Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM


BEKELUARGA

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah ”Hukum Keluarga Dalam Islam”

Oleh:
M. Anif Maulana (19110079)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAMANSISWA PALEMBANG
KOTA PALEMBANG
2021

1
DAFTAR ISI

1. DAFTAR ISI .....................................................................................................1


2. BAB I Pendahuluan .......................................................................................2
A. Latar Belakang .......................................................................................2
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
3. BAB II Pembahasan .......................................................................................3
A. Kewajiban Suami terhadap Istri..................................................................3
1. Kewajiban Materi berupa Kebendaan.......................................................5
2. Kewajiban Materi berupa Non-kebendaan................................................6
3. Kewajiban Suami terhadap Isteri menurut pandangan Fuqaha ................7
4. Hak Suami atas Istri ..............................................................................8
B. Kewajiban Istri terhadap Suami..................................................................9
C. Hak Bersama antara Suami dan Istri ...............................................10
4. BAB III PENUTUP .....................................................................................12
a. Kesimpulan ..............................................................................12
5. DAFTAR PUSTAKA_........................................................................................13

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memandang hubungan antara suami dan istri bukan hanya sekedar
kebutuhan semata, tetapi lebih dari itu Islam telah telah mengatur dengan jelas
bagaimana sebuah hubungan agar harmonis dan tetap berlandaskan pada tujuan
hubungan tersebut, yakni hubungan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah
SWT. Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga yang diliputi oleh ketenangan,
diselimuti cinta kasih dan jalinan yang diberkahi, Islam telah mengajarkan kepada
Sang Nabi bagaimana jalinan antara suami dan istri ini bias sejalan, dapat seia dan
sekata. Maka, melalui makalah ini insyaAllah penulis akan mengupas beberapa yang
berkaitan tentang hak dan kewajiban antara seorang suami dengan istri. Hak yang
didasarkan pada kesadaran bukan sekedar kebutuhan, dan kewajiban yang didasari
pada kasih sayang dan bukan hanya menjalankan tugas belaka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Kewajiban Suami terhadap Istri..?
2. Apa saja Kewajiban Istri terhadap Suami..?
3. Apa saja Hak Bersama antara Suami-Istri..?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kewajiban suami terhadap isteri


Hak istri sebagai kewajiban suami adalah membayar nafkah. Adapun unsur yang
termasuk biaya nafkah adalah biaya susuan, nafkah makan dan minum (sandang),
pakaian (pangan), pembantu tempat tinggal dan kebutuhan biologis. Kewajiban
membiayai anak anak sampai batas umur dewasa, yang ditandai dengan haid atau
mimpi basah. Tetapi kalau anak dalam keadaan miskin, sementara orang tua
mempunyai kemampuan untuk membiayai, orang tua masih wajib membiayai nafkah
anak meskipun sudah dewasa. Kewajiban pemenuhan kewajiban suami terhadap istri
ini mulai berlaku sejak terjadi transaksi (akad nikah).
Kewajiban suami terhadap isteri mencakup kewajiban materi berupa kebendaan
dan kewajiban nonmateri yang bukan berupa kebendaan. Sedangkan Yang disebut
dengan nafkah adalah merupakan segala kebutuhan istri, meliputi makanan, pakaian,
tempat tinggal dan lain-lain yang termasuk rumah tangga pada umumnya.
Mengenai berapa kadar belanja yang harus disediakan oleh suami itu harus
mengingat kedudukan sosial dan tingkat kehidupan ekonomi suami istri itu. Jadi tidak
berlebih-lebihan yang membawa akibat memberatkan suami, tetapi juga tidak boleh
terlalu sedikit, jadi harus yang wajar saja.
Mengenai kewajiban seorang suami untuk menyediakan rumah kediaman bagi
istrinya dan untuk bertempat tinggal bagi keduanya, ini disebutkan dalam surat at-
Talaq ayat 6 sebagai berikut:“ Berilah tempat istrimu itu dimana kamu bertempat
tinggal menurut kesanggupan kamu, dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan hati mereka...........”1.
Dalam Undang-undang Perkawinan Indonesia nomor 1 Tahun 1974 BAB VI
Tentang Hak dan Kewajiban Suami-istri
Pada Pasal 30yang berbunyi: suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31:

1
Ny. Soemiyati,SH. Hukum perkawinan islam dan Undang-undang perkawinan.Liberty (Yogyakarta,2007)Hal 90

3
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
Pasal 32:
1. suami istri harus mempunyai kediaman yang tepat.
2. rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditentukan oleh
suami istri bersama.
Pasal 33: suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
Pasal 34:
1. suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
rumah tanggasesuai dengan kemampuannya.
2. istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3. jika suami atau istri melakukan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada pengadilan.2.
Dalam Undang-undang Yordania kewajiban suami terhadap isteri ada empat:
1. Suami wajib membuat hubungan baik dengan isteri dalam kehidupan keluarga dan
mempergauli isteri dengan baik, dan isteri tidak disuruh patuh kepada suami
dalam hal-hal yang tidak benar atu tidak halal.
2. Suami poligami harus berlaku adil terhadap isteri-isteri dan memperlakukan
mereka sejajar, dan mereka tidak tinggal dalam satu rumah, kecuali atas izin
mereka.
3. Kalau akad nikah sudah selesai, mahar dan nafkah harus sudah ditunaikan suami,
dan hak saling mewarisi sudah mulai berlaku.
4. Suami harus menyediakan rumah dan perlengkapannya sesuai dengan kemampuan
suami, kebiasaan (adat), dan kondisi tempat kerja.3

Dalam Kewajiban materi dari Suami terhadap Istri dibagi menjadi 2 yaitu :

2
Ny.Soemiyati, SH. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.cetakan keenam.oktober :
2007.liberty.Yogyakarta.hal 147.
3
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 284

4
1. Kewajiban materi berupa kebendaan
Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal yang dibenarkan agama,
bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT. Jika suami memerintahkan
istriuntuk berbuat maksiat, maka ia harus menolaknya. Di antara ketaatan istri
kepada suami adalah tidak keluar rumah kecuali dengan izin.4
Sesuai dengan penghasilannya, suami mempunyai kewajiban terhadap isteri:
a. Memberi nafkah, kiswah dan tempat tinggal
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan
anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak5.
Dua kewajiban paling depan diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin yaitu
isteri mematuhi suami, khususnya ketika suami ingin
menggaulinya.Disamping itu, nafkah bisa gugur apabila isteri nusuz.6
Selain itu adanya Kewajiban secara timbal balik yang bersifat kebendaan yaitu:
a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
b. Istri wajib mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknya7.
Jika suami dan isteri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga
sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah,
mawaddah, dan warahmah.8
2. Kewjiban non-materi yang bukan berupa kebendaan
Beberapa kewajiban suami terhadap isteri yang bukan berupa kebendaan,
antara lain:
a. Berlaku sopan terhadap isteri, menghormatinya serta memperlakukannya
dengan wajar, berdasarkan an-Nisa:19
b. Memberi perhatian penuh kepada isteri.
c. Setia kepada isteri dengan menjaga kesucian nikah dimana saja berada.
4
Slamet Abidin;H.Aminudin.fikih munakahat 1 : Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 160
5
Ibidhal 162
6
H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010 Hal
161
7
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 98
8
Slamet Abidin;H.Aminudin. fikih munakahat 1: Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 157

5
d. Berusaha mempertinggi keimanan, ibadah, dan kecerdasan isteri.
e. Membimbing isteri sebaik-baiknya.
f. Memberi kemerdekaan kepada isteri untuk berbuat, bergaul ditengah-tengah
masyarakat.
g. Suami hendaknya menerima kekurangan isteri.
h. Tidak memaksa bekerja keras untuk urusan rumah tangga.
i. Selalu bersikap jujur terhadap isteri.
j. Melindungi isteri dan memberikan semua keperluan hidup rumah tangga
sesuai dengan kemampuannya.9
Kemudian adanya Kewajiban secara timbal balik yang bersifat bukan kebendaan
yaitu:
a. Antara keduanya harus saling cinta mencintai. Hal ini sesuai dengan
pengertian perkawinan itu sendiri, bahwa perkawinan itu tidak hanya
merupakan ikatan lahir antara seorang pria dan wanita tetapi juga ikatan lahir
antara seorang pria dan wanita tetapi juga ikatan batin antara keduanya. Ikatan
batin ini diwujudkan dengan adanya saling mencintai di antara kedua belah
pihak.
b. Harus saling hormat menghormati. Keharusan saling hormat menghormati
antara suami istri adalah sesuatu yang wajar.
c. Wajib setia diantara suami istri. Yang di maksud dengan setia di sini adalah
erat hubungannya dengan menjaga kesucian rumah tangga.
d. Kewajiban bantu membantu di antara suami istri. Bantu membantu antara
suami istri ini berarti antara keduanya harus dapat bekerja sama serta
salingmenasehati dalam mengelola rumah tangga supaya tujuan perkawinan
dapat tercapai.10
3. Kewajiban Suami terhadap Isteri menurut Pandangan Fuqaha
a. Mazhab Maliki
Kewajiban suami terhadap isteri yang pertama, suami terhadap isteri adalah
membayar mahar. Kedua, berlaku adil kepada isteri-isteri (suami yang
poligami). Ketiga, mencukupi nafkah keluarga.11
b. Mazhab Hanafi

9
Ibid hal 171
10
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 97
11
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 254

6
Menurut Abu Hanifah, mahar adalah kewajiban tambahan dalam akad
nikah sama dengan nafkah. Menurut Abu Hanifah, akad nikah harus diganti
dengan mahar. Sedangkan kewajiban akad nikah adalah tuntutan shari’at
berdasarkan al-ahzab (33):50, didukung dengan hadis dari Abu Sa’id al-
khudri. Sejalan dengan itu, seorang suami yang mentalak isteri sebelum
melakukan hubungan (dukhul) tidak wajib membayar mahar, sebab dengan
talak tersebut berarti suami menghilangkan transaksi pokok. Talak sebelum
dukhul, abu yusuf awalnya berpendapa, wajib setengah mahar, tetapi
kemudian berubah pendirian dan sependapaat dengan abu hanifah dan
muhammad al-saibani, wanita tersebut berhak mendapat mut’ah. Adapun
jumlah mut’ah brdasarkan al-baqarah (2)236, ada 5 dirham separoh dari
jumlah mahar minimal.
Kedua, mencukupi nafkah isteri berdasarkan al-baqarah (2):233, an-Nisa’
(4):34, dan at-talaq (65):6. Awal mulanya seorang suami wajib membayar
nafkah adalah sejak terjadi transaksi (akad nikah). Kewajiban nafkah sangat
erat kaitannya dengan hak bersenang-senang (istimta’) suami. Ketiga, wajib
menjaga isteri, sebab wanita (isteri) berada dibawah kepemimpinan laki-laki
(suami). Keempat, khususnya yang poligami adalah suami wajib berlaku adil,
berdasarkan an-Nisa’ (4):3. 12
c. Mazhab al-Syafi’i
Pertama, mendapat mahar, an-Nisa’ (4):25 suruhan mendapat mahar yang
patut, an-Nisa’ (4)24, suruhan melunasi mahar bagi suami yang telah
mencampuri isterinya, an-Nisa’ (4):19, larangan menyusahkan isteri dengan
jalan mengambil kembali mahar yang telah diberikan kepadanya, an-Nisa’
(4):34, dan an-Nur (24):32, bahwa Allah memampukan orang-orang yang
miskin dengan karuniaNya.
Kedua, isteri berhak mendapat bagian (giliran) malam, karena malam itu
memang untuk beristirahat (bersenang-senang), berdasarkan Yunus (10):67,
al-Mu’min (40):61, dan al-Rum (30):21, yakni suruhan istirahat pada malam
hari dan bersenang-senang dengan pasangan.13
d. Mazhab Hambali

12
IbidHal 261
13
IbidHal 268

7
Dari Mazhab Hanbali, membagi hak dan kewajiban suami dan isteri
menjadi tiga jenis, yakni: 1. Hak dan kewajiban bersama, 2. Hak isteri yang
menjadi kewajiban suami , dan 3. Hak suami yang menjadi kewajiban isteri.
Adapun hak isteri yang menjadi kewajiban suami, pertama, suami wajib
membayar mahar. Kedua, suami wajib membayar (memenuhi) nafkah isteri,
berdasarkan at-Talaq (65):7, al-Isra’ (17):30, dan al-Ahzab (17):30, dan al-
Ahzab (33):50.14

4. Hak Suami atas Istri


Yang bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga adalah kewajiban
seorang istri, termasuk dalam hal belanja, biaya rumah tangga yang diusahakan
oleh suaminya dengan cara yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Seperti yang tercantum dalam surat an-Nisa’ ayat 34, yang berbunyi:
“........wanita yang baik ialah yang taat kepada Allah dan menjaga rumah
tangganya serta memelihara rahasia dan harta suaminya..........”15
Diantara beberapa hak istri terhadap suaminya, yang paling pokok adalah:
a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
b. Isteri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami
d. Tidak bermuka masam dihadapan suami.
e. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi suami.
Berdasarkan Hadis yang diriwayat Aisyah RA :
Ia berkata “saya bertanya kepada Rosulullah SAW, siapa orang yang
paling besar haknya terhadap perempuan? Jawabnya, ”suaminya.” lalu saya
bertanya. “siapakah haknya yang paling besar terhadap laki-laki?” jawabnya
”ibunya.”16
Adapun menurut ijma adalah sebagai berikut:
Ibnu Qadamah berkata, “istri yang durhaka boleh dipukul sebagai
pelajaran. perempuan adalah orang yang tertahan di tangan suaminya. Ia telah
menahannya untuk bepergian dan bekerja. Karena itu, suami berkewajiban untuk
memberikan nafkah kepadanya.
14
IbidHal 275
15
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 92
16
H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010 Hal
158

8
Adapun seorang istri berhak menerima nafkah dari suaminya, apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dalam ikatan perkawinan yang sah.
b. Menyerahkan dirinya kepada suaminya.
c. Suaminya dapat menikmati dirinya.
d. Tidak menolak apabila diajak pindah ke tempat yang dikehendaki suaminya.
Kecuali kalu suami bermaksud merugikan dengan membawanya pindah, atau
membahayakan keselamatan diri dan hartanya
e. Keduanya dapat saling menikmati.17

B. Kewajiban Isteri terhadap Suami


Diantara beberapa kewajiban seorang isteri terhadap suami adalah:
a. Taat dan patuh kepada suami.
b. pandaimengambil hati suami melalui makanan dan minuman
c. Mengatur rumah dengan baik.
d. Menghormati keluarga suami.
e. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.
f. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.
g. Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan suami.
h. Selalu berhemat dan suka menabung.
i. Selalu berhias, bersolek untuk atau dihadapan suami.
j. Jangan selalu cemburu buta.18
Menurut perundang-undangan Indonesia hak isteri terhadap suami ada dua:
1. Isteri wajib berbakti kepada suami.
2. Isteri wajib mengatur rumah tangga.19
Adapun kewajiban isteri terhadap suami disebutkan dalam pasal 37, begitu
menerima mahar isteri wajib patuh kepada suami untuk tinggal dirumah yang telah
disediakan suami, atau pindah kerumah yang diinginkan suami, meskipun harus
keluar negeri, sepanjang tempat itu aman untuk isteri dan tidak ada perjanjian

17
Slamet Abidin;H.Aminudin.fikih munakahat 1 : Untuk Fakultas Syari’ah komponen MKDK. Pustaka Setia.
Bandung:1999 hal 166
18
Ibidhal 162
19
khoirudin nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013 Hal 283

9
sebaliknya ketika melakukan akad nikah. Sebaliknya, jika isteri tidak patuh kepada
suami, nafkah hilang dengan sendirinya.20

C. Hak Bersama antara Suami dan Isteri


Pada dasarnya menurut hukum islam harta suami istri itu terpisah, jadi masing-
masing mempunyai hak untuk menggunakan atau membelanjakan hartanya dengan
sepenuhnya, tanpa boleh diganggu oleh pihak lain.
Harta benda yang menjadi hak sepenuhnya masing-masing pihak ialah harta
bawaan masing-masing sebelum terjadi perkawinan ataupun harta yang diperoleh
masing-masing pihak dalam masa perkawinan yang bukan merupakan usaha bersama,
misalnya: menerima warisan, hibah, hadiah, dan lain sebagainya.
Dilihat dari asalnya harta kekayaan dalam perkawinan itu dapat digolongkan menjadi
tiga golongan:
1. Harta masing-masing suami istri yang telah dimiliknya sebelum kawin, baik
diperolehnya karena mendapat warisan atau usaha-usaha lainnya, disebut dengan
harta bawaan.
2. Harta masing-masing suami istri yang diperolehnya selama berada dalam
hubungan perkawinan, tetapai diperoleh bukan karena usaha mereka bersama-
sama maupun sendiri-sendiri, tetapi karena diperolehnya karena hibah, waris
ataupun wasiat untuk masing-masing.
3. Harta yang diperoleh setelah mereka berada dalam hubungan perkawinan atas
usaha mereka berdua atau salah satu pihak dari mereka disebut harta
pencaharian.21
Kewajiban suami istri dalam rumah tangga ini harus diartikan secara timbal balik
bahwa apa yang menjadi kewajiban suami adalah merupakan hak dari istri,
demikian sebaliknya, apa yang menjadi kewajiban istri adalah hak dari suami.
Dengan adanya akad nikah, maka antara suami dan isteri mempunyai hak dan
tanggung jawab secara bersama, yaitu:
a. Suami dan isteri dihalalkan mengadakan hubungan seksual. Perbuatan ini
merupakan kebutuhan suami isteri yang dihalalkan secara timbal balik. Suami
halal melakukan apa saja terhadap isterinya, demikian pula bagi isteri terhadap

20
Ibid Hal 285
21
Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan UUPerkawinan. Lberty. Yogyakarta : 2007. Hal 99

10
suaminya. Mengadakan kenikmatanhubungan merupakan hak bagi suami isteri
yang dilakukan secara bersamaan.
b. Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun isteri tidak boleh
melakukan pernikahan dengan saudaranya masing-masing.
c. Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling mewarisi apabila
salah seorang di antara keduanya telah meninggal meskipun belum
bersentuhan.
d. Anak mempunyai nasab yang jelas.
e. Kedua pihak wajib bertingkah laku dengan baik sehingga dapat melahirkan
kemesraan dalam kedamaian hidup.22
Berdasarkan surat an-Nisa ayat:19
.............Dan bergaullah dengan mereka (isteri) secara patut......

22
H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010 Hal
154

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan:
Undang-undang adalah undang-undang Nomer 1tahun 1974 tentang perkawinan.
a. Pengadilan adalah Pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam dan
pengadilan negri bagi yang lainnya.
b. Pengadilan negri adalah pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
c. Pegawai pencatat adalah pegawai pencatat perkawinan dan perceraian.
Kewajiban suami terhadap istri mencakup kewajiban materi berupa kebendaan
dan kewajiban nonmateri yang bukan berupa kebendaan.
Yang bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga adalah kewajiban
seorang istri, termasuk dalam hal belanja, biaya rumah tangga yang diusahakan oleh
suaminya dengan cara yang wajar dan dapat dipertanggung jawabkan.Jika suami
sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah
ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup rumah
tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan
tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah, dan warahmah.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. H.M.A.Tihami;Sohari Sahrani.Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah


Lengkap.Rajawali Pers. Jakarta : 2010
2. Ny.Soemiyati,SH.Hukum Perkwinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Lberty.
Yogyakarta : 2007
3. Prof.Dr.Khoirudin Nasution. Hukum Perkawinan I. ACAdeMIA. Yogyakarta : 2013
4. Slamet Abidin;H.Aminudin.Fikih Munakahat 1 : Untuk Fakultas Syari’ah komponen
MKDK. Pustaka Setia. Bandung:1999

13

Anda mungkin juga menyukai