan. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya.
Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat
jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-
beda.
1. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia
yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh
kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
seperti contoh dalam tabel berikut.
Pidio Video
Pilem Film
Komplek Kompleks
Pajar Fajar
Pitamin Vitamin
1. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-
peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi
tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-
13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang
digunakan oleh anak
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan,
ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara
rinci sebagai berikut.
1. Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan
masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai
pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
1. Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas.
Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis
pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan
terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam
keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka
sendiri.
1. Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media
massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh
seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet).
Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
Bahasanya padat
Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas
dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
1. Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa
yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang
kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir,
peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca
dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping
alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti,
bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi
kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak
jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif.
Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1)
kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula
ragam menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah
akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan
beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar
pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang
digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam
hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam
takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar.
Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam
nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.
Ragam Contoh
a.Lisan
b.Tulis Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
c.Dialek
Gue udah baca itu buku.
d.Terpelajar Saya sudah membaca buku itu
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam
konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan
diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga
keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan
bahasa yang ada di Indonesia bahkan bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.
Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/reski-andika-saing.html (Jumat
21 November, 11.05)
http://merrycmerry.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa.html
(Jumat 21 November, 11.17)
http://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa (Jumat 21
November, 11.17)
Ke 2
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....... i
Kata Pengantar .... ii
Daftar Isi ........... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............. 1
1.2 Rumusan Masalah ............ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa Baku
Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan seseorang dengan
yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua pengertian dari bahasa yaitu pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada kaidah
bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard languagedalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930,
B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Berdasarkan teori, bahasa
baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan
sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa
percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering
digunakan pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan , pada urusan resmi
pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di
dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.
2.2 Ciri-Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang
tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
2. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain
yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk
akal.
3. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf
tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa bisa berisi pikiran, keinginan,
atau perasaan yang ada pada diri si pembicara. Menurut Gravin dan Mathiot (1956:785-787)
juga mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu :
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemisah
3. Fungsi harga diri
4. Fungsi kerangka rujuk
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasukpencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930,
B. Havranekdan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Merekaberpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telahdikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas. Menurut
Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu: Ragam bahasa
baku memiliki sifat kemantapan dinamis, memiliki sifat kecendikian, dan baku atau standar
beranggapan adanya keseragaman. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur
berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi
satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan
penutur berbagai dialek bahasa itu. Namun pada kenyataan di dalam kehidupan
bermasyarakat saat ini banyak orang lebih suka menggunakan bahasa gaul atau bahasa
daerahnya sendiri. Alasan mereka jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baku ialah
karena tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat
penghayatan pembaca
3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Agar dengan adanya makalah ini lebih menyadari bahwa pentingnya bahasa Indonesia yang
baku sebegai pemersatu di antara masyarakat. Pembaca diharapkan untuk lebih meningkatkan
penggunaan bahasa Indonesia baku di dalam kehidupan sosialnya di dalam masyarakat,
dengan mengurangi penggunaan bahasa gaul yang perkembangannya semakin meningkat
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat di harapkan untuk mengurangi sedikit demi sedikit penggunaan bahasa gaul
ataupun bahasa daerah , ini agar fungsi dari bahasa Indonesia baku sebagai pemersatu tidak
lenyap begitu saja.
DAFTAR PUSTAKA
Riosaputraa. 2012. Bahasa Sebagai Lambang Pemersatu. Di ambil tanggal 26 November 2014
di http://riosaputraa.blogspot.com/2012/10/bahasa-sebagai-lambang-pemersatu.html 26
Ahmadinati. 2012. Penggunaan Bahasa Baku. Di ambil tanggal 26 November
2014 http://ahmadinati.blogspot.com/2012/11/penggunaan-bahasa-baku .html
Dardjowidjojo, Soenjono.1997.cetakan VIII. Tata Bahasa Baku. Jakarta: Balai Pustaka
Http://www.academia.edu/8425986/Penggunaan-kata-baku-tidak-baku-di-lingkungan-sekitar
( di searching tanggal 25 November 2014)
Ke 3
2 Comments
Silahkan download makalah hakikat dan fungsi bahasa indonesia ini secara gratis.
http://adf.ly/1Kby8M
Cukup Klik Link tersebut, dan tunggu 5 detik. Klik Skip Ad di pojok kanan atas. Pastikan internet anda tidak lag
Preview:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Berlangsung cepat
yang dibicarakannya.
frase sederhana.
b. Ragam Tulis
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan
tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa
tulis, kita
4. Berlangsung lambat
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.
a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau
materi
pembaca.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika
harus
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa
kata ):
A. Tata Bahasa :
B. Kosa kata :
contoh:
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil = Saya akan menceritakan tentang Kancil.
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh
setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap
pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai.
Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan
ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Contoh:
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah,
ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan
ragam sastra.
Contoh:
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai
derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1. Ragam baku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,
rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
Contoh :
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut
media pembicaraan. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan
tulisan.
Saran
Daftar Pustaka
1. http://tisnajelek.blogspot.com/2013/10/pentingnya-berbahasa-yang-baik-
dan.html
2. http://rifqybawazier.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-dan-pentingnya-
menggunakan.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
4. http://naufal101110.blogspot.com/2013/10/artikel-ragam-bahasa-indonesia.html
Diposkan olehCandra Rosdianto di 23.31
5. http://sekapursirihpunya.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-ragam-
bahasa.html
6. http://www.trigonalworld.com/2013/07/pengertian-ragam-bahasa-menurut-
para.html
Ke 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu
jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah
satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh
karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya
bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua
warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana
ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan.
Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari
pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah
yang benar. Pidato sama halnya denan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum
dan bisa digunakan dalam banyak acara.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa serta macam-macam ragam
dalam bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa.
D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksdu dengan ragam bahasa.
2. Mahasiswa mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang
oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas)
disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan
bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam
bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam
bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam
bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur
dan berdasarkan topik pembicaraan.
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian,
sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan
ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
o Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
o Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa
ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam
standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai
jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
b. Topik yang sedang dibahas,
c. Hubungan antarpembicara,
d. Medium yang digunakan,
e. Lingkungan, atau
f. Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut:
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
Penggunaan kata tertentu,
Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat
menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika
kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam
ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah
ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar,
sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam
kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke
mana? Pulang. Sering kali juga kita menjawab Tau. untuk menyatakan tidak tahu. Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga
muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan
tidak terwujud dalam ragam tulis.
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa
meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara
Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://macuy-marucuy.blogspot.com/2009/10/pengertian-ragam-bahasa-dan-hal-hal.html
Modul Bahasa Indonesia tentang Ragam Bahasa oleh Tri Wahyu