Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“RAGAM BAHASA, EJAAN BAHASA INDONESIA &
KARAKTERISTIK BAHASA”
Dosen Pengampu
Zira Fatmahira, M.Pd

DISUSUN OLEH:
DITA MAWARNI
(21441044)

PROGRAM STUDI SISTEM


INFORMASI STMIK KAPUTAMA
2022
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan pada kita semua
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas
tentang “RAGAM BAHASA, SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA &
KARAKTERISTIk BAHASA”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Zira Fatmahira selaku dosen matakuliah
Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurnah.Oleh
karena itu,Kritik dan saran saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini,dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.Terima Kasih

Binjai,10 Oktober 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................I
Daftar Isi..................................................................................................II
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................1
BAB II.PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ragam Bahasa........................................................2
2.2 Macam-macam Ragam Bahasa................................................2
2.3 Pengertian Ejaan.......................................................................4
2.4 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia...............................................4
2.5 Karakteristik Bahasa ................................................................7
BAB III.PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................10

II

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh hampir semua
masyarakat Indonesia.Akan tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan tata
cara yang benar dalam berbahasa.
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya.Ragam
bahasa ialah bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda.Ragam bahasa terdiri dari ragam
Bahasa berdasarkan wakturnya, ragam bahasa berdasarkan medianya, dan ragam bahasa
berdasarkan pesan komunikasinya.
Adapun ejaan dalam bahasa Indonesia yang dari dulu hingga sampai sekarang ini
yaitu disebut dengan EBI(Ejaan Bahasa Indonesia).Dan ada pula karaktersitik Bahasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ragam Bahasa?
2. Apa macam-macam dari ragam Bahasa?
3. Apa Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia?

4. Apa Karakteristiknya?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari ragam Bahasa
2. Untuk mengetahiu macam-macam ragam Bahasa
3. Untuk mengetahui sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui karakteristik Bahasa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda


menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku
atau ragam bahasa
resmi

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti
di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan
bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar,
kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

2.2 Macam-Macam Ragam Bahasa


1 .Ragam Bahasa Menurut Media.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan
latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia
berdasarkan media dibagi menjadi dua
Yaitu:
A. Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan me
lalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah,sambutan, berbincang-
bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan
orang dalam
2
kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak
diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti pidato ataupun ceramah.
Ciri dari ragam lisan:
1.Memerlukan orang kedua/teman bicara
2.Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu
3.Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4.Berlangsung cepat
5.Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
6.Kesalahan dapat langsung dikoreksi

B. Ragam bahasa tulis


Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam
ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1.Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2.Tidak terikat ruang dan waktu
3.Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4.Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
5.Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
6.Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu

2.Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

a.Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)


Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda
dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura,
dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-
beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan
“b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung,
Banyuwangi, dan lain-
lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan seperti pada
kata ithu, kitha, canthik, dll.

b.Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur


Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan

3
kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
terjadi dalam

c.Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur


Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi,
akrab, dan sa
ntai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap
penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.

3. Ragam Bahasa menurut Pokok Persoalan atau Bidang Pemakaian .


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam
bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum,
atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni,
atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau
bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.

2.3 Pengertian Ejaan


Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.
Aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek
sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo Sri, 2009). Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata
dengan huruf. Misalnya kata “huruf” dahulu adalah “hoeroef”. Kata itu telah diatur dengan
ejaan yang sesuai dan sekarang yang dipergunakan adalah “huruf”.

2.4 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun
dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah
perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen


4
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:

1. Huruf (u) ditulis (oe).

2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’

3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran
itu diberi tanda trema (”)

4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya

5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: kupu2 (kupu-kupu)

6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

6
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)

c. Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda
sampai saat ini.Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan
huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi


Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.

Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :


1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).

2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’
menjadi katak.

5
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan,
seekor, dsb

5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya :

a. Berlari-larian

b. Berlari2-an

6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :

a. Tata laksana

b. Tata-laksana

c. Tatalaksana

7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera),
(praktek) bukan (peraktek).

3. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan yang disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No.
57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Nah sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini
menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.

6
Ejaan Van Ejaan Republik/ Ejaan Yang
Ophuijsen Disempuurnakan (EYD)
Ejaan Soewandi
(1901-1947) (mulai 16 Agustus 1972)
(1947-1972)
Choesoes Chusus Khusus
Djoem’at Djum’at Jumat
Ja’ni Jakni Yakni
Pajoeng Pajung Payung
Tjoetjoe Tjutju Cucu
Soenji Sunji Sunyi

Ejaan terbagi menjadi 2 macam yaitu:


1. Ejaan fenotis merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan
huruf, serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa
(diagram).

Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk
menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu.

2. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu
lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu
banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis (Barus
Sanggup, 2013)

2.5 Karakteristik Bahasa


Bahasa adalah sebuah sistem, lambang bunyi ujaran yang bersifat arbitrer, konvensional,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkanbahwa di
antara karakteristik bahasa adalah sistem, lambang, arbitrer, konvensional, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi.

1. Bahasa Bersifat Abitrer


Bahasa bersifat arbitrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkantidakbersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa
lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda”
melambangkan‘sejenisbinatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa
dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap
penutur suatubahasaakan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Diaakanmematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan
untuk menyatakan ‘tumpukankertasbercetak yang dijilid’, dan tidak untuk
melambangkan konsep yang lain, sebabjikadilakukannya berarti dia telah melanggar
konvensi itu.

2. Bahasa Bersifat Konvensional


Meskipun hubungan antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya bersifat
arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat
konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa harus mematuhi konvensi
bahwa lambangtertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
7
3. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas,
namundapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya,
menurut Kamus UmumBahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa
Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000
buah kata tersebut dapat dibuat jutaankalimat yang tidak terbatas

4. Bahasa Bersifat Dinamis


Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinanperubahan sewaktu-waktu yang dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi
pada tataranapasaja, misalnya: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan
leksikon. Pada setiapwaktumungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi
juga ada kosakata lamayangtenggelam, tidak digunakan lagi

5. Bahasa Bersifat Beragam


Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun
karenabahasaitu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dankebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik
dalamtataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa
Jawa yang digunakandi Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta.
Begitu juga bahasa Arabyangdigunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di
Arab Saudi.
6. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak
mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi
atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai
bahasa bukanlahsecara

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ragam Bahasa ialah variasi bahasa menurut pemakaiannya, yang berbeda-beda,topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,serta orang yang
dibicarakan,. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa
tulis.Pada ragam bahasa tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah
Disempurnakan(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga
negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata sopan ,

3.2 Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai mahasiswa/i untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar . Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran yang sangat
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat.Dengan mempelajari
ejaan,maka proses pembelajaran,pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia
akan menjadi lebih mudah.

9
DAPTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1998.


Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
. Jakarta: Balai
Pustaka.

Effendi, S. 1995.
Panduan Berbahasa Indonesia
Dengan Baik dan Benar
. Jakarta:
Pustaka Jaya.

Sabariyanto, Dirgo.1999
. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa
Indonesia
. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

ejaan bahasa indonesia ( aris kurniawan) diposting pada 21 agustus 2022


https://www.gurupendidikan.co.id/ejaan-bahasa-indonesia/ diakses 06 oktober 2022

https://winarialubis.files.wordpress.com/2020/10/modul-1-karakteristik-bahasa.

10

Anda mungkin juga menyukai