Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH

DEMOKRASI LIBERAL

OLEH:
Nama:Rifki setiawan
Kelas: XI IPA 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR WB
Puji syukur kita panjatkan khadirat tuhan yang maha ESA karena atas berkat
limpahan dan rahmatnya sehingga maklah ini dapat terselesaikan .Dan marilah kita
kirimkan shalawar beserta salam kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
menghantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti
apa yang kita rasakan saat ini.
Pelajaran sejarah sangat berpengaruh bagi pemuda pemudi bangsa agar mereka
memahami perjuangan para pahlawan yang telah gugur karena
mempertahankankemerdekaan Indonesia.dan itulah sebabnya kita dituntut untuk
mempelajari sejarah .

Wassalamualaikum WR WB

PENYUSUN

RIFKI SETIAWAN
iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar..iii
Daftar isi.iv

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B.Rumusan masalah
C.Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A.sejarah munculnya demokrasi liberal...
B.bentuk pemerintahan demokrasi liberal diindonesia
C.bidang ekonomi demokrasi liberal..
D.akhir masa demokrasi liberal diindonesia..

BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan.
B.Saran

DAFTAR PUSAK

Iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perjalanan sitem politik di Indonesia banyak bukti menunjukan bahwa UUD tidak dapat
dijadikan pegangan dalam sistem pilitik maupun penegakan hukum. Telah terjadi empat periode
pemerintahan masa Kemerdekaan (1945-1959), era Demokrasi Terpimpin (1959-1966), masa Orde Baru
(1966-1998) dan era Reformasi (1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu berlaku tiga macam
UUD(1945, RIS dan 1950) namun dalam prosesnya sitem demokrasi dan hukum dapat ditegakan. Dekrit
presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku dan dinyatakan penggunaan sistem Demokrasi
Terpimpin, namun yang berlaku sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita, 1960). Kemudian beralih pada
masa Demokrasi Orde Baru 1966. Rakyat dan pemerintah bekerjasama menjalankan pemerintahan yang
demokratis dan menegakan hukum dengan semboyan kembali ke UUD 1945 dengan murni dan
konsekuen. Kemudian belangsung Era Reformasi yang diawali perubahan mendadak dari sistem politik
otoriter ke sistem demokrasi. Pada saat pergantian kepemimpinan di bawah presiden BJ Habibie, sistem
demokrasi berubah 180 derajat. Kebebasan membentuk partai politik, Lembaga-lembaga perwakilan
bebas berbicara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya Demokrasi Liberal di Indonesia itu berlangsung sampai berakhirnya Demokrasi
Liberal?
2. Apa yang melatar belakangi berlangsungnya Demokrasi Liberal?
3. Bagaimana proses Demokrasi Terpimpin belangsung di Indonesia sampai berakhirnya Demokrasi
Terpimpin?
4. Apa yamg melatarbelakangi munculnya Demokrasi Terpimpin?
5. Bagaimana proses Reformasi belangsung di Indonesia sampai Fberakhirnya masa ReformasC C.Tujuan
Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca mengenai
proses pergantian sitem politik di Indonesia. Hingga para pembaca mengerti dan memahami proses dan
gejala yang ada dalam didalamnya
1
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah munculnya Demokrasi Liberal
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang
Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal.
Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang
Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana
menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem politik pada masa demokrasi liberal
telah mendorong untuk lahirnya partai partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem
multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan. Pada
tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit mengenai pembubaranKonstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan
kedaan ketatanegaraan Indonesia.
B. Pelaksanaan Pemerintahan
1. Bidang Politik
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-partai politik pada pem
pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan partai
lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun su
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir (Masyumi) sebagai
perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini merupakan
kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak
diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh tokoh terkenal duduk di
dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo.

2
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Kendala yang dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan Irian Barat dan Belanda
mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan
DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS. Keberhasilan Kabinet Natsir adanya
perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut
pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah
No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada
parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951
Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono
(Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden
setelah bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian menunjukan
Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman
( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
1.Menjamin keamanan dan ketentraman
2.Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan
petani.
3.Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4.Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI
secepatnya.
3
5. Di bidang hukum, menyiapkan undang undang tentang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja
sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program
menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan
ketentraman. Kendala/Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini yaitu adanya Pertukaran Nota Keuangan
antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran.
Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan
politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman
tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong
ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat. Adanya krisis moral yaitu
korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik karena kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi
pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan
terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden karena adanya pertentangan dari
Masyumi dan PNI.
c. KABINET WILOPO (3 April 1952 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto ( PNI ) dan
Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur, namun gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari
PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah
pimpinan Perdana Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan
dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda.

4
Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai berikut; adanya kondisi krisis ekonomi, terjadi
defisit kas negara, munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai alat sipil, munculnya masalah
intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan
Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung
Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli), peristiwa Tanjung Morawa
merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya
dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatny
pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada tanggal 31 juli 1953.
Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam
kabinet, termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro
(partai Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I yaitu; Persiapan
Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955,
menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa bangsa Asia Afrika dan juga membawa akibat yang
lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih bertahan di Irian Barat.
5
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa
Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan
adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi,
dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. Nu menarik
dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali
harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap
berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
1.Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat kepada pemerintah.
2.Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
3.Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4.Perjuangan pengembalian Irian Barat
5.Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 4 Maret 1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet
baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan
NU.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
6
4. Menyehatkan perimbangan keuangan Negara

5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan


rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
Pembatalan KMB
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas
aktif
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah kabinet ini
mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh
kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat. Muncul pergolakan /
kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan
dewan militer Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan
mandatnya pada presiden.
g. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut
Panca Karya yaitu:
Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi keadaan RI
Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
Perjuangan pengembalian Irian Jaya
Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

C.Bidang ekonomi
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut;
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut
berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
Defisit yang harus dmerintah pada waktu itu sebesar 5,1 miliar
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan
sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.
Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial
menjadi sistem ekonomi nasional.
Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana
yang diperlukan secara memadai
Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan
gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-
operasi keamanan semakin meningkat.
Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan tidak
dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;
a) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
b) Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia secara
demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
konstituante).
c) Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB
d) Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda

8
e) Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
f) Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;
Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan pemerintah tidak
berjalan secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering jatuh dan terinflasi.
Timbul berbagai masalah keamanan
Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.
Praktik korupsi meluas.
Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang politik
bukan pada ekonomi.
D. Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia.
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru,
sehingga Negara Indinesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante
disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa
mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Masalah utama yang
dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara. Terjadi tarik-ulur di antara golongan-
golongan dalam konstituante. Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara,
namun sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara. Pemungutan suara
dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari suara yang menolak
kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah
karena masih belum memenuhi syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil suatu keputusan, maka
sebagian aanggotanya menyatakan tidak akan menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959
Konstituante tidak pernah berhasil merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin mengguncang situasi
politik Indonesia saat itu. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul
kepadaPresiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran
Konstituante.
9
Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1954Mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut:
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya kembali UUD 1945.
Tidak berlakunya UUDS 1950.
Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka secara
otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku lagi di Indonesia.
II.2. Demokrasi Terpimpin
Semula demokrasi ini di maksudkan untuk menangani masalah-masalah yang ada, tetapi
kemudian berkembang menjadi alat kekuasaan ekstra-konstitusional. Konsep demokrasi terpimpin
soekarno di anggap sebagai rumusan polotik baru bagi bentuk pemerintahan yang lebih otoriter. Menurut
Adnan buyung nasution dalam bukunya yang berjudul Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di
Indonesia(2001:301), bahwa demokrasi terpimpin bukan konsep yang siap pakai atau yang mempunyai
definisi yang jelas. Pada awalnya, konsep tersebut hanya merupakan ide Presiden Soekarno yang luas dan
kabur, yang kemungkinan besar dimaksudkan untuk menangani masalah-masalah yang semakain
bertumpuk yang dihadapi Negara yang pemerintahannya masih sedang dirumuskan oleh Konstituante.
Dengan berjalannya waktu konsep tersebut berubah menjadi konsep politik yang sama sekali berbeda,
yang dimaksudkan untuk meruntuhkan konsep pemerintahan parlimenter. Demokrasi Terpimpin ini
sebagian besar ditentukan oleh peristiwa-peristiwa sosial-politik yang terjadi antara tahun 1956 dan Juli
1959. Demokrasi Terpimpin dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama , dari bulan Februari 1957 hingga
Juli 1958 dan mencakup perkembangan seajak muncul samapai berakhirnya pemberontakan daerah.
Tahap kedua, dari bulan Juli 1958 sampai November 1958, ketika diusahakan perumuasan dasar
Demokrasi Terpimpin. Dalam tahap ini pertentangan antara pendukung dan penentang menjadi jelas.
Tahap ketiga, dari bulan November 1958 hingga Juli 1959 ketika demokrasi terpimpin memasuki tahap
pelaksanaan melalui jalan kembali ke UUD
1945 dan perubahan seluruh sistem politik, dalam tahap ini Angkatan Darat memainkan

10
perananan yang menentukan. Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :
- Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.
- Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal
menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.
- Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950.
Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-
peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan Juni 1959, akhirnya mendorong Presiden
Soekarno untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang
membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli
1959, dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit Presiden. Dekrit yang
dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mendapatkan sambutan dari masyarakat
Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun
kekuatan dekrit tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat
Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara lainnya,
seperti Mahkamah Agung dan KSAD.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang nyata.
Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama
yang didominasi oleh sebuah ideologi. Dengan demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan
gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak mempunyai peran
besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun awal Demokrasi Terpimpin. Partai politik seperti
NU dan PNI dapat dikatakan pergerakannya dilumpuhkan karena ditekan oleh presiden yang menuntut
agar mereka menyokong apa yang telah dilakukan olehnya. Sebaliknya, golongan komunis memainkan
peranan penting dan temperamen yang tinggi. Pada dasarnya sepuluh partai politik yang ada tetap
diperkenankan untuk hidup, termasuk NU dan PNI, tetapi semua wajib menyatakan dukungan terhadap
gagasan presiden pada segala kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu
bentuk yang sesuai dengan doktrin presiden. Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak
belakang dengan konsepsi Soekarno.
11
Penetapan Presiden (Penpres) adalah senjata Soekarno yang paling ampuh untuk melumpuhkan
apa saja yang dinilainya menghalangi jalannya revolusi yang hendak dibawakannya. Demokrasi
terpimpin yang dianggapnya mengandung nilai-nilai asli Indonesia dan lebih baik dibandingkan dengan
sistim ala Barat, ternyata dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada praktek pemerintahan yang
otoriter.
Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang diakui dan dianggap memenuhi prasyarat di
atas. Melalui Keppres No. 128 tahun 1961, partai-partai yang diakui adalah PNI, NU, PKI, Partai
Katolik, Partai Indonesia, Partai Murba, PSII dan IPKI. Sedangkan Keppres No. 129 tahun 1961 menolak
untuk diakuinya PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng Lalo dan partai rakyat nasional
Djodi Goondokusumo. Selanjutnya melalui Keppres No. 440 tahun 1961 telah pula diakui Partai Kristen
Indonesia (Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam (Perti).

II.3. Masa Reformasi


Dalam sejarahnya, Indonesia telah mencatat sebanyak tiga fase pemerintahan. Atau yang lebih
kita kenal dengan era Orde Lama yaitu masa kepemimpinan Ir. Soekarno dari sejak kemedakaan
Indonesia, era Orde Baru yaitu masa kepemimpinan Jendral H Muhammad Soeharto yang manggantikan
presiden Ir Soekarno, dan yang terakhir adalah era yang disebut-sebut dengan Reformasi, yaitu masa
yang dimulai dari lengsernya Presiden Soeharto dari kursi presiden setelah menjabat sejak tahun 1968-
1998. Pada era Reformasi seluruh sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai dengan rakyat
Indonesia telah dirubah. Seperti pemerintahan yang bertajukkan kekuatan militer, tidak adanya kebebasan
pers dan berpendapat, sistem DPR-MPR yang tidak berjalan sehingga aspirasi rakyat tidak secara penuh
tersampaikan, adanya pemerintahan yang korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan dibungkamnya sistem
oposisi terhadap pemerintahan, semuanya telah berubah sejak era reformasi. Setelah Orde Baru bisa
dilumpuhkan dengan kekuatan mahasiswa, di Indonesia mulai membuka lembaran baru. Tuntutan
terhadap reformasi pemerintahan ini tentu saja dari ketidakpuasan rakyat dengan pemerintah sebelumnya.
yang paling mendesak ketika itu adalah tuntutan pemulihan perekonomian negara saat terjadinya krisis
moneter. Tuntutan itu akhirnya dapat terwujud dengan pengunduran diri Presiden Soeharto dari kursi
pemerintahan pada tanggal 21 Mei 1998,
12
yang kemudian digantikan oleh BJ. Habibie. Meskipun sempat terjadi penolakan dari sebagian
mahasiswa dengan dipilihnya BJ. Habibie sebagai presiden yang menggantikan Soeharto dengan
alih BJ. Habibie juga bagian dari rezim Orde Baru, tapi pelantikan presiden BJ Habibie tetap
dilaksanakan. Dalam masa pemerintahn B.J Habibie telah terwujud kebebasan pers, berpendapat maupun
berpolitik layaknya air terjun yang mengalir deras. Dengan adanya reformasi, paling tidak kita telah bisa
bernafas lega setelah dikekang kebebasan kita di masa Orde Baru. Suara rakyat yang dulunya tidak dapat
tersampaikan di DPR, sekarang sudah benar-benar terwakilkan. Bahkan kita bisa menuntut suara
tersebut. Pers yang dulunya tidak dapat bergerak bebas, sekarang sudah dapat memuat berita apa saja
dengan bebasnya. Kelompok oposisi yang dulunya diharamkan, sekarang sudah berani berkoar-koar
mengkritiki kinerja pemerintah. Bahkan budayawan dan seniman pun dipersilahkan mengkritik
pemerintah, kalau memang ada ketidakberesan dalam pemerintahan.
Kondisi bangsa dan rakyat di era Reformasi
Lebih dari 10 tahun sudah reformasi berjalan. Tentu ada kemajuan yang dicapai, namun juga pastinya ada
kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Ada sisi positif dari reformasi, juga ada sisi negatifnya.
Tapi yang perlu menjadi bahan evaluasi adalah kekurangan-kekurangan tersebut, meskipun tidak
mengesampingkan sisi positifnya. Harga BBM sempat terombang-ambing. Korupsi juga masih
merajalela. Nuansa perpolitkan semakin mencekam. Banyak terjadi bentrokan yang tak berarti yang
terjadi selama Pilkada ataupun Pemilu. Belum lagi bentrokan antar kelompok dan golongan. Masalah
kemiskinan, meskipun program Pemerintah untuk menangani masalah ini sudah cukup banyak yang
terealisasikan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), namun
ternyata itu masih belum mampu menurunkan angka kemiskinan yang signifikan. Berkenaan dengan
pendidikan, Indonesia masih menyimpan sekitar 15,04 jiwa yang buta huruf. Berdasarkan laporan di
tahun 2005, Indonesia menempati nomor urut 111 dari 177 negara. sejak jatuhnya perekonomian di era
Orde Baru, kita masih belum dapat bangkit meski sudah di era reformasi.

13

BAB III
PENUTUP
A.1 Kesimpulan
Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami beberapa kali pergantian
sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya demokrasi itu Indonesia sampai saat ini masih
saja belum menemukan sistem Demokrasi yang tepat. Banyak permasalahan yang datang dalam
pencarian sistem Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.
B. Saran
Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara lain, tapi patut kita
ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai rakyat Indonesia lah yang harus
memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan sistem politik yang benar-benar tepat dan juga para anak
bangsa yang harus memperbaharuinya dengan perubahan yang membawa Indonesia maju.
14
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai