Disusun :
1. Ayu Hasin
2. Indriana Yuni Astuti
3. Nia Nuraini
4. Nita Murtia Handayani
5. Retno Damayanti (K2513056)
6. Sri Lasmini (K2513062)
7. Wiwit Riyanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah serta karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Selesainya penyusunan
makalah ini tidak luput berkat kerjasama anggoata kelompo, oleh karena itu pada
kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang
lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita
dapat berhubungan dengan masyarakat yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam
masyarakat.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun
dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata
yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah factor
lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu ber-dialek berbeda dengan dialek
didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya
kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai
ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar,
tulisan pribadi, buku harian, dll.
Tujuan penulis memilih judul ini supaya kita semua lebih mengetahui tentang
penggunaan kata baku dan kata tidak baku, karena masih banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari penggunaan kata yang tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan :
1. Apakah pengertian kata baku dan tidak baku?
2. Apakah ciri-ciri kata baku dan tidak baku?
3. Apa contoh-contoh bahasa tidak baku?
Mengingat ragam bahasa baku itu digunakan untuk keperluan berbagai bidang kehidupan
yang penting, seperti penyelenggaraan negara dan pemerintahan, penyusunan undang-
undang, persidangan di pengadilan, persidangan di DPR dan MPR, penyiaran berita melalui
media elektronik dan media cetak, pidato di 1[1]depan umum, dan, tentu saja,
penyelenggaraan pendidikan, maka ragam bahasa baku cenderung dikaitkan dengan situasi
pemakaian yang resmi. Dengan kata lain, penggunaan ragam baku menuntut penggunaan
gaya bahasa yang formal.
Dalam hubungan dengan gaya itu, perlu dicatat perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulisan. Dari segi gaya, ragam bahasa tulisan cenderung kata-katanya lebih terpilih
dan kalimat-kalimatnya lebih panjang-panjang, tetapi lebih tertata rapi. Dengan kata lain,
persoalan lafal yang menjadi persoalan pokok makalah ini tidak berkaitan langsung dengan
perbedaan ragam bahasa Indonesia lisan dan ragam bahasa Indonesia tulisan. Lafal bahasa
Indonesia yang dipersoalkan dalam makalah ini adalah lafal (baku) yang dianggap baik untuk
digunakan ketika berbahasa Indonesia baku dengan memakai bunyi sebagai sarananya baik
dengan cara berbicara maupun dengan cara membaca.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara
lain:
1. Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan sample
penelitian ini” (seharusnya “berhati-hati”).
2. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur
kalimat, misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus
baru” (kata dalam dapat dibuang).
3. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah yang
belum dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit
temuan” (Cuma diganti hanya).
4. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya
”Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan terus.”
(konjungsi tetapi sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi meskipun).
5. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara mendalam,
peserta rapat menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul tersebut’ tidak boleh
dilesapkan).
Dibawah ini terdapat beberapa contoh-contoh kata tidak baku dan pembenarannya ( Hasil
studi lapangan):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran