Anda di halaman 1dari 6

SYAFIQ

‫ق لَ ُكم ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أَ ْز ٰ َوجًا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل‬


َ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ْن َخل‬
َ ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكر‬
‫ُون‬ ٍ َ‫ك َل َءا ٰي‬ َ ِ‫بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ إِ َّن فِى ٰ َذل‬
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."
‫سورة الروم بأية األولى و العشرين‬

Pernikahan merupakan ibadah dengan kedudukan yang sangat sakral


dalam Islam. Hingga disebut sebagai “miithaaqon gholizhon”. Sehingga
tidak baik bila menyepelekannya bahkan menganggap enteng
perceraian.

Pernikahan adalah latihan untuk menjadi sahabat yang antusias dan


penuh semangat... Pernikahan bagaikan melihat daun yang jatuh di
musim gugur : selalu berubah dan semakin indah setiap hari. Seseorang
jatuh cinta bukan karena menemukan orang yang sempurna,
melainkan karena melihat kesempurnaan pada orang yang tidak
sempurna.

Perkawinan atau pernikahan dalam bahasa Arab disebut dengan


dua kata, yaitu an-nikaah dan az-zawaaj. Menurut fiqih, nikah adalah
salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam masyarakat yang
sempurna.

Menurut Hanabilah: nikah adalah akad yang menggunakan lafaz nikah


yang bermakna tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk
bersenang-senang.

Menurut Sayuti Thalib: perkawinan adalah suatu perjanjian yang kuat


dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan dlm membentuk keluarga yang kekal,
santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah


ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga / rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ahmad Azhar Basyir menyatakan bahwa tujuan perkawinan dalam


Islam adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia,
berhubungan dengan laki-laki dan perempuan, dalam rangka
mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Dasar Hukum Perkawinan:
- Al-Quran  Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa Ayat 3
“Dan jika kamu tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim,
maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi,
dua, tiga, atau empat dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil,
cukup satu orang”.

- As-Sunnah  Dari H.R. Bukhari Muslim diriwayatkan oleh


Abdullah bin Mas’ud r.a dari Rasulullah yang bersabda:
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian memiliki
kemampuan, maka nikahilah, karena itu dapat lebih menahan
pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak
memiliki kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab
puasa itu merupakan kendali baginya.”

Rukun Nikah :

1. Adanya calon suami dan istri yang tidak terhalang dan terlarang
secara syar’i untuk menikah.
2. Adanya ijab, yaitu lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang
menggantikan posisi wali.
3. Adanya qabul, yaitu lafadz yang diucapkan oleh suami.
4. Adanya Wali, yakni pengasuh pengantin perempuan pada waktu
menikah atau orang yang melakukan janji nikah dengan pengantin
laki-laki.
5. Adanya 2 orang saksi, untuk menyaksikan sah atau tidaknya suatu
pernikahan.

Syarat Nikah
1. Syarat bagi calon mempelai pria antara lain beragama Islam, laki
laki, jelas orangnya, cakap bertindak hukum untuk hidup berumah
tangga, tidak terdapat halangan perkawinan.
2. Bagi calon mempelai wanita antara lain beragama Islam,
perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai persetujuan, tidak
terdapat halangan perkawinan.
3. Bagi wali antara lain: laki-laki, beragama Islam, mempunyai hak
perwaliannya, tidak terdapat halangan untuk menjadi wali.
4. Syarat saksi nikah antara lain minimal dua orang saksi,
menghadiri ijab qabul, dapat mengerti maksud akad, beragama
Islam dan dewasa.
5. Syarat-syarat ijab qabul yaitu:
 Adanya pernyataan mengawinkan dari wali;
 Adanya pernyataan penerimaan dari mempelai pria;
 Memakai kata-kata nikah atau semacamnya;
 Antara ijab dan qabul bersambungan;
 Antara ijab dan qabul jelas maksudnya;
 Orang yang terkait dengan ijab tidak sedang melaksanakan
ihrom haji atau umrah;
 Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri oleh minimal empat
orang, yaitu mempelai pria, wali mempelai wanita atau yang
mewakilinya, dan dua orang saksi.

Sesudah pelaksanaan akad nikah, kedua mempelai menandatangani


akta perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai pencatat nikah,
diteruskan kepada kedua saksi dan wali.

Dengan penandatanganan akta nikah,, perkawinan telah resmi dan


mempunyai kekuatan hukum. Akad nikah yang demikian disebut sah
atau tidak sah dapat dibatalkan oleh pihak lain.

ROBI’

PELAKSANAAN PERNIKAHAN

Pertama adalah :

- Meminta Pertimbangan
Sebelum mempersunting, sebaiknya meminta pertimbangan dari
kerabat dekat wanita. Kerabat itu hendaknya orang yang tahu benar
tentang hal ihwal wanita yang akan dilamar agar dapat memberikan
pendapat dengan jujur.

Tahap selanjutnya adalah..


- Sholat Istikhoroh
Setelah mendapatkan pertimbangan, hendaknya melakukan sholat
istikharah sampai hati diberi kemantapan oleh Alloh dlm mengambil
keputusan.
Namun,, Shalat istikharah ini tidak hanya dilakukan untuk keperluan
mencari jodoh saja, akan tetapi dalam segala yg mengalami
kebimbangan untuk mengambil kepastian suatu urusan yg penting.

- Yang ke-3 adalah Khithbah


Setelah mendapat kemantapan pilihan, segeralah meminangnya. Laki-
laki tersebut harus menghadap orang tua atau wali dari wanita untuk
menyampaikan kehendak hati, agar direstui.

Tata cara berikutnya yakni....


- Melihat Wanita yang Dipinang
Islam adalah agama yang hanif yang mensyariatkan pelamar untuk
melihat wanita yang dilamar dan mensyariatkan wanita yang dilamar
untuk melihat laki-laki yang meminangnya, agar masing-masing pihak
mendapatkan kejelasan tatkala menjatuhkan pilihan pasangan hidup.

Dari Jabir radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam:
"Apabila salah seorang di antara kalian meminang seorang wanita,
maka apabila ia mampu hendaknya ia melihat kepada apa yang
mendorongnya untuk menikahinya."

Adapun ketentuannya adalah dilarang berkhalwat tanpa disertai


mahram dan wanita yang dipinang tidak boleh berjabat tangan dengan
laki-laki yang meminangnya.

Tahap berikutnya adalah...


- Aqad Nikah .. Syarat nya adalah Mahar
Sahl ibn Said berkata: "Seorang perempuan datang kepada Nabi
shallallahu alaihiwa sallam untuk menyerahkan dirinya, dia berkata:
"Saya serahkan diriku kepadamu." Lalu ia berdiri lama sekali (untuk
menanti). Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berkata: "Wahai
Rasulullah kawinkanlah saya dengannya jika engkau tidak berhajat
padanya." Lalu Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda: "Aku
kawinkan engkau kepadanya dengan mahar yang ada padamu." (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hadist di atas menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam telah mengijabkan seorang perempuan kepada Sahl dengan
mahar atau maskawin ayat Al-Quran dan Sahl ibn Said menerimanya.

Islam memuliakan wanita dengan mewajibkan laki-laki menyerahkan


mas kawin. Islam tidak menetapkan batasan nilai tertentu, tetapi
menurut kadar kemampuan.

Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah brsabda:


"Sebaik-baik mahar adalah yang paling ringan." (HR. Al-Hakim dan
Ibnu Majah, Shahih Al-Jamius Shaghir no 3279 oleh Al-Albani)

Menurut sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sebelum aqad


nikah diadakan khuthbah lebih dahulu yang dinamakan khuthbatun
nikah atau khuthbatul-hajat.

FIRDHA
Tahap dalam pelaksanaan Pernikahan selanjutnya adalah Walimah

Walimatul Urus hukumnya wajib. Dasarnya adalah sabda Rasulullah


kepada Abdurrahman bin Auf: "....Adakanlah walimah sekalipun hanya
dengan seekor kambing." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-
Alabni dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1854)

Adapun Sunnah dalam mengadakan walimah adalah :


- Hendaklah mengundang orang-orang shalih, baik miskin atau
kaya sesuai dengan wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam: "Jangan bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan
jangan makan makananmu kecuali seorang yang bertaqwa."
- Sedapat mungkin memotong seekor kambing atau lebih sesuai
dengan taraf ekonominya.

Keterangan ini terdapat dalam hadits Al-Bukhari, An-Nasai, Al-Baihaqi


dan lain-lain dari Anas radliallahu 'anh. Bersabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin ‘Auf: "Adakanlah
walimah meski hanya dengan seekor kambing." (HR. Abu Dawud dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1854)

Akan tetapi dari beberapa hadits yang shahih menunjukkan dibolehkan


pula mengadakan walimah tanpa daging.
Dibolehkan pula memeriahkan perkawinan dengan nyanyi-nyanyian
dan menabuh rebana dengan syarat lagu yang dinyanyikan tidak
bertentangan dengan ahklaq.

Bagi tamu undangan yang datang ke pesta perkawinan hendaknya


mendoakan kedua mempelai

Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu


alaih wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai,
beliau mengucapkan doa: "Mudah-mudahan Allah memberimu berkah.
Mudah-mudahahan Allah mencurahkan keberkahan kepadamu dan
mudah - mudahan Dia mempersatukan kalian berdua dalam
kebajikan."

HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PERNIKAHAN

Terdapat lima kewajiban istri yang menjadi hak suami, dan lima
kewajiban suami yang menjadi hak istri.

Kelima kewajiban suami yang merupakan hak istri, antara lain


memberikan nafkah, perlindungan, pendidikan agama, mempergauli
istri dengan baik, dan perlakuan adil. Tanggungjawab utama suami
adalah mahar, yakni termasuk nafkah ,, baik sandang maupun pangan.

Hak suami dan kewajiban istri yang harus dijalankan yaitu melayani
suami, taat, memenuhi ajakan berhubungan badan, menjaga rumah dan
kehormatan diri ketika ditinggal pergi, dan memperlakukan pasangan
dengan baik.

Meski istri memiliki jabatan, gelar, atau gaji lebih tinggi, tetap harus
taat kepada suami. Ketaatan kepada suami merupakan suatu
keutamaan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah “Jika seorang
wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan,
menjaga diri untuk tidak selingkuh, dan menaati suaminya; niscaya
akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu
manapun kau mau”.

Selain kewajiban suami dan istri, terdapat pula hak-hak bersama kedua
pihak. seperti : perlakuan baik dan adab yang baik, tidak mengungkit
pemberian atau kesalahan, dan menjaga silaturrohim antar kerabat
suami maupun istri.

Anda mungkin juga menyukai