Anda di halaman 1dari 22

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

I. Redoks
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara
berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas
dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh
elektron). Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi
oksidasi sama dengan elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi
(oksidasi dan reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua
setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut
reaksi redoks.
2. Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama
perubahan dari reaktan menjadi produk. Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk
oksidasi, yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


K —–> K+ + e-
Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam
Kalium itu telah teroksidasi menjadi kation Kalium.

3. Reduksi
Reduksi yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen, atau memperoleh
hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai contoh,
pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga, kation perak direduksi
menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Ag+ + e- ——> Ag

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 1


Ketika mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa kation perak telah
tereduksi menjadi logam perak.

Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika elektron
tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya. Sebagai contoh, reaksi yang terjadi antara logam
seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :

Zn(s) + CuSO4(aq) ——> ZnSO4(aq) + Cu(s)


Zn(s) + Cu2+(aq) ——> Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh :
Zn(s) ——> Zn2+(aq) + 2e-
Cu2+(aq) + 2e- ——> Cu(s)

Logam seng kehilangan dua elektron, sedangkan kation tembaga (II) mendapatkan dua
elektron yang sama. Logam seng teroksidasi. Tetapi, tanpa adanya kation tembaga (II), tidak
akan terjadi suatu apa pun. Kation tembaga (II) disebut zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator
menerima elektron yang berasal dari spesies kimia yang telah teroksidasi.

Sementara kation tembaga (II) tereduksi karena mendapatkan elektron. Spesies yang
memberikan elektron disebut zat pereduksi (reduktor). Dalam hal ini, reduktornya adalah logam
seng. Dengan demikian, oksidator adalah spesies yang tereduksi dan reduktor adalah spesies
yang teroksidasi. Baik oksidator maupun reduktor berada di ruas kiri (reaktan) persamaan
redoks.

4. Penyetaraan Reaksi Redoks Lengkap

a. Aturan penentuan bilangan oksidasi :

1. Atom-atom dalam unsur memiliki bilangan oksidasi nol


2. Atom H dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi +1
3. Dalam hidrida logam (misal NaH, BaH2, AlH3) bilangan oksidasi H = -1
4. Atom O dalam senyawa memiliki
5. Dalam senyawa F2O, bilangan oksidasi O = +2
6. Dalam peroksida (misal H2O2, Na2O2, BaO2) bilangan oksidasi O= -1
7. Atom logam dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi positif
8. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa = Nol

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 2


9. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam ion = muatan ion
10. Jika dua atom berikatan, bilangan oksidasi negatif selalu dimiliki atom yang
keelektronegatifannya lebih besar

b. Metode setengah reaksi (metode ion-elektron).


Metode ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang kemudian digabungkan menjadi reaksi
redoks keseluruhan.
Langkah-langkah :
Contoh 1
Fe2+(aq) + Cr2O72-(aq) ——> Fe3+(aq) + Cr3+(aq)
1. Menuliskan persamaan reaksi keseluruhan
Fe2+ + Cr2O72- ——> Fe3+ + Cr3+
2. Membagi reaksi menjadi dua reaksi paruh

Fe2+ ——> Fe3+


Cr2O72- ——> Cr3+
3. Menyetarakan jenis atom dan jumlah atom dan muatan pada masing-masing setengah reaksi;
dalam suasana asam, tambahkan H2O untuk menyetarakan atom O dan H+ untuk menyetarakan
atom H.
Fe2+ ——> Fe3+ + e-
6 e- + 14 H+ + Cr2O72- ——> 2 Cr3+ + 7 H2O
4. Menjumlahkan kedua setengah reaksi; elektron pada kedua sisi harus saling meniadakan; jika
oksidasi dan reduksi memiliki jumlah elektron yang berbeda, maka harus disamakan terlebih
dahulu
6 Fe2+ ——> 6 Fe3+ + 6 e- ……………… (1)
6 e- + 14 H+ + Cr2O72- ——> 2 Cr3+ + 7 H2O ……………… (2)
6 Fe2+ + 14 H+ + Cr2O72- ——> 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O ………………… [(1) + (2)]
5. Mengecek kembali dan yakin bahwa kedua ruas memiliki jenis atom dan jumlah atom yang
sama, serta memiliki muatan yang sama pada kedua ruas persamaan reaksi
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH- dalam jumlah
yang sama dengan ion H+ pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H+. Persamaan
reaksi tersebut berubah menjadi sebagai berikut :

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 3


6 Fe2+ + 14 H+ + 14 OH- + Cr2O72- ——> 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O + 14 OH-
6 Fe2+ + 14 H2O + Cr2O72- ——> 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O + 14 OH-
6 Fe2+ + 7 H2O + Cr2O72- ——> 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 14 OH-
Cu(s) + HNO3(aq) ——> Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)

Contoh 2 :
1. Mengubah reaksi redoks yang belum disetarakan menjadi bentuk ion.
Cu + H+ + NO3- ——> Cu2+ + 2 NO3- + NO + H2O
2. Menentukan bilangan oksidasi dan menuliskan dua setengah reaksi (oksidasi dan reduksi)
yang menunjukkan spesies kimia yang telah mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO
3. Menyetarakan semua atom, dengan pengecualian untuk oksigen dan hidrogen
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO
4. Menyetarakan atom oksigen dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan oksigen
Cu ——> Cu2+
NO3- ——> NO + 2 H2O
5. Menyetarakan atom hidrogen dengan menambahkan H+ pada ruas yang kekurangan hidrogen
Cu ——> Cu2+
4 H+ + NO3- ——> NO + 2 H2O
6. Menyetarakan muatan ion pada setiap ruas setengah reaksi dengan menambahkan elektron
Cu ——> Cu2+ + 2 e-
3 e- + 4 H+ + NO3- ——> NO + 2 H2O
7. Menyetarakan kehilangan elektron dengan perolehan elektron antara kedua setengah reaksi
3 Cu ——> 3 Cu2+ + 6 e-
6 e- + 8 H+ + 2 NO3- ——> 2 NO + 4 H2O
8. Menggabungkan kedua reaksi paruh tersebut dan menghilangkan spesi yang sama di kedua
sisi; elektron selalu harus dihilangkan (jumlah elektron di kedua sisi harus sama)
3 Cu ——> 3 Cu2+ + 6 e- …………………….. (1)
6 e- + 8 H+ + 2 NO3 ——> 2 NO + 4 H2O …………………….. (2)

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 4


3 Cu + 8 H+ + 2 NO3- ——> 3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O …………………………….. [(1) + (2)]
9. Mengubah persamaan reaksi kembali ke bentuk molekulnya dengan menambahkan ion
pengamat
3 Cu + 8 H+ + 2 NO3- + 6 NO3- ——> 3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O + 6 NO3-
3 Cu + 8 HNO3 ——> 3 Cu(NO3)2 + 2 NO + 4 H2O
10. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil

c. Metode perubahan bilangan oksidasi (PBO)


Contoh 1 :
MnO4-(aq) + C2O42-(aq) ——> Mn2+(aq) + CO2(g)
1. Menentukan bilangan oksidasi masing-masing unsure.
MnO4- + C2O42- ——> Mn2+ + CO2
+7 -2 +3 -2 +2 +4 -2
2. Menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi serta besarnya perubahan
bilangan oksidasi
Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2; besarnya perubahan bilangan
oksidasi (Δ) sebesar 5
C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4; besarnya perubahan bilangan
okisdasi (Δ) sebesar 1
3. Mengalikan perubahan bilangan oksidasi (Δ) dengan jumlah atom yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi
Mn :Δ=5x1=5
C :Δ=1x2=2
4. Menyamakan jumlah atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada masing-masing
ruas
MnO4- + C2O42- ——> Mn2+ + 2 CO2
5. Menyamakan perubahan bilangan oksidasi (Δ); bilangan pengali dijadikan sebagai koefisien
reaksi baru
Mn dikalikan 2 dan C dikalikan 5, sehingga Δ kedua unsur sama, yaitu sebesar 10
2 MnO4- + 5 C2O42- ——> 2 Mn2+ + 10 CO2

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 5


6. Dalam tahap ini, reaksi hampir selesai disetarakan; selanjutnya atom O dapat disetarakan
dengan menambahkan H2O pada ruas yang kekurangan atom O; sementara untuk menyetarakan
atom H, gunakan H+
16 H+ + 2 MnO4- + 5 C2O42- ——> 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
7. Memeriksa kembali untuk meyakinkan bahwa semua atomnya telah setara, semua muatannya
telah setara, dan semua koefisiennya ada dalam bentuk bilangan bulat terkecil
Untuk reaksi yang berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH- dalam jumlah
yang sama dengan ion H+ pada masing-masing ruas untuk menghilangkan ion H+. Persamaan
reaksi tersebut berubah menjadi sebagai berikut :
16 H+ + 2 MnO4- + 5 C2O42- ——> 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH-
2 MnO4- + 5 C2O42- ——> 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O + 16 OH-
8H2O + 2 MnO4- + 5 C2O42- ——> 2 Mn2+ + 10 CO2 + 16 OH-

II. Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan bentuk energi listrik
menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses
transfer elektron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat
diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.
A. Sel Volta atau Sel Galvani
Perubahan energi kimia (reaksi redoks) menjadi arus listrik (aliran elektron = energi
listrik). Contoh sel Volta :
a. Sel Daniell.
Sel volta ini menggunakan reaksi antara logam Zn dan ion Cu2+ untuk menghasilkan
listrik. Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat,
ZnSO4(aq), pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke dalam
larutan tembaga (II) sulfat ( CuSO4(aq) ), pada wadah lainnya. Potongan logam tersebut disebut
elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung elektron. Kawat penghantar akan
menghubungkan elektroda-elektrodanya. Selanjutnya, rangkaian sel dilengkapi pula dengan
jembatan garam. Jembatan garam, biasanya berupa tabung berbentuk U yang terisi penuh dengan
larutan garam pekat, memberikan jalan bagi ion untuk bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk menjaga larutan agar muatan listriknya tetap netral.

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 6


Sel Daniell bekerja atas dasar prinsip reaksi redoks. Logam seng teroksidasi dan
membebaskan elektron yang mengalir melalui kawat menuju elektroda tembaga. Selanjutnya,
elektron tersebut digunakan oleh ion Cu2+ yang mengalami reduksi membentuk logam tembaga.
Ion Cu2+ dari larutan tembaga (II) sulfat akan melapisi elektroda tembaga, sedangkan elektroda
seng semakin berkurang (habis). Kation-kation di dalam jembatan garam berpindah ke wadah
yang mengandung elektroda tembaga untuk menggantikan ion tembaga yang semakin habis.
Sebaliknya, anion-anion pada jembatan garam berpindah ke sisi elektroda seng, yang menjaga
agar larutan yang mengandung ion Zn2+ tetap bermuatan listrik netral.

1. Elektroda Sel Volta


- Anoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi oksidasi. Oleh
karena anoda melepaskan elektron, maka anoda kaya akan elektron sehingga
diberi tanda negatif (kutub negatif).
- Katoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi reduksi. Oleh
karena katoda menerima elektron, maka katoda kekurangan elektron sehingga
diberi tanda positif (kutub positif).

Contoh reaksi yang terjadi pada masing-masing elektroda (reaksi setengah sel) adalah
sebagai berikut :
Anoda (-) : Zn(s) ——> Zn2+(aq) + 2e- ……………………. (1)
Katoda (+) : Cu2+(aq) + 2e- ——> Cu(s) ……………………. (2)
Reaksi Sel : Zn(s) + Cu2+(aq) ——> Zn2+(aq) + Cu(s) …………………………… [(1) + (2)]

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 7


Munculnya arus listrik (aliran elektron) yang terjadi dari anoda menuju katoda
disebabkan oleh perbedaan potensial elektrik antara kedua elektroda tersebut. Melalui
percobaan, perbedaan potensial elektrik antara katoda dan anoda dapat diukur dengan voltmeter
dan hasilnya berupa potensial standar sel (E°sel). Semakin besar perbedaan potensial elektrik,
semakin besar pula arus listrik dan potensial standar sel yang dihasilkan.

Reaksi yang terjadi pada sel volta dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih ringkas,
yaitu notasi sel. Sesuai dengan kesepakatan, reaksi oksidasi dinyatakan di sisi kiri, sementara
reaksi reduksi dinyatakan di sisi kanan. Notasi sel untuk Sel Daniell adalah sebagai berikut :

Zn(s) / Zn2+(aq) // Cu2+(aq) / Cu(s)

Saat konsentrasi ion Cu2+ dan Zn2+ masing-masing 1 M, terlihat pada voltmeter bahwa
besarnya potensial standar sel (E°sel) bagi Sel Daniell adalah 1,10 V pada suhu 25°C. Oleh
karena reaksi sel merupakan hasil penjumlahan dari dua reaksi setengah sel, maka potensial
standar sel merupakan hasil penjumlahan dari dua potensial standar setengah sel. Pada Sel
Daniell, potensial standar sel merupakan hasil penjumlahan potensial elektroda Cu dan Zn.
Dengan mengetahui potensial standar dari masing-masing elektroda, kita dapat menentukan

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 8


besarnya potensial standar sel lain yang terbentuk. Potensial yang digunakan dalam pemahasan
ini adalah potensial standar reduksi.

Potensial standar reduksi masing-masing elektroda dapat ditentukan dengan


membandingkannya terhadap elektroda standar (acuan), yaitu elektroda hidrogen standar (SHE
= Standard Hydrogen Electrode). Keadaan standar yang dimaksud adalah saat tekanan gas H2
sebesar 1 atm, konsentrasi larutan ion H+ sebesar 1 M, dan dan pengukuran dilakukan pada suhu
25°C. Sesuai dengan kesepakatan, SHE memiliki potensial standar reduksi sebesar nol (E°red
SHE = 0).

2 H+ (1 M) + 2 e- ——> H2 (1 atm) E°red = 0 V


SHE dapat digunakan untuk menentukan besarnya potensial standar reduksi (E°red)
elektroda lainnya. Dengan demikian, kita dapat menyusun suatu daftar yang berisi urutan nilai
E°red elektroda-elektroda, dari yang terkecil (paling negatif) hingga yang terbesar (paling positif).
Susunan elektroda-elektroda tersebut di kenal dengan istilah Deret Volta (deret kereaktifan
logam).

Li – K – Ba – Sr – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – H+ – Cu
– Ag – Hg – Pt – Au

Logam-logam yang terletak di sisi kiri H+ memiliki E°red bertanda negatif. Semakin ke
kiri, nilai E°red semakin kecil (semakin negatif). Hal ini menandakan bahwa logam-logam
tersebut semakin sulit mengalami reduksi dan cenderung mengalami oksidasi. Oleh sebab itu,
kekuatan reduktor akan meningkat dari kanan ke kiri. Sebaliknya, logam-logam yang terletak di
sisi kanan H+ memiliki E°red bertanda positif. Semakin ke kanan, nilai E°red semakin besar
(semakin positif). Hal ini berarti bahwa logam-logam tersebut semakin mudah mengalami
reduksi dan sulit mengalami oksidasi. Oleh sebab itu, kekuatan oksidator akan meningkat dari
kiri ke kanan. Singkat kata, logam yang terletak disebelah kanan relatif terhadap logam lainnya,
akan mengalami reduksi. Sementara, logam yang terletak di sebelah kiri relatif terhadap logam
lainnya, akan mengalami oksidasi. Logam yang terletak disebelah kiri relatif terhadap logam
lainnya mampu mereduksi ion logam menjadi logam (mendesak ion dari larutannya menjadi

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 9


logam). Sebaliknya, logam yang terletak di sebelah kanan relatif terhadap logam lainnya mampu
mengoksidasi logam menjadi ion logam (melarutkan logam menjadi ion dalam larutannya).

Sebagai contoh, kita ingin merangkai sebuah sel volta dengan menggunakan elektroda Fe
dan Ni. Berdasarkan susunan logam pada deret volta, logam Fe terletak di sebelah kiri relatif
terhadap logam Ni. Hal ini menandakan bahwa logam Ni lebih mudah tereduksi dibandingkan
logam Fe. Akibatnya, dalam sel volta, elektroda Ni berfungsi sebagai katoda, sedangkan
elektroda Fe berfungsi sebagai anoda. Reaksi yang terjadi pada sel volta adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : Ni2+ + 2 e- ——> Ni ……………………. (1)
Anoda (-) : Fe ——> Fe2+ + 2 e- ……………………. (2)
Reaksi Sel : Fe + Ni2+ ——> Fe2+ + Ni …………………………………… [(1) + (2)]
Notasi Sel : Fe / Fe2+ // Ni2+ / Ni

Sesuai dengan kesepakatan, potensial sel (E°sel) merupakan kombinasi dari E°red katoda
dan E°red anoda, yang ditunjukkan melalui persamaan berikut :

E°sel = E° katoda – E° anoda

atau

E°sel = Eo oksidasi + Eo reduksi

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 10


2. Potensial reduksi standar (E°red)

Potensial rreduksi standar masing-masing elektroda dapat dilihat pada Tabel Potensial
Standar Reduksi. Dari tabel, terlihat bahwa nilai E°red Fe adalah sebesar -0,44 V. Sementara nilai
E°red Ni adalah sebesar -0,25 V. Dengan demikian, nilai E°sel Fe/Ni adalah sebagai berikut :

E°sel = -0,25 – (-0,44) = +0,19 V

Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel positif. Reaksi tidak
dapat berlangsung spontan apabila nilai E°sel negatif. Reaksi yang dapat berlangsung spontan
justru adalah reaksi kebalikannya.

Apabila larutan tidak dalam keadaan standar, maka hubungan antara potensial sel (Esel)
dengan potensial sel standar (E°sel) dapat dinyatakan dalam persamaan Nerst berikut ini :

E sel = E°sel – (RT/nF) ln Q


Pada suhu 298 K (25°C), persamaan Nerst berubah menjadi sebagai berikut :
E sel = E°sel – (0,0257/n) ln Q
E sel = E°sel – (0,0592/n) log Q
Esel = potensial sel pada keadaan tidak standar
E°sel = potensial sel pada keadaan standar
R = konstanta gas ideal = 8,314 J/mol.K
T = suhu mutlak (K) [dalam hal ini, kita menggunakan temperatur kamar, 25°C atau 298 K]
N = jumlah mol elektron yang terlibat dalam redoks
F = konstanta Faraday = 96500 C/F
Q = rasio konsentrasi ion produk terhadap konsentrasi ion reaktan

Selama proses reaksi redoks berlangsung, elektron akan mengalir dari anoda menuju
katoda. Akibatnya, konsentrasi ion reaktan akan berkurang, sebaliknya konsentrasi ion produk
akan bertambah. Nilai Q akan meningkat, yang menandakan bahwa nilai Esel akan menurun.
Pada saat reaksi mencapai kesetimbangan, aliran elektron akan terhenti. Akibatnya, Esel = 0 dan
Q = K (K= konstanta kesetimbangan kimia). Dengan demikian, konstanta kesetimbangan kimia
(K) dapat ditentukan melalui sel volta.

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 11


Melalui pembahasan persamaan Nerst, dapat terlihat bahwa besarnya potensial sel
dipengaruhi oleh konsentrasi. Dengan demikian, kita dapat merakit sel volta yang tersusun dari
dua elektroda yang identik, tetapi masing-masing memiliki konsentrasi ion yang berbeda. Sel
seperti ini dikenal dengan istilah Sel Konsentrasi.

Sebagai contoh, sel konsentrasi dengan elektroda Zn, masing-masing memiliki


konsentrasi ion seng sebesar 1,0 M dan 0,1 M. Larutan yang relatif pekat akan mengalami
reduksi, sementara larutan yang lebih encer mengalami oksidasi. Potensial standar sel (E°sel)
untuk sel konsentrasi adalah nol (0). Reaksi yang terjadi pada sel konsentrasi Zn adalah sebagai
berikut :
Katoda (+) : Zn2+ (1,0 M) + 2 e- ——> Zn …………………….. (1)
Anoda (-) : Zn ——> Zn2+ (0,1 M) + 2 e- …………………….. (2)
Reaksi Sel : Zn2+ (1,0 M) ——> Zn2+ (0,1 M) …………………………….. [(1) + (2)]
Notasi Sel : Zn / Zn2+ (0,1 M) // Zn2+ (1,0 M) / Zn
Potensial sel konsentrasi dapat diperoleh melalui persamaan Nerst berikut :
E sel = E°sel – (0,0257/2) ln ([Zn2+] encer / [Zn2+] pekat)
E sel = 0 – (0,0257/2) ln [(0,1] / [1,0])
E sel = 0,0296 volt

Potensial sel konsentrasi umumnya relatif kecil dan semakin berkurang selama proses
reaksi berlangsung. Reaksi akan terus berlangsung hingga kedua wadah mencapai keadaan
konsentrasi ion sama. Apabila konsentrasi ion kedua wadah telah sama, Esel = 0 dan aliran
elektron terhenti.

Aplikasi pengetahuan sel volta dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contoh aplikasi sel volta adalah penggunaan batu baterai. Baterai adalah sel galvani, atau
gabungan dari beberapa sel galvani , yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik.

Beberapa jenis baterai yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 12


1. The Dry Cell Battery

Dikenal dengan istilah sel Leclanche atau batu baterai kering. Pada batu baterai kering,
logam seng berfungsi sebagai anoda. Katodanya berupa batang grafit yang berada di tengah sel.
Terdapat satu lapis mangan dioksida dan karbon hitam mengelilingi batang grafit dan pasta
kental yang terbuat dari amonium klorida dan seng (II) klorida yang berfungsi sebagai elektrolit.
Potensial yang dihasilkan sekitar 1,5 volt.

Reaksi selnya adalah sebagai berikut :


Katoda (+) : 2 NH4+(aq) + 2 MnO2(s) + 2 e- ——> Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l) ……………… (1)
Anoda (-) : Zn(s) ——> Zn2+(aq) + 2 e- …………….. (2)
Reaksi Sel : 2 NH4+(aq) + 2 MnO2(s) + Zn(s) ——> Mn2O3(s) + 2 NH3(aq) + H2O(l) + Zn2+(aq)
…………….. [(1) + (2)]

Pada batu baterai kering alkalin (baterai alkalin), amonium klorida yang bersifat asam
pada sel kering diganti dengan kalium hidroksida yang bersifat basa (alkalin). Dengan bahan
kimia ini, korosi pada bungkus logam seng dapat dikurangi.

2. The Mercury Battery

Sering digunakan pada dunia kedokteran dan industri elektronik. Sel merkuri mempunyai
struktur menyerupai sel kering. Dalam baterai ini, anodanya adalah logam seng (membentuk
amalgama dengan merkuri), sementara katodanya adalah baja (stainless steel cylinder). Elektrolit
yang digunakan dalam baterai ini adalah merkuri (II) Oksida, HgO. Potensial yang dihasilkan
sebesar 1,35 volt.

Reaksi selnya adalah sebagai berikut :


Katoda (+) : HgO(s) + H2O(l) + 2 e- ——> Hg(l) + 2 OH-(aq) …………………… (1)
Anoda (-) : Zn(Hg) + 2 OH-(aq) ——> ZnO(s) + H2O(l) + 2 e- ………………….. (2)
Reaksi sel : Zn(Hg) + HgO(s) ——> ZnO(s) + Hg(l) ………………………. [(1) + (2)]

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 13


3. The Lead Storage Battery

Dikenal dengan sebutan baterai mobil atau aki/accu. Baterai penyimpan plumbum
(timbal) terdiri dari enam sel yang terhubung secara seri. Anoda pada setiap sel adalah plumbum
(Pb), sedangkan katodanya adalah plumbum dioksida (PbO2). Elektroda dicelupkan ke dalam
larutan asam sulfat (H2SO4).

Reaksi selnya pada saat pemakaian aki adalah sebagai berikut :


Katoda (+) : PbO2(s) + 4 H+(aq) + SO42-(aq) + 2 e- ——> PbSO4(s) + 2 H2O(l) ………………… (1)
Anoda (-) : Pb(s) + SO42-(aq) ——> PbSO4(s) + 2 e- …………………………… (2)
Reaksi sel : PbO2(s) + Pb(s) + 4 H+(aq) + 2 SO42-(aq) ——> 2 PbSO4(s) + 2 H2O(l) …………………….
[(1) + (2)]

Pada kondisi normal, masing-masing sel menghasilkan potensial sebesar 2 volt. Dengan
demikian, sebuah aki dapat menghasilkan potensial sebesar 12 volt. Ketika reaksi diatas terjadi,
kedua elektroda menjadi terlapisi oleh padatan plumbum (II) sulfat, PbSO4, dan asam sulfatnya
semakin habis.

Semua sel galvani menghasilkan listrik sampai semua reaktannya habis, kemudian harus
dibuang. Hal ini terjadi pada sel kering dan sel merkuri. Namun, sel aki dapat diisi ulang
(rechargeable), sebab reaksi redoksnya dapat dibalik untuk menghasilkan reaktan awalnya.
Reaksi yang terjadi saat pengisian aki merupakan kebalikan dari reaksi yang terjadi saat
pemakaian aki.

4. The Lithium-Ion Battery

Digunakan pada peralatan elektronik, seperti komputer, kamera digital, dan telepon
seluler. Baterai ini memiliki massa yang ringan sehingga bersifat portable. Potensial yang
dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar 3,4 volt. Anodanya adalah Li dalam grafit, sementara
katodanya adalah oksida logam transisi (seperti CoO2). Elektrolit yang digunakan adalah pelarut
organik dan sejumlah garam organik.

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 14


Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+) : Li+(aq) + CoO2(s) + e- ——> LiCoO2(s) ………………. (1)
Anoda : Li(s) ——> Li+ (aq) + e- ………………. (2)
Reaksi sel : Li(s) + CoO2(s) ——> LiCoO2(s) ……………………. [(1) + (2)]

5. Fuel Cell

Dikenal pula dengan istilah sel bahan bakar. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-oksigen
yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit, seperti kalium hidroksida.
Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada masing-masing elektroda. Potensial yang
dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


Katoda (+) : O2(g) + 2 H2O(l) +4 e- ——> 4 OH-(aq) ………………..(1)
Anoda (-) : 2 H2(g) + 4 OH-(aq) ——> 4 H2O(l) + 4 e- ……………………… (2)
Reaksi sel : O2(g) + 2 H2(g) ——> 2 H2O(l) ………………. [(1) + (2)]

3. Korosi

Korosi adalah persitiwa teroksidasinya besi membentuk karat besi (Fe2O3.xH2O). Korosi besi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya air, gas oksigen, dan asam. Karat besi dapat
mengurangi kekuatan besi. Oleh karena itu, korosi besi harus dicegah.

Korosi merupakan salah satu reaksi redoks yang tidak diharapkan. Reaksi yang terjadi
selama proses korosi adalah sebagai berikut :

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 15


Katoda (+) : O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- ——> 2 H2O(l) ……………………… (1)
Anoda (-) : 2 Fe(s) ——> 2 Fe2+(aq) + 4 e- ………………. (2)
Reaksi sel : 2 Fe(s) + O2(g) + 4 H+(aq) ——> 2 Fe2+(aq) + 2 H2O(l) …………….. [(1) + (2)]
E°sel = +1,67 volt
Ion Fe2+ akan teroksidasi kembali oleh sejumlah gas oksigen menghasilkan ion Fe3+ (karat besi).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
4 Fe2+(aq) + O2(g) + (4+2x) H2O(l) ——> 2 Fe2O3.xH2O(s) + 8 H+(aq)

Untuk melindung logam besi dari proses korosi, beberapa metode proteksi dapat
diterapkan, antara lain :
1. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan cat
2. Melapisi permukaan logam besi dengan lapisan minyak (gemuk).
3. Melapisi permukaan logam besi dengan oksida inert (seperti Cr2O3 atau Al2O3)
4. Proteksi Katodik (Pengorbanan Anoda)

Suatu metode proteksi logam besi dengan menggunakan logam-logam yang lebih reaktif
dibandingkan besi (logam-logam dengan E°red lebih kecil dari besi), seperti seng dan magnesium.
Dengan metode ini, logam-logam yang lebih reaktif tersebut akan teroksidasi, sehingga logam
besi terhindar dari peristiwa oksidasi. Oleh karena logam pelindung, dalam hal ini
“mengorbankan diri” untuk melindungi besi, maka logam tersebut harus diganti secara berkala.

5. Melapisi permukaan logam besi dengan logam lain yang inert terhadap korosi.

Metode ini menggunakan logam-logam yang kurang reaktif dibandingkan besi (logam-
logam dengan E°red lebih besar dari besi), seperti timah dan tembaga. Pelapisan secara sempurna
logam inert pada permukaan logam besi dapat mencegah kontak besi dengan agen penyebab
korosi (air, asam, dan gas oksigen). Akan tetapi, apabila terdapat cacat atau terkelupas (tergores),
akan terjadi percepatan korosi.

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 16


B. Sel Elektrolisis

- Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan


- Reaksi oksidasi berlangsung di anoda.

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang
dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-
hari (lihat : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang diisi kembali
(recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang
diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses
ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan
sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan
dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan
elektrolit yang ingin dielektrolisis.

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 17


a. Jenis Elektroda
1. Elektroda inert : Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au).
2. Elektroda aktif : Selain C, Pt, dan Au

Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan
kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif
dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda
bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas
bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.

b. Bentuk Elektrolit
1. Elektrolisis lelehan (leburan)
2. Elektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di
katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
c. Jenis Ion
1. Kation : ion-ion yang bergerak di katode.
2. Anion : ion-ion yang bergerak di anode.
d. Reaksi-reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis
* Reaksi pada anode
Anion : ion OH- berasal dari basa atau pelarut air, ion sisa asam ; asam oksi
atau asam biner
Ada 4 kemungkinan reaksi pada anode
1. Bila aktif ( selain C dan Pt)
Anode : L(s)  Ln+(aq) + ne
2. Untuk electrode inert ( tidak aktif)
- Jika elektrolitnya basa
Anode : 4OH- O2(g) + 2H2O (l) + 4e
- Jika dalam sel terdapat ion sisa asam oksi
Anode : 2H2O(aq)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e
- Jika dalam sel terdapat ion sisa asam biner
Anode : 2X-(aq)  X2(g) + 2e

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 18


* Reaksi pada Katode
Kation
- Jika elektrolitnya leburan
Katode : Ln+(l) + ne  L(s)
- Jika elektrolitnya larutan asam
Katode : 2H+(aq) + 2e  H2
- Jika dalam sel terdapat ion logam golongan IA,IIA, dan Al
Katode : 2H2O(aq) + 2e  H2(g) + 2OH-(aq)
- Jika dalam sel terdapat selaion ion ligam IA,IIA, dan Al
Katode : Ln+ + ne  L(s)

CONTOH :

1. Elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :

Katoda (-) : 2 Na+(l) + 2 e- ——> 2 Na(s) ……………….. (1)


Anoda (+) : 2 Cl-(l) Cl2(g) + 2 e- ……………….. (2)
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]

Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih
mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah air.
Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan air hampir sama.
Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi ion Cl-
lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah ion
Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada

2. Elektrolisis larutan garam NaCl

Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) ……………….. (1)


Anoda (+) : 2 Cl-(aq) ——> Cl2(g) + 2 e- ……………….. (2)
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) ……………………. [(1) + (2)]

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 19


Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH-
(basa) di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan
umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.

3. Elektrolisis larutan Na2SO4


Pada katoda, terjadi persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air
yang akan tereduksi di katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di
anoda. Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu
+6, maka spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi
di anoda.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e- ——> 2 H2(g) + 4 OH-(aq) ……………….. (1)
Anoda (+) : 2 H2O(l) ——> O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- ……………….. (2)
Reaksi sel : 6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) …………………….. [(1) +
(2)]
6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]
2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) …………………….. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan
pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.

4. Elektrolisis larutan garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu (Tidak


Inert):
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. (1)
Anoda (+) : Cu(s) ——> Cu2+(aq) + 2 e- …………………….. (2)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. [(1) + (2)]

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 20


Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
reaksi elektrolisis :

1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium,
maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda

Catatan :

Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan
sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung.

- Katoda : Logam yang ingin disepuh


- Anoda : Lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam penyepuh.
- Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam yang sama
dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak).

Pada proses elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion
perak. Ion perak tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan
katoda. Metode ini relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada
industri perabot rumah tangga dan peralatan dapur..

C. Perhitungan Massa yang Terjadi pada Elektrode Sel Elektrolisis

Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen
dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 21


elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x 10 23
partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10-19 C. Dengan demikian :

1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)

Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan


berikut :

1. Hukum Faraday 1

“ Jumlah zat yang dihasilkan pada electrode berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang
mengalir melalui sel elektrolisis
Faraday = Coulomb / 96500
Coulomb = Faraday x 96500
1 Coulomb = Ampere x Detik ( C = i x t )
𝒆 .𝒊.𝒕
W = e x F atau W=
𝟗𝟔.𝟓𝟎𝟎
keterangan :

W = massa zat yang terjadi (gram)


e = berat ekivalen zat hasil
e = (n = jumlah electron yang ada dalam reaksi )
i = kuat arus (ampere)
t = waktu ( sekon)

2. Hukum Faraday II

“Jumlah zat yang dihasilkan oleh arus yang sama kuat didalam beberapa sel yang berbeda berbanding
lurus dengan berat ekivalen zat-zat tersebut.

M1 : M2 = e1 : e2

Tugas Kimia Teknik |Reaksi Oksidasi dan Elektrokimia 22

Anda mungkin juga menyukai