Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SUMPAH PERNIKAHAN
Dosen Pengampu: Laila Nurmilah, M.Si.

Penyusun :
1. Siti Rahmah
2. Lupita

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DAARUSSALAAM
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Fikih Munakahat yang bertema”sumpah ‘ian, zihar dan li’an”.Terimakasih kami
sampainkan kepada ibu dosen selaku pengampu mata kuliah Fikih Munakahat yang
telah membimbing danmengarahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah. Dan tak
lupa kami sampaikan.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap segala bentuk saran dan
masukan yang membangun. Semoga makalah ini dapat membeikan manfaat bagi
pembaca, pendengar, dan berguna bagi perkembangan dunia pendidikan.

Sukabumi, 30 Oktober 2023

Penulis

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Pernikahan adalah suatu hal yang membahagiakan. Karena dua insan yang saling
mencintai dapat berdampingan untuk membangun keluarga yang Sakinah, melalui Mawaddah
dan Warahmah. Bahkan tidak sedikit yang berjuang keras agar bisa menikah dengan orang
yang dicintainya.
Selain itu, pernikahan juga dapat menyambung tali silaturrahim antara kedua
pasangan tersebut. Suatu perkawinan tentunya dibangun dengan tujuan untuk mewujudkan
keluarga yang bahagia, kekal, dan harmonis. Sebagaimana yang tercantum dalam Kompilasi
Hukum Islam pasal 3 yang berebunyi bahwa “tujuan perkawinan adalah mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah”.
1 Tujuan menurut hukum adat berbeda dengan menurut perundangan. Tujuan
perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan, adalah untuk
mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan atau
keibu-bapakan, untuk kebahagiaan rumah tangga keluarga/kerabat, untuk memperoleh nilai-
nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk mempertahankan kewarisan.

3
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian Sumpah ‘ila
Sumpah ‘Ila adalah bentuk sumpah yang diberikan oleh seorang suami kepada
istrinya. Suami bersumpah bahwa dia tidak akan menggauli istrinya selama masa tertentu,
seringkali tanpa mengucapkan kata talak (perceraian). Sumpah ini dapat dipergunakan oleh
suami ketika dia ingin melarang hubungan intim dengan istrinya untuk jangka waktu tertentu.
Hukum ‘Ila :
Dalam hukum Islam, ‘Ila dianggap sah jika suami mengucapkan sumpahnya dengan
niat yang tulus. Selama masa ‘Ila, hubungan intim antara suami dan istri dianggap haram.
Suami harus mematuhi sumpahnya atau memberikan tebusan kepada istri untuk mengakhiri
‘Ila.

2. Pengertian Sumpah Zhihar


Sumpah Zhihar terjadi ketika seorang suami membandingkan istrinya dengan anggota
keluarga suami, seperti ibu atau saudara perempuan, dalam konteks yang menghina atau
merendahkan. Suami menyatakan bahwa istrinya seperti bagian dari keluarganya yang haram
untuk diajak berhubungan intim.
Hukum Zhihar :
Zhihar dianggap sebagai perilaku yang sangat tidak bermoral dan melanggar hak-hak
perempuan. Suami yang melakukan Zhihar harus meminta maaf kepada istri dan memberikan
tebusan (kafarat) atau memberikan makanan kepada orang-orang miskin untuk menghapus
sumpah Zhihar dan mengembalikan hak-hak istri.

3. Pengertian Sumpah Li’an


Sumpah Li’an terjadi dalam kasus tuduhan zina yang dibuat oleh suami terhadap
istrinya tanpa adanya saksi yang sah. Suami harus bersumpah empat kali atas nama Allah
bahwa dia berkata benar tentang tuduhannya, dan jika dia berbohong, dia akan mendapat
azab Allah. Istri kemudian memberikan sumpah serupa untuk membela dirinya.
Hukum Li’an :
Li’an merupakan prosedur yang sangat serius dan kompleks. Jika suami dan istri
bersumpah benar, pernikahan dianggap batal, dan mereka harus berpisah. Namun, jika salah
satu dari mereka berbohong, orang yang bersalah akan mendapat hukuman yang berat dari
Allah.
Dalam semua tiga kasus sumpah ini, Islam menekankan pentingnya keadilan,
kehormatan, dan rasa hormat dalam hubungan suami-istri. Sumpah-sumpah ini juga

4
mencerminkan kebijakan hukum Islam yang berusaha melindungi hak-hak perempuan dan
menjaga keseimbangan dalam rumah tangga.
Sumpah ‘Ila, Zhihar, dan Li’an memiliki akar sejarah yang dalam, tradisi hukum
Islam dan terkait dengan ajaran-ajaran Al-Quran serta Hadis, yang merupakan catatan tentang
tindakan dan ucapan Nabi Muhammad SAW.

4. Asal Usul dan Sejarah Sumpah


1. Sumpah ‘ila
Sumpah ‘Ila berasal dari Al-Quran, di mana dalam Surah Al-Baqarah (2:226-227)
Allah SWT berbicara tentang ketentuan sumpah ‘Ila. Sumpah ini dirinci lebih lanjut dalam
Hadis, catatan ucapan dan tindakan Nabi Muhammad SAW, yang menjelaskan bagaimana
sumpah ini harus dijalankan dan apa konsekuensinya.

2. Sumpah Zhihar
Sumpah Zhihar juga ditemukan dalam Al-Quran, khususnya dalam Surah Al-Mujadila
(58:1-4), yang menyoroti praktik buruk Zhihar dan memberikan ketentuan untuk
mengatasinya. Nabi Muhammad SAW melarang praktik Zhihar dan memberikan pedoman
tentang bagaimana suami yang melakukan Zhihar harus mengganti kesalahannya dengan
memberikan tebusan atau meminta maaf kepada istrinya.

3. Sumpah Li’an
Sumpah Li’an didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran, terutama dalam Surah An-Nur
(24:6-9), yang mengatur tata cara menanggapi tuduhan zina. Ketika seorang suami menuduh
istrinya berzina tanpa memiliki saksi yang sah, prosedur Li’an digunakan untuk menegakkan
kebenaran. Sejarah Li’an dicatat dalam Hadis, yang merinci kasus-kasus di mana prosedur ini
digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian, sumpah-sumpah ‘Ila, Zhihar, dan Li’an memiliki dasar dalam Al-
Quran dan dijelaskan lebih lanjut dalam Hadis, yang merupakan dua sumber utama ajaran
dan praktik dalam Islam. Sumpah-sumpah ini merupakan bagian integral dari sistem hukum
Islam yang bertujuan untuk menjaga keadilan, menghormati hak-hak individu, dan
memelihara keseimbangan dalam hubungan suami-istri sesuai dengan ajaran agama Islam.

5. Perbandingan sumpah ‘ila, zhihar, dan li'an.

a. Perbandingan ‘ila dengan konsep penceraian dalam hukum perdata


dalam konteks hukum Islam, ‘Ila adalah bentuk perceraian di mana seorang suami
membuat sumpah untuk menahan diri dari hubungan seksual dengan istrinya selama
waktu yang ditetapkan, yang bisa berjangka waktu tertentu atau tidak ditentukan. Jika
suami tidak membatalkan sumpahnya dalam waktu yang telah ditetapkan, maka
perceraian dianggap terjadi secara otomatis.di sisi lain, dalam hukum perdata atau
hukum sipil di banyak negara, perceraian sering melibatkan prosedur hukum yang
lebih formal. Pasangan yang ingin bercerai biasanya harus mengajukan permohonan
cerai ke pengadilan, dan prosesnya melibatkan pembicaraan tentang pembagian harta
bersama, hak asuh anak, dan dukungan finansial. Pengadilan kemudian akan

5
mengeluarkan putusan resmi yang mengesahkan perceraian dan merinci hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
b. Perbandingan sumpah zhihar dengan hukum penceraian dalam islam Sumpah Zhihar
adalah bentuk perceraian dalam hukum Islam di mana seorang suami menyatakan
bahwa istrinya adalah seperti ibunya, yang menjadikan hubungan suami-istri menjadi
haram. Dalam hal ini, suami membuat sumpah dan menetapkan hukuman berupa
pembebasan budak atau memberi makan sepuluh orang miskin. Jika suami melanggar
sumpahnya, maka ia harus membayar kafarat sebagai penebusan.
c. Li’an dalam perspektif hukum islam dan hukum sekuler
Li’an adalah bentuk bersumpah yang terkait dengan tuduhan zina (hubungan seksual
di luar nikah) dalam hukum Islam. Dalam kasus li’an, seorang suami menuduh
istrinya melakukan zina dan mengajukan sumpah di hadapan pengadilan. Jika istrinya
membantah tuduhan tersebut, keduanya akan bersumpah untuk membuktikan
kebenaran tuduhan atau membuktikan kebersihan istrinya. Jika istrinya bersumpah
dengan cara yang benar dan suami tetap pada tuduhannya, perceraian diakui dan
dianggap sah. Namun, jika istrinya bersumpah dengan cara yang benar dan suami
mencabut tuduhannya, maka mereka tidak akan bercerai dan suami dikenai hukuman
rajam (dirajam dengan batu sampai mati) karena tuduhannya palsu.
Dalam hukum sekuler, seperti di banyak negara dengan sistem hukum sipil, konsep
li’an tidak diterapkan. Sistem hukum sekuler cenderung mengikuti prinsip-prinsip
hukum yang lebih universal, seperti prinsip presumpsi tak bersalah dan hak asasi
manusia. Tuduhan zina biasanya harus dibuktikan dengan bukti yang kuat dalam
pengadilan dan hukuman ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku dalam
yurisdiksi tersebut.

Perbedaan utama antara li’an dalam hukum Islam dan hukum sekuler
adalah pendekatan terhadap tuduhan zina dan proses hukum yang diterapkan untuk
menangani kasus-kasus tersebut. Hukum sekuler cenderung lebih terfokus pada bukti
dan prosedur hukum yang adil, sementara li’an dalam hukum Islam melibatkan unsur-
unsur agama dan sumpah bersumpah untuk membuktikan kebenaran tuduhan.

6. Tantangan dan kontroversi dalam penerapan sumpah ‘ila, zhihar,


li'an.

Penerapan sumpah ‘Ila, Zhihar, dan Li’an dalam praktik hukum Islam telah
menciptakan sejumlah tantangan dan kontroversi, terutama terkait dengan aspek-aspek
berikut:

a. Kesetaraan Gender : Dalam beberapa kasus, penerapan sumpah-sumpah ini dapat


memunculkan pertanyaan tentang kesetaraan gender. Peran dan hak perempuan dalam
konteks ‘Ila, Zhihar, dan Li’an seringkali menjadi perdebatan karena praktek-praktek ini
cenderung memberikan kekuatan lebih kepada pihak laki-laki dalam memutuskan masa
depan pernikahan dan keluarga.
b. Bukti dan Pencemaran Nama Baik : Pada prakteknya, sulit untuk membuktikan tuduhan
zina atau kesalahan serupa dalam kasus-kasus ‘Ila, Zhihar, dan Li’an. Ini dapat

6
menyebabkan pencemaran nama baik bagi individu yang dituduh tanpa bukti yang cukup,
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan.
c. Kemungkinan Penyalahgunaan: Sumpah-sumpah ini dapat disalahgunakan oleh pihak
yang memiliki motif tersembunyi, seperti dendam atau keinginan untuk memperoleh
keuntungan finansial. Hal ini menimbulkan risiko penyalahgunaan dalam sistem hukum.
d. Penafsiran dan Konsistensi : Interpretasi dan penerapan sumpah-sumpah ini dapat
bervariasi di antara mazhab-mazhab hukum Islam yang berbeda dan antara negara-negara
dengan tradisi hukum Islam. Kurangnya konsistensi dalam penerapan praktek-praktek ini
dapat menciptakan ketidakpastian hukum.
e. Relevansi dengan Nilai Modern: Beberapa argumen mengemukakan bahwa praktek-
praktek ini mungkin tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat
modern. Oleh karena itu, ada tekanan untuk mereformasi atau meninjau ulang praktek-
praktek tersebut dalam konteks zaman sekarang.

Tantangan dan kontroversi ini mencerminkan kompleksitas dalam menerapkan praktek-


praktek hukum tradisional dalam masyarakat yang terus berkembang dan berubah. Sebagai
hasilnya, terdapat diskusi dan perdebatan yang berkelanjutan tentang bagaimana praktek-praktek
ini harus diterapkan atau diadaptasi agar sesuai dengan nilai-nilai dan keadilan dalam masyarakat
kontemporer.

7. Upaya penyelesaian dan rekomendasi


Untuk mengatasi tantangan dan kontroversi yang terkait dengan sumpah ‘Ila, Zhihar, dan
Li’an dalam hukum Islam, ada beberapa upaya penyelesaian dan rekomendasi yang dapat
dipertimbangkan:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan yang memadai mengenai hak-hak dan kewajiban
dalam pernikahan Islam dapat membantu masyarakat memahami implikasi dari praktek-
praktek seperti ‘Ila, Zhihar, dan Li’an. Kesadaran akan hak-hak perempuan dan kesetaraan
gender juga perlu ditingkatkan.
2. Reformasi Hukum: Negara-negara yang menerapkan praktek-praktek ini dapat
mempertimbangkan reformasi hukum untuk menyelaraskan praktik-praktik tersebut dengan
nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia yang diakui secara internasional.
Reformasi ini harus melibatkan ulama, ahli hukum, dan aktivis hak asasi manusia.
3. Penguatan Pengadilan: Pengadilan harus memiliki kapasitas dan sumber daya yang cukup
untuk menangani kasus-kasus ‘Ila, Zhihar, dan Li’an secara adil dan efisien. Sistem peradilan
juga harus memastikan bahwa bukti yang cukup ada sebelum tuduhan dianggap benar.
4. Mediasi dan Konsiliasi: Upaya mediasi dan konsiliasi dapat digunakan untuk menyelesaikan
konflik-konflik dalam pernikahan sebelum mencapai tahap sumpah ‘Ila, Zhihar, atau Li’an.
Pendekatan ini dapat membantu mempertahankan keutuhan keluarga dan menghindari proses
perceraian yang traumatis.
5. Riset dan Pengumpulan Data: Riset ilmiah yang mendalam dan pengumpulan data tentang
implementasi sumpah ‘Ila, Zhihar, dan Li’an dapat memberikan wawasan yang lebih baik
tentang dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dari praktek-praktek ini. Data yang kuat
dapat menjadi dasar untuk perubahan kebijakan dan reformasi hukum.
6. Partisipasi Perempuan: Penting untuk melibatkan perempuan dalam proses pembuatan
kebijakan dan perubahan hukum yang berkaitan dengan praktek-praktek ‘Ila, Zhihar, dan

7
Li’an. Partisipasi aktif perempuan dalam proses ini akan memastikan bahwa perspektif dan
kepentingan mereka diakui dan diwakili.

BAB III
Penutup
Dalam kesimpulannya, sumpah ‘Ila, Zhihar, dan Li’an merupakan praktek-praktek
perceraian khusus dalam hukum Islam yang melibatkan sumpah atau pernyataan tertentu oleh
suami terkait dengan hubungan suami-istri. Meskipun praktek-praktek ini memiliki dasar
dalam tradisi hukum Islam, mereka telah menciptakan kontroversi dan tantangan terkait
dengan kesetaraan gender, keadilan, dan hak asasi manusia.
Penting untuk diakui bahwa interpretasi dan penerapan sumpah-sumpah ini dapat
bervariasi di antara mazhab-mazhab hukum Islam yang berbeda dan antar negara-negara
dengan tradisi hukum Islam yang berbeda pula. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan hukum setempat ketika membahas praktek-
praktek ini.
Untuk mengatasi tantangan yang ada, pendidikan, kesadaran, reformasi hukum,
penguatan pengadilan, mediasi, partisipasi perempuan, riset, dan dialog antarbudaya dan
antaragama merupakan langkah-langkah yang dapat diambil.
Dengan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan,
diharapkan praktek-praktek ini dapat diperbarui dan diadaptasi sesuai dengan nilai-nilai
keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia dalam masyarakat yang terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai