Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan dari jenis yang

berbeda-berbeda agar mereka bisa saling mengenal dan saling menjalin

silaturahim, nantinya dari perbedaan itu lah yang akan menjadikan kehidupan

di dunia ini senantiasa indah. Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita

selalu membawa banyak kisah baik suka maupun duka, dan pernikahan

merupakan bagian dari kisah yang setiap manusia pasti ingin mengalami dan

menjalaninya. Hal ini karena sudah menjadi fitrah setiap manusia memiliki

keinginan untuk melangsungkan pernikahan demi memenuhi kebutuhan

dasarnya.

Pernikahan sendiri secara etimologi berasal dari kata nakaha yang

memiliki makna persetubuhan, ada juga yang mengartikan perjanjian (al-Aqdu)

. Sedangkan secara terminologi memiliki makna ikatan lahir bathin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha esa.

Tujuan sebuah pernikahan itu sungguhlah mulia, yakni terbentuknya

sebuah keluarga yang tentram lagi menentramkan, serta kayanya rasa kasih dan

sayang dalam satu keluarga bagi tiap anggota dalam keluarga itu sendiri.

Namun, pada kenyataannya tidak sedikit sebuah keluarga tidak mampu untuk

memenuhi tujuan suci sebuah pernikahan, sebagaimana disebutkan

1
2

sebelumnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga atau dalam pernikahan tersebut.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ialah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

tangga. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga yang dijelaskan di atas

memang menitikberatkan pada perempuan, hal ini karena memang perempuan

rentan menjadi korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan juga anggota keluarga lain yang menjadi korban.

Sehingga penting untuk mengetahui apa saja unsur yang masuk dalam

kekerasan dalam rumah tangga dan siapa sajakah yang masuk dalam lingkup

rumah tangga tersebut.

KDRT sangat mungkin terjadi pada setiap rumah tangga karena kurang

mampunya untuk mengontrol emosi hingga mengakibatkan terjadinya tindakan

tersebut, sehingga salah satu awal mula dari lahirnya perceraian bisa jadi

karena KDRT itu sendiri. Dari data yang ada sepanjang tahun 2020, KDRT

menempati urutan keempat penyebab terjadinya perceraian dengan 3.271

kasus. Jika kita tarik kembali ke atas, maka akan saling berkaitan satu sama

lain, mulai dari sakralnya sebuah pernikahan sehingga tidak sembarang orang

boleh melakukan, kemudian tujuan dari sebuah pernikahan, jika itu semua

dipenuhi maka bukan tidak mungkin keluarga yang sakinah, mawaddah, dan
3

rahmah itu akan terwujud bagi setiap pasangan yang melangsungkan

pernikahan, karena memang hal ini lah yang diidamkan oleh setiap pasangan

yang membangung rumah tangganya.

Bagi warga negara Indonesia yang beragama Islam tentu pernikahan

menjadi hari yang sangat bahagia dan akan selalu diingat bagi yang

melangsungkannya. Tentunya Indonesia sebagai negara hukum yang menganut

sistem hukum eropa kontinental tentu penulisan atau pencatatan terhadap setiap

peristiwa hukum itu menjadi sangat penting agar berkekuatan hukum tetap.

Begitu pun dengan pernikahan, ada aturan hukum yang mengatur agar setiap

pernikahan dicatatkan pada lembaga negara yang berwenang untuk

keabsahannya, tidak cukup hanya dengan keabsahan secara agama saja.

Adapun lembaga negara yang berwenang dalam pencatatan pernikahan bagi

masyarakat Islam di Indonesia adalah Kantor Urusan Agama (KUA).

Namun, masih banyak dikalangan Warga Negara Indonesia khususnya

yang beragama Islam sering mengabaikan pencatatan pernikahan pada lembaga

negara yang berwenang dengan dalih keabsahan secara agama saja sudah

cukup. Di Indonesia sendiri pernikahan semacam ini disebut pernikahan di

bawah tangan atau lebih masyhur dikenal di tengah masyarakat dengan sebutan

pernikahan siri, yang memiliki makna definitif pernikahan yang terpenuhi

semua rukun dan syarat yang ditetapkan dalam fiqh (hukum Islam) namun

tanpa pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Dari definisi tersebut sudah dapat disimpulkan

bahwa tidak adanya pencatatan peristiwa hukum pernikahan, dan hal ini lah
4

yang mengakibatkan dimungkinkannya tidak ada payung hukum untuk

menaungi ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekerasan dalam

rumah tangga.

Lantas, bagaimana ketika dalam sebuah perkawinan siri atau dibawah

tangan tersebut terjadi kekerasan dalam rumah tangga di kemudian hari. Jika

perkawinan itu sah secara agama dan dicatatkan pada lembaga negara yang

berwenang maka akan ditindak dengan payung hukum yang jelas dan terang,

yakni Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Lain hal untuk pernikahan

dibawah tangan yang notabene pernikahan tersebut tidak tercatat pada sistem

keadministrasian negara melalui lembaga negara yang berwenang atau dengan

kata lain pernikahan tersebut dianggap tidak pernah terjadi, hal ini tentu akan

menimbulkan persoalan apakah UU PKDRT juga mampu hadir sebagai payung

hukum pada permasalahan ini.

Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi di wilayah hukum Pengadilan

Negeri Gorontalo, di mana seorang wanita “isteri” berinisial RT mendapat

tindak kekerasan dari seorang pria “suami” berinisial AKL. Sepasang pria dan

wanita “suami-isteri” ini telah melangsungkan pernikahan di bawah tangan

dengan dikaruniai 4 orang anak dan 2 orang cucu. Hakim Pengadilan Negeri

Gorontalo memutus perkara dengan Nomor 323/Pid.Sus/2016/PN.Gto ini

dengan menjatuhkan sanksi pidana penjara selama 2 bulan kepada terdakwa

karena telah memenuhi semua unsur dalam Pasal 44 ayat (1) UU PKDRT, dan
5

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana kekerasan fisik

dalam rumah tangga.

Padahal sebelum adanya putusan tersebut sudah ada putusan terdahulu

dengan kasus posisi yang sama, yakni di wilayah hukum Pengadilan Negeri

Sengeti dengan perkara Nomor 183/Pid.B/2008/PN.Sgt. Dalam putusannya

Hakim Pengadilan Negeri Sengeti menjatuhkan sanksi pidana penjara selama 1

tahun kepada terdakwa berinisial Y yang telah melakukan tindak kekerasan

kepada korban berinisial A. Pada perkara ini hakim menggunakan pasal 351

ayat (2) jo pasal 356 ayat (1) KUHP karena keduanya melakukan pernikahan

secara siri dan tidak dapat menunjukkan buku nikah sebagai bukti otentik dari

suatu peristiwa hukum pernikahan.

Lantas di sini lah kemudian peran seorang hakim menjadi sangat penting

dalam menetukan dan memberikan putusan terkait peraturan perundang-

undangan manakah yang lebih tepat digunakan untuk menjerat pelaku

kekerasan dalam rumah tangga pada pernikahan di bawah tangan,

menggunakan UU PKDRT kah? Atau menggunakan pasal penganiayaan yang

termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Maka dari itu

peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut, dan memfokuskan

penelitian pada pendapat hakim di lingkup Pengadilan Negeri Malang yang

mana persoalan ini menjadi kompetensi relatifnya, yakni tentang

“Penggunaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Kekerasan Dalam

Pernikahan di Bawah Tangan (Studi di Pengadilan Negeri Malang)”


6

B. Rumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang di atas, maka penulis mengajukan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapat Hakim terkait penggunaan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada

pernikahan di bawah tangan?

2. Upaya penemuan hukum apa yang diambil oleh Hakim ketika menghadapi

perkara kekerasan dalam rumah tangga pada pernikahan di bawah tangan?

C. Tujuan Penlitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pendapat Hakim Pengadilan Negeri

Malang terkait penggunaan peraturan perundang-undangan yang tepat untuk

dijatuhkan pada pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga pada

pernikahan dibawah tangan.

2. Untuk mengetahui upaya penemuan hukum oleh Hakim Pengadilan Negeri

Malang dalam memutuskan perkara kekerasan dalam rumah tangga pada

pernikahan dibawah tangan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini kami bagi dalam dua ranah, yakni:

1. Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pijakan bagi

Badan Peradilan Negeri di seluruh Indonesia, lebih khusus lagi bagi para

Hakim ketika nantinya mendapat perkara serupa dengan penelitian ini, dan
7

bagi masyarakat penelitian ini bisa menjadi rujukan ketika mengetahui,

menghadapi, maupun mengalami kejadian layaknya yang kami teliti dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini akan memuat terkait resiko perkawinan

siri secara umum, serta pemidanaan yang tepat untuk para pelaku KDRT

dalam pernikahan di bawah tangan menurut Hakim di Pengadilan Negeri

Malang. Mudah-mudahan penelitian ini dapat benar-benar bermanfaat untuk

Badan Peradilan Negeri di seluruh Indonesia, khususnya para Hakim, dan

secara lebih luas tentunya bermanfaat bagi masyarakat.

2. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

terkait penjatuhan sanksi pidana yang tepat bagi pelaku KDRT dalam

pernikahan di bawah tangan dan diharapkan muncul penelitian-penelitian

baru ketika nantinya muncul permasalahan baru yang setema dengan

penelitian ini. Sehingga dinamika persoalan hukum bisa senantiasa

dibarengi dengan penelitian-penelitian dan produk-produk hukum yang juga

dinamis, hal ini guna mencegah terjadinya kekosongan hukum.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu ini kami tampilkan penelitian yang sudah

dilakukan sebelum adanya penelitian ini, tentunya dengan fokus penelitian dan

judul yang juga hampir sama atau serupa. Penelitian yang dimaksud adalah

sebagai berikut :
8

No Nama dan Judul Persamaan Perbedaan


Penelitian
1 Siti Nurhikmah, Sofyan Sama-sama meneliti Ini merupakan
Nur, 2020 Kekerasan kekerasan dalam penelitian normatif
Dalam Pernikahan Siri: pernikahan dibawah yang mengacu pada
Kekerasan dalam tangan, serta berkaitan analisis terhadap
Rumah Tangga? dengan pertimbangan beberapa putusan
(Antara Yurisprudensi hakim dalam memutus terkait
dan Keyakinan perkara
Hakim)1
2 Wahyu Windar Sama-sama memiliki Penelitian ini secara
Pratama, Erma fokus penelitian pada eksplisit sudah dapat
Rusdiana 2019 Analisis kekerasan dalam ditemukan
Terhadap Putusan rumah tangga dalam perbedaannya, yakni
Hakim Tentang pernikahan siri atau mengenai analisis
Kekerasan dibawah tangan putusan di Pengadilan
Fisik Dalam Lingkup Negeri Bekasi
Rumah Tangga
(Studi Kasus Nomor:
1683/Pid.B/2017/Pn
Bks) 2
3 Suzanalisa, Ferdricka Sama-sama memiliki Penelitian ini berfokus
Nggeboe, Abdul fokus penelitian yang pada suami sebagai
Hariss, 2012 Penerapan sama, juga memiliki korban, dan merupakan
Sanksi Pidana judul yang hampir analisis terhadap
Terhadap Kasus sama. putusan pada
Kekerasan Dalam Pengadilan Negeri
Rumah Tangga Di Sengeti3
Dalam
Pernikahan Siri Di
Pengadilan
Negeri Sengeti
Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai persamaan dan perbedaan

antara penelitian yang akan kami lakukan dengan beberapa penelitian

1
Siti Nurhikmah, Sofyan Nur, “Kekerasan Dalam Pernikahan Siri: Kekerasan dalam
Rumah Tangga? (Antara Yurisprudensi dan Keyakinan Hakim)”, PAMPAS: Journal Of Criminal
Law, Vol. 1 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Jambi, (Februari:2020), 54
2
Wahyu Windar Pratama, Erma Rusdiana, “Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang
Kekerasan Fisik Dalam Lingkup Rumah Tangga (Studi Kasus Nomor: 1683/Pid.B/2017/Pn Bks)”,
Simposium Hukum Indonesia, Vol. 1 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura,
(November:2019), 160
3
Suzanalisa, Ferdricka Nggeboe, Abdul Hariss, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Dalam Pernikahan Siri Di Pengadilan Negeri Sengeti”,
Legalitas: Jurnal Hukum Vol. II No. 1, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Batanghari,
(Juni:2012), 59
9

sebelumnya atau terdahulu. Di sini kami selaku peneliti akan melakukan

penelitian yang tentu saja berbeda dari sebelumnya, di mana dari penelitian

sebelumnya melakukan analisis terhadap putusan pengadilan sedangkan yang

akan kami lakukan adalah dengan melakukan wawancara langsung kepada

Hakim Pengadilan Negeri Kota Malang mengenai permasalahan tersebut,

yakni sanksi pidana manakah yang lebih tepat untuk dijatuhkan pada pelaku

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dalam pernikahan dibawah

tangan.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian berasal dari dua kata, yakni metode dan penelitian yang

masing-masing memiliki pengertiannya sendiri. Metode adalah suatu cara

untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan

penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan

yang rasional, empiris dan sistematis. Adapun rasional itu sendiri berarti

kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, kemudian

empiris memiliki arti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati, dan yang

terakhir sistematis berarti proses dalam penelitian itu menggunakan langkah-

langkah atau tahapan-tahapan tertentu yang bersifat logis.4

1. Jenis Pendekatan dan Penelitian

Jenis pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

jenis pendekatan empiris, pendekatan empiris yang kami lakukan adalah

dengan malakukan wawancara kepada Hakim Pengadilan Negeri Malang

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:2016), 2
10

mengenai judul penelitian yang kami angkat, dan lebih spesifik lagi kami

akan mengarahkan wawancara pada sanksi pidana mana yang lebih untuk

dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga

dalam pernikahan dibawah tangan.

Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ialah jenis

penelitian kualitatif, dimana jenis penelitian kualitatif ini merupakan suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan

demikian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik.5

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti pilih dalam melakukan penelitian di

Pengadilan Negeri Kota Malang, karena lokasi penelitian ini berkaitan

dengan tema yang akan peneliti teliti, disamping itu lokasi penelitian

tersebut tidak terlalu jauh dari domisili peneliti sehingga akan lebih

mempermudah dan lebih efisien bagi jalannya penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh. Berdasarkan

sumbernya, sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari, sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh untuk memperkuat data primer.

a. Data Primer

5
Lexy J Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:2007), 4
11

Data primer merupakan sumber data utama dalam penelitian ini,

sumber data ini akan diperoleh melalui proses wawancara langsung

dengan informan penelitian6, dalam hal ini adalah Hakim Pengadilan

Negeri Kota Malang terkait. Tentunya data yang nanti diperoleh

merupakan inti dari permasalahan sanksi pidana yang tepat bagi pelaku

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dalam pernikahan dibawah

tangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan atau data pendukung data

primer. Data sekunder dalam penlitian ini antara lain dalil-dalil nash Al-

Qur’an maupun Hadits, peraturan perundang-undangan, dan buku-buku

pendukung lainnya yang berkaitan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan pada penelitian kali ini

adalah dengan melakukan observasi, wawancara terstruktur, dan studi

kepustakaan. Jadi teknik pengumpulan data ini akan saling berkaitan dan

berkelanjutan, dimana nantinya peneliti akan melakukan observasi dengan

cara terjun langusng ke lokasi penelitian, kemudian memilih informan untuk

diwawancarai, serta nantinya akan dikombinasikan dengan studi

kepustakaan yang ada dan terkait.

5. Teknik Analisis Data

6
Adi Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta:2004), 57
12

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

a. Reduksi Data

Reduksi data secara sederhana adalah dengan merangkum

kemudian memilih hal-hal pokok yang menjadi fokus dalam penelitian

ini, selanjutnya membuang hal-hal yang tidak berkaitan dengan tema

dalam penelitian ini.

b. Penyajian Data

Penyajian data secara sederhana adalah dengan menjelaskan

reduksi data yang dihasilkan sehingga dapat menjawab rumusan masalah

yang sudah dirumuskan sejak awal, dan setelah itu baru disajikan kepada

pembaca.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menarik benang merah

dari permasahalahn yang diteliti dengan analisis data yang sudah

dilakukan, sehingga dalam tahap ini dapat menemukan penemuan baru

yang belum pernah ada sebelumnya. Penemuan baru yang dimaksud

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya


13

masih remang-remang menjadi jelas setelah diteliti, jadi bukan harus

selalu sama sekali baru atau sama sekali belum pernah ada sebelumnya.7

G. Sistematika Penulisan

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, sistematika penulisan peneliti

susun dalam empat bab, pertama merupakan kerangka dasar dalam penelitian

ini, yang mana memuat hal-hal yang menjadi pokok-pokok permasalahan yang

diteliti dan dan telah dijabarkan dengan detail dalam bab ini. Bab ini

merupakan pendahuluan dalam penelitian ini yang memuat beberapa sub bab,

yakni latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan teoritis, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Kedua memuat tentang kajian kepustakaan yang meliputi teori-teori yang

berkaitan dengan penelitian ini. Nantinya kajian kepustakaan tersebut akan

peneliti cocokkan dengan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

peneliti peroleh. Dalam bab ini terdapat beberapa sub bab, yakni pengertian

pernikahan, pengertian pernikahan dibawah tangan, akibat hukum pernikahan

dibawah tangan, dan unsur pidana dalam UU PKDRT.

Ketiga berisi tentang inti dari penelitian ini, yakni mengenai pembahasan.

Pada bab ini membahas mengenai data-data yang peneliti temukan dilapangan

apakah sesuai dengan teori yang ada, pada bab ini akan dibahas “Penggunaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:2016), 247-
253
14

Dalam Rumah Tangga Pada Kekerasan Dalam Pernikahan di Bawah Tangan

(Studi di Pengadilan Negeri Malang)” secara spesifik, gamblang, dan konkret.

Keempat adalah bagian akhir atau penutup dari penelitian ini, yang

berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, kemudian

dalam bab ini juga berisi kritik dan saran problematika yang peniliti angkat

dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai