Kasmi
18.2100.0
Abstrak
PENDAHULUAN
Dalam pasal 3 kompilasi hukum Islam disebutkan bahwa
pernikahan bertujuan untuk mencapai kehidupan keluarga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah. Selanjutnya dalam UU no. Pada tanggal 1 Januari
197 dideklarasikan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan.
Namun untuk mencapai tujuan pernikahan tidaklah mudah, akan banyak
hambatan, kesulitan dan tantangan yang akan dihadapi di masa depan,
banyak pasangan yang tidak dapat mencapai tujuan pernikahan, karena
begitu banyak rumah tangga atau anggota keluarga yang merasa tidak
bahagia bahkan hidup. berhenti di tengah jalan dan berakhir dengan
perceraian.1
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam kisah yang diceritakan oleh Buchari dan Nasa'i dari Ibnu
Abbas: Istri Tsabit Bin Qis Bin Syammas datang kepada Rasulullah dan
berkata: Islam. Rasulullah bersabda: Apakah kamu ingin mengembalikan
kebun itu kepadanya? Wanita itu menjawab: Ya, ya. Maka Rasulullah
3
Ali Husain Muhammad Makki Al-Amili,2001, Perceraian Salah Siapa?, Cet I,
Lentera Basritama, Jakarta, h. 65
SAW pun bersabda kepada Tsabit Bin Qis: “Terimalah taman dan cerai
dengan talak.”4
4
Ahmad Zahari, 2010, Kumpulan Peraturan Perkawinan, Cet. II, Fh Untan Press,
Pontianak, hal 35
Demikian pula tanggapan responden. Tergugat mempunyai
kesempatan untuk membela diri dan menyerahkan segala haknya kepada
penggugat melalui majelis hakim. Penggugat kemudian dapat menyatakan
kembali gugatannya yang ditolak oleh tergugat dan juga membela terhadap
pemecatan tergugat. Kemudian ada fase pengulangan, di mana termohon
menginterpretasikan kembali jawaban yang dibantah oleh penggugat.
5
E. Suryani, “Tingkat Perceraian Muslim dan Non muslim Di Indonesia,” Mizan
J. Islam. Law, vol. 3, no. 2, pp. 153–200, 2018
6
S. Doriza, Ekonomi Keluarga, Pertama.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015
dengan istrinya. Pertengkaran ini mendorong sang suami untuk mencari
istri lain. Tidak jauh berbeda dengan sikap seorang suami yang mencari
istri lain karena sering bertengkar dengan istrinya, seorang istri juga
mencari seorang pria dengan prospek ekonomi yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dimiliki suaminya dapat terpenuhi.
Dari faktor ekonomi tersebut, konflik keluarga dapat berubah menjadi
banyak konflik lainnya.
KESIMPULAN
7
W. Nuroniyah, “Cerai Lebe sebagai Inisiatif Lokal dalam Upaya Meminimalisir
Praktek Perceraian Liar (Studi Kasus di Desa CangkringKabupaten Indramayu),” vol. 14,
no. 1, pp.113–130, 2020.
sikap tentang apa yang terjadi dalam pernikahan mereka. Pendidikan
pralahir tidak hanya dihadirkan sebagai proses menuju pernikahan. Namun
sayangnya, banyak orang yang melihat pendidikan pranikah sebagai
formalitas. Sampai keluarga mereka mengetahui masalah tersebut, para
pihak tidak dapat memperbaikinya dan akhirnya bercerai. Saran
berdasarkan penelitian ini adalah mencari pasangan yang serasi atau
memahami pasangannya sehingga melalui suatu hubungan terbentuk
komunikasi yang baik yang dapat mendukung terbentuknya keluarga yang
harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
David Ali, Mohammad. Hukum Islam dan Pengadilan Agama, Cet II,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.