Anda di halaman 1dari 4

Materi Agama

 Dasar dasar hukum nikah


Pernikahan menurut Islam, di mana bercampurnya atau berkumpulnya dua
orang (laki-laki dan perempuan) yang bukan mahram dalam ikatan akad
(perjanjian) untuk kemudian diperbolehkan melakukan hubungan intim.
Dasar hukum pernikahan dalam Islam adalah Al Quran dan Sunnah,Ada beberapa
surat dalam Al Quran mengenai dasar hukum pernikahan.

Al Quran Surat Annisa ayat 1 Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu."
Al Quran Surat An Nuur ayat 31 Artinya: "Dan, kawinkanlah orang-orang yang
sendiria di antara kamu, orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha
Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."

 Hukum hukum nikah


menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan, pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Pernikahan dalam Islam dinilai sebagai sebuah ikatan yang kokoh dan sebuah
komitmen yang menyeluruh terhadap kehidupan,Pernikahan merupakan sebuah
ibadah yang terikat dalam hukum Islam.kata nikah berasal dari bahasa Arab Al-
Jam’u yang berarti bertemu atau berkumpul.
Hukum nikah dalam Islam bisa menjadi sunah, makruh, mubah, bahkan haram
tergantung dengan kondisinya. Secara umum, hukum nikah adalah sunah. Orang
yang menikah akan mendapat pahala, tapi jika tidak melakukannya pun tidak akan
mendatangkan dosa.
Rasulullah Saw. Bersabda, yang artinya:
”Dari Abdullah bin Mas’ud RA Rasulullah Saw berkata kepada kami. Hai para
pemuda, barangsiapa di antara kamu telah sanggup menikah, maka menikahlah.
Karena menikah itu dapat menundukkan mata dan memelihara faraj (kelamin)
dan barang siapa tidak sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu
menjadi perisai (dapat melemahkan sahwat)”. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam fikih Islam, hukum nikah dibagi berdasarkan kondisi dan faktor pelakunya.
Menurut As-Sayyid Sabiq, hukum nikah dalam Islam adalah sebagai berikut :
 Wajib
Hukum nikah menjadi wajib bagi orang yang sudah mampu menikah, memiliki
nafsu mendesak, dan takut terjerumus dalam perzinaan.
 Sunah
Hukum nikah menjadi sunah jika orang yang nafsunya telah mendesak dan
mampu menikah tapi masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina.
 Haram
Hukum nikah bisa jadi haram ketika seseorang tidak mampu memenuhi nafkah
batin dan lahirnya kepada istri serta nafsunya pun tidak mendesak.
 Makruh
Hukum nikah makruh terjadi ketika seseorang yang lemah syahwat dan tidak
mampu memberi belanja kepada istrinya. Walaupun tidak merugikan istri, karena
ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.
 Mubah
Hukum nikah menjadi mubah jika orang tersebut tidak terdesak oleh alasan-
alasan yang mengharamkan untuk menikah.

 Rukun dan syarat nikah


Dalam Islam terdapat 5 rukun nikah yang telah disepakati para ulama dan wajib
dipenuhi agar pernikahan dinyatakan sah. Berikut adalah 5 rukun nikah dalam
Islam:
 Terdapat calon pengantin laki-laki dan perempuan yang tidak terhalang
secara syar'i untuk menikah
 Calon pengantin perempuan harus memiliki wali nikah
 Pernikahan dihadiri dua orang saksi laki-laki untuk menyaksikan sah
tidaknya pernikahan
 Diucapkannya ijab dari pihak wali pengantin perempuan atau yang
mewakilinya
 Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya

Selain rukun nikah, pernikahan dalam Islam juga harus memenuhi syarat-syarat
nikah yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah syarat nikah yang wajib diikuti
dalam Islam:
1. Kedua Calon Pengantin Beragama Islam
Syarat pertama nikah adalah calon suami dan istri harus memeluk agama Islam.
Syarat ini bersifat mutlak karena akan dianggap tidak sah jika seorang muslim
menikahi non-muslim dengan tata cara ijab kabul Islam.
2. Tidak Menikah dengan Mahram
Calon suami dan istri harus tidak memiliki hubungan darah, bukan merupakan
saudara sepersusuan atau mahram. Oleh karena itu, sebelum menikah perlu
menelusuri pasangan yang akan dinikahi.

3. Wali Nikah Laki-Laki


Sebuah pernikahan wajib dihadiri oleh wali nikah laki-laki, tidak boleh
perempuan. Hal ini merujuk pada hadis:
“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah SAW: 'Perempuan tidak boleh
menikahkan (menjadi wali) terhadap perempuan dan tidak boleh menikahkan
dirinya." (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).
4. Dihadiri Saksi
Syarat nikah selanjutnya adalah terdapat minimal dua orang saksi laki-laki yang
menghadiri ijab kabul.
5. Sedang Tidak Ihram atau Berhaji
Hal ini juga ditegaskan seorang ulama bermazhab Syafii dalam kitab Fathul Qarib
al-Mujib:
"Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika ihram) yaitu akad
nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya
maupun bagi orang lain (menjadi wali)"
6. Bukan Paksaan
Syarat nikah terakhir yang tak kalah penting adalah pernikahan bukan merupakan
paksaan, telah mendapatkan ridha dari masing-masing pihak, dan murni
merupakan keinginan kedua mempelai.
Hal Ini sesuai dengan hadis Abu Hurairah ra:
"Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah atau dimintai
pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya." (HR
Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458).

Anda mungkin juga menyukai