Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENGANALISIS DAN MENGEVALUSI


KETENTUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:

ARDIANSYAH SAPUTRA

XII SOSIAL 4

SMA NEGERI SATU ATAMBUA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah dan Inayah-Nya
sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan Agama Islam dengan
judul “Menganalisin dan Mengevaluasi Ketentuan Pernikahan Dalam Islam” tapat pada
waktunya.

Terima kasih kepada Ibu Mntiah selaku guru agama saya yang telah memberikan tugas
makalah ini, sehingga banyak sekali ilmu yang sangat bermanfaat bisa saya dapatkan dari
makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam
mengerjakan makalah ini sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada saya membuka selebar-lrbarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik bagi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya saya sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan saya bahwa makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernikahan menurut hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau Mitssaqan Ghalidzan
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakaanya merupakan ibadah. Pernikahan menurut
ilmu Fiqih, disebut dengan nikah yang mengandung dua arti, yaitu (1) Arti menurut bahasa
adalah berkumpul atau bersetubuh, dan (2) Arti menurut hukum adalah akad atau perjanjian
dengan lafal tertentu antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup
bersama sebagai suami istri.

Perwakinan dalam Islam bukan semata-mata hubungan atau kontrak keperdataan biasa,
tetapi mempunyai nilai ibadah, sebagai dalam KHI ( Kompilasi Hukum Islam ) ditegaskan
bahwa pernikahan merupakan akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan
pelaksanaannya merupakan ibadah sesuai dengna pasal 2 Kompilasi Hukum Islam.

Ibadah sendiri merupakan pengindonesiaan dari Al- Ibadah, yang artinya pengabdian,
ketaatan, menghinakan atau merendahkan diri dan do’a. Ibadah merupakan satu bagian dari
syarat Islam, ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu Manusia yang
beribadah kepada Allah disebut Abdullah atau Hamba. Bahwa hakikatnya ibadah mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga ibadah bisa dibagi menjadiibadah dalam artian
khusus dan ibadah dalam arti umum.

Ibadah dalam arti khusus yaitu ibadah yang macam dan cara melaksanakannya yang telah
ditentukan oleh syari’at ( Ketentuan dari Allah dan Rasulullah ), bersifat mutlak manusia
tidak ada wewenang, merubah, menambah, mengurangi atau membuat cara sendiri dalam
beribadah dikenal dengan ibadah mahda. Ibadah dalam arti umum atau ghoiru mahda yaitu
menjalani kehidupan untuk memperoleh keridoan Allah SWT dengan mentaati syari’at-Nya.
Bentuk dan macam ibadah ini tidak ditentukan secara terperinci, karena itu apa saja kegiatan
seorang muslim dapat bernilai ibadah asalkan kegiatan tersebut bukan perbuatan yang
dilarang oleha Allah dan Rasul-Nya ( Syari’at ) serta diniatkan untuk mencari ridho Allah
SWT.

Pernikahan merupakan salah satu sunnahtullah yang berlaku pada semua mahkluk Tuhan,
baik pada manusia, hewan, atau tumbuhan- tumbuhan. Perwakilan nerupakan cara yang
dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak. dan
melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang
positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan.

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti
nalurinya dan berhubungan secara anarki tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan
martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabat kemuliaan
manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya sehingga hubungan antara
laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah maka perlu adanya
perumusan masalah yang akan dianjurkan sebagai berikut:

1. Pengertian pernikahan menurut syari’at Islam dan UUPRI No. 1 Tahun 1974
2. Dalil naqli dari Al-Qur’an atau Hadist yang berkaitan dengan pernikahan
3. Apa saja hukum pernikahan
4. Apa tujuan pernikahan
5. Apa saja rukun dan syarat nikah
6. Hikmah pernikahan
7. Apa yang membuat pernikahan menjadi tidak sah

C. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang pernikahan secara rinci, dan juga menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai pernikahan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pernikahan Menurut Syari’at Islam dan UUPRI No. 1 Tahun 1974

Pernikahan adalah suatu bentuk keseriusan dalam sebuah hubungan. Selain merupakan
bentuk cinta, pernikahan dalam islam merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah
SWT. Bahkan, disebutkan bahwa pernikahan adalah menyempurnakan separuh agama.
Penyatuan dua insan, laki-laki dan perempuan ini diharapkan menjadi media dan tempat yang
sempurna untuk mendapatkan pahala dan Ridho Allah SWT. Oleh karena itu, pernikahan
dalam islam merupakan sesuatu yang sakral, jadi sebisa mungkin harus dijaga bahkan hingga
maut memisahkan.

Kata pernikahan berasal dari Bahasa Arab, yaitu “An-nikah” yang memiliki beberapa
makna. Menurut bahasa, kata nikah berarti berkumpul, bersatu dan berhubungan. Definisi
pernikahan dalam islam lebih diperjelas oleh beberapa ahli ulama yang biasa dikenal dengan
empat mahzab fikih, yakni :

- Imam Maliki
Menurut Imam Maliki, pernikahan adalah sebuah akad yang menjadikan hubungan
seksual seorang perempuan yang bukan mahram, budak dan majusi menjadi halal dan
shighat.
- Imam Hanafi
Menurut Imam Hanafi, pernikahan berarti seseorang memperoleh hak untuk
melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan. Dan perempuan yang
dimaksud ialah seseorang yang hukumnya tidak ada halangan sesuai syar’i untuk
dinikahi
- Imam Syafi’i
Menurut Imam Syafi’i pernikahan adalah akad yang membolehkan hubungan seksual
dengan lafadz nikah, tazwij atau lafadz lain dengan makna serupa.
- Imam Hambali
Menurut Imam Hambali, pernikahan merupakan proses terjadinya akad perkawinan.
Nantinya, akan memperoleh suatu pengakuan dalam lafadz nikah ataupun kata lain
yang memiliki sinonim

Sedangkan dalam pemerintahan kita sendiri mengenai pernikahan turmuat juga di dalam
UUPRI No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang terdiri dari beberapa BAB dan banyak
pasal, sedikit diantaranya yaitu :

- PASAL 1
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suamu
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
- PASAL 2
(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- PASAL 4 ( Ayat 1)
Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana
tersebutdalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajuakan
permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya

Dan masih banyak lagi pasal-pasal yang termuat dalam UUPRI No. 1 tahun1974 tentang
perkawinan. Namun secara keseluruhan dalam UUPRI No. 1 tahun 1974 mencakup definisi
atau pengertian perkawinan atau pernikahan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa.”

2.Dalil Naqli dari Al-Qur’an atau Hadits yang Berkaitan Dengan Pernikahan

A. QS. Ar-Rum Ayat 21


Menikah memiliki banyak keutamaan, salah satunya ialah untuk menghindari maksiat
zina diantara laki-laki dan perempuan, Di sisi lain, menikah juga dikatakan bisa
nementramkan hati serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Artinya: “ Dan diantara tanda-tanda kebesaran- Nya ialah ia menciptakan pesangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cendrung dan merasa tentram
kepadanya, dan ia menjadikan di antaramu kasih dan sayang. Sesungguhnys spa yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir”.
B. QS. An-Nahl
Jodoh dan menikah merupakan salah satu bentuk rezeki yang diberikan pada
seseorang. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suamu dan istri) dari jenis kamu
sendiri.menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki
dari yang baik-baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?”.
C. HR. Al-Baihaqi

Artinya: “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh


agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pasa separuh yang lainnya.” (HR. Al-
Baihaqi)

D. HR. Bukhari

artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah.
Karena itu lebih akan menundukan pandangan dan lebih mejaga kemaluan.
Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat
pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400)

2. Hukum Pernikahan
1. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib apabila seseorang telah mampu untuk membangun
rumah tangga. baik secara fisik, metal maupun finansial. Selain itu, menikah bisa
membantu seseorang terhindar dari perbuatan zina yang dilarang dalam Islam.
Sementara itu hukum menikah bagi perempuan adalah wajib menurut Ibnu
Arafah. Hal tersebut dikatakan wajib apabila seorang perempuan tidak mampu
mencari nafkah bagi dirinya sendiri dan jalan satu-satunya, yakni dengan
menikah.
2. Sunnah
Menikah bisa dianjurkan atau disunnahkan , termasuk bagi orang-orang yang
memilih untuk tidak melakukannya. Hukum tersebut berlaku bagi seseorang yang
sudah mempu menafkahi istri secara finansial.
Dalam kondisi seperti ini, orang tersebut sebaiknya meminta petunjuk Allah
dengan berikhtiar, beribadah dan berpuasa. Selain itu, bisa berdoa sampai Allah
SWT memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
Meskipun demikian, agama islam selalu menganjurkan umatnya umtuk ,menikah
jika memang mampu sebab pernikahan termasuk salah satu ibadah.
3. Makhruh
Hukum nikah bisa makruh apabila terjadi pada seseorang akan menikah, tetapi
tidak berniat memiliki anak. Hal ini bisa terjadi karena faktor penyakit ataupun
wataknya
Dia juga tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya.
Apabila jika dipaksakan untuk menikah, maka akan dikhawatirkan ia tidak bisa
memenuhi hak dan kewajibannya dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

4. Mubah
Bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak
memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau
yang tidak mampu menafkahi sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita
tersebut harus rasyida (berakal). Jugamubah bagi yang mampu menikah dengan
tujuan hanya sekedar memenuhi hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat
ingin keturunan atau melindungi diri dari yang haram
-

5. Haram
Hukum nikah juga bisa menjadi haram apabila seseorang tidak memiliki
kemampuan untuk menafkahi istrinya secara lahir batin. Contohnya saja tidak
memiliki penghasilan dan tidak dapat melakuakn hubungan seksual karena suatu
alasan. Begitu juga pernikahan yang dilakukan dengan maksud untuk menganiaya,
menyakiti dan menelantarkan pasangannya, Selain itu, pernikahan juga bisa
diharamkan jika syarat sah dan kewajiban tidak terpenuhi bahkan dilanggar.

4. T ujuan Pernikahan

Seseorang yang akan menikah dan ingin menikah haruslah memiliki maksud dan tujuan
yang positif dan mulia demi membina keluarga yang Samawa. Adapun tujuan pernikahan
diantaranya ialah:

a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi, dalam sabda Rasulullah
SAW yang berbunyi.
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad SWA, beliau bersabda:
“wanita dinikahi karena 4 hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya,
dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan
celaka” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
Sebuah pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi manfaat.
Perasaan tenang dan tentram atau sakinah, akan hadir seusai menikah. Bukan
sekedar untuk melampiaskan syahwat atau perasaan biologis saja, karena hal ini
bisa mengurangi ketenangan tersebut. Sesuai dengan surah Ar-Rum ayat 21 di
atas.
c. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
Menikah adalah ibada, jika berbicara tentang ibadah maka hal tersebut tidak akan
lepas dari Allah SWT karena semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk
memenuhi perintah Allah semata. Menikah juga menjadi jalan ibadah yang paling
banyak dinanti dan diidamkan oleh sebagian orang tentunya banyak dikalangan
muda mudi. Tak perlu ragu dan takut perihal ekonomi yakinlah bahwa usaha yang
selingi dengan doa, tawakal bersama pasangan, tentu akan saling menguatkan
mencapai kekayaan dan keberhadsilah dunia dan akhirat.
d. Untuk mendapatkan keturunan
Demi melestarikan keturunan putra-putri Adam, tujuan pernikahan dalam islam
termasuk mendapatkan keturunan. Salah satu jalan investasi di akhirat, selain
beribadah, keturunan yang sholeh dan sholehah juga menjadi investasi pahala
yang sangat menguntungkan. Bahkan anak yang sholeh dan sholehah juga dikatan
oleh Rasulullah dapat menjadi pahala jariah bagi orang tuanya yang sudah
meninggal.
e. Menguatkan ibadah sebagai benteng kokoh ahklaq manusia
Pernikahan merupakan hal yang mulia dalam islam. Ikatan suci yang bermanfaat
dalam menjaga kehormatan diri, serta terhindar dari hal-hal yang dilarang agama.
Apabila telah menikah, diketahui baik untuk mendudukan pandangan. Juga
membentengi diri dari perbuatan keji dan merendahkan martabat, salah satunya
zina.
Rasulullah SAW, bersabda: Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian
berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih
menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia puasa (shaum), karena shaum
itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
f. Menyempurnakan separuh agama
Terasa lebih indah bila menjalani kebahagiaan dunia dan akhirat bersama rekan
yang tepat dalam biduk rumah tangga. Tujuan pernikahan dalam islam selanjutnya
untuk menyempurnakan separuh agama. Separuhnya yang lain melalui berbagai
ibadah.
“Barangsiapa yang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya
(agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara
yang sebagaian sisanya.” (HR. Thabrani dan Hakim)
g. Melaksakan sunnah Rasul
tujuan utama pernikahan dalam islam adalah menjauhkan diri dari perbuatan
maksiat. Sebagai seorang muslim, kita memiliki panutan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Alangkah baiknya bisa meniru yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Salah satunya menjalankan pernikahan dengan niat yang baik.
“Menihkahlah dengan sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku,
bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (dihari kiamat).” (HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan
Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah no. 2383)
h. Penyenang hati dalam beribadah
Tujuan menikah dalam islam selanjutnya sebagai penyenang hati, membentuk
pasangan suami-istri yang bertakwa pada Allah SWT. Pernikahan mampu memicu
rasa kasih dan menciptakan insan yang takwa. Bersama memperjuangkan
nilai-nilai kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain
“Ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Furqan ayat 74)
i. Membangun generasi beriman
Tujuan pernikahan dalam islam selanjutnya untuk membangun generasi beriman.
Bertanggung jawab terhadap anak, mendidik, mengasuh, dan merawat hingga
cukup usia. Jalan ibadah sekaligus sedekah yang menjadi bekal di akhirat kelak.
“Dan orang-orang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan. Kami hubu gkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terkait dengan
apa yang dikerjakannya.”

Itu baru beberapa hal dari tutjuan menikah dalam islam dan masih banyak lagi tujuan
pernikahan yang ada di dalam ajaran agama islam.

5. Rukun dan syarat islam

Menikah merupakan sunnah bagi umat islam. Bagi teman-teman sekalian yang berencana
nikah muda atau dalam waktu dekat maka kalian perlu tahu apa saja syarat dan rukun nikah
dalam islam. Dalam proses pernikahan menurut islam diperlukan pemenuhan syarat dan
rukun nikah agar pernikahan sah. Selain seiman atau sama-sama memeluk agama islam ada
syarat pernikahan lainnya. Namun para ahli fikih berbeda pendapat dalam menentukan rukun
dan syarat pernikahan. Perbedaan tersebut adalah dalam menempatkan mana yang termasuk
syarat dan mana yang termasuk rukun. Jumhur ulama sebagaimana juga Mazhab Syafi’i
mengemukakan bahwa rukun nikah ada lima seperti dibawah ini:
a. Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut:

1). Bukan mahram si wanita, calon suami bukan termasuk yang haram dinikahi karena
adanya hubungan nasab atau sepersusuan
2). Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridhoan dari masing-masing pihak.
Dasarnya adalah hadits dari Ibnu Hurairah r.a, yaitu:
“Dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sehingga ia diminta izinnya.” (H.R
Bukhari dan Muslim).
3). Mu’ayyan (beridemtitas jelas), harus ada kepastian siapa identitas mempelai
laki-laki dengan menyebut nama atau sifatnya yang khusus.

b. Calon istri, syaratnya adalah.

1). Bukan mahram si laki-laki


2). Terbebas dari halangan nikah, misalnya, masih dalam masa iddah atau berstatus
sebagai istri orang

c. Wali, yaitu bapak kandung mempeli wanita, penerima wasiat atau kerabat terdekat,
dan seterusnya sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang bijak dari
keluarga wanita, atau pemimpin setempat,

Syarat wali adalah:

1) Orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci


2) Laki-laki, bukan perempuan atau banci
3) Maheam si wanita
4) Bhaligh, bukan anak-anak
5) Berakal tidak gila
6) Adil, tidak fasiq
7) Tidak terhalang wali lain
8) Tidak buta
9) Tidak berbeda agama
10) Merdeka, bukan budak

d. Dua orang saksi

Firman Allah SWT: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dianatar
kalian.” (QS. At-Talaq/65:2)

Syarat saksi sebagai berikut:

1) Berjumlah 2 orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang fasiq.
2) Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kualifikasi sebagai saksi.
3) Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
e. Sigah (ijab kabul), yaitu perkataan dari mempelai laki-laki dengan wakilnya ketika akad
nikah. Syarat shighat adalah sebagai berikut.

1) Tidak tergantung dengan syarat lain


2) Tidak nterkait dengan waktu tertentu
3) Boleh dengan bahasa asing
4) Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dengan bentuk kinaya
(sendirian), karena kinaya membutuhkan niat sedang niat itu sesuatu yang abstrak
5) Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijayah” dan boleh didahulukan
dari ijab.

6. Hikmah Pernikahan

Nikah disyariatkan Allah SWT. melalui Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya, seperti dalam
uraian di atas, mengandung hikmah yang sangat besar utnuk keberlangsungan hidup manusia,
di antaranya sebagai berikut.

1. Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuanyang bukan mahram,dalam


ikatan suci yang halal dan di ridhai Allah SWT.
2. Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan
3. Terpelihara kehormatan suami istri dari perbuatan zina.
4. Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak dan menjagqa
kehidupannya
5. Terjalinnya silatuhrahmi antar keluarga besar pihak suami dan pihak istri.

7. Mahram (perempuan yang haram dinikahi)

Al- Qur’an telah menjelaskan tentang orang-orang yang tidak boleh dinikahi. Wanita yang
haram dinikahi disebut juga dengan mahram nikah. Mahram nikah sebenarnya dapat dilihat
dari laki-laki dan dapat dilihat dari pihak wanita. dalam pembahasan secara umum biasanya
yang dibicarakan ialah mahram nikah dari pihak wanita, sebab pihak laki-laki yang biasanya
mempunyai kemauan terjadinya dahulu untuk mencari jodoh dengan wanita pilihannya.

Dilihat dari kondisinya, mahram terbagi menjadi dua yaitu, pertama mahram muabbad
(Wanita diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya) seperti: keturunan, satu susuan, mertua
perempuan, anak tiri jika ibunya sudah dicampuri, bekas menantu perempuan, dan bekas ibu
tiri. Kedua mahram gair muabbad adalah mahram sebab menghimpun dua perempuan yang
statusnya bersaudara, misalnya saudara sepersusuan kakak dan adiknya.

- KETURUNAN
1. Ibu seterusnya ke atas
2. Anak perempuan dan seterusnya ke bawah
3. Saudara perempuan (sekandung seayah atau seibu)
4. Bibi (saudara ibu,baik yang sekandung atau dengan perantara ayah dan ibu)
5. Bibi (saudara ayah baik yang sekandung atau dengan perantaranb ayah atau ibu)
6. Anak perempuan dari sauadara laki-laki terus kebawah
7. Anak perempuan dari saudara perempuan trus kebawah
- PERNIKAHAN
1. Ibu mertua
2. Rabibah yaitu anak tiri
3. Istri ayah seterusnya ke atas
4. Wanita-wanita yang pernah dikawini ayah, kakek sampai ke atas
5. Istri anaknya yang laki-laki
- PERSUSUAN
1. Ibu yang menyusui
2. Saudara perempuan yang mempunyai hubungan persusuan
- DIKUMPUL/ DIMADU
1. Saudara perempuan dari istri
2. Bibi perempuan dari istri
3. Keponakan perempuan dari istri

8. Pernikahan Yang Tidak Sah

Saat memutuskan utnuk menikah, setiap orang yang beragama islam wajib mematuhi dan
melaksanakannya rukun dan syarat sah menikah. Menikah di Indonesia dikatakan sah, jika
mengikuti aturan serta diikuti secara hukum dan agama. Aturan itulah yang perlu kedua
mempelai patuhi dengan baik. Walaupun menikah mampu menyempurnakan separuh agama,
namun asa juga pernikahan yang dilarang oleh Agama Islam. Diantara pernikahan yang tidak
sah dan dilarang yang dibatasi oleh Rasulullah SAW, adalah sebagai berikut:

a. Pernikahan Mut’ah, yaitu pernikahan yang dibatasi, untuk jangka waktu tertentu, baik
sebentar ataupun lama. Dasarnya adalah hadist berikut:

“Bahwa Rasulullah SAW, melarang pernikahan mut’ah serta daging keledai kampung
( jinak) pada saat perang khaibar. (HR. Muslim)

b. Pernikahan syighar, yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian


mahar. Dasarnya adalah hadits berikut.
“ Sesungguhnya Rasulullah SAW, melarang nikah syighar. Adapun nikah syighar
yaitu seorang bapak dapat menikahkan seseorang dengan putrinya dengan syarat
bahwa seseorang itu harus menikahkan dirinya dengan putrinya, tanpa mahar diantara
keduanya.” (HR. Muslim)
c. Pernikahan Muhallil, yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh
suaminya yang karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudia wanita itu
dinikahi laki-laki lain dengan tujuan uttuk menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan
suaminya. Abdullah Bin Mas’ud berkata: “Rasulullah SAW melaknat muhallil dan
muhallal lahu.” (HR.Tirmizi)
d. Pernikahan orang yang irham, yaitu pernikahan orang yang sedang melaksanakan
ihram dan haji atau umrah serta belum memasuki waktu tahallul, Rasulullah SAW.
bersabda “ Orang yang sedang melakukan ihram tidak boleh menikah dan
menikahkan.” (HR. Muslim)
e. Pernikahan dalam masa iddah, yaitu pernikahan di mana seorang laki-laki menukah
dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa iddah, baik karena perceraian
ataupun karena meninggal dunia. Allah SWT berfirman : “ Dan janganlah kamu
ber’azam (bertetap hati) untuk berakad nikah sebelum habis iddahnya.”
f. Pernikahan tanpa wali yaitu pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan
seorang wanita tanpa seizin walinya, Rasulullah berdsabda: “Tidak ada pernikahan
kecuali dengan wali”
g. Pernikahan dengan wanita kafir selain dengan wanita-wanita ahli kitab berdasarkan
firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. ( QS. Al-Baqarah/2:221)
h. Menikahi mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena pernikahan atau
karena sepersusuan.

9. Hak dan kewajiban suami istri

Apa saja kewajiban suami dan istri dalam pernikahan menurut islam? Faktanya, menikah
tidak hanya sebatas tinggal bersama sampai maut memisahkan. Dalam islam, suami dan istri
memiliki kewajiban dalam hubungan pernikahan yang sudah sah, yang artinya patut dipenuhi
terhadap pasangannya.

Dengan berlangsungnya akad pernikahan, maka memberi konsekuensi adanya hak dan
kewajiban suami istri, yang mencakup tiga hal, yaitu kewajiban bersama antara suami dan
istri, kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami:

1. Kewajiban bersama suami dan istri, yaitu sebagai berikut:


a. Memelihara dan mendidik anak
b. Berbuat baik terhadap mertua, ipar dan kerabat lainnya baik dari suami atau istri.
c. Setia dalam hubungan rumah tangga dan memelihara keutuhannya dengan
berusaha melakukan pergaulan secara bijaksan, rukun, damai dan harmonis
d. Saling bantu-membantu antara keduanya
e. Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta dan kasih
sayang dianatara keduanya.
Seoerti halnya dalam isi Q.S. At-Tahrim/66:6, Q.S. An-Nisa/4:36, Q.S
Al-Maidah/5:2.
2. Kewajiban suami terhadap istri
a. Menjadi pemimpin, memelihara dan membimbing keluarga lahir dan batin serta
menjaga dan bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya (Q.S.
At-Tahrim/66:6)
b. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri anak-anaknya sesuai
dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal (Q.S. Al-Baqarah/2:168
dan 172)
c. Bergaul dengan istri secara ma’ruf dan memperlakyukan keluarganya dengan cara
baikk
d. Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada istri sepanjang sesuai norma
Islam, membantu tugas-tugas istri serta tidak mempersulit kegiatan istri
e. Masing-masing anggota keluarganya, terutama suami dan istri bertanggung jawab
sesuai fungsi dan penerapannya masing-masing
3. Kewajiban istri terhadap suami
a. Taat kepada perintah suami
Istri yang setia terhadap suaminya berarti telah mengimbangi kewajiban suaminya
kepadanya. Ketaatan istri kepada suami hanya dalam hal kebaikan. Jika suami
meminta istri untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat islam,
maka istri harus menolaknya. Tidak ada ketaatan pada manusia dalam
kemaksiatan pada Allah SWT.
b. Selalu menjaga diri dan kehormatan keluarga
Menjaga kehormatan diri dan rumah tangga, adalah bilamana suami tidak ada
dirumah istri wajib menjaga harta dan kehormatan suami, karenanya istri tidak
boleh keluar rumah tanpa izin suami
c. Bersyukur terhadap nafkah yang diterima dan menggunakannya dengan sebaik
mungkin,
d. Membantu suami dan mengatur rumah tangga sebaik mungkin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar
Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian Pernikahan...............................................................................................
B. Dalil Naqli Tentang Pernikahan................................................................................
C. Hukum Pernikahan....................................................................................................
D. Tujuan Pernikahan.....................................................................................................
F. Rukun Dan Syarat Nikah...........................................................................................
G. Hikmah Pernikahan...................................................................................................
H. Mahram (Perempuan Yang Haram Dinikahi)...........................................................
1. Mahram Karena Nasab..........................................................................................
2. Mahram Karena Pernikahan..................................................................................
3. Mahram Karena Sepersusuan................................................................................
I. Pernikahan Yang Tidak Sah........................................................................................
J. Hak Dan Kewajiban Suami Istri.................................................................................
1. Kewajiban Bersama Suami Istri............................................................................
2. Kewajiban Suami Terhadap Istri...........................................................................
3. Kewajiban Istri Terhadap Suami...........................................................................
BAB III PENUTUP
K. KESIMPULAN.........................................................................................................
L. Daftar Pustaka............................................................................................................

BAB III
PENUTUP

Pernikahan merupakan salah satu hal yang paling penting bagi manusia serta menimbulkan
akibat terhadap kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Suatu pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita bertujuan membentuk
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera serta memperoleh keturunan. Oleh karena itu, maka
suatu pernikahan hendaknya dipersiapkan secara baik dan sesuai dengan peraturan yang ada,
sehingga tidak menimbulkan permasalahn dikemudian hari. Dari uraian pewnelitian dan
analisa data yang dapat kita ambil beberapa.

K. Kesimpulan

Mengenai pengaturan harta bersama diatur dalam undang-undang perkawinan Nomor 1


tahun 1974. Dalam agama islam kedudukan wanita sangat dimuliakan. Sebagai istri dalam
rumah tangganya, wanita berhak untuk mendapatkan nafkah dari suaminya. Harta benda
seorang istri antara lain terdiri dari harta yang dibawanya sebelum pernikahan, mahar yang
diberikan suaminya pada saat pernikahan, harta yang diperolehnya dari hasil berkerja selama
pernikahan. Dalam pernikahan juga ada syarat-syarat yang patut dipahami oleh sepasang
suami istri.

Ada juga hukum-hukum pernikahan yang harus diketahui oleh pasangan yang akan
menikah demi mengharapkan Ridho Allah SWT. Dan banyak hal lain yang bisa menjadi
pembelajaran bagi kita yang masih remaja dan akan beranjak dewasa yang te ntunya akan
mengalami yang namanya pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

https://tipsserbaserbi.blogspot.com

https://ngada.org>uu1-1974
https://penerbitbukudeeppublish.com

Buku Hukum Pernikahan Islam Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai