Anda di halaman 1dari 34

RAGAM BAHASA INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Sarah Faradita (28113259)

3KB01

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI


Universita Gunadarma
Tahun Ajaran 2015/2016
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas tentang ragam bahasa.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua orang.

Daftar Isi

Kata Pengantar..
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah..

1.3 Tujuan..

1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Bahasa..

2.2 Pengertian Ragam Bahasa

2.3 Sebab Terjadinya Ragam Bahasa.

2.4 Macam-macam Ragam Bahasa..

2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi.

2.4.2 Ragam Bahasa Indonesia Menurut Cara Pandang Penutur..

2.4.3 Ragam Bahasa Menurut Topik Pembicaraan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.

3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia
sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau
aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan
Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi
semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam
bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam
bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?


2. Apa saja macam-macam ragam bahasa?
3. Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
1.3 Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa Indonesia dan macam-macam ragam
bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai aspek. Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa.


2. Mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
3. Penggunaan ragam bahasa.
4. Contoh-contoh ragam bahasa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Bahasa

Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau individu. Manusia sangat
membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas. Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu
komunikasi dengan orang lain.

Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua
bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa
sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau
tanggapan orang lain.

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa juga menunjukkan perbedaan antara
satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu
kesatuan sehingga mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi
bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan
dapat melambangkan tingkah laku seseorang.

Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untuk menyampaikan maksud
dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung melalui ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun
tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol
sosial.

2.2 Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa
digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.

Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan
bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:

(1) Ragam bahasa lisan

(2) Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan
ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf,
melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu
sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa
dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
2.3 Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan
tertentu yang disebut ragam standar.

2.4 Macam-Macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak
terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada
pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan pemakainya.

Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2)
ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam
resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3)
ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.

2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi

1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata
dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam
situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai
ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam

bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:


1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
8. Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
Nia sedang baca surat kabar.
Ari mau nulis surat.
Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
Mereka tinggal di Medan.
Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas
Penggunaan Kosa Kata
Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
Kita harus bikin karya tulis.
Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta

1. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi
pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang

diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.
Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-
unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.

Ciri-ciri ragam tulis :


1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. 6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8. 8. Selalu memakai alat bantu;
9. 9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10. 10. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1. Memakai ejaan resmi.
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan
nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena
itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku itu.

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):

Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

1. Ragam bahasa lisan:


Nia sedang baca surat kabar

Ari mau nulis surat

1. Ragam bahasa tulis:


Nia sedang membaca surat kabar.

Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

Mereka bertempat tinggal di Menteng

Akan saya tanyakan soal itu.

Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:

1. Ragam Lisan
Ariani bilang kalau kita harus belajar

Kita harus bikin karya tulis

Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

1. Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar

Kita harus membuat karya tulis.

Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu
tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata,
peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem
(Alwi, 1998: 14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:

1. Topik yang sedang dibahas,


2. Hubungan antarpembicara,
3. Medium yang digunakan,
4. Lingkungan, atau
5. Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut:

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,


Penggunaan kata tertentu,
Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang
sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan
kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam
nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang
ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan
secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada
bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam
kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita
menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana? Pulang. Sering kali juga kita
menjawab Tau. untuk menyatakan tidak tahu. Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi
tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan
dan tidak terwujud dalam ragam tulis. Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai
(1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan
ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya
sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa
yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan
bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicara
dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk
kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan
bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat
mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang
berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang yang
berlangganan itu disebut pelanggan.
1. b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini
adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang
lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau
penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.

1. c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik

keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai


istilah pramugara danpramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang
disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang
timbul dalam masyarakat ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak
baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang
dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa
Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.

Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya
ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

2.4.2 Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam
Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.

1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat
Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah
diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada
posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata
seperti pendidian, tabraan, kenaian, geraan. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya.
Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat
jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-
beda.
1. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia
yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh
kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
seperti contoh dalam tabel berikut.

Tidak Terpelajar Terpelajar

Pidio Video

Pilem Film

Komplek Kompleks

Pajar Fajar

Pitamin Vitamin
1. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-
peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

1. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;


2. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
3. Menggunakan kata ganti resmi;
4. Menggunakan kata baku;
5. Menggunakan EYD;
6. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam tak resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak
resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam

bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.

Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi
tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-
13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang
digunakan oleh anak

muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.

2.4.3 Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan,
ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara
rinci sebagai berikut.

1. Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan
masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai
pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

1. Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas.
Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis
pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan
terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

1. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional


Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan
penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau
sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam
tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara
dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut kamu
pada lawan bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan
status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.

Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam
keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka
sendiri.

1. Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media
massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh
seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet).
Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.

Bahasanya padat

Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan

Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya

Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan

Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas
dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.

Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan,

kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.

1. Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa
yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang
kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir,
peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca
dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping
alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti,
bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi
kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak
jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif.
Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1)
kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula
ragam menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah
akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan
beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.

Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar
pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang
digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).

Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam
hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam
takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar.
Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.

Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam
nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.

Ragam Contoh

a.Lisan
b.Tulis Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
c.Dialek
Gue udah baca itu buku.
d.Terpelajar Saya sudah membaca buku itu

e.Resmi Saya sudah membaca buku itu

f.Takresmi Sudah saya baca buku itu.


Ragam

Nonilmu (nonilmiah) Ilmu (ilmiah)

Epilepsi bukan penyakit menular.


Ayan bukan penyakit menular. Polisi bertugas menginterogasi
Polisi bertugas menanyai tersangka. tersangka.
Setiap agen akan mendapatkan potongan. Setiap agen akan mendapatkan rabat.
Jalan cerita sinetron itu membosankan. Alur cerita sinetron itu membosankan
Ciri-ciri ragam ilmiah:
1. Bahasa Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian
kata dan istilah yang bermakna kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.(ragam hukum)


2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam
konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan
diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.

3.2 Saran

Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga
keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan
bahasa yang ada di Indonesia bahkan bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.
Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/reski-andika-saing.html (Jumat
21 November, 11.05)
http://merrycmerry.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa.html
(Jumat 21 November, 11.17)

http://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa (Jumat 21
November, 11.17)

Ke 2

MAKALAH BAHASA INDONESIA BAKU


MAKALAH BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia Baku Sebagai Fungsi Pemersatu


Serta Minimnya Penggunaan Bahasa Baku
Di Dalam Kehidupan Masyarakat

Sebagai pengganti nilai tugas akhir semester 1


guna mendapat nilai dari mata kuliah Bahasa Indonesia

Nama : Florensia Evlyn Geru


Nim : 141434032
No.Hp : 082359263017
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI (B)
NOVEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa Indonesia dengan judul
Bahasa Indonesia Baku Sebagai Fungsi Pemersatu dan Minimnya Penggunaan Bahasa
Baku Di Dalam Kehidupan Masyarakat tepat pada waktunya. Terima kasih juga saya
haturkan kepada Bapak dosen pengasuh mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan saya dalam penulisan
Makalah ini semakin bertambah dan teman-teman yang telah membantu untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini .
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih terdapat
banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah
ini. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Yogyakart, November 2014

DAFTAR ISI
Halaman Judul ....... i
Kata Pengantar .... ii
Daftar Isi ........... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............. 1
1.2 Rumusan Masalah ............ 2

1.3 Tujuan Penulisan ...... 2

1.4 Manfaat Penulisan .... 2


1.5 Metode Penulisan ..... 2
Bab II Pembahasan ....
2.1 Pengertian Bahasa Baku .,.. 6
2.2 Ciri-Ciri Bahasa Baku. 6
2.3 Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu . 7
2.4 Minimnya Penggunaan Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu
Dalam Kehidupan Masyarakat ............... 7
Bab III Penutup ..
3.1 Kesimpulan . 9
3.2 Saran . 9
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa bisa berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat
diterima oleh pendengar. Sejak dahulu masyarakat telah mengenal istilah bahasa baku, namun
istilah yang dikenal ini tidak menjamin bahwa masyarakat memahami secara komprehensif
konsep dan makna istilah bahasa baku ini. Hal ini terbukti bahwa masih banyak masyarakat
yang berpendapat bahwa bahasa baku sama artinya dengan bahasa yang baik dan benar.
Masyarakat belum mampu membedakan antara bahasa yang baku dan yang nonbaku.
Menurut seorang ahli bernama Pateda mengatakan bahwa, Kita berusaha agar dalam situasi
resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita
berusaha menggunakan bahasa yang baku. (Alwi, 1997:30).
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya
peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi : Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia dan pada undang-undang dasar kita di dalamnya tercantum pasal khusus yang
menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Namun, di samping itu masih
ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di
antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya
sebagai bahasa ibu . Bahasa Indonesia yang di gunakan oleh masyarakat kadang kurang
mengikuti kaidah dan aturan yang ada. Bahasa yang sesuai dengan aturan dan kaidah yang
ada ialah bahasa baku. Bahasa baku ialah salah satu daripada variasi bahasa yang diangkat
dan disepakati ragam bahasa yang akan dijadikan kayu pengukur sebagai bahasa yang baik
dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan atau tulisan. Selain fungsi
penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasabaku menurut Gravin dan Mathiot
(1956:785-787) juga mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu :
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemisah
3. Fungsi harga diri
4. Fungsi kerangka rujuk
Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan
demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyrakat bahasa dan
meningkatakan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu.
Bahkan banyak orang bukan saja tidak sadar akan adanya dialek bahasa Indonesia, melainkan
menginginkan juga keadaan utopia yang hanya mengenal satu ragam bahasa Indonesia dari
Sabang sampai Marauke. Oleh karena itu saya tertarik untuk membuat makalah ini dengan
judul Fungsi Bahasa Baku Sebagai Pemersatu dan Penggunaannya Bahasa Baku Di Dalam
Kehidupan Masyarakat agar dapat lebih menunjukan kepada pembaca bahwa pentingnya
penggunaan bahasa baku di dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian bahasa baku ?
2. Bagaimana ciri-ciri bahasa baku ?
3. Bagaimana bahasa Indonesia baku sebagai fungsi pemersatu ?
4. Mengapa penggunaan bahasa baku sebagai fungsi pemersatu dalam kehidupan masyarakat
sangat minim ?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Menjelaskan pengertian dari bahasa baku
2. Menjelaskan ciri-ciri bahasa baku
3. Menjelaskan fungsi bahasa baku sebagai pemersatu
4. Menjelaskan minimnya penggunaan bahasa baku sebagai fungsi pemersatu dalam kehidupan
masyarakat
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari bahasa baku
2. Mengetahui ciri-ciri bahasa baku
3. Mengetahui fungsi bahasa baku sebagai pemersatu
4. Mengetahui minimnya penggunaan bahasa baku sebagai fungsi pemersatu dalam kehidupan
masyarakat
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu : Studi Pustaka dengan
mengambil beberapa sumber dari buku-buku yang berhubungan dengan judul makalah ini
dan mengambil sumber dari internet sebegai bahan refensi atau penambahan materi sebagai
pelengkap dalam makalah ini.
Baca juga=>
MAKALAH BAHASA INDONESIA JENIS-JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA SERTA CONTOH JENIS-JENIS
KATA (klik disini)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa Baku
Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan seseorang dengan
yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua pengertian dari bahasa yaitu pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada kaidah
bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard languagedalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930,
B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Berdasarkan teori, bahasa
baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan
sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa
percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering
digunakan pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan , pada urusan resmi
pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di
dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.
2.2 Ciri-Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang
tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
2. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain
yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk
akal.
3. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf
tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa.

Namun secara umum ciri-ciri lain bahasa baku adalah:


1. Tidak terpengaruh bahasa daerah

2. Tidak dipengaruhi bahasa asing

3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari

4. Pemakaian imbuhannya secara eksplisit

5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

2.3 Bahasa Indonesia Baku Sebagai Fungsi Pemersatu


Pada kenyataanya hampir semua penduduk di Indonesia mengerti Bahasa Indonesia
dan bahasa ini juga sudah diikrarkan menjadi bahasa nasional ketika Sumpah Pemuda
dikumandangkan tahun 1928. Meskipun pada kenyataanya bahasa Indonesia berasal dari
bahasa minoritas yaitu bahasa Melayu, namun kekuatannya dalam mempersatukan bangsa
Indonesia sudah tak bisa diremehkan lagi. Sebagai bukti dilihat dari semangat para pejuang
saat mengupayakan kemerdekaan Indonesia. Mereka dengan lantang menyuarakan semboyan
Merdeka atau Mati !. Semboyan ini secara merta membangkitkan semangat rakyat untuk
terus berjuang demi kesatuan bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa kekuatan bahasa
Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa tidak bisa dianggap sebagai hal yang remeh.
Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat
menggunakan bahasa daerahnya, maka kemungkinan terbesar masyarakat tersebut tidak dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan
semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan
mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau
memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia
baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi
batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap
kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.
2.4 Minimnya Penggunaan Bahasa Baku Sebagai Fungsi Pemersatu Dalam Kehidupan
Masyarakat
Di dalam masyarakat kita saat ini masih banyak orang yang tidakmenggunakan
bahasabaku, mereka cenderung menggunakan bahasa gaul. Namun terkadang mereka juga
berbicara dengan menggunakan logat daerahnya masing-masing. Kebanyakan orang yang
menggunakan bahasa baku ialah kalangan terpelajar yang sopan dan beretika. Mereka
berbicara kepada orang yang lebih tua, atau pejabat dengan menggunakan bahasa yang baik,
bahasa yang baku dan tidak menggunakan bahasa gaul. Bahasa merupakan salah satu alat
untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain .Dengan adanya bahasa kita dapat
berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam
masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya,
namun dalam praktiknya kehidupan sehari-hari sering terjadi penyimpangan dari aturan yang
baku tersebut. Kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu di perhatikan waktu dan
kesempatan, misalnya kapan kita menggunakan bahasa baku pada situasi resmi dan ilmiah .
Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat
Indonesia , dapat kita ambil contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku
hanya nampak dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari.
Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,pemilihan nama
acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku
tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat
penghayatan pembaca.
Baca juga=>
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF BAHASA INDONESIA (klik disini)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa bisa berisi pikiran, keinginan,
atau perasaan yang ada pada diri si pembicara. Menurut Gravin dan Mathiot (1956:785-787)
juga mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu :
1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemisah
3. Fungsi harga diri
4. Fungsi kerangka rujuk
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasukpencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930,
B. Havranekdan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Merekaberpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telahdikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas. Menurut
Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu: Ragam bahasa
baku memiliki sifat kemantapan dinamis, memiliki sifat kecendikian, dan baku atau standar
beranggapan adanya keseragaman. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur
berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi
satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan
penutur berbagai dialek bahasa itu. Namun pada kenyataan di dalam kehidupan
bermasyarakat saat ini banyak orang lebih suka menggunakan bahasa gaul atau bahasa
daerahnya sendiri. Alasan mereka jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baku ialah
karena tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat
penghayatan pembaca

3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Agar dengan adanya makalah ini lebih menyadari bahwa pentingnya bahasa Indonesia yang
baku sebegai pemersatu di antara masyarakat. Pembaca diharapkan untuk lebih meningkatkan
penggunaan bahasa Indonesia baku di dalam kehidupan sosialnya di dalam masyarakat,
dengan mengurangi penggunaan bahasa gaul yang perkembangannya semakin meningkat
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat di harapkan untuk mengurangi sedikit demi sedikit penggunaan bahasa gaul
ataupun bahasa daerah , ini agar fungsi dari bahasa Indonesia baku sebagai pemersatu tidak
lenyap begitu saja.

3. Bagi Saya sendiri


Saya diharapakan agar tidak hanya membuata makalah ini sebagai penambahan nilai tugas
dari mata kuliah Bahasa Indonesia. Namun juga menjadi bahan referensi diri untuk lebih
sadar akan penggunaan bahasa Indonesia yang baku di dalam kehidupan saya sehari-hari ,
terlebih lagi dalam situasi resmi, saat presentasi, pidato, sambutan , dan dalam proses
perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Riosaputraa. 2012. Bahasa Sebagai Lambang Pemersatu. Di ambil tanggal 26 November 2014
di http://riosaputraa.blogspot.com/2012/10/bahasa-sebagai-lambang-pemersatu.html 26
Ahmadinati. 2012. Penggunaan Bahasa Baku. Di ambil tanggal 26 November
2014 http://ahmadinati.blogspot.com/2012/11/penggunaan-bahasa-baku .html
Dardjowidjojo, Soenjono.1997.cetakan VIII. Tata Bahasa Baku. Jakarta: Balai Pustaka
Http://www.academia.edu/8425986/Penggunaan-kata-baku-tidak-baku-di-lingkungan-sekitar
( di searching tanggal 25 November 2014)

Ke 3

Home Kajian Bahasa Indonesia SD Makalah Ragam Bahasa Indonesia

Makalah Ragam Bahasa Indonesia


Anas Setiaji

2 Comments

Kajian Bahasa Indonesia SD

Saturday, 11 July 2015

Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD


Kali ini mimin akan share tetang makalah Ragam Bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat yah, jangan

lupa share ke temen-temen alamat blog ini !!!!

Silahkan download makalah hakikat dan fungsi bahasa indonesia ini secara gratis.

Download pada link di bawah ini:

http://adf.ly/1Kby8M

Cukup Klik Link tersebut, dan tunggu 5 detik. Klik Skip Ad di pojok kanan atas. Pastikan internet anda tidak lag

Preview:

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak


hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang
disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang
pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa
tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena
lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi,
pidato, ceramah, dll. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau
teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang
pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

Pengertian ragam bahasa.


1.
Macam-macam ragam bahasa.
2.
3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
5. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian ragam bahasa.

2. Mengetahui macam-macam ragam bahasa.

3. Mengetahui Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.


4. Mengetahui Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.

5. Mengetahui Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topic pembicaraan.

6. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-


beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Pengertian ragam bahasa menurut para ahli adalah:

1. Pengertian ragam bahasa menurut Bachman

Menurut Bachman (1990), ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut


pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara.

2. Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono

Menurut Dendy Sugono (1999), bahwa sehubungan dengan pemakaian


bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di
dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak
resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan
bahasa baku.

3. Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed

Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam


bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan
bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi
masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan
latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan.

B. Macam-macam Ragam Bahasa

Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media,cara pandang penutur, dan topik


pembicaraan.
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media

a. Ragam bahasa Media (Lisan)

Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan


fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan. Dalam ragam lisan
kita berurusan dengan tata bahasa, kosakatadan lafal. Dalam ragam bahasa
lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air
muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam lisan:

Memerlukan orang kedua/teman bicara.

Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.

Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta


bahasa tubuh.

Berlangsung cepat

Kelebihan ragam bahasa lisan :

a. Dapat disesuaikan dengan situasi

b. Faktor efisiensi waktu

c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa


tekan dan

gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan


seperti situasi,

mimik dan gerak-gerak pembicara.

d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap


apa

yang dibicarakannya.

e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas


pengertian

bahasa yang dituturkan oleh penutur.

f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran


dari

informasi audit, visual dan kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :

a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan


terdapat frase-

frase sederhana.

b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.


c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.

d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

b. Ragam Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan


tulisan

dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan

tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa
tulis, kita

tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun


susunan kalimat,

ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda


baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam tulis:

1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara

2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu

3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;

4. Berlangsung lambat

5. Selalu memakai alat bantu

6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi

7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.

Kelebihan ragam bahasa tulis :

a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau
materi

yang menarik dan menyenangkan.

b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.

c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.

d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan


informasi atau

mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan

pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :


a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu
tidak ada

akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika
harus

mengikuti kaidah-kaidah bahasa.

c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong,


oleh karena

itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih


besar.

Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa
kata ):

A. Tata Bahasa :

a. Ragam Bahasa lisan

1) Nia sedang baca surat kabar.

2) Ari mau nulis surat.

3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

b. Ragam bahasa tulisan.

1) Nia sedang membaca surat kabar.

2) Ari mau menulis surat.

3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

B. Kosa kata :

a. Ragam bahasa lisan

1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.

2) Kita harus bikin karya tulis.

3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b. Ragam bahasa tulisan

1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.

2) Kita harus membuat karya tulis.

3) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.


2. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan penutur.

Ragam Bahasa Berdasarkan penutur yaitu :

1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.


Bahasa digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-
masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia
orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan/b/pada posisi awal saat melafalkan
nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa
Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha,
canthik, dll.

2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan


berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film,
fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,
komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang
tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari.
Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang
seharusnya dipakai.

contoh:

1) Ira mau nulis surat = Ira mau menulis surat

2) Saya akan ceritakan tentang Kancil = Saya akan menceritakan tentang Kancil.

3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh
setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap
pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai.
Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan
ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Contoh:

Ragam resmi : Saya sudah membaca buku itu

Ragam tak resmi : Saya sudah baca buku itu


3. Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah,
ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan
ragam sastra.

Contoh:

Ragam hukum : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.

Ragam bisnis : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikan


diskon.

Ragam sastra : Cerita itu menggunakan Flashback.

Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior.

Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,1980),


berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah
bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.

Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai
derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam baku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.

2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,
rapat resmi, dan jurnal ilmiah.

3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat


pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah
dan di pasar.

4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.

5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan


yang sangat akrab dan intim.

Contoh Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar :

Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang


baku

Contoh :
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid

Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?

Rino : sudah saya kerjakan pak.

Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.

Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut
media pembicaraan. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan
tulisan.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu


menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan
bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan ragam bahasa lisan
diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa
dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.

Saran

Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari


ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal
yang baik, yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah pengetahuan dan wawasan anda. Mohon maaf jika dalam
penyusunan terdapat banyak kekeliruan penulis mohon maaf. Untuk kritik dan
saran dari pembaca penulis harapkan karena itu menjadi acuan untuk penulis
agar membuat makalah menjadi lebih baik lagi, Sekian dan terimakasih.

Daftar Pustaka

1. http://tisnajelek.blogspot.com/2013/10/pentingnya-berbahasa-yang-baik-
dan.html

2. http://rifqybawazier.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-dan-pentingnya-
menggunakan.html

3. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa

4. http://naufal101110.blogspot.com/2013/10/artikel-ragam-bahasa-indonesia.html
Diposkan olehCandra Rosdianto di 23.31

5. http://sekapursirihpunya.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-ragam-
bahasa.html
6. http://www.trigonalworld.com/2013/07/pengertian-ragam-bahasa-menurut-
para.html

Ke 4

Selasa, 25 Oktober 2011


Makalah Bahasa Indonesia - Ragam Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu
jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah
satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh
karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya
bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua
warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana
ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan.
Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari
pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah
yang benar. Pidato sama halnya denan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum
dan bisa digunakan dalam banyak acara.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:


1. Pengertian ragam bahasa.
2. Macam-macam ragam bahasa.
3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
5. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa serta macam-macam ragam
dalam bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa.

D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksdu dengan ragam bahasa.

2. Mahasiswa mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.

3. Penggunaan ragam bahasa.

4. Contoh-contoh ragam bahasa.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang
oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas)
disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan
bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam
bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam
bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam
bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat
kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur
dan berdasarkan topik pembicaraan.

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media


Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun,
hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-
unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi
dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan
ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:


a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah Sudah saya baca buku itu.

Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian,
sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan
ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis :


1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku itu.

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):

o Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

a. Ragam bahasa lisan:


- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa tulis:
- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.

o Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa
ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam
standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai
jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
b. Topik yang sedang dibahas,
c. Hubungan antarpembicara,
d. Medium yang digunakan,
e. Lingkungan, atau
f. Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut:
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
Penggunaan kata tertentu,
Penggunaan imbuhan,
Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat
menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika
kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam
ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah
ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar,
sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam
kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke
mana? Pulang. Sering kali juga kita menjawab Tau. untuk menyatakan tidak tahu. Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga
muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan
tidak terwujud dalam ragam tulis.

2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur


Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan
ragam tak resmi.

Contoh ragam dialek adalah Gue udah baca itu buku.


Contoh ragam terpelajar adalah Saya sudah membaca buku itu.
Contoh ragam resmi adalah Saya sudah membaca buku itu.
Contoh ragam tak resmi adalah Saya sudah baca buku itu.

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan


Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama,
ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.

Ciri-ciri ragam ilmiah:


1. Bahasa Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:


1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa
meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara
Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang
ada.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://macuy-marucuy.blogspot.com/2009/10/pengertian-ragam-bahasa-dan-hal-hal.html
Modul Bahasa Indonesia tentang Ragam Bahasa oleh Tri Wahyu

Anda mungkin juga menyukai