Anda di halaman 1dari 21

PEMENUHAN HAK HAK PASANGAN SUAMI ISTRI YANG

MELAKUKAN PERNIKAHAN MELALUI PROSES TA’ARUF ONLINE DI


SUKOHARJO
(Studi kasus pengguna jasa ta’aruf online “Indonesia Tanpa Pacaran”
Cabang Sukoharjo)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Untuk Penyusunan Skripsi
Oleh :

FITRIA LUQYANA
NIM. 17.21.2.1.087

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2021
A. LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna ibadah
kepada Allah SWT, mengikuti Sunah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar
keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang
harus diindahkan. Pernikahan merupakan ibadah dan setengah dari agama.
Seseorang yang sudah mampu lahir batin untuk melakukan pernikahan
hendaknya mereka menyegerakan menikah. Menikah bukan hanya sekedar
meleburkan kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia terutama
umat muslim. Menikah harus dengan seseorang yang mau menerima
kekurangan dan kelebihan yang kita miliki dan harus memiliki tujuan yang
sama, yaitu melaksanakan pernikahan karena anjuran Nabi Muhammad SAW,
dan harus saling kasih mengasihi satu sama lain.1
Dalam islam, pernikahan yang sesuai syari’at yaitu dengan cara ta’aruf
sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, bukan melalui dengan pacaran.
Dengan berpacaran seseorang akan lebih dikhawatirkan menuju hal-hal yang
diharamkan oleh Allah SWT seperti mendekati zina dan melakukan seks
bebas karena ada perantara yang menjembantani interaksi kedua pasangan.
Sedangkan dengan berta’aruf maka seseorang dapat terhindar dari perbuatan-
perbuatan yang mendekati zina, karena dengan berta’aruf itu akan lebih
menjaga kehormatan diri dari seks bebas tersebut. Dalam waktu perkenalan
yang cukup singkat tersebut, banyak hal yang belum diketahui masing-masing
pasangan seperti sifatnya, tingkah laku, tanggungjawabnya dan lain
sebagainya. Praktisi ta’aruf cenderung kurang mengenal dan menyelidiki
kepribadian pasangannya serta kurang membandingkan dengan teliti
mengenai perangainya, kepentingannya, cita-citanya, dan ikatan emosional
para praktisinya juga tidak terlalu erat karena mengenal calon pasangannya
cenderung dari interpretasi dan persepsi yang masih kurang begitu jelas,
sehingga praktisi proses ini cenderung berpotensi konflik dengan

1
Wahyu Wibisana, “Pernikahan Dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.14, No.2, 2016,
hlm.185.
pasangannya apabila tidak dapat mengatasi problematika keluarga dengan arif
dan bijaksana, maka hal itu menjadi salah satu kekurangannya.2
Setiap pasangan tentu menghendaki kebahagiaan dalam kehidupan
berumah tangga dan diantara yang menentukan kebahagiaan itu adalah
membangun rumah tangganya di atas landasan cinta karena Allah SWT.
Kebahagiaan dalam rumah tangga tentu saja tidak jauh jauh dari hak dan
kewajiban suami istri yang telah diimplementasikan dengan baik oleh
keduanya. Tidak hanya sebagai teori, yang hanya sekedar menjadi asumsi
sesaat lalu acuh tak acuh pada saatnya harus mempraktekkannya.3
Hak dan kewajiban suami istri telah banyak diatur dalam al-qur’an
maupun hadis Nabi. Beberapa inti dari ketentuan tersebut adalah, bahwa
suami janganlah mencari-cari kesalahan istrinya dengan maksud hendak
mengambil sesuatu yang pernah diberikan kepada istrinya. Bahwa suami
harus menggauli istrinya dengan baik (ma’ruf), bahwa bagi istri itu ada hak-
hak yang berimbang dengan kewajibannya secara ma’ruf dan bagi suami
setingkat lebih di atas istri.4
Demikian juga halnya dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, disebutkan hak dan kewajiban suami istri dalam
beberapa pasal di antaranya yaitu :
Pasal 30
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum
2
Ahmad Fauzan & Nurul Hidayat, “Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil Ta’aruf (Adjustment Of
Married Couple By Ta’aruf)”, Jurnal E-SOSPOL, Vol. 2, Ed.1, 2015, hlm. 59-67.
3
Syaiful Anwar, “Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”,
Jurnal Kajian Islam Al Kamal, Vol.1, No.2, 2021, hlm. 83.
4
Bastiar, “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Mewujudkan Rumah Tangga Sakinah: Analisis
Disharmonisasi Pasangan Suami Istri di Kota Lhokseumawe”, Jurnal Ilmu Syari’ah, Perundang-undangan dan
Hukum Ekonomi Syariah, Januari-Juni, 2018.
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga
Pasal 32
1. Suami istri harus memiliki tempat kediaman yang tetap
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh
suami istri bersama
Pasal 33
Suami istri wajib cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kapada yang lain.
Pasal 34
1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya
3. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan pada pengadilan.5
Uraian di atas merupakan beberapa hak dan kewajiban suami istri yang
harus terealisasikan dengan penuh tanggungjawab agar hubungan antara
suami-istri tetap harmonis dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan
kesalahan dan kerusakan terhadap kelangsungan hubungan keduanya.6
Berdasarkan pengamatan, penulis mendapatkan permasalahan bagaimana
jika suami atau istri tersebut ternyata tidak menjalankan kewajibannya atau
tidak mendapatkan hak masing - masing sehingga tidak mewujudkan keluarga
yang harmonis. Manusia sebagai makhluk yang hanya bisa berencana dan
mempunyai angan - angan yang indah, memiliki cita - cita rumah tangga yang
sesuai dengan harapan masing - masing pasangan. Namun Islam mengajarkan
bahwa perkawinan itu tidaklah hanya sebagai ikatan biasa seperti perjanjian
jual beli atau sewa menyewa dan lain-lain, melainkan merupakan suatu
perjanjian suci, dimana kedua belah pihak di hubungkan menjadi suami istri
atau menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama Allah SWT.7

5
UU RI No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia, 2016), hlm. 8.
6
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta:
AMZAH, 2009), hlm. 56.
7
Kementrian Agana Provinsi Jawa Timur, Rumah Tangga Bahagia (Surabaya: BP4, 2012), hlm. 8.
Banyak orang yang keliru atau kurang memahami pernikahan sesuai
dengan syari’at islam. Mereka tidak pernah membayangkan hikmah yang
terkandung dalam pernikahan atas dasar mencari ridha Allah SWT. Ada yang
menganggap bahwa pernikahan hanya pemuas nafsu belaka, ada yang
memandang pernikahan sebagai kesempatan untuk menguasai, memimpin,
dan menancapkan wibawa. Ada yang menganggap bahwa pernikahan
hanyalah pelebur kewajiban di usia yang sudah matang, padahal menikah
mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan pernikahan ialah saling
mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan
pergaulan yang dilandasi tolong menolong serta menjalankan tanggung
jawabnya masing-masing, maka dari itu pernikahan atas dasar mencari ridho
Allah SWT akan melahirkan keluarga yang sakinnah, mawaddah, dan
rahmah.8
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ika sebagai pengguna jasa
ta’aruf online Indonesia Tanpa Pacaran cabang Sukoharjo yang sudah
menikah selama 5 tahun mengutarakan: menikah melalui jalan yang di ridhoi
Allah SWT akan lebih indah jika dibandingkan dengan berpacaran terlebih
dahulu. Hak-hak nya sebagai istri pun juga sudah terpenuhi lahir batin,
perlakuan suaminya juga sangat baik dan terkadang membantu memasak.
Meskipun ibu Ika sampai sekarang belum bisa memberikan keturunan untuk
suaminya, bapak Hakim sebagai suaminya tetap sayang terhadap istrinya, dan
selalu menasehati istrinya agar tetap berusaha semaksimal mungkin dan tetap
yakin bahwa Allah SWT akan bantu memberikan keturunan. Kondisi istri
yang telah di vonis dokter bahwa sulit memiliki keturunan membuat sang istri
down, namun mereka tetap berusaha menjadi pasangan yang saling mengasihi,
saling menguatkan, tidak berpaling dengan yang lain.9
Dari hasil wawancara awal terhadap pemenuhan hak-hak beberapa
pasangan pengguna jasa ta’aruf online mereka memberikan pernyataan
sebagai berikut :

8
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 10.
9
Ika dan Hakim (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agustus 2021.
1. Pasangan suami istri Umi dan Hasan sudah menikah selama 3 tahun. Menurut
pasangan ini, bekal agama yang sama-sama dipelajari dengan baik, hak dan
kewajiban sebagai suami istri pun bisa terlaksana dengan baik. Meskipun ada
hak suami atas istri yaitu istri tidak bermuka masam di hadapan suami
terkadang tidak selalu dilakukan, namun sebagai suami tidak langsung
memarahi, justru suami segera menanyakan apakah ada hal yang tidak
menyenangkan sehingga raut muka istri tidak enak dipandang. Hal tersebut
juga termasuk memberikan kelapangan waktu untuk mencurahkan jiwa dan
pikiran keduanya agar tidak menjadi masalah yang besar.10
2. Pasangan suami istri Isma dan Yunus sudah menikah selama 2 tahun. Dalam
menyelesaikan masalah dalam rumah tangga, pasangan suami istri ini selalu
sharing atas kesalahannya masing-masing dan berusaha menjadi pasangan
yang lebih baik lagi agar terhindar dari keretakan rumah tangga. Pasangan ini
selalu melakukan pengajian kecil setelah sholat maghrib yang dipimpin suami,
suami berharap agar keluarga kecilnya dapat memperoleh pendidikan agama
yang baik.11
3. Pasangan suami istri Ita dan Mahmud sudah menikah selama 1 tahun 4 bulan.
Dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga, istri berusaha taat kepada
suami agar suami merasa di hargai dan di hormati. Suami juga sering
membantu mengurus anak kalau sudah pulang dari bekerja, selalu
menyayangi istri, tidak membentak-bentak istri jika ada salah.12
4. Pasangan suami istri Riri dan Haris sudah menikah selama kurang lebih 3
tahun. Dalam menjalankan kehidupan berumah tangga, ibu Riri sebagai ibu
rumah tangga dan suaminya pegawai swasta, mengaku meskipun belum
mempunyai rumah sendiri dari suami, ibu Riri tetap bersyukur atas rezeki dari
Allah SWT, karena mensyukuri apapun dari suami pasti Allah akan
memberikan berkahnya.13

10
Umi dan Hasan (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 6 Juli 2021.
11
Isma dan Yunus (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 19 Agustus 2021.
12
Ita dan Mahmud (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 20 Agustus 2021.
13
Riri dan Haris (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 21 Agustus 2021.
5. Pasangan suami istri Riris dan Anto sudah menikah selama 1 tahun. Dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai suami istri mereka saling
membantu satu sama lain. Pekerjaan suami yang hanya penjual bakso dan
penghasilannya pas-pas an, sebagai istri membantu mencari penghasilan
tambahan sebagai guru bimbel anak. Dalam mencari tambahan penghasilan
tersebut ibu Riris tetap bekerja seizin suaminya agar tetap mendapat berkah
dari Allah SWT.14
6. Pasangan suami istri Yulianto dan Ara sudah menikah selama 2 tahun.
Pasangan ini selalu saling banyak belajar dan banyak mengalah. Pemenuhan
hak-hak masing-masing pasangan sudah tercukupi, terutama untuk kebutuhan
makan, pakaian, dan tempat tinggal. Untuk kebutuhan tambahan lainnya, istri
tidak menuntut banyak dan tidak berkaca pada parameter rumah tangga orang
lain, semuanya di sesuaikan dengan kemampuan suami.15
7. Pasangan suami istri Widia dan Setiawan sudah menikah selama 1 tahun.
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, Setiawan sebagai suami, kurang
berani dalam mengambil keputusan. Sebagai istri, Widia berusaha membantu
bagaimana mengambil sikap dalam perkara. Karena di rumah tangga itu
meskipun laki-laki sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan, tidak ada
salahnya sebagai istri juga ikut membantu mengambil keputusan juga.16
8. Pasangan suami istri Khusni dan Arif sudah menikah selama 1 tahun 10 bulan.
Menjadi pasangan suami istri memang tidak mudah, banyak hal baru yang
perlu dipelajari, banyak hal yang harus saling dipahami dan di terima. Ibu
Khusni mengatakan bahwa ia tidak suka jika harus dilarang bekerja karena ia
sendiri suka dunia kerja. Namun setelah dikomunikasikan dengan suaminya,
akhirnya sebagai istri memahami, kalau suaminya hanya ingin memberikan
yang terbaik untuk istrinya, suami melarang istri bekerja karena agar sang
istri tidak lelah bekerja, agar fokus mengurus rumah dan anak, selain itu juga
agar tidak capek jika suaminya meminta nafkah batin. Dari masalah tersebut

14
Riris dan Anto (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 23 Agustus 2021.
15
Yulianto dan Ara (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 25 Agustus 2021.
16
Widia dan Setiawan (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 26 Agustus 2021.
meskipun suami melarang bekerja, namun itu semua juga ada kebaikannya
untuk sang istri.17
9. Pasangan suami istri Ima dan Santosa sudah menikah selama 2,5 tahun.
Dalam melaksanakan hak batin terhadap suami kadangkala istri menolak,
namun suami memahami kalau istrinya sedang tidak enak badan. Hal tersebut
dapat teratasi dengan baik dengan komunikasi untuk menghindari masalah
yang lebih serius.18
Berangkat dari keterkaitan penulis terhadap pasangan-pasangan tersebut
tepatnya sebagai pengguna jasa ta’aruf online cabang Sukoharjo, terdapat 10
pasangan suami istri yang menikah melalui ta’aruf online. Dalam
menjalankan tugas sebagai pasangan suami istri yang sebelumnya belum
saling mengenal. Tentu saja mereka ingin mewujudkan rumah tangga yang
bahagia. Penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang kehidupan pasangan
ta’aruf online dalam pemenuhan hak-hak mereka sebagai pasangan suami
istri.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
dengan judul “ PEMENUHAN HAK-HAK PASANGAN SUAMI ISTRI
YANG MELAKUKAN PERNIKAHAN MELALUI PROSES TA’ARUF
ONLINE DI SUKOHARJO “ (Studi kasus pengguna jasa ta’aruf online
“Indonesia Tanpa Pacaran” Cabang Sukoharjo)“.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemenuhan hak-hak pasangan suami istri yang melakukan
pernikahan melalui proses ta’aruf online di Sukoharjo ?
2. Apa upaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang menikah
melalui ta’aruf online di Sukoharjo terhadap kutuhan dan keharmonisan
rumah tangga ?

C. TUJUAN PENELITIAN

17
Khusni dan Arif (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 5 September 2021.
18
Ima dan Santosa (nama samaran), Hasil Wawancara Pribadi, 7 September 2021.
1. Untuk mengetahui pemenuhan hak-hak dari pasangan suami istri yang
melakukan pernikahan melalui proses ta’aruf online di Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui upaya pasangan suami istri ta’aruf online di Sukoharjo
terhadap keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti, menambah
penelitian/kajian tentang pemenuhan hak-hak pasangan suami istri
yang menikah melalui proses ta’aruf online.
b. Dari hasil penelitian ini semoga dapat menambah literatur bacaan di
Perpustakaan Fakultas Syariah IAIN Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan, serta sebagai sarana aktualisasi diri untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teori yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan dengan membandingkan fakta di
lapangan.

E. KERANGKA TEORI
a. Pernikahan
Secara lughawi, kata nikah berasal dari kata nikāḥun (‫ )نكاح‬,
atau nakaḥat al-mar'ah, tazawwajat (‫راة نكحت‬D ‫زوجت الم‬D D D‫)ت‬, akad,
kewajiban. Perkawinan terjemahan dari kata nakaḥa, (‫ )نكح‬yang
berarti berhimpun dan zawaja (‫ )زوج‬yang berarti pasangan, dan mitsaqan
ghalidha, karena pernikahan adalah sebuah ikatan yang melibatkan naluri
hati dan berbagai ketentuan Al-Qur’an yang menjaga keutuhannya.19
Perkawinan juga berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis, yang
bermakna pertemuan makhuk jantan dengan betina secara seksual.
Sedangkan

19
Khoirudin Nasution, Islam: tentang Relasi Suami dan Istri (Hukum Perkawinan 1), (Yogyakarta:
ACAdeMIA + TAZZAFA, 2004), hlm. 15.
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah
bentuk ikatan lahir batin, antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
perspektif sosial nikah berarti perjanjian antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami-istri dengan resmi sebagaimana kehidupan kelompok
sosial masyarakat.20
Menurut Khoiruddin, perkawinan berarti berkumpulnya dua insan
yang semula terpisah dan berdiri sendiri menjadi satu kesatuan yang utuh
dan bermitra. Perkawinan juga merupakan ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan transaksi (aqad) atau perjanjian
yang kokoh antara suami dan istri yang diikat dengan apa yang disebut
ijab dan kabul, yang dari padanya lahir hak dan kewajiban dari dan
kepada setiap orang yang terikat di dalamnya, yaitu suami dan istri, dan
anak-anak. Pengertian lebih luas, pernikahan sebagai akad antara seorang
calon mempelai pria dengan calon mempelai wanita atas dasar kerelaan
dan kesukaan yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan
syarat yang telah ditetapkan untuk menghalalkan percampuran antara
keduanya, sehingga satu sama lain menjadi sekutu dan saling
membutuhkan, sebagai teman hidup dalam rumah tangga.21
b. Pemenuhan hak-hak dan kewajiban suami istri
Perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk
menempuh kehidupan berumah tangga. Sejak mengadakan perjanjian
melalui akad, kedua belah pihak telah terikat dan sejak itulah mereka
mempunyai kewajiban dan hak, yang tidak mereka miliki sebelumnya22.

20
UU RI No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia, 2016), hlm. 1-2.
21
Samsudin, Sosiologi Keluarga: studi perubahan fungsi keluarga,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
hlm.19.
22
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm. 11.
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati,
sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan
demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan
tuntunan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah.23
Berdasarkan kesimpulan hak-hak yang diwajibkan dalam Islam, bagi
masing-masing suami istri memiliki hak-hak dan kewajiban antara satu
dengan lainnya yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hak-hak suami dan kewajiban-kewajiban istri
Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya, yang paling
pokok adalah:
a. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat
b. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami
c. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat
menyusahkan suami
d. Tidak bermuka masam di hadapan suami
e. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi suami
f. Diantara beberapa kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai
berikut:
g. Taat dan patuh terhadap suami
h. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman
i. Mengatur rumah dengan baik
j. Menghormati keluarga suami
k. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami
l. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk
maju
m. Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan oleh suami
n. Selalu berhemat dan suka menabung
o. Selalu berhias, bersolek untuk atau di hadapan suami
p. Jangan selalu cemburu buta.
23
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 155.
2. Hak-hak istri dan kewajiban-kewajiban suami
Hak-hak istri yang wajib dilaksanakan suami adalah sebagai berikut:
a. Mahar
b. Pemberian suami kepada istri karena berpisah (mut’ah)
c. Nafkah, tempat tinggal, dan pakaian
d. Adil dalam pergaulan
e. Memberikan pendidikan dan pengajaran
f. Tidak cemburu berlebihan
g. Berprasangka baik pada istri
3. Hak-hak yang berhubungan antara suami istri
a. Baik dalam berhubungan
b. Haram melakukan perkawinan
c. Saling mewarisi
d. Mua’syarah dengan baik
e. Keturunan dan sandaran keturunan kepada kedua orangtua.24

F. TINJAUAN PUSTAKA
Tesis dengan judul “ Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami-Istri Dalam
Keluarga Jama’ah Tabligh Perspektif Sosiologi Hukum Islam (Studi Pada
Anggota Jama’ah Tabligh Daerah Istimewa Yogyakarta“ oleh Muammar
Khadapi pada tahun 2017. Tesis ini membahas pemenuhan hak dan kewajiban
pasangan suami istri dari keluarga Jama’ah Tabligh, yang mana suami
meninggalkan istri selama beberapa hari atau bulan untuk melakukan khuruj.
Di dalam tesis ini penulis juga mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
cara pemenuhan hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga Jama’ah
Tabligh dan menganalisis tinjauan hukum Islam terhadap cara pemenuhan
hak dan kewajiban suami-istri tersebut. Hasil penelitiannya adalah bahwa
secara umum hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga anggota Jama’ah
Tabligh telah terpenuhi dan telah sesuai dengan hukum syari’at Islam yaitu

24
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.
143.
berdasarkan atas kemaslahatan bersama suami dan istri dalam memelihara
lima prinsip dasar Islam yaitu agama, jiwa, akal, keturunan/kehormatan, dan
harta.25
Skripsi dengan judul “ Implementasi Hak dan Kewajiban Keluarga pada
Pasangan Tunanetra di Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun “ oleh
Alfiyan Nur Muharom pada tahun 2019. Panelitian ini memfokuskan pada
pasangan suami istri tunanetra agar bisa mewujudkan hak dan kewajibannya
sebagai keluarga yang harmonis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
implementasi hak dan kewajiban suami istri pada pasangan Tunanetra di
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun semua sudah berjalan sejajar,
saling melengkapi, dan saling menyempurnakan. Dalam mendidik anak,
pasangan suami istri tunanetra ini juga mendapatkan porsi yang sama, yaitu
suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka baik dalam jasmani maupun rohmani. Dampak pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam kehidupan pada pasangan tunanetra terhadap keutuhan dan
keharmonisan rumah tangga sangatlah besar, yaitu dapat mewujudkan sikap
saling pengertian antar suami dan istri yang membuahkan kebijaksanaan
sehingga bisa menempatkan sikap secara tepat.26
Tesis dengan judul “ Pemenuhan Hak-Hak Anak Oleh Pasangan Suami
Istri Berstatus Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Kota Malang “ oleh Abd.
Rouf pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologis dengan jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari
pasangan suami istri yang sedang studi di perguruan tinggi kota Malang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan hak-hak anak bagi
pasangan suami istri dalam hal pengasuhan terdapat tiga model yakni
pengasuhan mandiri, anak sepenuhnya diasuh oleh pihak ketiga, dan
pengasuhan semi mandiri. Dengan demikian penelitian ini disimpulkan
bahwa dalam pemenuhan hak anak bagi pasangan suami istri berstatus
25
Muammar Khadapi, “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami-Istri dalam Keluarga Jama’ah Tabligh
Perspektif Sosiologi Hukum Islam (Studi Pada Anggota Jama’ah Tabligh Daerah Istimewa Yogyakarta)”, Tesis,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017.
26
Alfiyan Nur Muharom, “Implementasi Hak dan Kewajiban Keluarga pada Pasangan Tunanetra di
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2019.
mahasiswa selain orangtua harus mempunyai waktu yang luang, dan
komitmen yang tinggi, di sisi lain juga harus mempunyai pekerjaan tetap,
dikarenakan dalam pemenuhan hak anak membutuhkan finansial.27
Skripsi dengan judul “Pemenuhan Hak-hak Dan Kewajiban Istri Pada
Masa Iddah (Studi Kasus Di Desa Tegalrejo Kec. Batanghari Lampung
Timur)” oleh Rofiatun Azizah pada tahun 2018. Skripsi ini memfokuskan
pada istri yang telah di ceraikan oleh suaminya, yaitu pada saat masa iddah
inilah antara kedua belah pihak yang telah mengadakan perceraian, masing-
masing mempunyai hak dan kewajiban antara keduanya. Adapun hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa pemenuhan hak-hak
dan kewajiban istri pada masa iddah di desa Tegalrejo Kecamatan Batnghari
Lampung Timur tidak berjalan sesuai dengan syariat Islam karena mantan
suami ketika sudah bercerai dengan istrinya sudah tidak memberikan nafkah
lagi meskipun istri itu masih dalam keadaan masa iddah. Karena hubungan
antara kedua belah pihak tidak terjalin dengan baik, mantan suami
beranggapan bahwa setelah bercerai maka mantan istri sudah tidak menjadi
kewajibannya lagi untuk memberikan nafkah meskipun mantan istri tersebut
sedang dalam keadaan masa iddah. Sehingga istri harus keluar rumah bekerja
untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan anaknya.28

G. METODE PENELITIAN
Dalam hal untuk mengetahui mekanisme penyusunan yang digunakan
penulis, maka metode yang akan digunakan mengenai hal tersebut perlu
diuraikan.
Adapun metode penelitiannya, sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (Field research) di
mana penelitian ini menggunakan sumber data yang digunakan, yaitu

27
Abd. Rouf, “Pemenuhan Hak-Hak Anak Oleh Pasangan Suami Istri Berstatus Mahasiswa Di
Perguruan Tinggi Kota Malang”, Tesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016.
28
Rofiatun Azizah, “Pemenuhan Hak-hak dan Kewajiban Istri Pada Masa Iddah (Studi Kasus Di Desa
Tegalrejo Kec. Batanghari Lampung Timur)”, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018.
dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian
lapangan sendiri pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan
data-data yang spesifik dan realis tentang apa yang sedang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu
lingkungan unit sosial, individu, kelompok atau lembaga maupun sosial
masyarakat.29 dengan pendekatan sosiologis yaitu pendekatan atau suatu
metode yang pembahasannya atas suatu objek yang dilandaskan pada
masyarakat yang ada dalam pembahasan.
2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah darimana
data diperoleh.
a. Data Primer
Yaitu sumber data penelitian langsung pada subyek atau proses
yang terjadi di lapangan sebagai sumber informasi yang diteliti.
Yang menjadi sumber data utama yaitu 10 pasangan pengguna jasa
ta’aruf online Indonesia Tanpa Pacaran. Data primer merupakan data
yang dihasilkan dari wawancara secara langsung maupun tidak
langsung dengan narasumber. Data yang bersifat utama dan penting
yang memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang
diperlukan dan berkaitan dengan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari buku, jurnal, dan
artikel yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai
penunjang kelengkapan. Buku-buku mengenai pernikahan, buku-
buku yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban pasangan suami-
istri ditambah dengan referensi-referensi lain yang relevan untuk
tersusunnya skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data

29
Sumali Suryabatra, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hlm. 23.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.30
Teknik wawancara yang digunakan ialah wawancara tidak berstuktur
yaitu dengan wawancara bebas, di mana peneliti tidak terikat oleh
sistematika daftar pertanyaan tertentu, melainkan lazimnya hanya
terarahkan oleh pedoman wawancara saja sehingga pewawancara bisa
secara bebas mengembangkan wawancaranya.
Sementara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan
metode purposive sampling yaitu penunjukan sampel didasarkan atas
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya untuk tujuan tertentu dengan 10 narasumber pengguna jasa
ta’aruf online atau peserta grup “Indonesia Tanpa Pacaran” yang sudah
menikah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Bahan
dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana
literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan
dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan
sebagai bahan dokumenter. Metode yang digunakan untuk
menemukan data mengenai hal-hal yang diteliti melalui

30
Lexy J.Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm.
186.
catatan-catatan, transkip, buku, jurnal, dan sebagainya.31 Dalam
penelitian ini dokumen yang digunakan antara lain: buku tentang
pernikahan, jurnal pemenuhan hak-hak suami dan istri dan
sebagainya.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkip wawancara, catatan lapangan, dokumen, foto, dan
material lainnya untuk mengingatkan pemahaman peneliti tentang data
yang telah dikumpulkan, sehingga memungkinkan temuan penelitian
dapat disajikan dan diinformasikan kepada orang lain.32
Tahap selanjutnya untuk teknis analisis data yang digunakan adalah
dengan melakukan tiga pola yaitu: reduksi data, data display, dan
kesimpulan / verifikasi.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan
Bagian ini mengemukakan tentang latar belakang penelitian yang
terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori
Bagian ini mengemukakan tentang landasan teori tentang pernikahan
dan pemenuhan hak-hak dan kewajiban pasangan suami dan istri.
BAB III : Deskripsi Data Penelitian
Bagian ini tentang gambaran lokasi penelitian, data-data yang relevan
dengan penelitian yang akan di analisis dan gambaran tentang forum
Indonesia Tanpa Pacaran khususnya praktik dalam ta’aruf online tersebut.
BAB IV : Analisis

31
Aminudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 32.
32
A. Muri Yusuf, Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Ed. 1, Cet.4.
(Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 407-409.
Hasil pembahasan. Berisi tentang pemenuhan hak-hak dan kewajiban
pasangan suami istri serta upaya pasangan suami istri dalam membentuk
keluarga yang harmonis.
BAB V : Penutup
Bagian ini berisikan tentang uraian kesimpulan dan saran-saran atas
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004.

Anwar, Syaiful, “Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1974”, Jurnal Kajian Islam Al Kamal, Vol.1, No.2, 2021.

Azizah,Rofiatun , “Pemenuhan Hak-hak dan Kewajiban Istri Pada Masa


Iddah (Studi Kasus Di Desa Tegalrejo Kec. Batanghari Lampung Timur)”, Skripsi,
Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018.

As-Subki, Ali Yusuf , Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam,


Jakarta: Amzah, 2010.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,


Fiqh Munakahat, Jakarta: AMZAH, 2009.

Bastiar, “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Mewujudkan Rumah


Tangga Sakinah: Analisis Disharmonisasi Pasangan Suami Istri di Kota
Lhokseumawe”, Jurnal Ilmu Syari’ah, Perundang-undangan dan Hukum
Ekonomi Syariah, Januari-Juni, 2018.

Fauzan, Ahmad & Nurul Hidayat, “Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil


Ta’aruf (Adjustment Of Married Couple By Ta’aruf)”, Jurnal E-SOSPOL, Vol. 2,
Ed.1, 2015.

Ghozali, Abdul Rahman , Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2014.

J.Moelong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2016.
Kementrian Agana Provinsi Jawa Timur, Rumah Tangga Bahagia Surabaya:
BP4, 2012.

Khadapi, Muammar, “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami-Istri dalam


Keluarga Jama’ah Tabligh Perspektif Sosiologi Hukum Islam (Studi Pada
Anggota Jama’ah Tabligh Daerah Istimewa Yogyakarta)”, Tesis, UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2017.

Muharom, Alfiyan Nur, “Implementasi Hak dan Kewajiban Keluarga pada


Pasangan Tunanetra di Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”, Skripsi,
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2019.

Nasution, Khoirudin, Islam: tentang Relasi Suami dan Istri (Hukum


Perkawinan 1), Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2004.

Rouf, Abdul, “Pemenuhan Hak-Hak Anak Oleh Pasangan Suami Istri


Berstatus Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Kota Malang”, Tesis, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2016.

Saebani, Beni Ahmad, Fiqh Munakahat 2, Bandung: Pustaka Setia, 2016.

Samsudin, Sosiologi Keluarga: studi perubahan fungsi keluarga,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabatra, Sumali, Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1994.

UU RI No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, Bandung: Fokusmedia,


2016.

Wibisana, Wahyu, “Pernikahan Dalam Islam”, Jurnal Pendidikan Agama


Islam, Vol.14, No.2, 2016.
Yusuf, A. Muri, Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Gabungan, Ed. 1, Cet.4. Jakarta: Kencana, 2017.

Anda mungkin juga menyukai