I. Redoks
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara
berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas
dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh
elektron). Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi
oksidasi sama dengan elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi
(oksidasi dan reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua
setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut
reaksi redoks.
2. Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama
perubahan dari reaktan menjadi produk. Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk
oksidasi, yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen.
3. Reduksi
Reduksi yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen, atau memperoleh
hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai contoh,
pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga, kation perak direduksi
menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ag+ + e- ——> Ag
Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika elektron
tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya. Sebagai contoh, reaksi yang terjadi antara logam
seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :
Logam seng kehilangan dua elektron, sedangkan kation tembaga (II) mendapatkan dua
elektron yang sama. Logam seng teroksidasi. Tetapi, tanpa adanya kation tembaga (II), tidak
akan terjadi suatu apa pun. Kation tembaga (II) disebut zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator
menerima elektron yang berasal dari spesies kimia yang telah teroksidasi.
Sementara kation tembaga (II) tereduksi karena mendapatkan elektron. Spesies yang
memberikan elektron disebut zat pereduksi (reduktor). Dalam hal ini, reduktornya adalah logam
seng. Dengan demikian, oksidator adalah spesies yang tereduksi dan reduktor adalah spesies
yang teroksidasi. Baik oksidator maupun reduktor berada di ruas kiri (reaktan) persamaan
redoks.
Contoh 2 :
1. Mengubah reaksi redoks yang belum disetarakan menjadi bentuk ion.
Cu + H+ + NO3- ——> Cu2+ + 2 NO3- + NO + H2O
2. Menentukan bilangan oksidasi dan menuliskan dua setengah reaksi (oksidasi dan reduksi)
yang menunjukkan spesies kimia yang telah mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO
3. Menyetarakan semua atom, dengan pengecualian untuk oksigen dan hidrogen
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO
4. Menyetarakan atom oksigen dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan oksigen
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO + 2 H2O
5. Menyetarakan atom hidrogen dengan menambahkan H+ pada ruas yang kekurangan hidrogen
Cu ——> Cu2+
4 H+ + NO3- ——> NO + 2 H2O
6. Menyetarakan muatan ion pada setiap ruas setengah reaksi dengan menambahkan elektron
Cu ——> Cu2+ + 2 e-
3 e- + 4 H+ + NO3- ——> NO + 2 H2O
7. Menyetarakan kehilangan elektron dengan perolehan elektron antara kedua setengah reaksi
3 Cu ——> 3 Cu2+ + 6 e-
6 e- + 8 H+ + 2 NO3- ——> 2 NO + 4 H2O
8. Menggabungkan kedua reaksi paruh tersebut dan menghilangkan spesi yang sama di kedua
sisi; elektron selalu harus dihilangkan (jumlah elektron di kedua sisi harus sama)
3 Cu ——> 3 Cu2+ + 6 e- …………………….. (1)
6 e- + 8 H+ + 2 NO3 ——> 2 NO + 4 H2O …………………….. (2)
II. Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan bentuk energi listrik
menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses
transfer elektron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat
diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.
A. Sel Volta atau Sel Galvani
Perubahan energi kimia (reaksi redoks) menjadi arus listrik (aliran elektron = energi
listrik). Contoh sel Volta :
a. Sel Daniell.
Sel volta ini menggunakan reaksi antara logam Zn dan ion Cu2+ untuk menghasilkan
listrik. Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat,
ZnSO4(aq), pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke dalam
larutan tembaga (II) sulfat ( CuSO4(aq) ), pada wadah lainnya. Potongan logam tersebut disebut
elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung elektron. Kawat penghantar akan
menghubungkan elektroda-elektrodanya. Selanjutnya, rangkaian sel dilengkapi pula dengan
jembatan garam. Jembatan garam, biasanya berupa tabung berbentuk U yang terisi penuh dengan
larutan garam pekat, memberikan jalan bagi ion untuk bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk menjaga larutan agar muatan listriknya tetap netral.
Contoh reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda (reaksi setengah sel) adalah
sebagai berikut :
Anoda (-) : Zn(s) ——> Zn2+(aq) + 2e- ……………………. (1)
Katoda (+) : Cu2+(aq) + 2e- ——> Cu(s) ……………………. (2)
Reaksi Sel : Zn(s) + Cu2+(aq) ——> Zn2+(aq) + Cu(s) …………………………… [(1) + (2)]
Reaksi yang terjadi pada sel volta dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih ringkas,
yaitu notasi sel. Sesuai dengan kesepakatan, reaksi oksidasi dinyatakan di sisi kiri, sementara
reaksi reduksi dinyatakan di sisi kanan. Notasi sel untuk Sel Daniell adalah sebagai berikut :
Saat konsentrasi ion Cu2+ dan Zn2+ masing-masing 1 M, terlihat pada voltmeter bahwa
besarnya potensial standar sel (E°sel) bagi Sel Daniell adalah 1,10 V pada suhu 25°C. Oleh
karena reaksi sel merupakan hasil penjumlahan dari dua reaksi setengah sel, maka potensial
standar sel merupakan hasil penjumlahan dari dua potensial standar setengah sel. Pada Sel
Daniell, potensial standar sel merupakan hasil penjumlahan potensial elektroda Cu dan Zn.
Dengan mengetahui potensial standar dari masing-masing elektroda, kita dapat menentukan
Li – K – Ba – Sr – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – H+ – Cu
– Ag – Hg – Pt – Au
Logam-logam yang terletak di sisi kiri H+ memiliki E°red bertanda negatif. Semakin ke
kiri, nilai E°red semakin kecil (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam
tersebut semakin sulit mengalami reduksi dan cenderung mengalami oksidasi. Oleh sebab itu,
kekuatan reduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya, logam-logam yang terletak di
sisi kanan H+ memiliki E°red bertanda positif. Semakin ke kanan, nilai E°red semakin besar
(semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut semakin mudah mengalami
reduksi dan sulit mengalami oksidasi. Oleh sebab itu, kekuatan oksidator akan meningkat dari
kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak disebelah kanan relatif terhadap logam lainnya,
akan mengalami reduksi. Sementara, logam yang terletak di sebelah kiri relatif terhadap logam
lainnya, akan mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif terhadap logam
lainnya mampu mereduksi ion logam menjadi logam (mendesak ion dari larutannya menjadi
Sebagai contoh, kita ingin merangkai sebuah sel volta dengan menggunakan elektroda Fe
dan Ni. Berdasarkan susunan logam pada deret volta, logam Fe terletak di sebelah kiri relatif
terhadap logam Ni. Hal ini menandakan bahwa logam Ni lebih mudah tereduksi dibandingkan
logam Fe. Akibatnya, dalam sel volta, elektroda Ni berfungsi sebagai katoda, sedangkan
elektroda Fe berfungsi sebagai anoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : Ni2+ + 2 e- ——> Ni ……………………. (1)
Anoda (-) : Fe ——> Fe2+ + 2 e- ……………………. (2)
Reaksi Sel : Fe + Ni2+ ——> Fe2+ + Ni …………………………………… [(1) + (2)]
Notasi Sel : Fe / Fe2+ // Ni2+ / Ni
Sesuai dengan kesepakatan, potensial sel (E°sel) merupakan kombinasi dari E°red katoda
dan E°red anoda, yang ditunjukkan melalui persamaan berikut :
atau
Potensial rreduksi standar masing-masing elektroda dapat dilihat pada Tabel Potensial
Standar Reduksi. Dari tabel, terlihat bahwa nilai E°red Fe adalah sebesar -0,44 V. Sementara nilai
E°red Ni adalah sebesar -0,25 V. Dengan demikian, nilai E°sel Fe/Ni adalah sebagai berikut :
Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel positif. Reaksi tidak
dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel negatif. Reaksi yang dapat berlangsung spontan
justru adalah reaksi kebalikannya.
Apabila larutan tidak dalam keadaan standar, maka hubungan antara potensial sel (Esel)
dengan potensial sel standar (E°sel) dapat dinyatakan dalam persamaan Nerst berikut ini :
Selama proses reaksi redoks berlangsung, elektron akan mengalir dari anoda menuju
katoda. Akibatnya, konsentrasi ion reaktan akan berkurang, sebaliknya konsentrasi ion produk
akan bertambah. Nilai Q akan meningkat, yang menandakan bahwa nilai Esel akan menurun.
Pada saat reaksi mencapai kesetimbangan, aliran elektron akan terhenti. Akibatnya, Esel = 0 dan
Q = K (K= konstanta kesetimbangan kimia). Dengan demikian, konstanta kesetimbangan kimia
(K) dapat ditentukan melalui sel volta.
Potensial sel konsentrasi umumnya relatif kecil dan semakin berkurang selama proses
reaksi berlangsung. Reaksi akan terus berlangsung hingga kedua wadah mencapai keadaan
konsentrasi ion sama. Apabila konsentrasi ion kedua wadah telah sama, Esel = 0 dan aliran
elektron terhenti.
Aplikasi pengetahuan sel volta dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contoh aplikasi sel volta adalah penggunaan batu baterai. Baterai adalah sel galvani, atau
gabungan dari beberapa sel galvani , yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik.
Beberapa jenis baterai yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
Dikenal dengan istilah sel Leclanche atau batu baterai kering. Pada batu baterai kering,
logam seng berfungsi sebagai anoda. Katodanya berupa batang grafit yang berada di tengah sel.
Terdapat satu lapis mangan dioksida dan karbon hitam mengelilingi batang grafit dan pasta
kental yang terbuat dari amonium klorida dan seng (II) klorida yang berfungsi sebagai elektrolit.
Potensial yang dihasilkan sekitar 1,5 volt.
Pada batu baterai kering alkalin (baterai alkalin), amonium klorida yang bersifat asam
pada sel kering diganti dengan kalium hidroksida yang bersifat basa (alkalin). Dengan bahan
kimia ini, korosi pada bungkus logam seng dapat dikurangi.
Sering digunakan pada dunia kedokteran dan industri elektronik. Sel merkuri mempunyai
struktur menyerupai sel kering. Dalam baterai ini, anodanya adalah logam seng (membentuk
amalgama dengan merkuri), sementara katodanya adalah baja (stainless steel cylinder). Elektrolit
yang digunakan dalam baterai ini adalah merkuri (II) Oksida, HgO. Potensial yang dihasilkan
sebesar 1,35 volt.
Dikenal dengan sebutan baterai mobil atau aki/accu. Baterai penyimpan plumbum
(timbal) terdiri dari enam sel yang terhubung secara seri. Anoda pada setiap sel adalah plumbum
(Pb), sedangkan katodanya adalah plumbum dioksida (PbO2). Elektroda dicelupkan ke dalam
larutan asam sulfat (H2SO4).
Pada kondisi normal, masing-masing sel menghasilkan potensial sebesar 2 volt. Dengan
demikian, sebuah aki dapat menghasilkan potensial sebesar 12 volt. Ketika reaksi diatas terjadi,
kedua elektroda menjadi terlapisi oleh padatan plumbum (II) sulfat, PbSO4, dan asam sulfatnya
semakin habis.
Semua sel galvani menghasilkan listrik sampai semua reaktannya habis, kemudian harus
dibuang. Hal ini terjadi pada sel kering dan sel merkuri. Namun, sel aki dapat diisi ulang
(rechargeable), sebab reaksi redoksnya dapat dibalik untuk menghasilkan reaktan awalnya.
Reaksi yang terjadi saat pengisian aki merupakan kebalikan dari reaksi yang terjadi saat
pemakaian aki.
Digunakan pada peralatan elektronik, seperti komputer, kamera digital, dan telepon
seluler. Baterai ini memiliki massa yang ringan sehingga bersifat portable. Potensial yang
dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar 3,4 volt. Anodanya adalah Li dalam grafit, sementara
katodanya adalah oksida logam transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang digunakan adalah pelarut
organik dan sejumlah garam organik.
5. Fuel Cell
Dikenal pula dengan istilah sel bahan bakar. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-oksigen
yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti kalium hidroksida.
Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing elektroda. Potensial yang
dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.
3. Korosi
Korosi adalah persitiwa teroksidasinya besi membentuk karat besi (Fe2O3.xH2O). Korosi besi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya air, gas oksigen, dan asam. Karat besi dapat
mengurangi kekuatan besi. Oleh karena itu, korosi besi harus dicegah.
Korosi merupakan salah satu reaksi redoks yang tidak diharapkan. Reaksi yang terjadi
selama proses korosi adalah sebagai berikut :
Untuk melindung logam besi dari proses korosi, beberapa metode proteksi dapat
diterapkan, antara lain :
1. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan cat
2. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan minyak (gemuk).
3. Melapisi permukaan logam besi dengan oksida inert (seperti Cr2O3 atau Al2O3)
4. Proteksi Katodik (Pengorbanan Anoda)
Suatu metode proteksi logam besi dengan menggunakan logam-logam yang lebih reaktif
dibandingkan besi (logam-logam dengan E°red lebih kecil dari besi), seperti seng dan magnesium.
Dengan metode ini, logam-logam yang lebih reaktif tersebut akan teroksidasi, sehingga logam
besi terhindar dari peristiwa oksidasi. Oleh karena logam pelindung, dalam hal ini
“mengorbankan diri” untuk melindungi besi, maka logam tersebut harus diganti secara berkala.
5. Melapisi permukaan logam besi dengan logam lain yang inert terhadap korosi.
Metode ini menggunakan logam-logam yang kurang reaktif dibandingkan besi (logam-
logam dengan E°red lebih besar dari besi), seperti timah dan tembaga. Pelapisan secara sempurna
logam inert pada permukaan logam besi dapat mencegah kontak besi dengan agen penyebab
korosi (air, asam, dan gas oksigen). Akan tetapi, apabila terdapat cacat atau terkelupas (tergores),
akan terjadi percepatan korosi.
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang
dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-
hari (lihat : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang diisi kembali
(recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang
diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses
ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan
sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan
dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan
elektrolit yang ingin dielektrolisis.
Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan
kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif
dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda
bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas
bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.
b. Bentuk Elektrolit
1. Elektrolisis lelehan (leburan)
2. Elektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di
katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
c. Jenis Ion
1. Kation : ion-ion yang bergerak di katode.
2. Anion : ion-ion yang bergerak di anode.
d. Reaksi-reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis
* Reaksi pada anode
Anion : ion OH- berasal dari basa atau pelarut air, ion sisa asam ; asam oksi
atau asam biner
Ada 4 kemungkinan reaksi pada anode
1. Bila aktif ( selain C dan Pt)
Anode : L(s) Ln+(aq) + ne
2. Untuk electrode inert ( tidak aktif)
- Jika elektrolitnya basa
Anode : 4OH- O2(g) + 2H2O (l) + 4e
- Jika dalam sel terdapat ion sisa asam oksi
Anode : 2H2O(aq) O2(g) + 4H+(aq) + 4e
- Jika dalam sel terdapat ion sisa asam biner
Anode : 2X-(aq) X2(g) + 2e
CONTOH :
1. Elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih
mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah air.
Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan air hampir sama.
Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi ion Cl-
lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah ion
Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium,
maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Catatan :
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan
sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung.
Pada proses elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion
perak. Ion perak tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan
katoda. Metode ini relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada
industri perabot rumah tangga dan peralatan dapur..
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen
dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
1. Hukum Faraday 1
“ Jumlah zat yang dihasilkan pada electrode berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang
mengalir melalui sel elektrolisis
Faraday = Coulomb / 96500
Coulomb = Faraday x 96500
1 Coulomb = Ampere x Detik ( C = i x t )
𝒆 .𝒊.𝒕
W = e x F atau W=
𝟗𝟔.𝟓𝟎𝟎
keterangan :
2. Hukum Faraday II
“Jumlah zat yang dihasilkan oleh arus yang sama kuat didalam beberapa sel yang berbeda berbanding
lurus dengan berat ekivalen zat-zat tersebut.
M1 : M2 = e1 : e2