Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM ISLAM LANJUTAN


HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

DISUSUN OLEH:

1. INNEKE KIKI RIZKI (200200054)


2. HUMAYRA AULIA SILALAHI (200200543)
3. MICHAEL BUNGARAN (200200552)
4. CLIFFORD RAFAEL SITOMPUL (200200386)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Hukum Islam Lanjutan. Makalah ini berjudul “Hak
dan Kewajiban Suami Isteri”.
Namun sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan penulis, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar bisa lebih baik lagi
dari sebelumnya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 25 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Hak dan Kewajiban Suami Isteri.............................................................................2
1. Kedudukan Suami Isteri....................................................................................3
2. Tempat Kediaman..............................................................................................3
B. Hak dan Kewajiban Suami......................................................................................4
1. Kewajiban Suami yang Beristeri Lebih dari Seorang........................................5
C. Hak dan Kewajiban Isteri........................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks Indonesia, suatu perkawinan dianggap sah apabila telah
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan (UUP 1974) dan aturan pelaksaksanaannya yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 9 tahun 1975 (PP 9 tahun 1975). Dengan demikian maka segala
konsekuensi hukum yang terjadi akibat perkawinan (hubungan suami istri) baik itu yang
menyangkut soal hak dan (juga) kewajiban berlaku efektif setelah dipenuhinya unsur-
unsur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
Pada dasarnya antara kewajiban dan hak suami istri merupakan suatu yang timbal
balik, yakni apa yang menjadi kewajiban suami merupakan hak bagi istri, dan apa yang
menjadi kewajiban istri merupakan hak bagi suami.
Hukum islam menjelaskan ketentuan tentang hak dan kewajiban suami isteri
dengan tingkatan yang berbeda, yakni suami memiliki suatu tingkatan kelebihan
dibandingkan isterinya. Ketentuan tersebut ditegaskan dalam Al-qur’an Surah Al-Baqarah
ayat 228 yang artinya: “Para Wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Ketentuan firman Allah tersebut menjelaskan keseimbangan antara hak dan
kewajiban isteri. Akan tetapi suami memiliki kedudukan setikat lebih tinggi terkait hak
yang diperoleh suami atas tanggung jawabnya. Afif Bushtomi dan Masyhuri Ikhwan
mengutip pendapat Syekh Muhammad Bin Umar mengemukakan bahwa tingkatan hak
yang diperoleh suami terhadap isterinya dikarenakan tanggung jawabnya dalam
memberikan mas kawin, nafkah, kemaslahatan dan kesejahteraan isteri sehingga suami
berhak atas ketaatan isteri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap isterinya dalam rumah tangga?
2. Bagaimana hak dan kewajiban isteri terhadap suaminya dalam rumah tangga?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hak merupakan kemaslahatan yang diperoleh secara syara’, hak juga dapat
diartikan yaitu sesuatu yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
tersebut mustahil dapat hidup dan dikatakan sebagai manusia.
Sedangkan kewajiban berasal dari Bahasa arab yaitu wajib, yang berarti sesuatu
yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan berdosa jika ditinggalkan. Kewajiban
disini diartikan sebagai sesuatu yang wajib dilakukan oleh seseorang dalam waktu,
kondisi dan keadaan tertentu dengan ketentuan apabila tidak dilaksanakan akan
mendapatkan sanksi.
Dalam Pasal 77 Kompilasi Hukum Islam ditegaskan mengenai hak dan kewajiban
suami isteri, yaitu:
(1) Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
(2) Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
(3) Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka,
baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan
agamanya.
(4) Suami isteri wajib memelihara kehormatannya.
(5) Jiika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Agama.

Dalam Pasal 30 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan mengenai


hak dan kewajiban suami istri, yaitu:
“Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang
menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”.

Dalam Pasal 33 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan juga


mengenai hak dan kewajiban suami isteri, yaitu:
“Suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”.

2
Jadi kewajiban suami isteri ialah saling cinta-mencintai, hormat-menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin. Biasanya sebelum perkawinan atau masih dalam
percintaan, calon suami isteri sudah saling mencintai, menghormati, setia dan
memberikan bantuan lahir batin.

1. Kedudukan Suami Istri


Dalam Pasal 79 KHI dijelaskan bahwa kedudukan suami istri adalah sebagai
berikut:
(1) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
(2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

Dalam Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan


mengenai kedudukan suami isteri, yaitu:
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dengan masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.

2. Tempat Kediaman
Dalam Pasal 78 KHI juga dijelaskaan mengenai tempat kediaman yang tetap
bagi suami istri, yaitu:
(1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh suami istri
bersama.

Dalam Pasal 81 KHI dijelaskan mengenai kewajiban suami dalam


menyediakan tempat kediaman bagi anak dan isterinya:
(1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya atau
bekas isteri yang masih dalam iddah.
(2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal layak untuk isteri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

3
(3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya dari
gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat
kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai
tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
(4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta
disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

Dalam Pasal 32 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan


mengenai tempat tempat kediaman, yaitu:
(1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh
suami isteri bersama.

B. Kewajiban Suami
Dalam Pasal 80 KHI dijelaskan mengenai kewajiban suami, diantaranya sebagai
berikut:
(1) Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami
istri bersama.
(2) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan
bangsa.
(4) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi isteri dan anak
c. Biaya pendidikan bagi anak
(5) Kewajiban suami isteri terhadap isterinya seperti pada ayat (4) huruf a dan b diatas
mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
(6) Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin
sempurna dari isterinya.

4
(7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz

Dalam Pasal 34 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan
mengenai kewajiban suami, yaitu:
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

Beberapa pendapat yang dikemukakan Nawawi terkait dengan hak dan kewajiban
suami, yaitu:
a. Bersikap baik dan bijaksana dalam berbicara dan mengatur waktu untuk isteri.
b. Memberikan nafkah sandang dan pangan sesuai dengan kemampuan, usaha dan
kekuatannya.
c. Memberikan wasiat, memerintah, mengingatkan, dan menyenangkan hati isteri.
d. Hendaknya dapat menahan diri, tidak mudah marah apabila isteri menyakiti hatinya.
e. Suami hendaknya menundukkan dan menyenangkan hati isteri dengan menuruti
kehendaknya dengan kebaikan.
f. Suami hendaknya menyuruh isterinya melakukan perbuatan yang baik.
g. Suami hendaknya mengajarkan isterinya apa yang menjadi kebutuhan agamanya, dari
hukum-hukum bersuci seperti mandi, haid, janabat, wudhu dan tayamum.
h. Suami harus mengajarkan berbagai macam ibadah kepada isteri baik ibadah fardlu
maupun sunnah.
i. Suami hendaknya mengajar budi pekerti yang baik kepada keluarganya.
j. Suami tidak boleh mencari-cari jalan menyusahkan isteri.
k. Tidak menyetubuhi isteri dihadapan Wanita atau laki-laki lain.
l. Suami wajib memberikan mas kawin dan nafkah dari jalan yang halal.
m. Dalam keadaan tertentu seperti ketika isteri Nusyuz, menolak keinginan suami yang
tidak bertentangan dengan syari’at, meninggalkan sholat, mengabaikan perintah
suami, maka suami boleh memukul isterinya dengan Batasan selain wajah dan
pukulan tersebut tidak menyakiti sang interi.

Kewajiban suami adalah untuk melindungi istrinya dan memberikan segala


sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, kemampuan
suami didasarkan kepada antara lain hasil pendapatan dari pekerjaannya. Istri tidaklah
dapat menuntut kebutuhan hidup yang melebihi diluar kemampuan suaminya.

5
1. Kewajiban Suami yang Beristeri Lebih dan Seorang
Dalam Pasal 82 KHI dijelaskan bagwa bagi suami yang beristeri lebih dari
seorang ialah sebagai berikut:
(1) Suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang berkewajiban memberikan
tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing isteri secara berimbang
menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing isteri,
kecuali jika ada perjanjian perkawinan.
(2) Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya dalam
suatu tempat kediaman.

C. Kewajiban Isteri
Dalam Pasal 83 KHI dijelaskan bahwa kewajiban isteri diantaranya sebagai
berikut:
(1) Kewajiban utama bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami
didalam yang dibenarkan oleh hukum islam.
(2) Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya.

Dalam Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dijelaskan mengenai kewajiban suami, yaitu:
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada pengadilan.

Kemudian dalam pasal 84 KHI juga dijelaskan mengenai isteri yang dianggap
nusyuz, yaitu:
(1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban
sebagaimana dimaksud ke dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.
(2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suaminya terhadap isterinya tersebut pada
pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan
anaknya.
(3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) berlaku kembali setelah isteri nusyuz.

6
(4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus didasarkan atas bukti
yang sah.

Mengutip buku Ketika Istri Berbuat Nusyuz oleh Syafri M. Noor, Lc (2018: 21),
nusyuz bermakna kedurhakaan istri dan rasa besar diri terhadap suami. Mayoritas ulama
mendefinisikan nusyuz sebagai keluarnya istri dari kewajiban taat pada suaminya atau
perbuatan menyimpang yang timbul dan dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya.
Penjelasan mengenai nusyuz sudah dituangkan dalam surat An-Nisa ayat 34 yang
artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-
perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika
(suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan
yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,
tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah
mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.”
Imam ad-Dzahabi menyebutkan bahwa hukum perbuatan nusyuz termasuk dari
dosa besar,
Dosa besar yang ke-47: “perbuatan nusyuz seorang istri kepada suaminya”
Tak hanya mendapat dosa besar, nusyuz juga menyebabkan terputusnya nafkah
dari suami, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Qasim dalam Fathul
Qarib (2000: 239) yang artinya: “Ada dua hal yang bisa gugur akibat nusyuz, yakni hak
gilir dan hak mendapatkan nafkah.”

Beberapa pendapat yang dikemukakan Nawawi yaitu terkait dengan hak dan
kewajiban isteri, yaitu:
a. Mendapat nafkah sandang dan pangan.
b. Memenuhi permintaan suami ketika suami meminta, dalam kondisi-kondisi yang
diperbolehkan.
c. Taat kepada Allah dan suami, menyenangkan suami, memelihara hak suami, menjaga
farji (kemaluan), serta memelihara rahasia, dan barang-barang suaminya.
d. Sabar atas perilaku dan kesalahan suami.

7
e. Tidak menganiaya dan menyakiti suami serta tidak membebani suami yang ia tidak
mampu melakukannya.
f. Menjemput kedatangan suami ketika keluar rumah, menampakkan cintanya terhadap
suami apabila suami mendekatinya, menyenangkan suami ketika akan tidur,
mengenangkan harum-haruman, membiasakan merawat mulut dari bau yang tidak
menyenangkan dengan misik dan harum-haruman, membersihkan pakaian,
membiasakan berhias, di hadapan suami, dan tidak boleh berhias ketika ditinggal
suami.
g. Memuliakan keluarga dan famili-familinya sekalipun berupa ucapan yang baik.

Undang-Undang tidak menentukan bahwa kewajiban istri menyediakan


kebutuhan rumah tangga, tetapi jika istri bekerja dan memiliki penghasilan, maka tidak
ada salahnya istri membantu untuk membiayai kehidupan keluarga apalagi suami istri
memiliki anak. Walaupun Istri bekerja, namun jangan dilupakan bahwa istri memiliki
kewajiban untuk mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
Pasal 31 ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa masing masing pihak
berhak untuk melakukan tindakan hukum. Hak yang seimbang antara suami istri berlaku
secara internal dalam kehidupan rumah tangga dan eksternal dalam pergaulan
bermasyarakat.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa hak dan kewajiban suami terhadap isterinya dalam rumah tangga ialah sebagai
berikut:
a. Suami wajib membimbing isterinya.
b. Suami wajib Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
c. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat.
d. Suami wajib menanggung: nafkah, kiswah, tempat kediaman bagi isteri, biaya
rumah tangga, biaya perawatan, biaya pengobatan bagi isteri dan anak dan biaya
pendidikan bagi anak.
e. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
f. Suami wajib memberikan wasiat, memerintah, mengingatkan, dan menyenangkan
hati isteri.
g. Suami hendaknya dapat menahan diri, tidak mudah marah apabila isteri menyakiti
hatinya.
h. Suami hendaknya menundukkan dan menyenangkan hati isteri dengan menuruti
kehendaknya dengan kebaikan.
i. Suami tidak boleh mencari-cari jalan menyusahkan isteri.
j. Suami wajib memberikan mas kawin dan nafkah dari jalan yang halal.

2. Bahwa hak dan kewajiban isteri terhadap suaminya dalam rumah tangga diantaranya
sebagai berikut:

9
a. Kewajiban utama bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami
didalam yang dibenarkan oleh hukum islam.
b. Isteri wajib menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari
dengan sebaik-baiknya.
c. Mendapat nafkah sandang dan pangan.
d. Memenuhi permintaan suami ketika suami meminta, dalam kondisi-kondisi yang
diperbolehkan.
e. Taat kepada Allah dan suami, menyenangkan suami, memelihara hak suami,
menjaga farji (kemaluan), serta memelihara rahasia, dan barang-barang suaminya.
f. Sabar atas perilaku dan kesalahan suami.
g. Tidak menganiaya dan menyakiti suami serta tidak membebani suami yang ia
tidak mampu melakukannya.
h. Menjemput kedatangan suami ketika keluar rumah, menampakkan cintanya
terhadap suami apabila suami mendekatinya, menyenangkan suami ketika akan
tidur, mengenangkan harum-haruman, membiasakan merawat mulut dari bau yang
tidak menyenangkan dengan misik dan harum-haruman, membersihkan pakaian,
membiasakan berhias, di hadapan suami, dan tidak boleh berhias ketika ditinggal
suami.
i. Memuliakan keluarga dan famili-familinya sekalipun berupa ucapan yang baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Regulasi:

Kompilasi Hukum Islam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Buku:

Kamello, T. & Andriati, S. L. (2011). Hukum Orang dan keluarga. Medan: USU Press

Zakiah. (2015). Hukum Islam di Indonesia. Medan: CV. PUTRA MAHARATU.

Jurnal:

Ikrom, M. (2015). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Quran. Qolamuna: Jurnal
Studi Islam, 1(1).

Nurani, S. M. (2021). Relasi Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Analitis Relevansi Hak Dan Kewajiban Suami Istri Berdasarkan Tafsir Ahkam
Dan Hadits Ahkam). Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies, 3(1).

Website:

Diakses dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/apa-itu-nusyuz-dan-bagaimana-hukumnya-


dalam-islam-1vPwUP3y4JF pada 25 September 2022, pukul 15.59.

11

Anda mungkin juga menyukai