PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Perkawinan yang sah antara laki-laki dan perempuan terjadi secara
yang damai, tentram, bahagia, penuh kasih sayang antara suami dan istri.
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
bahagia dan kekal. Oleh karena itu suami istri perlu saling membantu dan
undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah bila dilakukan
1
2
keterangan, suatu akta yang dimuat dalam daftar pencatatan. Selain itu,
undang-undang ini juga menganut prinsip bahwa calon suami istri harus telah
tersebut telah diatur mengenai hak setiap warga negara untuk memeluk
adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan khong Cu (Confusius). Dari
keenam agama yang disebutkan dalam PNPS tersebut, mayoritas agama yang
dipeluk penduduk Indonesia adalah agama Islam. Hal tersebut tentu saja
3
Hukum Islam (KHI), perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau
KHI).
akan menghadapi atau menemui ujian atau rintangan. Adanya ujian dalam
proses penyatuan atau pemahaman dua insan manusia ini sering kali
prinsip, maupun yang lainnya yang apabila berlangsung lama bahkan tidak
dapat terselesaikan akan dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti
1. Kematian,
2. Perceraian dan
Ujian dalam sebuah rumah tangga bisa datang dari luar maupun dari
dalam. Faktor dari luar misalnya adanya orang ketiga, sedangkan dari dalam
istri sudah merasa rumah tangga mereka tidak dapat dipertahankan maka
rumah tangga mereka yang sudah tidak harmonis. Hal ini terbukti banyaknya
pertahun. Jika pada tahun 2005 angka perceraian hanya 55. 509 kasus, maka
pasangan suami isteri. Salah satunya adalah dengan alasan-alasan yang harus
diputuskan oleh Pengadilan Agama bagi yang muslim, dan Pengadilan negeri
5
pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya (A. Basiq Djalil, 2010: 147).
yang beragama Islam, sedangkan bagi yang selain Islam menjadi kekuasaan
ekonomi syariah.
tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti menjelaskan dan
dan hanya maut atau kematian sajalah yang memisahkan mereka, bukan
karena perceraian.
Sebuah perceraian, akan memberi dua akibat. Akibat yang pertama adalah
mengenai harta bersama yang diperoleh kedua pasangan suami istri selama
mereka berumah tangga, sedangkan akibat yang kedua adalah akibat pada
anak, yaitu siapa yang memegang hak asuh anak atau hadhanah setelah
perceraian.
Harta terdiri atas dua macam yaitu harta bawaan dan harta bersama.
Harta bawaan adalah harta yang dimiliki oleh suami atau istri sebelum
mereka menikah atau berumah tangga sedangkan harta bersama adalah harta
yang diperoleh setelah suami istri menikah atau berumah tangga. Harta
biasanya yang diperebutkan adalah harta bersama atau harta gono-gini ini.
merupakan hal yang penting bagi masing-masing pihak (suami atau istri),
namun hal itu tidak jauh lebih penting jika dibandingkan dengan anak sebagai
akibat dari perceraian. Anak sering sakali menjadi korban dari sebuah
tuanya. Beban psikis ini yang apabila dibiarkan begitu saja akan
sebagai korban. Ia juga menjelaskan bahwa hampir tiap hari KPAI menerima
kembangnya. Dengan perceraian kedua orang tuanya, anak tidak bisa lagi
tinggal bersama-sama dengan bapak ibunya. Anak hanya bisa tinggal bersama
ibunya saja atau ayahnya saja karena hak asuh anak hanya akan jatuh pada
ayah atau ibunya. Tetapi walaupun demikian, orang tua masih tetap
mempunyai kewajiban sebagai orang tuanya. Hal ini sesuai dengan Pasal 41
memutuskannya.
sudah bercerai yaitu diatur dalam Pasal 45 UU No. 1 tahun 1974 “(1) Kedua
baiknya”. Dari pasal tersebut menjelaskan bahwa setelah orang tua bercerai,
anak mereka.
khususnya berdasarkan hukum Islam, akan memberi akibat pada anak, yaitu
siapa yang memegang hak asuh anak atau hadhanah setelah perceraian.
8
Dalam kasus perceraian hak asuh anak sering kali menjadi persoalan yang
diperebutkan oleh suami-isteri . Mengenai hak asuh anak ini sebenarnya telah
putusnya perkawinan karena perceraian dalam Pasal 105 (a) KHI yaitu
perceraian yang hak asuh anak jatuh pada suami meskipun anak tersebut
Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekar Sari DIY, kasus perceraian diatas 1.000
terjadi di Bantul. Menurut Ketua Umum LK3 Sekar Sari DIY, H Muhammad
Pada tahun 2012 lalu Pengadilan Agama Bantul telah mencatat ada 1189
Jenis Perkara
Cerai Talak Cerai Gugat
No. Bulan
1. Januari 41 76
2. Februari 38 58
3. Maret 33 42
4. April 25 57
5. Mei 36 72
6. Juni 24 64
7. Juli 29 61
8. Agustus 14 38
9. September 49 106
10 Oktober 35 80
11. November 30 98
12. Desember 27 55
Jumlah 381 807
Sumber: Panitera Pengadilan Agama Bantul Tahun 2012
data tersebut peneliti juga mendapat beberapa surat perceraian yang ditempel
Februari 2013. Adapun hal dan nomor perkara yang dapat dilihat di Tabel 2
sebagai berikut:
10
Bantul
meskipun yang ingin bercerai hanya salah satu pihak saja. Dalam salah satu
Fenomena perebutan hak asuh anak terjadi baik dalam hal hak asuh
anak yang ditetapkan melalui putusan Pengadilan jatuh pada salah satu orang
tua maupun dalam hal putusan Pengadilan menetapkan hak asuh anak
kepentingan anak, kedua orang tua saling menuduh satu sama lain telah
dan psikologis anak tentang perilaku buruk ayah atau ibunya agar anak berada
psikologis anak menjadi terganggu, anak menjadi bingung dan bahkan bisa
mereka dan mengutamakan kehidupan anaknya agar layak dan penuh kasih
hak asuh anak (hadhonah) merupakan kewajiban dari kedua orang tuanya,
artinya meskipun kedua orang tua telah bercerai tetapi kedua orang tua
menyayangi si anak agar dapat tetap hidup layak tetapi terkadang mereka lupa
Perceraian yang berdampak pada hak asuh anak yang melalui proses
pengadilan tentu tidak mudah. Hakim sebagai pejabat yang berwenang untuk
adilnya. Dalam putusan pengadilan mengenai hak asuh anak yang diputuskan
untuk diberikan kepada ayah atau ibunya tentu melalui pertimbangan yang
matang dari hakim. Hal ini yang menyebabkan peneiliti tertarik untuk
Bantul.
B. Identifikasi Masalah
hukum.
pada tahun 2011 mencapai 1.000 kasus dan tahun 2012 mencapai 1189
kasus.
perceraian meskipun yang ingin bercerai hanya salah satu pihak saja.
tersebut.
C. Batasan Masalah
perceraian dan hak asuh anak di pengadilan Agama Bantul, maka diperoleh
perceraian meskipun yang ingin bercerai hanya salah satu pihak saja
D. Rumusan Masalah
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus hak asuh anak
E. Tujuan Penelitian
dicapai dan diharapkan oleh peneliti, dalam hal ini ada dua tujuan dari
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
satu referensi bagi peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
dan politik.
b. Bagi Lembaga
hari.
G. Batasan Istilah
1. Hakim
2. Pertimbangan Hakim
3. Putusan Hakim
Putusan hakim yang dimaksud dalam penelitian ini adalah putusan hakim
4. Perceraian
diharamkan atas aktifitas pemenuhan seksual, serta lepas dari hak dan
kewajiban sebagai suami dan istri (Agus Tomi, 2013). Jadi yang
sebagai suami istri sudah tidak berlaku lagi. Perceraian yang dimaksud
satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara
6. Pengadilan Agama
Agama Bantul.