PENDAHULUAN
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2|Page
keridhaan Allah SWT. Perkawinan ialah suatu aqad atau perikatan untuk
menghasilkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka
mewujudkan kebahagian hidup berkeluarga yang meliputi rasa ketenteraman serta
kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT.
B. Dasar Hukum Pernikahan
Sebagaimana ibadah lainnya, pernikahan memiliki dasar hukum yang
menjadikannya disarankan untuk dilakukan oleh umat islam. Adapun dasar
hukum pernikahan berdasarkan Al Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisaa’ : 1).
”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha mengetahui” .(Q.S. An-Nuur : 32)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum : 21).
C. Rukun dan Syarat Nikah
1. Rukun perkawinan
a. Dua orang yang saling melakukan aqad perkawinan, yaitu mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan.
b. Adanya wali.
c. Adanya 2 orang saksi
3|Page
d. Dilakukan dengan shighat(akad) tertentu. sighat (akad) yaitu perkataan dari pihak
perempuan seperti kata wali. tidak sah nikah kecuali dengan lafadz nikah.
2. Syarat dua mempelai
Adapun syarat dua mempunyai ialah :
a. Syarat pengantin pria
Syari'at islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami
berdasarkan ijtihad para ulama, ialah:
1) Calon suami beragama islam.
2) Terang bahwa calon suami itu betul laki-laki.
3) Orangnya diketahui dan tertentu.
4) Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.
5) Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon
istrinya halal baginya.
6) Calon suami ridha (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu.
7) Tidak sedang melakukan ihram.
8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
9) Tidak sedang mempunyai istri empat.
4|Page
Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau
wakilnya dengan calon suami atau wakilnya.
Wali hendaklah seorang lelaki, muslim, baligh, berakal dan adil, artinya
tidak fasik. Karena itu perkawinan tanpa wali dianggap tidak sah. Hal ini
dilandaskan pada hadits Nabi SAW.:
5|Page
g. Saudara bapak yang laki-laki (paman dari pihak bapak)
h. Anak laki-laki pamanya dari pihak bapaknya
i. Hakim
d. Syarat-syarat saksi
Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang, lelaki, muslim,
baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (faham) akan maksud akad
nikah. Tetapi menurut Hanafi dan Hambali, boleh juga saksi itu lelaki dan dua
orang perempuan. Dan menurut Hanafi, boleh dua orang buta atau dua orang fasik
(tidak adil).
Selanjutnya orang tuli, orang tidur dan orang mabuk tidak boleh menjadi
saksi.Sebagian besar ulama berpendapat saksi merupakan syarat (rukun)
perkawinan. Karena itu perkawinan (akad nikah) tanpa dua orang saksi tidak sah.
Inilah pendapat Syafi'i, Hanafi dan Hambali.
Bersifat adil
Menurut imam Hanafi untuk menjadi saksi dalam perkawinan tidak di
syaratkan harus orang yang adil, jadi perkawinan yang di saksikan oleh dua orang
fasik hukumnya sah.
Golongan Syafi’I berpendapat saksi itu harus orang yang adil, sebagaimana
tersebut dalam hadis :’’ Tidak sah nikah tanpa wali dan dua orang saksi yang
adil’’. Menurut mereka ini bila perkawinan di saksikan oleh dua orang yang
belum di kenal adil tidaknya, maka ada dua pendapat tetapi menurut Syafi’I
kawin dengan saksi-saksi yang belum di kenal adil tidaknya, hukumnya sah.
Perempuan Menjadi Saksi
Golongan Syafi’I dan Hambali mensyaratkan saksi haruslah laki-laki.Akad
nikah dengan saksi seorang laki-laki dan dua perempuan, tidak sah, tetapi
golongan Hanafi tidak mengharuskan syarat ini.Mereka berpendapat bahwa
kesaksian dua orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua perempuan sudah sah.
Harus Orang Merdeka
Abu Hanifah dan Syafi’I mensyaratkan orang yang menjadi saksi harus
orang-orang yang merdeka, tetapi Ahmad juga mengharuskan syarat ini.Dia
berpendapat akad nikah yang di saksikan dua orang budak, hukumnya sah
6|Page
sebagaimana sahnya kesaksian mereka dalam masalah-masalah lain, dan karena
dalam al Qur’an maupun hadist tidak ada keterangan yang menolak seorang budak
untuk menjadi saksi dan selama dia jujur serta amanah, kesaksiannya tidak boleh
di tolak.
Harus Orang Islam
Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang syarat-syarat menjadi saksi dalam
perkawinan bilamana pasangannya terdiri dari laki-laki dan perempuan
muslim,apakah saksinya harus beragama islam? juga mereka berbeda pendapat
jika yang laki-lakinya beragama islam, apakah yang menjadi saksi boleh orang
yang bukan islam? Menurut Ahmad, Syafi’I dan Muhammad bin Al-Hasan
perkawinannya tidak sah, jika saksi-saksinya bukan islam, karena yang kawin
adalah orang islam, sedang kesaksian bukan orang islam terhadap orang islam
tidak dapat di terima.
Tetapi Abu Hanifah dan Abi Yusuf berpendapat bila perkawinan itu antara
laki-laki muslim dan perempuan ahli Kitab maka kesaksian dua orang Ahli Kitab
boleh di terima. Dan pendapat ini di ikuti oleh undang-undang perkawinan mesir.
D. Hikmah Nikah
Islam menganjurkan menikah.itu merupakan kabar gembira, sebagaimana
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah karena nikah berpengaruh besar (secara positif)
baik bagi pelakunya, masyarakat maupun seluruh umat manusia. jadi, banyak
sekali hikmah yang terkandung dalam nikah, baik ditinjau aspek sosial,psikologi,
maupun kesehatan. adapun hikmah pernikhan sebagai berikut :
1. Menyalurkan Naluri seks
Naluri seks merupakan naluri terkuat yang selamanya menuntut jlan keluar. orang
yang tidak bisa mencarikan jalan keluar untuk memuaskannya, serin mengalami
goncangan dan kekacauuan bahkan tidak jarang seseorang melakukan kejahatan
karenanya menikah merupakan jalan keluar yang paling aman untuk menyalurkan
naluri seks.
2. Jalan mendapatkan keturunan yang sah
Nikah merupakan jalan terbaik untuk mendapatkan keturunan mulia (terhormat).
melalui pernikahan, keturunan menjadi banyak, kehidupan menjadi lestari, dan
7|Page
keturunan terpelihara sehingga kelangsungan hidup suatu negara atau bangsa
dapat terwujud.
8|Page
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam islam dianjurkan untuk Menikah. sebelum melaksanakan pernikahan
harus memulai dengan pinangan. yang dimaksud meminang atau khitbah adalah
permintaan seorang laki-laki kepada seorang perempuan untuk menikahinya,baik
dilakukan oleh laki-laki secara langsung maupun oleh pihak yang dipercayainya
sesuai dengan aturan agama.yang dimaksud dengan nikah adalah akad yang
menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong-
menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram.
Adapun Rukun nikah sebagai berikut:
1. Sighat (akad)
2. wali (wali si perempuan)
3. Dua orang saksi
4. Calon pengantin
Adapun syarat wali dan dua orang saksi yaitu :
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Laki-laki
6. Adil
Adapun Hikmah nikah yaitu
1. Menyalurkan naluri seks
2. Jalan mendapatkan keturunan yang sah
3. Penyaluran naluri kebapakan dan keibuan
4. Dorongan untuk bekerja keras
5. Pengaturan hak dan kewajiban dalam rumah tangga
9|Page
DAFTAR PUSTAKA
10 | P a g e