Anda di halaman 1dari 11

Hukum Adopsi, hukum anak angkat,

dan anak hasil perbuatan zina


ADOPSI
 Bahasa :
Adoption, pengangkatan, pemungutan anak (Adoption of a
child).
 Istilah :
Anak org lain yg dianggap anak sendiri oleh org tua
angkat, dg resmi menurut hukum adat setempat karena
tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau
pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga.
Islam telah lama mengenal istilah tabbani, yang di era
modern ini disebut adopsi atau pengangkatan anak.
Rasulullah SAW bahkan mempraktikkannya langsung,
yakni ketika mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai
anaknya.

Tabanni secara harfiah diartikan sebagai seseorang


yang mengambil anak orang lain untuk diperlakukan
seperti anak kandung sendiri. Hal ini itu dilakukan
untuk memberi kasih sayang, nafkah pendidikan dan
keperluan lainnya. Secara hukum anak itu bukanlah
anaknya
faisal@unimal.ac.id
TRADISI PENGKATAN ANAK

Jahiliyah
Secara turun temurun mengangkat anak org lain sebagai
anaknya.
Islam
…Panggilah mereka (anak angkat) dengan (memakai)
nama bapak-bapak mereka, itulah yg lebih adil disisi
Allah… (al-Ahzab: 4-5)

faisal@unimal.ac.id
MOTIVASI PENGANGKATAN
ANAK
Karena tidak mempunyai anak;
Karena kasih sayang terhadap anak yang tidak memiliki
orang tua, atau anak dari orang tua yang tidak mampu;
Karena ia mempunyai anak perempuan, sehingga
mengangkat anak laki-laki, atau sebaliknya
Untuk menambah jumlah keluarga, karena mungkin
berkaitan dengan keperluan tenaga kerja;
Dll.

faisal@unimal.ac.id
HUKUM PENGANGKATAN ANAK
 Islam membolehkan pengangkatan anak, dengan
ketentuan :
1. Nasab anak angkat tetap dinisbatkan kepada orang
tua kandungnya;
2. Anak angkat sekedar sebagai anak asuh, tidak
boleh disamakan dengan status anak kandung;
baik dari segi pewarisan, hubungan mahram,
maupun wali dalam perkawinan;
3. Anak angkat tidak berhak menerima harta warisan
dari orang tua angkatnya, kecuali hibah, yang
maksimal 1/3 dari jumlah kekayaan orang tua
angkatnya.
faisal@unimal.ac.id
Pada dasarnya, Kompilasi Hukum Islam (“KHI”)
tidak mengatur mengenai pengangkatan anak oleh
orang tua tunggal. KHI hanya menerangkan terkait
hak waris anak angkat. Menurut KHI, yang
dimaksud anak angkat adalah anak yang dalam hal
pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya
pendidikan dan sebagainya beralih tanggung
jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua
angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan (Pasal
171 huruf h Kompilasi Hukum Islam).

faisal@unimal.ac.id
Sebagai dasar hukumnya, ulama NU mengutip hadis Nabi
SAW. "Barang siapa mengaku orang lain sebagai bapaknya,
dan ia tahu bahwa orang tersebut bukan bapaknya, maka
surga diharamkan terhadap dirinya." Qatadah berkata,
siapapun tidak boleh mengatakan "Zaid itu putra
Muhammad". (Khazin, Juz Vi hlm 191).

"Pengangkatan anak tak bisa menjadikan anak itu sederajat


dengan anak sendiri di dalam nasab, mahram maupun hak
waris”.

faisal@unimal.ac.id
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia mempunyai
ketentuan tersendiri mengenai konsep wasiat wajibah ini
hanya kepada anak angkat dan orang tua angkat saja.
Dalam pasal 209 KHI disebutkan bahwa harta
peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal 176
sampai dengan pasal 193 KHI, terhadap orang tua angkat
yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan anak
angkatnya.

faisal@unimal.ac.id
Sedangkan terhadap anak angkat yang tidak menerima
wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya
sepertiga dari harta warisan orang tua angkatnya. Berbeda
dengan konsep wasiat wajibah yang diatur dalam fiqih
yang memberlakukan wasiat wajibah hanya bagi orang
yang memiliki hubungan darah dengan si pewaris.

faisal@unimal.ac.id
Anak hasil perbuatan zina
Ia hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya
Tidak dapat saling mewaris dengan ayah biologisnya

Anda mungkin juga menyukai