Anda di halaman 1dari 15

KESADARAN HUKUM TERHADAP KEABSAHAN TALAK DI

PENGADILAN
(Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kab Semarang)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun Oleh :
MUHAMAD ZAENAL MAHASIN
NIM: 33010190166

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah perkawinan merupakan suatu kegiatan suci yang mempertemukan antara


calon pengantin laki laki dan perempuan di hadapan naib, pencatat nikah, wali nikah serta
saksi dari kedua belah pasangan untuk melakukan prosesi sakral ijab qobul dengan tujuan
melaksanakan ibadah sunnah Rasul dan salah satunya untuk menghalalkan hubungan
biologis antara kedua belah pihak dengan sukarela berdasarkan syariat islam.
Manusia di dunia ini menikah, dan berumah tangga dengan harapan dapat
memperoleh ketentraman hidup dalam suasana kasih sayang sesuai Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan (Selanjutnya disebut UU Perkawinan), dalam Pasal 1 yaitu bahwa
“Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa.1 Pasangan suami istri tentunya mengharapkan hubungan
keluarga berjalan dengan harmonis, tetap utuh yang dapat membentuk suasana bahagia
menuju terwujudnya kasih sayang, ketenangan, kenyamanan bagi suami isteri serta
anggota keluarga sehingga dapat menghasilkan keturunan yang baik.
Islam memandang perkawinan memiliki kedudukan yang tinggi dalam kehidupan
individual, kekeluargaan maupun kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupanya. Islam tidak menghendaki
seseorang membujang, tidak kawin selamanya, karena hal ini berlawanan dengan fitrah
manusia serta ajaran agama.2
Meskipun tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia
(sakinah) abadi, akan tetapi dalam kehidupan rumah tangga tidak begitu saja berjalan
lancar, adakalanya terdapat rintangan yang harus dihadapi dalam sebuah perkawinan
sehingga dapat menyebabkan terjadinya perceraian. Pada dasarnya perceraian adalah

1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1
2
Supardi Mursalim, ”Menolak Poligami”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019,h.1
suatu hal yang halal tapi sebisa mungkin harus di hindari. Setiap pasangan suami istri
harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menjalani kehidupan kehidupan setelah
pernikahan dan harus belajar mengendalikan ego dari sekarang. Karena kebanyakan dari
kasus perceraian pada saat ini sering terjadi disebabkan ego yang tidak terkendali dan
yang terpenting adalah menjadikan kasus kasus tersebut pelajaran dalam mempersiapkan
diri untuk menikah. Karena banyak orang pada awalnya sangat idealis mengenai
pernikahan, justru pada akhirnya bercerai disebabkan ketidakmampuan mereka
mengendalikan ego masing-masing.3 Ketika terjadi suasana perselisihan dan pertengkaran
antara suami isteri, terkadang suami terlanjur mengucapkan “kutalak engkau” atau
“kucerai engkau”. Setelah mengucapkan kata-kata kutalak engkau itu, suami dan isteri
kemudian tersadar. Suami sadar kalau sudah menjatuhkan talak terhadap isterinya dan
isterinya sadar kalau sudah dijatuhi talak oleh suaminya. Kemudian terjadilah
kebimbangan diantara suami isteri itu. Apakah talak yang diucapkan suami itu jatuh
ataukah tidak jatuh?. Suami isteri itu sendiri saling menyesal mengapa hal itu terjadi,
padahal mereka masih saling menyayangi. Apakah talak yang diucapkan di luar sidang
itu jatuh?
Namun jika merujuk pada Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 dalam
Pasal 38 perkawinan dapat putus terdapat 3 hal : pertama kematian, kedua perceraian
dan atas keputusan pengadilan, kemudian keterangan selanjutnya menurut pasal 39 ayat 1
yang berbunyi “ perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak”.4 selanjutnya dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 114 dijelaskan bahwa “
perceraian perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak
atau berdasarkan gugatan perceraian”.5 Dan juga didalam UU No 7 Tahun 1989 pasal
65 menjelaskan “ perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.6

3
Nur’aisyah albantani, Plus Minus Perceraian Wanita dalam Kacamata Islam menurut Alqur’an dan Hadis,
(Jakarta, Pt. Serambi Distribusi,2014),h.7.
4
Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 dalam Pasal 38,39
5
Kompilasi Hukum Islam pasal 114
6
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 pasal 65
Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan agama yang menjadi salah
satu sebab putusnya perkawinan dengan cara suami yang akan menjatuhkan talak kepada
isterinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada pengadilan agama
yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan serta meminta agar
diadakan sidang untuk keperluan itu. Pengadilan agama dapat mengabulkan atau
menolak permohonan tersebut, dan terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya
hukum banding dan kasasi. Akan tetapi didalam hukum islam talak tidak diatur
bahwasanya talak harus dilakukan didepan persidangan, melainkan kapan dan dimana
saja talak bisa dijatuhkan baik dengan secara lisan atau tertulis dengan maksud untuk
memutus hubungan pernikahan mereka. Namun dalam kenyataanya masih ditemukan
terjadinya perceraian tanpa proses pengadilan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
masyarakat Islam di Indonesia yang terpolarisasi dengan pemahaman hukum yang
diadopsi dari pandangan para imam madzhab fiqih.7 Mereka masih minim akan
pengetahuan mengenai tata cara meyelesaikan permasalahan perceraian sesuai dengan
aturan yang berlaku di indonesia. Kebanyakan mereka masih menggunakan rasionalisasi
atau sepengetahuannya yang mana hal tersebut dijelaskan dalam hukum islam seperti
diatas bahwa talak bisa jatuh kapan dan dimana saja.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk mengkaji tentang perceraian yang dilakukan
diluar pengadilan, mengenai aspek pengetahuan hukum yang mana apakah suami
memahami bahwa penjatuhan talak harus dilakukan di pengadilan, mengenai
pemahaman hukum, apakah suami mengetahui bahwa talak diatur dalam undang-
undang, mengenai sikap hukum bagaimana respon suami terhadap aturan bahwa talak
harus dilakukan di pengadilan agama, dan perilaku hukumnya bagaimana perilaku setuju
atau tidak apabila talak dilakukan di pengadilan agama. ketika di sampaikan secara lisan
maupun tertulis, dengan tidak mempertimbangkan bagaimana dampak kedepanya setelah
dilakukan penjatuhan talak oleh suami apabila diluar pengadilan, apakah suami juga
memahami dan dapat memikirkan langkah kedepanya mengenai konsekuensi yang harus
di tanggung oleh istrinya, maka sangat diperlukan campur tangan Pengadilan untuk
mengadilinya.

7
Saifudin Zuhri, Menempatkan Nilai-Nilai Fikih Islam dalam Proses Modernisasi dan Perubahan Sosial, Studi
tentang Teori al Tufi Madzhab Hanbali, Al-Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum dan Kemanusiaan, Vol. 14, No. 2, 2014,
Hlm. 167-187
Dari pernyataan di atas, bisa dilihat begitu pentingnya pemahaman hukum bagi
masyarakat Indonesia khsususnya mengenai talak dilakukan di luar persidangan
menyebabkan tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan melihat lebih jauh dalam bentuk skripsi
dengan judul “KESADARAN HUKUM SUAMI TERHADAP KEABSAHAN TALAK
DI PENGADILAN (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang mendorong terjadinya talak apabila dijatuhkan diluar pengadilan ? (Studi
Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang )
2. Bagaimana kesadaran hukum pelaku penjatuhan talak diluar pengadilan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor yang mendorong terjadinya talak diluar pengadilan yang
dilakukan di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
2. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran pelaku penjatuhan talak diluar pengadilan

D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan teoritis
Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hokum terutama didalam
perkara perceraian yang tidak melalui proses-proses yang telah ada di pengadilan
Kedua, hasil dari penelitian inidiharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi
penelitian lebih lanjut.
2. Kegunaan praktis
Pertama, dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan semoga dari
penelitian yang dibahas dalam skripsi ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi
masyarakat sehingga dapat di praktikan sesuai dengan peraturan dan undang-undang
yang berlaku di Indonesia
Kedua, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat tentang keharusan ikrar talak di Pengadilan Agama.
E. Penegasan Istilah
1. Kesadaran Hukum
Menurut Wignjoesoebroto Kesadaran Hukum ialah kesediaan masyarakat dalam
berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam kesadaran
hukum memiliki dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Kognitif merupakan
pengetahuan tentang hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang maupun
diperintahkan sesuai dengan hukum yang telah ditentukan. Sedangkan afektif
merupakan suatu bentuk keinsyafan yang mengakui bahwa hukum memang harus
dipatuhi.8
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum merupakan kepatuhan
terhadap hukum dari persoalan yang secara luas, diantaranya masalah pengetahuan,
pengakuan, serta penghargaan terhadap hukum. Kesadaran hukum berpusat pada
adanya pengetahuan hukum, dari adanya pengetahuan hukum tersebut akan tumbuh
suatu pengakuan dan penghargaan terhadap aturan-aturan hukum, selanjutnya akan
timbul suatu kepatuhan hukum.
2. Talak
Talak menurut KBBI adalah perceraian antara suami dan isteri atau putusnya
perkawinan.9

Menurut bahasa, talak berarti melepas tali dan membebaskan. Misalnya, naqah
thaliq (unta yang terlepas tanpa ikat). Menurut syara’, melepas tali nikah dengan lafal
talak atau sesamanya.10

Kata talak berasal dari bahasa Arab itlaq, artinya melepaskan atau meninggalkan.
Dalam istilah Agama, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau rusaknya
hubungan perkawinan.11

8
Iwan Zainul Fuad, “Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam Kemasan Di Kota Semarang
Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal” (Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang 2010), 47
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online
10
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqh Munakahat, Amzah, Jakarta, 2011,
hlm. 225
11
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 2, CV Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 198
Menurut Buku Kompilasi Hukum Islam pada pasal 117, Pengertian Talak adalah
ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu penyebab
putusnya perkawinan.12

Dalam Pasal 129 KHI, diterangkan bahwa seorang suami yang menjatuhkan talak
kepada istrinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan
agama yang mewakili tempat tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar
diadakan sidang untuk keperluan itu. Berdasarkan pasal tersebut, dapat dikatakan
bahwa syarat jatuhnya talak harus dilakukan oleh suami dan akan diakui secara hukum
negara saat dilakukan atau diucapkan oleh suami di Pengadilan Agama.

3. Pengadilan
Pengadilan dalam istilah Inggris disebut court, dan recthbank dalam bahasa
Belanda, yang dimaksud adalah badan yang melakukan peradilan berupa memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara.13
Kata “Peradilan” berasal dari kata “adil” dengan awalan”per” dan dengan imbuhan
“an”. Kata “Peradilan” sebagai terjemahan dari qadha, yang berarti “memutuskan”,
“melaksanakan”, “menyelesaikan” dan adapula yang menyatakan bahwa umumnya
kamus tidak membedakan antara peradilan dan pengadilan.14
Kata Pengadilan dan Peradilan memiliki kata dasar yang sama yakni “adil” yang
memiliki pengertian:
a. Proses mengadili
b. Upaya untuk mencari keadilan
c. Penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan perradilan
d. Berdasar hukum yang berlaku
Administrasi peradilan yang dimaksud adalah segala kegiatan perkantoran
melaksanakan sebagai tugas negara dalam menegakkan hukum dan keadilan dengan
cara menerima, memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara yang
diajukan kepadanya.
F. Telaah Pustaka
12
Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia Pasal 117
13
Ahmad Fathoni Ramli,Administrasi Peradilan Agama Pola bindalmin dan Hukum Acara Peradilan Agama dalam
Praktek.(Bandung:Mandar Maju. 2013). hlm.2
14
Op cit. hlm. 1. Djalil Basiq
Telaah pustaka digunakan untuk melihat penelitian atau informasi terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu :

1. Ulfatul Khasanah dalam skripsinya yang berjudul “Pandangan Tokoh Agama


Desa Jatirogo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Mengenai Jatuhnya Ikrar
Talak Di Luar Sidang Pengadilan Agama.” Menjelaskan bahwa tokoh agama di
desa Jatirogo masih menggunakan kitab fikih sebagai pedoman dalam hal talak,
sehingga mereka tetap menganggap talak yang dilakukan suami di luar
pengadilan tetap jatuh talaknya walaupun sejatinya mereka telah mengetahui
peraturan yang mengharuskan talak dilakukan di Pengadilan Agama. Yang
menjadi perbedaan dengan skripsi penulis adalah terkait tentang objek penelitian
yang diambil. Objek penelitian yang akan diteliti penulis adalah kesadaran
hukum suami yang melakukan talak terhadap istri diluar pengadilan.

2. Naufal Ghoni Thifal dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Terhadap Talak Di
Luar Pengadilan Menurut Hukum Fikih dan Hukum Positif” menjelaskan bahwa
talak yang dijatuhkan diluar pengadilan adalah sah menurut hukum fikih. Namun
perceraian tersebut tidak sah menurut hukum positif di Indonesia. Sehinggga
dimata hukum positif perkawinanya belum putus dan hukum positif yang berlaku
di Indonesia dijadikan sebagai pedoman terhadap putusnya perkawinan,
dikarenakan akibat hukum yang ditimbulkan setelah terjadinya perceraian lebih
diatur dengan jelas, sehingga kewajiban dan hak yang timbul setelah terjadinya
perceraian lebih terjamin. Yang menjadi perbedaan dengan skripsi penulis adalah
Pendekatan yang di lakukan. Pendekatan yang akan digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah yuridis empiris dengan menggunakan penelitian lapangan
(field research)
3. Triva Ariva dalam skripsinya yang berjudul “Perceraian diluar pengadilan agama
pada masyarakat Desa Batang Malas Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti” Menjelaskan bahwa pelaksanaan perceraian di luar
pengadilan agama oleh masyarakat Desa Batang Malas disaksikan oleh Imam
Masjid dan RT serta keluarga, saudara juga teman dan adapula yang tidak
disaksikan oleh orang lain tanpa adanya surat keterangan yang ditanda tangani
oleh pelaku, saksi dan wali sebagai tanda telah melakukan perceraian di luar
pengadilan agama. Sedangkan jaminan terhadap nafkah anak setelah terjadinya
perceraian di luar pengadilan agama beberapa anak tetap mendapatkan hak
haknya setiap bulanya dengan kadar kemampuan ayah, namun ada juga beberapa
mereka tidak mendapatkan hak haknya dikarenakan beberapa hal yaitu suami
telah menikah lagi, suami pergi jauh merantau dan memilih melupakan tanggung
jawabnya, dan sejak awal suami sudah tidak bertanggung jawab terhadap
keluarganya. Adapun respon dari Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat menyatakan perceraiaan yang terjadi di luar pengadilan mempunyai dua
kedudukan hukum, yaitu sah secara agama dan tidak sah secara Negara. Yang
menjadi perbedaan skripsi ini adalah Teori yang akan digunakan. Dimana penulis
menggunakan Teori kesadaran hukum untuk menganalisis peristiwa talak di luar
pengadilan yang masih terjadi di masyarakat
4. Surahmi dalam skipsinya yang berjudul “ Dampak Perceraian Tanpa Melalui
Pengadilan Agama (Studi Kasus di Desa Paisuluno Kecamatan Bulugi Utara
Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah) menjelaskan bahwa
masyarakat Desa Paisuluno Kecamatan Bulugi Utara Kabupaten Banggai
Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah kebanyakan dari masyarakat awam sangat
membutuhkan pembinaan karena minimnya ilmu yang mereka miliki apalagi
kondisi masyarakat yang sangat jauh dari perkotaan. Oleh karena itu diharapkan
para da’i dan Kantor Urusan Agama dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat agar bisa menjalankan hukum dan menanamkan ajaran Islam. Yang
menjadi perbedaan skripsi ini adalah Teori yang akan di gunakan. Penulis akan
menggunakan Teori Kesadaran Hukum untuk menjawab persoalan dari dampak
perceraian tanpa melalui pengadilan agama di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran
Barat, Kabupaten Semarang
5. Muhamad Irfan Amsori dalam skripsinya yang berjudul “Perceraian Di luar
Pengadilan (Studi Kasus di Desa Daon Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang)”
menjelaskan bahwa masyarakat Desa Daon dalam melakukan perceraian hanya
pergi ke rumah amil setempat, ada juga yang di saksikan oleh kedua orang
tuanya, bahkan perceraianya tidak disaksikan oleh siapapun da nada yang
ditinggalkan begitu saja oleh suaminya, faktor yang menyebabkan masyarakat
Desa Daon melakukan perceraian di luar pengadilan yang pertama, tidak
memiliki biaya, karena perceraian di pengadilan membutuhkan biaya. Kedua,
karena mereka juga tidak tahu bahwa perceraian harus di pengadilan. Ketiga
tidak mengerti cara mengurus perceraian di pengadilan. Keempat, malas karena
proses perceraian di pengadilan lama. Yang menjadi perbedaan skripsi ini adalah
Teori yang akan digunakan. Dimana penulis menggunakan Teori kesadaran
hukum untuk menganalisis peristiwa talak di luar pengadilan yang masih terjadi
di masyarakat dan di dukung menggunakan penelitian lapangan serta
menggunakan pendekatan yuridis empiris

G. Kerangka Teoretik
1. Talak dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
Peraturan perundang-undangan di indonesia telah diatur mengenai aturan
di indonesia dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam. Perceraian sah apabila dilaksanakan di depan sidang pengadilan
dengan syarat rumah tangga suami dan isteri tidak dapat di pertahankan lagi.
Ada kalanya perceraian tersebut terjadi tanpa adanya alasan yang kuat, hal
inilah yang menyebabkan lahirnya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan. Selain itu juga untuk mewujudkan suatu perkawinan yang
bahagia, kekal dan sejahtera sesuai dengan salah satu prinsip yang ada dalam
penjelasan undang-undang perkawinan yaitu mempersulit terjadinya
perceraian.15 Dalam peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 dan kompilasi
hukum islam menyebutkan bahwa perceraian terhitung sejak dinyatakan di
depan sidang pengadilan dan bukti autentik berupa surat perceraian dari
pengadilan. Aturan ini berimplikasi kepada beberapa hal. Akibat hukum suami
isteri yang bercerai yakni berupa hak anak (hadhanah), kewajiban ayah yang
bersifat abadi terhadap biaya hadhanah dan nafkah anak, harta bersama, serta
mut’ah yang wajib diberikan bekas suami kepada isteri dengan ketentuan dan
syarat tertentu.

15
Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978). h. 36
Dalam perundang-undangan Indonesia mengenai perceraian ini diatur
dalam beberapa peraturan berikut ini:
a. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang tercantum dalam
pasal 38-41 Bab VIII tentang Putusnya Perkawinan Serta Akibatnya.
b. Undang-undang No. 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
undang No. 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
c. Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undangundang
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
d. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam yang
tercantum dalam Pasal 113-148 Bab XVI tentang Putusnya Perkawinan dan
Pasal 149-162 Bab XVII tentang Akibat Putusnya Perkawinan.
Dasar hukum yang telah disebutkan diatas menjadi dasar hukum
formil dan materil pelaksanaan talak di Indonesia.
2. Teori Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur
oleh hukum.16 Kesadaran hukum pada titik tertentu diharapkan mampu untuk
mendorong seseorang mematuhi dan melaksanakan atau tidak melaksanakan
apa yang dilarang dan atau apa yang diperintahkan oleh hukum. Oleh karena
itu, peningkatan kesadaran hukum merupakan salah satu bagian penting dalam
upaya untuk mewujudkan penegakan hukum. kesadaran hukum biasanya
dikaitkan dengan ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Dengan perkataan
lain, kesadaran hukum menyangkut apakah ketentuan hukum tertentu benar-
benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat.

Terdapat empat indikator Kesadaran Hukum, yang masing-masing


merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu:
a. Pengetahuan hukum
b. Pemahaman hukum
16
Suharso, Retnonigsih Anna. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, Widia Karya
Semarang, 2005
c. Sikap hukum dan
d. Pola perilaku Hukum.17
Kesadaran hukum berkaitan pula dengan efektifitas hukum. Salah satu
segi pembicaraan mengenai efektivitas hukum seringkali dikaitkan dengan
pengaruh hukum terhadap masyarakat. Jika tujuan hukum tersebut tercapai,
yaitu bila warga masyarakat berperilkau sesuai dengan yang diharapkan atau
dikehendaki oleh hukum hal ini dinamakan hukum efektif.

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan penelitian kualitatif atau field research
( penelitian lapangan). Penelitian kualitatif di definisikan sebagai suatu pendekatan
atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk
mengetahui gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai partisipan dengan
mengajukan pertanyaan umum dan agak luas.18 Melalui penelitian kualitatif peneliti
dapat mengenali subjek, merasakan apa yang dialami subjek dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuanya untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada
pendeskripsian secara rinci mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami
tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.19Hal tersebut yang mengharuskan
peneliti untuk mencari informasi terhadap permasalahan yang terjadi dengan cara
wawancara dan juga dokumentasi.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris yang
dimaksudkan kata lain yang merupakan jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat
disebutkan dengan penelitian secara lapangan, yang mengkaji ketentuan hukum yang
berlaku serta telah terjadi didalam kehidupan masyarakat atau suatu penelitian yang

17
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, P.T. Citra Aditya Bahkti, Bandung,
1989, hlm 140
18
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya, (Jakarta: PT. Grasindo,
2010),h.,7
19
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta: Cakra Books,
2014),h.,4
dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di
masyarakat. Hal tersebut untuk mengetahui fakta dan data yang dibutuhkan.20
3. Kehadiran Penelitian
Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni penelitian kualitatif,
maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting guna mendapatkan data yang
dibutuhkan. Dalam penelitian kualitatif ini, baik dari peneliti atau kehadiran orang
lain dalam membantu pengumpulan data merupakan alat pengumpulan data. Peneliti
dalam kegiatan ini akan mengumpulkan data lapangan dengan persetujuan pihak yang
terkait.
4. Subjek dan lokasi penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian kepada ( ) mantan suami dari
istri yang telah dicerai gugat sebagai narasumber. Penelitian ini akan dilakukan di
Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
5. Sumber Data
a. Data primer
Data diperoleh penulis melalui wawancara dari pihak yang terkait secara langsung
dan berkaitan langsung dengan peneliti
b. Data sekunder
Yaitu berupa data pendukung, seperti halnya skripsi, jurnal, artikel, buku, undang-
undang atau lainya yang berkaitan dengan penelitian peneliti. Data sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpulan
data, contohnya lewat orang lain atau lewat pendukung. 21
6. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini akan dilakukan secara langsung dan bertemu
dengan narasumber guna mendapatkan data primer dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada ( ) mantan suami sebagai narasumber yakni di Desa Lerep,
Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
b. Dokumentasi

20
Bambang waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm 15.
21
Moloeng J.Lexy, Penelitian kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 125.
Dokumentasi merupakan salah satu alat pendukung sebagai bahan bukti
kelengkapan dalam penelitian. Dengan melihat atau menganalisa dokumen yang
di buat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Beberapa fakta dan
data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Data-data yang
terkumpul, mayoritas masuk ke dalam data sekunder. Data sekunder diperoleh
dengan cara mencari data dari beberapa referensi yang memuat tentang
pelaksanaan talak diluar pengadilan.
7. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses mencarai dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. 22 Adapun
analisis data yang akan digunakan ialah metode deskriptif kualitatif. Yakni dengan
menganalisa dengan cara menguraikan serta mendeskripsikan hasil wawancara yang
diperoleh dengan menggunakan kata-kata yang lebih luas namun tidak mengubah
maksud dari apa yang disampaikan saat wawancara, sehingga menghasilkan suatu
simpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan hendak yang
dicapai peneliti.

I. Sistematika Penulisan

Kegiatan penelitian ini secara keseluruhan terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing
memiliki sub bab tersendiri :
Bab I menguraikan secara singkat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, penegasan istilah telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II memuat pembahasan Teori Kesadaran Hukum, Tinjauan Hukum Talak
Bab III berisi tentang gambaran umum kondisi geografis daerah Desa Lerep,
Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, alasan dan praktik talak di luar
pengadilan
Bab IV berisi tentang analisis data yang diperoleh berdasarkan Teori Kesadaran
Hukum dan Hukum Talak di luar Pengadilan

22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.,224
Bab V memuat penutup yang mencakup bagian kesimpulan dan saran-saran dari
penelitian

G. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai