Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pendidikan Agama Islam

Mengevaluasi Ketentuan Pernikahan Dalam Islam

Kelompok 3 (Tiga)
Di susun oleh:
1. Iqoh Muafaqoh
2. Dita Auliyah
3. Safira Alma Apriliani
4. Tevia Novelia
5. Violla Alynea Ginanjar
6. Ade Hilman Fadhlian
7. Qurotul Aini

SMA Negeri 14 Kota Tangerang


Jl. Pembangunan 1 No.74, Darussalam II, Batuceper - Kota Tangerang
BAB 1
PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam
undang undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa: “Perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang wanita dan seorang pria sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.”
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1.
Sedang dalam Kompilasi Hukum Islam “perkawinan yang sah menurut hukum
Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan
untuk Menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.”
Dari pengertian di atas, pernikahan memiliki tujuan membentuk keluarga yang
Bahagia dan kekal. Sehingga baik suami maupun istri harus saling melengkapi
agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan material.3 Hal ini sejalan dengan firman
Allah:

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا جًا لِّتَ ْس ُكنُ ۤوْ ا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَوْ ٍم‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖۤه اَ ْن خَ ل‬
َ‫يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
Wa min aayaatihiii an kholaqo lakum min angfusikum azwaajal litaskunuuu
ilaihaa wa ja’ala bainakum mawaddataw wa rohmah, inna fii zaalika la-aayaatil
liqoumiy yatafakkaruun
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa Arab yakni nikaahun yang merupakan masdar
dari kata kerja nakaha. Sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering kita gunakan
sebab telah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Secara bahasa, arti "nikah" berarti "mengumpulkan, menggabungkan, atau
menjodohkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "nikah" diartikan sebagai
"perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi).
Sedang menurut syari'ah, "nikah" berart akad yang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak
dan kewajiban masing-masing.
Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi
atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah "ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa".
Dan suatu akad antara seorang laki-laki dan perempuan atas dasar kerelaan dan
kesukaan kedua belah pihak, yang dilaksanakan oleh pihak lain (wali) menurut
sifat dan syarat yang ditentukan Syara’ untuk menghalalkan antara keduanya
sehingga satu sama lain saling membutuhkan sebagai teman hidup dalam rumah
tangga. Perjanjian yang dimaksud bukan hanya seperti perjanjian jual beli atau
sewa menyewa barang melainkan perjanjian yang suci dan mempunyai
implikasi hukum untuk membentuk suatu keluarga. Karena perkawinan atau
pernikahan adalah “ke berpasangan” dan merupakan ketetapan Illahi atas semua
makhluknya supaya dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW untuk
hidup berumah tangga dengan baik sesuai dengan syari’at Islam.

B. Tujuan Pernikahan
Pernikahan bukanlah suatu sarana yang bersifat permainan, tetapi memiliki
dimensi yang jauh lebih penting dalam rangka membina rumah tangga yang
bahagia dan sejahtera, dalam hal ini pernikahan memiliki maksud dan tujuan
yang sangat mulia berkenan dengan pembinaan keluarga yang diliputi cinta dan
kasih sayang antara sesama keluarga.
Tujuan pernikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan
bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga,
dan sejahtera yang menciptakan ketenangan lahir dan batin disebabkan
terpenuhinya keperluan hidup lahir batinnya. Berikut ini tujuan dari pernikahan
di antaranya adalah:
1. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
2. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
3. Untuk meningkatkan ibadah kepada allah swt, memelihara diri dari
kejahatan dan kerusakan.
4. Untuk mendapatkan keturunan yang saleh
5. Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama
dari Masyarakat yang besar atas dasar kasih sayang.
6. Menumbuhkan kesanggupan berusaha mencari rezeki penghidupan
yang Halal, dan memperbesar tanggung jawab.

C. Syarat Dan Rukun Pernikahan


Nikah mempunyai beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun dan
syarat menentukan hukum suatu perbuatan, terutama yang menyangkut dengan
sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut
mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu
yang harus diadakan. Dalam pernikahan misalnya, rukun dan syaratnya tidak
boleh tertinggal. Artinya, pernikahan tidak sah bila keduanya tidak ada atau
tidak lengkap.
1. Rukun nikah
Dalam memahami tentang rukun perkawinan ini ada beberapa buku dan
pendapat yang mengutarakan dan menguraikan dengan susunan yang berbeda
tetapi tetap sama intinya. Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri
atas :

A. Adanya calon suami dan istri yang melakukan pernikahan.


B. Adanya wali dari pihak calon pengantin perempuan. Akad nikah akan
dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan
menikahkannya. Rasulullah saw. Bersabda: "tidak ada nikah, kecuali
dengan wali,"
C. Adanya dua orang saksi. Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua
orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut, berdasarkan sabda
rasulullah saw, Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi
yang Adil.
D. Shighat (ijab qabul) akad nikah. Yaitu Ijab Qabul yang diucapkan oleh
wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin
laki-laki. Maksud ijab dalam akad nikah seperti ijab dalam berbagai
Transaksi lain, yaitu pernyataan yang keluar dari salah satu pihak yang
mengadakan akad atau transaksi, baik berupa kata-kata, tulisan, atau
isyarat yang mengungkapkan adanya keinginan terjadinya akad, baik
salah satunya dari pihak suami atau dari pihak istri. Sedangkan Qabul
adalah pernyataan yang datang dari pihak kedua baik berupa kata-kata,
tulisan, atau Isyarat yang mengungkapkan persetujuan ridhanya.

2. Syarat-syarat nikah
Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya pernikahan.
Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka pernikahan itu sah dan
menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami Istri.
• Syarat-syarat calon suami.

a. Beragama islam,
b. Bukan mahram dari calon istri dan jelas halal nikah dengan calon
istri.
c. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki.
d. Tidak sedang mempunyai istri empat.
e. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
f. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan.
g. Calon suami kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya
halal baginya.
h. Tidak sedang melakukan ihram.

• Syarat-syarat calon istri


a. Beragama Islam
b. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah
c. Bukan mahram calon suami
d. Terang (jelas) bahwa calon istri itu bukan khuntsa dan betul-betul
perempuan
e. Belum pernah di li’an (sumpah li’an) oleh calon suami
f. Tidak sedang dalam ihram
g. Calon istri rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan
h. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkanny.

D. Hikmah Pernikahan
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami istri. la merupakan pintu gerbang kehidupan berkeluarga yang
mempunyai pengaruh terhadap keturunan dan kehidupan masyarakat. Keluarga
yang kokoh dan baik menjadi syarat penting bagi kesejahteraan masyarakat dan
kebahagiaan umat manusia pada umumnya.
Agama Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang suci, baik
dan mulia. Pernikahan menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari
kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang disebabkan oleh nafsu birahi yang tak
terkendalikan. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara
lain sebagai kesempurnaan ibadah, membina ketentraman hidup, menciptakan
ketenangan batin, kelangsungan keturunan, terpelihara dari noda dan dosa dan
lain-lain.
Beberapa hikmah pernikahan :
1. Pernikahan Dapat menciptakan Kasih Sayang dan ketentraman
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelengkapan jasmaniah dan
rohaniah sudah pasti memerlukan ketenangan jasmaniah dan rohaniah.
Kebutuhan jasmaniah perlu dipenuhi dan kepentingan rohaniah perlu mendapat
perhatian. Adakebutuhan pria yang pemenuhnya bergantung kepada wanita.
Demikian juga sebaliknya.
2. Pernikahan Dapat Melahirkan keturunan yang Baik
Setiap orang menginginkan keturunan yang baik dan sholeh. Anak yang sholeh
adalah idaman semua orang tua. Selain sebagi penerus keturunan, anak yang
sholeh akan selalu mendoakan orang tuanya.
3. Dengan Pernikahan, Agama dapat Terpelihara
Menikahi perempuan yang sholeh ,bahtera kehidupan rumah tangga yang baik.
Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan berkeluarga, berjalan
dengan teratur. Rasulullah saw memberikan penghargaan yang tinggi kepada
istri yang sholeh. Mempunyai istri yang sholeh, berarti Allah SWT menolong
suaminya melaksanakan setengah dari urusan agamanya.
4. Pernikahan dapat Memelihara ketinggian Martabat Seorang Wanita
Wanita adalah teman hidup yang paling baik, karena itu tidak boleh dijadikan
mainan. Wanita harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Pernikahan
merupakan cara untuk melakukan wanita secara baik dan terhormat. Sesudah
menikah, keduanya harus memperlakukan dan menggauli pasangannya secara
baik dan terhormat pula.
5. Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan
Setiap orang, baik pria maupun wanita, baik pria maupun wanita, secara
naluriah memiliki nafsu seksual. Nafsu ini memerlukan penyaluran dengan
baik. Saluran yang baik, sehat dan sah adalah melalui pernikahan. Jika nafsu
birahi besar, tetapi tidak mau nikah dan tetap mencari penyaluran yang tidak
sehat, dan melanggar aturan agama, maka akan terjerumus ke lembah
perzinahan atau pelacuran yang dilarang keras oleh agama.

E. Hukum Pernikahan
Para ulama menyebutkan bahwa nikah diperintahkan karena dapat mewujudkan
maslahat, memelihara diri, kehormatan, mendapatkan pahala dan lain-lain. Oleh
karena itu, apabila pernikahan justru membawa mudharat maka nikah pun
dilarang. Karena itu hukum asal melakukan pernikahan adalah mubah.
Para ahlifikih sependapat bahwa hukum pernikahan tidak sama penerapannya
kepada semua mukallaf, melainkan disesuaikan dengan kondisi masingmasing,
baik dilihat dari kesiapan ekonomi, fisik, mental ataupun akhlak. Karena itu
hukum nikah bisa menjadi wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh.
Penjelasannya sebagai berikut.
a. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi
maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk
menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh pada
perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah. Karena menjauhi zina
baginya adalah wajib dan cara menjauhi zina adalah dengan menikah.
b. Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan menikah namun
tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada mak sekiranya tidak menikah.
c. Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak
membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang
impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi. sedangkan
wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal).
d. Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang
berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-
kewajiban lainnya.
e. Makruh, yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir
akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri
dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia,
atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
BAB III
PENUTUP
Pernikahan merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia serta
menimbulkan akibat terhadap kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Suatu pernikahan antara seorang pria dan seorang
wanita bertujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan sejahtera serta
memperoleh keturunan. Oleh karena itu, maka suatu pernikahan hendaknya
dipersiapkan secara baik dan sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
• Kesimpulan
Sehingga dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan,
mempertahankan keberadaannya dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan
oleh Agama Islam sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar
menurut Islam.
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan
berzina, berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan
mirip seperti binatang yang selalu berganti-ganti pasangan.

Anda mungkin juga menyukai