Anda di halaman 1dari 13

IFTITAH

Iftitah (‫ )اِ ْفتِتَاح‬menurut bahasa berarti membuka, sedangkan menurut istilah adalah
pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan membaca isti’adzah, basmalah,
lalu diteruskan dengan membaca ayat.

Seseorang qorri’ (pembaca Al-qur’an) bila ia hendak membaca Al-qur’an, baik pada
awal surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah membaca do’a minta perlindungan
kepada Allah dari godaan Syaitan, Do’a itu dikenal dengan istilah : “Isti‟adzah atau
Ta‟awwudz”,

1. Pengertian Isti’adzah & Basmalah


a. Pengertian Isti’adzah
Arti isti’adzah menurut bahasa adalah berlindung, berupaya kuat dan berpegang
teguh. Sedangkan menurut istilah adalah suatu permohonan kepada allah guna mendapatkan
kekuatan sehingga dengannya terpelihara dari godaan syaitan yang terkutuk.

Isti’adzah dikenal dengan ta’awudz dan Ulama sepakat menegaskan bahwa kalimat
istiadzah tidak termasuk ayat Al-Qur’an. Diantara manfaat Ta’awudz ialah untuk
menyucikan mulut dari perkataan sia- sia dan buruk yang biasa dilakukannya dan untuk
mengharumkannya.

b. Pengertian Basmalah
Makna basmalah yaitu memulai dengan menyebut asma Alloh dan mengingat-Nya
sebelum segala sesuatu, mengharap pertolongan kepada Alloh S.W.T disemua urusan.
Sesungguhnya Rabbi yang disembah, yang memiliki segala kelebihan, kemurahan hati,
keluasan rahmah, banyak keutamaanNya. Dan kebaikan atas rahmatNya mencakup segala
sesuatu serta kebaikanNya meliputi seluruh makhluk.

Disebut juga dengan tasmiyah yaitu ucapan :

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬


َّ ‫الر ْْح ِن‬
” Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi penyayang”

2. Landasan Hukum Isti’adzah & Basmalah


 AlQur’an surat An-Nahl ayat 98 yaitu :

‫الرِجْي ِم‬
َّ ‫ان‬ ِ ِ َ‫فَاِ َذا قَـرأْت الْ ُقرآ َن ف‬
ِ َ‫هلل ِمن الشَّـيط‬
ْ َ ‫استَع ْذ ِِب‬ْ َ َ
“Maka apabila engkau hendak membaca Al-Qur‟an, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”.

 Hadits Nabi, yaitu :

‫الرِحْي ِم فَـ ُه َو اَقْطَ ُع‬ َّ ِ‫ُك ُّل اَْم ٍر ِذ ْي َِب ٍل الَ يـُْب َدأُبِبِ ْس ِم هللا‬
َّ ‫الر ْْح ِن‬
“Setiap urusan yang penting yang tidak dimulai dengan membaca kalimat bismillaahir-
rahmaanir-rahiim, maka terputuslah berkahnya”.

3. Lafadz Isti’adzah & Basmalah


a. Isti’adzah/Ta’awwudz :

Lafadz isti’adzah yang asli dari Rasulullah SAW adalah :

‫الرِجْي ِم‬
َّ ‫ان‬ ِ
ِ َ‫هلل ِمن الشَّيط‬
ْ َ ‫اع ْوذُ ِِب‬ُ
Dan dikalangan ulama qurro’ timbul beberapa lafadz isti’adzah antara lain sebagai
berikut :

‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫ أَعوذُ ِِبهللِ ِمن الشَّيط‬.ٔ


َّ ‫ان‬ ْ َ ُْ
‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫الس ِمي ِع الْعلِي ِم ِمن الشَّيط‬
َّ ‫ان‬ ْ َ ْ َ ْ َّ ‫َع ْوذُ ِِبهلل‬
ِ
ُ ‫ أ‬.ٕ
‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫ أَعوذُ ِِبهللِ الْع ِظي ِم ِمن الشَّيط‬.ٖ
َّ ‫ان‬ ْ َ ْ َ ُْ
‫مي ُع الْ َعلِْيم‬
ْ ‫الس‬َّ ‫الرِجْي ِم إنَّوُ ُى َو‬ ِ َ‫ أَعوذُ ِِبهللِ ِمن الشَّيط‬.ٗ
َّ ‫ان‬ ْ َ ُْ
‫الرِجْي ِم‬
َّ ‫ان‬ ِ َ‫الس ِمي ِع الْعلِي ِم ِمن الشَّيط‬ ِ ِ
ْ َ ْ َ ْ َّ ‫َع ْوذُ ِِبهلل الْ َعظْيم‬ ُ ‫ أ‬.٘
Dalam Q.S At-Taubah Pada mushaf tertulis :

‫ الْعَِّزةُ هللِ َولَِر ُس ْولِِو‬.‫اْلَبَّار‬


ْ ‫ب‬ ِ ِ ِِ
َ ‫ َوم ْن َغ‬. ‫ َوم ْن َشِّر الْ ُكفَّا ِر‬.‫َع ْوذُ ِِب هللا م َن النَّا ِر‬
ِ‫ض‬ ُ‫أ‬
‫ي‬ ِِ ِ
َ ْ ‫َول ْل ُم ْؤمن‬
Rasulullah SAW & Para Ahli Al-Qur’an tidak memakai Ta’awudz seperti itu,
untuk itu mending memakai ta’awudz yang

‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫أَعوذُ ِِبهللِ ِمن الشَّيط‬


َّ ‫ان‬ ْ َ ُْ
b. Basmalah :

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم هللا‬


َّ ‫الر ْْح ِن‬
4. Hukum Isti’adzah & Basmalah
a. Isti’adzah/Ta’awwudz
Hukum membaca Isti’adzah/Ta’awwudz untuk mengawali membaca ayat Al-Qur’an itu
Sunnah
b. Basmalah
Adapun hukum membaca basmalah sebagai berikut ;
 Wajib – Alfatihah
 Sunnah – Awal surat lain
 Haram – Awal surat attaubah
 Makruh – Tengah-tengah surat attaubah
Beberapa pendapat mengenai basmalah :

1. Imam Syafi’i

Imam Syafi’I menilai Basmalah sebagai ayat pertama dari surah al-Fatihah, dan
karena shalat tidak sah tanpa membaca al-Fatihah . Dalam arti lain, sebelum membaca al-
fatiah hukumnya wajib membaca basmalah dan apabila tidak maka tidak sah.
Ar-Rahman ar-Rahim, Dengan kata ar-Rahman digambarkan bahwa Tuhan
mencurahkan rahmat-Nya, sedangkan dengan kata ar-Rahim dinyatakan bahwa Alloh
memiliki sifat rahmat yang melekat pada-Nya. Ada juga ulama yang memahami kata ar-
Rahman sebagai sifat Allah swt. yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara ini
meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan
kafir.

2. Imam Malik

Imam Malik berpendapat bahwa Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, dan karena
itu ia tidak dibaca ketika membaca al-Fatihah dalam shalat. Alasannya antara lain adalah
perbedaan pendapat itu. Ini karena al- Qur’an bersifat mutawatir, dalam arti
periwayatannya disampingkan oleh orang banyak yang jumlahnya meyakinkan, sedang
riwayat tentang Basmalah dalam al-Fatihah tidak demikian. Buktinya adalah kenyataan
terjadinya perbedaan pendapat.

3. Pendapat lain

Akan tetapi pendapat yang paling shahih menyatakan bahwa, basmalah merupakan
pemisah antar surat, sebagaimana yang dikemukakan oleh ibnu abbas yang diriwayatkan
oleh abu daud. Barangsiapa yang berpandangan bahwa ia termasuk fatihah, berarti ia
berpendapat bahwa membacanya harus dzahir dalam shalat, dan orang yang tidak
berpendapat demikian, berarti membacanya secara sir [tidak keras]. Masing-masing
pendapat itu dianut oleh para sahabat sesuai dengan pandangannya sendiri.

5. Cara membaca Isti’adzah, Basmalah dan ayat

a. Pada awal surah terdapat empat macam cara, yaitu :


1. ‫اْلَ ِمْيع‬
ْ ‫قَطْ ُع‬
Qath’ul Jam’i, yaitu memutus semuanya. Contohnya :

ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ ‫الرِجي ِم☼بِس ِم‬ ِ َ‫الشـيط‬ ِ ِ‫اَعوذُ ِِبهلل‬


ِّ ‫الرحْي ِم☼قُ ْل اَ ُع ْو ُذ بَِر‬
☼‫ب الْ َفلَ ِق‬ َّ ‫هللا‬ ْ ْ َّ ‫ان‬ ْ َّ ‫ن‬
َ ‫م‬ ُْ
ِ ِ‫َّاِن ِِبلثَّال‬
‫ث‬ ِ ْ ‫قَطْ ُع األ ََّوِل وو‬
2.
ْ ‫ص ُل الث‬ ََ
Qath’ul Awwal Wa Washluts Tsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama dan
menyambung yang kedua dengan yang ketiga.. Contohnya :

ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ ‫الرِجي ِم☼بِس ِم‬ ِ َّ ‫اَعوذُ ِِبهللِ ِمن‬


ِّ ‫الرحْي ِم __ قُ ْل اَ ُع ْو ُذ بَِر‬
‫ب الْ َفلَ ِق‬ َّ ‫هللا‬ ْ ْ َّ ‫الش ْـيطَان‬ َ ُْ
ِ ِ‫ف علَي ِو وقَطْع الثَّال‬
‫ث‬ ِ ِ ِ ِ
3.
ُ َ ْ َ ْ‫َّاِن َم َع الْ َوق‬
ْ ‫ص ُل األ ََّول ِبلث‬
ْ ‫َو‬
Washlul Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits, yaitu
menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang ketiga.
Contohnya :

ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ ‫الرِجي ِم __ بِس ِم‬ ِ َّ ‫اَعوذُ ِِبهللِ ِمن‬


ِّ ‫الرحْي ِم ☼قُ ْل اَ ُع ْو ُذ بَِر‬
‫ب الْ َفلَق‬ َّ ‫هللا‬ ْ ْ َّ ‫الش ْـيطَان‬ َ ُْ
4. ‫اْلَ ِمْي ِع‬
ْ ‫ص ُل‬
ْ ‫َو‬
Washlul Jam’i, yaitu menyambung semuanya. Contohnya :

ِّ ‫الرحْي ِم ___قُ ْل اَ ُع ْوذُ بَِر‬


‫ب‬ َّ ِ‫الرِجْي ِم ___بِ ْس ِم هللا‬
ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ َ‫الشـيط‬
َّ ‫ان‬ ِِ
ْ َّ ‫اَ ُع ْوذُ ِِبهلل م َن‬
‫الْفلَ ِق‬
b. Diantara Dua Surah Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. ‫اْلَ ِمْي ِع‬
ْ ‫قَطْ ُع‬
Qath’ul Jam’i, yaitu memutus semuanya. Contohnya :

ِّ ‫الرحْي ِم☼ قُ ْل اَ ُع ْوذُ بَِر‬


‫ب الْ َفلَ ِق‬ َّ ِ‫َوََلْ يَ ُك ْن لَّو ُك ُف ًوااَ َح ٌد ☼بِ ْس ِم هللا‬
ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬

ِ ِ‫َّاِن ِِبلثُّال‬
‫ث‬ ِ ْ ‫قَطْ ُع األ ََّوِل وو‬
2.
ْ ‫ص ُل الث‬ ََ
Qath’ul Awwal Wa Washlutstsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama dan
menyambung yang kedua dengan yang ketiga. Contohnya berikut ini :

‫الرِحْي ِم☼ َوََلْ يَ ُك ْن لَّو ُك ُف ًوااَ َح ٌد‬ َّ ِ‫ب الْ َفلَ ِق __بِ ْس ِم هللا‬
َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِّ ‫قُ ْل اَ ُع ْو ُذ بَِر‬
3. ‫اْلَ ِمْي ِع‬
ْ ‫ص ُل‬
ْ ‫َو‬
Washlul jam’i, yaitu menyambung semuanya. Contohnya :

ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ ‫وََل ي ُكن لَّو ُك ُفوااَح ٌد __بِس ِم‬


ِّ ‫الرحْي ِم __قُ ْل اَ ُع ْوذُ بَِر‬
‫ب الْ َفلَ ِق‬ َّ ‫هللا‬ ْ َ ً ْ ََْ
c. Cara membaca Basmalah yang dilarang

ِ ِ‫ف علَي ِو وقَطْع الثَّال‬


‫ث‬ ِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ َ ْ‫َّاِن َم َع الْ َوق‬
ْ ‫ص ُل األ ََّول ِبلث‬
ْ ‫َو‬
Washlul Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits yaitu
menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang ketiga.

Hal ini dikhawatirkan ada sangkaan, bahwa basmalah adalah akhir surah. Contoh
berikut :

ِّ ‫الرحْي ِم☼قُ ْل اَ ُع ْوذُ بَِر‬


‫ب الْ َفلَ ِق‬ َّ ِ‫َوََلْ يَ ُك ْن لَّو ُك ُف ًوا اَ َح ٌد __ بِ ْس ِم هللا‬
ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬

d. Basmalah pada Awal Surat At-Taubah

Ulama Fuqoha Sepakat untuk meninggalkan basmalah, terutama Ulama Syafi’iyah


berpendapat sebagai berikut :
1. Imam Ibn Hajar
Pada awal surat = haram.
Tengah surat = makruh.
Alasan Asbabun nuzul : Allah lagi Murka

2. Imam Romli
Pada awal surat = makruh.
Tengah surat = mubah.
Alasan : tidak ada dalil nash.

‫ابب الوقف واإلبتداء‬


BAB WAQOF DAN IBTIDA’

1. Waqof
Waqof menurut bahasa artinya: berhenti/ menahan, dan menurut istilah artinya:
menghentikan suara dan perketaan sebentar (menurut adat) untuk benafas bagi Qori’,
(pembaca Al-Quran) dengan niat untuk melanjutkan bacaan bukan berniat menghentikan
bacaan.

Waqof ini boleh dilakukan hanya pada akhir ayat (Ro‟sul ayat) dan bernafas: tidak
boleh dipertengahan antara dua kata (kalimat) yang bentuk tulisannya bersambung seperti:

‫ اينما‬asalnya ‫ ما‬-‫ اين‬waqof ini bukanlah saktah dan bukan qotho’


Adapun saktah menurut bahasa artinya: mencegah dan menurut istilah artinya:
berhenti antara dua kalimat tampa bernafas dengan niat melanjutkan bacaan, saktah ini yang
berlaku diantara dua kalimat seperti: ‫كال بل ران‬dan menurut imam hamzah juga berlaku
ّ ‫ قل‬،‫عذاب الين‬dan
pada setiap sukun atau tanwin brtemu dengan hamzah seperti contoh: ‫إن هدى‬
pada pertenghan kalimat seperti contoh: ‫وباألخرة‬

Menurut Imam Hafsh saktah didalam Al-Qur’an hanya ada empat (4) yaitu:

)ٔ: ‫(الكهف‬       .1

)ٕ٘ :‫ (يس‬    .ٕ


)ٕٚ :‫(القيامة‬     .ٖ

)ٔٗ :‫(املطففي‬     .ٗ

2. Qotho’
Adapun qotho’ menurt bahasa Artinya: memotong, menurut istilah Artinya:
menghentikan bacaan dengan tidak melanjutkan sehingga Qori’ (pembaca Al-Qur’an)
apabila hendak melanjutkan disunnatkan membaca ta’awwudz ‫أعوذِبهلل من الشيطان الرجيم‬
3. Ibtida’
Ibtida’ Menurt bahasa artinya: Memulai menurut istilah artinya: memulai bacaan
sesudah waqof, ibtida‟ ini boleh dilakukan hanya pada perkataan/ kalimat yang tidan
merusak arti susunan kalimat:

   

Dalam ayat tersebut tidak boleh ibtida’/ mengulang dari kalimat ‫ الذين‬tetapi harus
diulang dari kalimat ‫صراط‬

‫أقسام الوقف‬
PEMBAGIAN WAQOF

Secara umum waqof dibagi 4:

1. ‫إضطراري‬
2. ‫إنتظاري‬
3. ‫إختباري‬
4. ‫إختياري‬
Keterangan:

1. ‫إضطرارى‬: Artinya terpaksa, yaitu waqof dilakukan oleh Qori’ (pembaca) karena
kehabisan nafas, batuk, lupa dan lain sebagainya.
Dalam hal ini Qori’ boleh berhenti pada kalimat manapun yang ia sukai akan
tetapi wajib memulai bacaan dari kalimat dimana ia berhenti, jika ibtida’/ memulai
seperti itu maka dibenarkan (tidak merusak makna kalimat)
2. ‫انتظاري‬: Artinya berhenti menunggu , yaitu Qori’ berhenti pada sebuah kata yang perlu
dihubungkan dengan kalimat wajah lain pada bacaannya ketika ia menghimpun beberapa
qiroat karena adanya perbedaan riwayat
3. ‫إختباري‬: Artinaya berhenti diuji , yaitu ketika Qori’ diuji untuk menerapkan Almaqtu‟
(kalimat terpotong) seperti: ‫ ما‬-‫أين‬dan Almaushul (kalimat bersambung)
Keteranagan :
Dalam waqof tersebut Qori’ (pembaca) hanya boleh berhenti karena hajat/ keperluan,
seperti ditanya oleh penguji atau karena sedang mengajar
4. ‫أختياري‬Artinya: berhenti yang dipilih waqof. Waqof ikhitiyari inilah waqof yang
disengaja/ dituju/ dipilih, bukan karena sebab-sebab diats (no 1, 2 dan 3)

Waqof Ikhtiyari dibagi menjadi 4 macam :

1. Waqof Tam
2. Waqof Kafi
3. Waqof Hasan
4. Waqof Qobich

Keterangan:

1. Waqof Tam yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna susunan kalimatnya (tidak
berkaitan dengan kalimat sesudahnya, baik dari lafadz maupun makna). Waqof ini pada
umumnya terdapat diakhir ayat (Ro‟sul ayat) seperti waqof dalam ayat:

   

dan ketikan habis qishoh seperti berheniti pada:

             

Terkadang Waqof Tam berhenti sebelum sampai pada akhir ayat seperti waqof pada:
       

Terkadang waqof tam berhenti dipertengahan ayat seperti waqof pada:

            

Dan terkadang waqof tam berhenti pada sesudah akhir ayat seperti waqof pada :

         

Catatan:
Sebaiknya bagi Qori’ (pembaca) berhenti pada Waqof Tam tersebut dan ibtida’
(memulai) pada perkataan/ kalimat sesudahnya
2. Waqof Kafi yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna susunan kalimatnya, tetapi
masih berkaitan dengan makna kalimat sesudahnya tidak berkaitan dalam lafdznya.

sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti pada perkataan/ kalimat tersebut, dan memulai pada
kalimat sesudahnya, seperti waqof pada: ‫ال يؤمنون۝‬dan memulai/ ibtida’ dari:
.... ‫لى قُـلُوِبِِ ْم‬
َ ‫َختَ َم هللا َع‬
Terkadang Waqof-waqof Kafi ini yang satu lebih utama dari yang lain seperti waqof
pada:

‫ض‬ ِِ
ٌ ‫يف قلُوِبم َمَر‬ ( kafi)

tetapi yang lebih kafi waqof pada:

ٌ ‫ِِف قُـلُوِبِِم َمَر‬


ً‫ضالفَـَزَد ُى ُم هللاُ َمَرضا‬
dan lebih kafi lagi waqof pada:

‫مبا كانو يكذبون۝‬


3. Waqof Hasan yaitu: berhemti pada perkataan/ kalimat yang sempurna susunan
kalimatnya, tetapi lafadz dan maknanya masih bekaitan dengan lafadz dan makna
sesudahnya seperti waqof pada:

‫ احلمدهللا‬kemudian memulai (ibtida’) pada: ‫العاملي‬


َ ‫ب‬ ّ ‫ َر‬, kalimat “Alhamdulillahi” ini
sekalipun sempurna lafadz Allahu masih berkaitan dengan lafadz “Robbil alamina”

Maka Hukumnya:
a. Sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti pada Waqof Hasan ini dan btida’ pada
perkataan/ klimat sesudahnya, jika ia merupkan Ro‟sul ayat seprti waqof pada:
‫ي‬ ِ ‫ب‬
َ ‫العالَم‬
َ ‫َر‬
ِ dan memuai dari ayat: ‫الرِحم‬
ّ ‫الرْح ِن‬
b. Qori’ (pembaca) boleh berhenti pada Waqof Hasan dan memulai dari kalimat
sebelum waqof tersebut jika buakn Ro‟sul ayat seperti waqof pada:
‫احلمد هلل‬ maka harus mengulang ‫ احلمدهلل‬untuk disambung dengan ‫رب العاملي‬
ّ
karena ibtida’/memulai dari ‫رب العاملي‬
ّ adalah Waqof Qobich (buruk)
4. Waqof Qobich yaitu: berhenti pada perkataan/ kalimat yang tidak sempurna susunan
kaimatya, karena lafadz dan makanya masih berkaitan dengan kalimat sesudahnya seperti
waqof pada:

.....‫رب العاملي۝ مالك‬


ّ ‫احلمد هلل‬
Dari ayat: ‫مالك يوم الدين‬ karena ‫ مالك‬dan ‫ يوم الدين‬adalah dua kata yang tidak
dapat dipisahkan (kata majmuk) yaitu mudlof dan mudlof ilaih Qori’ (pembaca) tidak
boleh berheti dengan sengaja pada Waqof Qobich kecuali karena darurat, seperti
kehabisan nafas, bersin dan sebagainya. Berhenti pada Waqof Qobich dengan alasan
tersebut dinamakan waqof dlorurat. Begitu pula tidak boleh ibtida’ pada perkataan/
kalimat yang sesudah Waqof Qobich tersebut.
Dan paling qobich (paling buruk) waqof dan ibtida’ pada perkataan yang
menggambarkan kelainan makna.

Diantara Waqof Qobich adalah waqof pada perkataan yang pemahamannya tidak pantas
bagi Allah seperti waqof dalam ayat:

) ٕٙ :‫(البقرة‬     


Artinya: Sesungguhnya allah tidak malu
Atau pada perkataan yang pemahamannya menyalahi aqidah seperti waqof dalam ayat:

) ٘ٔ: ‫(امليدة‬        

Artinya: Sesungguhnya Allah Tidak Memberi Petunjuk


Atau pada perkataan yang pemahamannya tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
allah seperti wqof pada ayat:

ٖٙ :‫ب الّ ِذيْ َن يَ ْس َم ُع ْو َنقلى َوامل ْوتَى* يَـْبـ َعثـُ ُه ُم هللا (األنعام‬‫ي‬ ِ ‫إََِّّنَا يست‬
‫ج‬
ُ َْ َ
ْ
َ
Artinya: Sesungguhnya allah telah mangabulkan orang-prang yang mendengarkannya
dan orang-orang mati
Atau pada perkataan yang tidak bisa difaham maknanya ,seperti waqof pada ayat.

‫بسم*هللا الرْحن الرحيم‬


Artinya: dengan nama allah
)‫الوقف على حروف امل ّد (العلة‬
WAQOF PADA HURUF MAD (HURUF ILLAT)

1. Alif Diakhir Kata/ Kalimat


a. Tetap dibaca ketika waqof seperti:

ِ ْ ‫فَِإ ْن كاَنـَتَا*اِثْـنَـتَـ‬
)ٔٚٙ: ‫ي ( النساء‬
b. Dibuang ketika diwashol dengan huruf mati seperti:

َ َ‫فَِإ ْن كاَن‬
ِ ْ ‫ت*ثْـنَـتَـ‬
‫ي‬
2. Wawu Diakhir Kata/ Kalimat
a. Tetap dibaca ketika waqof seperti:

)٘5 :‫َو ْامتَ ُازْوا*اليَومَ ( يس‬

b. Dibuang ketika diwashol dengan huruf sukun seperti: ‫َواَْمتَ ُازاليَـ ْوَم‬
3. Ya’ Diakhir Kata/ Kalimat
a. Ya’ diakhir kata yang dibuang bentuk tulisannya dalam mushaf ketika diwaqof/ washol
tidak boleh dibaca (dibuang) seperti:
ِ ‫ب ارِجع‬
)ٔٙ :‫) ّّي ِعبَ ِاد فَاتـَّ ُق ْو ِن۝(الزمر‬55: ‫ون۝( املؤمنون‬ ِ َ َ‫ق‬
ُ ْ ّ ‫ال َر‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِّ ‫ال ر‬
Tidak boleh dibaca:
ْ ‫وِن۝ ّيعبَادفَاتـَّ ُق‬
‫وِن۝‬ ْ ‫ب ْارج ُع‬َ َ َ‫ق‬
Tetapi menurut riwayat Imam Hafsh ya’ dalam kata “ٖٙ :‫ النمل‬:‫( ”أ َََت ِن‬dibuang
dalam bentuk tulisannya) apabila diwaqof ada dua bacaan:
1. Ya’nya tetap dibaca, dibaca:

‫ِن*هللا َخْيـٌر ِِمَّا أ َََت ُك ْم‬ِ


ْ ‫فَ َما أ َََت‬
2. Ya’nya dibuang, dibaca:

‫فَ َما أ َََت ِن*هللا َخْيـٌر ِِمَّا أ َََت ُك ْم‬


Dan apabila Washol, maka ya’ tetap dibaca dengan harokat fathah, dibaca:

‫فَ َما أ َََتِِنَ هللا َخْيـٌر ِِمَّا أ َََت ُك ْم‬


b. Ya’ diakhir kata yang tidak dibuang (tetap dalam bentuk tulisannya) dalam mushaf.
Apabila washol (disambung dengan kaliamt sesudahnya) dibagi 3 (tiga) :
1. Ya’ harokat fathah maka ya’nya tetap dibaca, seperti:

َّ ‫َوقَلِْي ٌل ِم ْن ِعبَ ِاد َي‬


ٖٔ :‫ السباء‬:‫الش ُكور‬
2. Ya’ Sukun (Mati) dan berhadapan dengan huruf yang berharokat, maka ya’’nya tetap
dibaca, seperti:

) ٔٓٔ: ‫لصلِ ِح ْي ( يوسف‬


َّ ‫تَـ َوفَّ ِن ِِ ْي ُم ْسلِماً َواحلِ ْق ِ ِْن ِِب‬
3. Ya’ Sukun (Mati) dan berhadapan dengan huruf mati, maka ya’nya dibuang
sperti: )ٔ5ٙ :‫اض ِرى امل ْس ِج ِداحلََرِام (البقرة‬
ِ ‫ح‬
َ
َ
Apabila waqof, baik berharokat,sukun/ mati maka ya’nya tetap dibaca seperti:

)ٔٓٔ: ‫لصلِ ِح ْي۝(يوسف‬


َّ ‫تَـ َوفَّ ِن ِِ ْي ُم ْسلِماً َواحلِ ْق ِ ِْن * ِِب‬

َّ ‫َوقَلِْي ٌل ِم ْن ِعبَ ِاد ْي‬


)ٖٔ:‫*الش ُكور۝(السباء‬

)ٔ5ٙ :‫اض ِر ْى * امل ْس ِج ِداحلََرِام (البقرة‬


ِ ‫ح‬
َ
َ

‫الوقف على التاء واهلاء‬


WAQOF PADA TA’ & HA’

1. Ta’ Ta’nits
Ta’ muannas (‫ )تاء تاءنيث‬dalam isim pada akhir kata/ kalimat ada 2 (dua) bentuk :

1. Ditulis dalam bentuk Ha‟ta‟nis/ ta‟ marbuthoh (‫ )ة ـة‬Adapun ketika waqof pada kalimat
tersebut, Apabila Ta‟ta‟nis tersebut berbentuk Ha‟ta‟nis (‫ )ـة‬baik berharokat fathah,
kasrah atau dlommah, tanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi ha’ sakinah
(ْ‫ )ـ ْو ه‬seperti dalam contoh:

‫الصاله‬
ْ ‫إ ّن‬
Ketika washol dibaca:
ِ ‫إ ّن الصالََة تـنهى ع ِن ال َفحش‬
‫األية‬..‫آء َواملـُْن َك ْر‬ َْ َ َ ّ
Dan: ‫َوَماب ـِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ْو‬
Ketika washol dibaca : ‫ االية‬.‫َوَما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِم َن هللا‬
2. Ditulis dalam bentuk Ta‟majruroh/ Ta‟mabsuthoh (‫ )ت‬Adapun ketika waqof pada
kalimat tersebut Apabila Ta„ta‟nis tersebut berbentuk Ta‟majruroh (‫ )ت‬baik berharokat
fathah, kasrah atau dlommah, ditanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi
.....‫ت‬ ِ ‫وَك َذالِك حق‬
Ta‟ Seperti dalam contoh: ْ ‫َّت َكل َم‬
ْ َ َ ً
Ketika washol dibaca:
ِ ‫وَك َذالِك ح ّقت َكلِمت ربك علَى‬
) ‫(اآلية‬....‫الذيْ َن فَ َس ُقوا‬ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ
2. Ha’ Dlomir (‫ هَا‬/ِ‫ ه‬/ُ‫)ه‬
Ha’dlomir ketika diwaqof ada 3 (tiga) hal

1. Apabila Ha‟ tersebut berharokat fathah, dengan kata lain Ha‟ muannas ketika waqof
yang lebih utama waqof pada Alif, seperti: ‫ض َح َها‬ ِ ‫الش‬
ُ ‫مس َو‬ َ ‫َو‬
2. Apabila ha‟ tersebut berharokat dlommah/ kasrah, ketika waqof yang lebih utama waqof
pada ha’ sakinah/ sukun, seperti:

...‫ َواَََن اَ ْج ِز ْي بِ ْو‬،‫قال لَ ْو‬


3. Dan apabila Ha’ tersebbut diapit dua harokat dan disambung dengan kalimat sesudahnya
maka harus dibaca panjang 1 Alif (Mad shilah) seperti: ‫ إنّوُ بِعِبَ ِادهِ َخبَـْيـٌر‬dibaca: ‫إِنـ َُّه ْو‬
‫بِعِبَ ِاد ِىي َخبِْيـٌر‬

‫عال مة الوقف‬
TANDA-TANDA WAQOF

TANDA
NO NAMA KETERANGAN
WAQOF
1 ‫الزم‬ ‫م‬ Harus berhenti
Tidak boleh berhenti tanpa mengulang. kecuali
2 ‫ممنوع‬ ‫ال‬
pada Ro‟sul ayat,boleh berhemti tanpa mengulang
3 ‫جائس‬ ‫ج‬ Boleh berhenti boleh terus
4 ‫الوقف اولى‬ ‫قلى‬ Boleh terus berhenti lebih baik
‫الوصل‬
5 ‫صلى‬ Boleh berhenti terus lebih baik
‫اولى‬
6 ‫معانقة‬ ‫ﻨﻨ‬ Hanya boleh behenti pada salah satu tanda waqof
7 ‫مطلق‬ ‫ط‬ Boleh terus, berhenti lebih baik.
8 ‫مجوز‬
ّ ‫ز‬ Boleh berhenti, terus lebih baik.
9 ‫مرخص‬ ‫ص‬ Boleh berhenti, terus lebih baik
10 ‫قيل الوقف‬ ‫ق‬ Sebagian kecil Qurro‟ membolehkan berhenti.
11 ‫وقف‬ ‫وقف‬ Baik berhenti, dan terus tidak salah.
12 ‫سكتة‬ ‫س‬ Berhenti sejenak tanpa barnafas

Anda mungkin juga menyukai