Anda di halaman 1dari 24

DINASTI BANI ABBASIYAH I

Kelas 5 TMI Semester 2


MUQADIMAH
• Khalifah (bahasa Arab: ‫; خَليفة‬khalīfah) adalah gelar yang diberikan
untuk penerus Nabi Muhammad dalam kepemimpinan umat Islam.
Gelar lain yang juga melekat dengan khalifah adalah amīr al-mu'minīn
atau "pemimpin orang-orang yang beriman", meski pada
keberjalanannya, gelar ini juga disandang oleh pemimpin Muslim
selain khalifah.
• khalifah dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja khalafa yang
berarti “menggantikan [yang lain]”. Dalam Alquran QS 6: 165, QS 27:
62 dan QS 35: 39, manusia sering dibicarakan sebagai khala’if al-ardh,
yang dalam konteks ayatnya berarti makhluk yang mewarisi bumi
Allah dan itu artinya yang akan memiliki dan menguasainya.
MUQADIMAH
• Wazir adalah seorang penasihat atau menteri berkedudukan tinggi,
biasanya ditemui dalam sistem monarki Islam seperti Khalifah, Amir,
Malik (raja) atau Sultan. Istilah ini berasal dari bahasa Persia yang
secara harfiah berarti "pembantu".
• Pada masa awal pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah I (132-232
H/750-846 M) peranan wazir (perdana menteri) sangat besar dalam
urusan mengatur jalannya roda pemerintahan, bahkan status wazir
saat itu hampir sederajat dengan khalifah. Karena khalifah seringkali
dalam beberapa hal menyerahkan urusan pengelolaan negara
sepenuhnya kepada wazir.
• Peran Wazir berbeda pada setiap Periode Dinasti Abbasiyah
TOKOH-TOKOH PENDIRI ABBASIYAH
• Di antara tokoh yang berperan dalam pembentukan Dinasti Bani Abbasiyah
tentu adalah khalifah pertama yaitu Abu al-Abbas yang digelari as-Saffah
yang memerintah selama empat tahun (132-136/750-754).
• Tokoh lainnya adalah Dawud ibn Ali yang dikirim ke kota Madinah al-
Munawwarah dan Mekah al-Mukarramah untuk mengendalikan kota itu,
dan Sulaiman ibn Ali dikirim ke Bashrah.
• Tokoh Abu Salamah al-Khallal juga sangat berperan, tetapi ia tidak
menyetujui pengangkatan as-Saffah sebagai khalifah maka ia segera
dicopot dari jabatannya sebagai menteri (wazir) dan digantikan oleh tokoh
lain yang berjasa yaitu Abu Jahm ibn Athiyyah, penghubung politik Abu
Muslim al-Khurasani.
BERDIRINYA DINASTI BANI ABBASIYAH
• Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung selama hampir lima setengah abad
atau 524 tahun (132-656 H/750-1254 M).
• Pemimpin pertama Dinasti Bani Abbasiyah adalah Abdullah Abu al-Abbas
as-Saffah yang memerintah antara tahun 132-136 H/750-754 M.
• Disebut Dinasti Bani Abbasiyah karena dinisbatkan kepada Abbas ibn
Abdul Muthalib, salah seorang paman Nabi Muhammad Saw
• Dinasti Bani Abbasiyah berbeda karakternya dengan Dinasti Bani Umayyah
(meskipun sama-sama berasal dari keturunan Quraisy).
✓ Dinasti Bani Umayyah lebih menekankan pada aspek ekspansi Wilayah dan
Arabisasi.
✓ Dinasti Bani Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam.
BERDIRINYA DINASTI BANI ABBASIYAH
• Penamaan bentuk negara pada masa Umayyah dan Abbasiyah masih
menggunakan nama Khalifah (pengganti), namun konsep Khalifah
sebagai kepala negara mengalami perubahan yaitu Raja.
• Hal itu dikarenakan pemerintahan yang dulu bersifat demokratis
berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun).
• Perbedaan antara Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani
Abbasiyah secara prinsip terletak pada corak pemerintahannya.
✓ Dinasti Bani Umayyah yang bercorak Arab menerapkan pemerintahan yang
sentralistik.
✓ Dinasti Bani Abbasiyah yang bercorak campuran antara Arab dan non-Arab
(Persia dan Turki) menerapkan pemerintahan yang desentralistik (Otonomi
Daerah).
WILAYAH KEKUASAAN DAN FASE
PEMERINTAHAN
• Secara politik, Wilayah Dinasti Bani Abbasiyah pada masa
keemasannya meliputi lebih dari 24 propinsi, mulai dari Afrika sampai
ke Bukhara dan Samarkand, suatu pemerintahan super power pada
masa itu.
• Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah ini dianggap sebagai suatu
kemenangan bagi para pendukung Bani Hasyim (terlebih lagi Ahlul al-
Bait) yang memang menginginkan bahwa jabatan khalifah diserahkan
kepada ahlul bait pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw.
• Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung sekitar 524 tahun
Hijriah atau 508 tahun Masehi, dimulai pada tahun 132-656 H/750-
1258 M.
PERIODESASI DINASTI BANI ABBASIYAH
Periodesasi (pembabakan) sejarah Dinasti Bani Abbasiyah dibagi dalam dua
fase, yaitu fase Abbasiyah I dan Abbasiyah II.
• Fase Abbasiyah I (132-232 H/750-847 M), diwarnai dengan keberhasilan
dan kegemilangan, pemerintahannya dipengaruhi corak Persia. Pada
periode ini pemerintah Dinasti Bani Abbasiyah mencapai keemasannya.
• Fase Abbasiyah II (232-656 H/847-1258 M), disebut dengan masa
kemunduran dan kejatuhan. Periode ini dibagi dalam beberapa corak
pengaruh kekuasaan, dimulai dengan;
▪ Periode Pengaruh Turki (232 H/847 M - 334 H/945 M)
▪ Periode Dinasti Bani Buwaih (334 H/945 M - 447 H/1055 M)
▪ Periode Dinasti Bani Seljuk (447 H/1055 M - 590 H/l194 M)
▪ Periode tanpa pengaruh dinasti lain (590 H/1194 M - 656 H/1258 M)
FASE ABBASIYAH I
Khalifah yang berkuasa di Masa Dinasti Abbasiyah I adalah;
1. Abu al-Abbas Abdullah as-Saffah (132-136 H/750-754 M)
2. Abu Ja'far al-Manshur (136-158 H/754-775 M)
3. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi (158-169 H/775-785 M)
4. Abu Musa al-Hadi (169-170 H/785-786 M)
5. Abu Ja'far Harun ar-Rasyid (170-193 H/786-809 M)
6. Abu Musa Muhammad al-Amin (193-198 H/809-813 M)
7. Abu Ja'far 'Abdullah al-Makmun (198-218 H/813-833 M)
8. Abu Ishaq Muhammad al-Mu'tashim (218-227 H/833-842 M)
9. Abu Ja'far Harun al-Watsiq (227-232 H/842-847 M)
1. Abu al-Abbas Abdullah As-Safah (132-136 H)
Nama beliau adalah Abul Abbas Abdullah as-Safah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas, adalah orang yang berakhlak mulia, memiliki loyalitas yang
tinggi, disegani, berpikiran luas, baik tingkah lakunya, sopan santun, menepati janji,
agak pemalu, dan hanya beristri satu orang serta tidak memiliki selir.
• Digelari As-Safah berarti orang yang sangat dermawan dan gampang
mengeluarkan harta benda yang tidak terkira atau juga berarti pemberontak,
pemusnah, dan penumpah darah, (khususnya bagi lawan politiknya; Dinasti Bani
Umayyah)
• Ia menetapkan kota Anbar menjadi ibu kota pemerintahan dan diberi nama
Hasyimiyah
• Dia dikenal dengan kedermawanannya. Dibaiat menjadi khalifah pada tahun 132
H, di Kufah. Dan meninggal karena penyakit cacar pada tanggal 11 Dzul Hijjah
tahun 136 H, di Anbar (Irak).
2. Abu Ja'far AI-Manshur (136-158 H)
Abu Ja’far Abdullah al-Manshur bin Muhammad bin Ali. Dilahirkan pada tahun 95
H, atau sekitarnya. Dia rajin menuntut ilmu. Dia berkulit coklat, tinggi, kurus,
memiliki kewibawaan, kecil betisnya, wajahnya berotot, dan dahinya luas. Dia
berwibawa, pemberani, memiliki pendapat yang benar dan teguh pendiriannya,
ahli strategi, dan berwatak keras.
• Dia sangat gemar mengumpulkan harta, tidak gemar bermain, mengetahui fikih
dan sastra. Dia benar dalam agama Islamnya. Dia murah hati, walaupun sifatnya
kasar.
• Dia memerhatikan urusan-urusan rakyatnya pada pagi hari dan memerhatikan
urusan-urusan keluarganya pada sore hari. Dia tidak suka melihat para
pegawainya sibuk bermain-main.
• Abu Ja'far Al-Manshur digelari Abu Dawaniq karena sering melakukan audit
kepada para pegawai produksi. Walaupun demikian, dia dermawan terhadap
harta dalam berbagai macam musibah.
2. Abu Ja'far AI-Manshur (136-158 H)
• Abu Ja’far menganggap dirinya sebagai raja, dia berkata, “Raja itu ada empat,
yaitu Muawiyah, Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, dan saya.”
• Abu Ja'far Al-Manshur mulai berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan
dengan jalan menerjemahkan buku-buku dari bahasa Yunani, Persia, Syiria, dan
India ke dalam Bahasa Arab, terutama di bidang kedokteran, astronomi, dan ilmu
pasti.
• Abu Ja'far mendirikan kota Bagdad kota pemerintahan termasyhur di Timur dan
sebagai pusat berkembangnya ilmu pengetahuan.
• Abu Ja'far mendirikan jabatan kehakiman, kepolisian, pajak, dan pos untuk
memperlancar jalannya roda pemerintahan di seluruh daerah
• Abu Ja'far menjabat sebagai khalifah pada tahun 136 H. Ia meninggal pada bulan
Dzul Hijjah tahun 158 H, di tengah perjalanan untuk menunaikan ibadah haji ke
Mekah, dan dikuburkan di sana.
3. AI-Mahdi (158-169 H)
Muhammad al-Mahdi bin Abdullah al-Manshur bin Muhammad bin Ali. Dilahirkan pada
tahun 127 H. Dia adalah seorang yang dermawan lagi pemberani. Dia dicintai rakyatnya,
memerangi orang-orang kafir zindiq, dan menghukum para pelakunya.
• Dia menuntut ilmu dan belajar sastra. Dia menjadi gubernur di Tabaristan pada masa
pemerintahan bapaknya. Dia digelari Al-Mahdi sebagai harapan bahwa dialah yang
digambarkan di dalam hadits-hadits itu. Kenyataanya bukan dia.
• Ia melepaskan lawan-lawan politiknya, yang tidak dilepaskan adalah para penjahat,
pembunuh dan perampok.
• Pada masanya pertumbuhan perekonomian meningkat di sektor pertanian melalui
irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, besi.
• Al-Mahdi melakukan pembangunan-pembangunan seperti memperluas Masjidilharam,
memperbaiki jalan antara Madinah, Mekah, dan Yaman
• Dia menjabat sebagai khalifah pada tahun 158 H dan meninggal pada bulan Muharam
tahun 169 H.
4. AI-Hadi (169-170 H)
Musa al-Hadi bin Muhammad al-Mahdi bin Abdullah al-Manshur bin Muhammad.
Dilahirkan di wilayah Ray. Dia berkulit putih, tinggi, dan berbadan besar. Di dalam dirinya
terdapat sifat kezaliman dan kebesaran, serta suka main-main.
• Dia sosok yang pemberani, fasih lisannya, sastrawan, berwibawa, dan sering
menghukum. Dia seperti bapaknya dalam menumpas habis orang-orang zindiq.
• Al-Hadi tidak menyukai campur tangan wanita dalam urusan-urusan kenegaraan. Dia
berkata kepada ibunya yang bernama Khaizuran, “Jika ada seorang pimpinan yang
berdiri di pintumu, maka aku akan membunuhmu. Kamu boleh memintal benang yang
membuatmu sibuk atau membaca mushaf untuk kamu berzikir."
• Al-Hadi banyak menghadapi pemberontakan dari kaum Syi'ah, Khawarij, dan golongan
Zindiq (atheis), tetapi semua dapat diatasi olehnya
• Al-Hadi menjabat khalifah pada tahun 169 H, dan meninggal pada bulan Rabi'ul Awwal
tahun 170 H, Ia hanya memerintah kurang dari setahun.
5. Ar-Rasyid (170-193 H)
Harun ar-Rasyid bin Muhammad al-Mahdi bin Abdullah al-Manshur bin
Muhammad. Dia dilahirkan di Ray pada tahun 148 H. Dia berkulit putih,
tinggi, tampan, agak gemuk. Dia adalah salah satu khalifah yang paling mulia
dan paling berwibawa. Pernah berhaji, berjihad, berperang, memiliki
pendapat yang bijak, fasih, memiliki ilmu, dan mengatahui benar tugas-tugas
khalifah. Dia memiliki penelitian yang baik di bidang sastra dan fikih.
• Harun Ar-Rasyid berperang dalam satu tahun dan berhaji di tahun
berikutnya. Dia melaksanakan shalat seratus rakaat setiap hari dan
bersedekah dengan seribu sedekah.
• Jika Ar-Rasyid melaksanakan haji, maka dia menghajikan seratus ahli fikih
dan putra-putra mereka. Dan jika tidak melaksanakan haji, maka dia
menghajikan tiga ratus orang dengan nafkah yang sangat cukup dan
pakaian yang lengkap.
5. Ar-Rasyid (170-193 H)
• Dia mencintai para ulama, menghormati ajaran-ajaran agama, membenci
perdebatan dan ilmu kalam. Dia sering menangisi dirinya sendiri, karena
kesia-sian dan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, terlebih jika sedang
dinasihati.
• Pada masa pemerintahannya, Bagdad yang juga disebut kota “1001
Malam” mencerminkan kemakmuran dan kemajuan pemerintahan
• Dibangun masjid-masjid besar, megah serta penuh ukiran yang indah,
jalan-jalan yang teratur rapi, gedung kesenian, teropong bintang, dan lain
sebagainya.
• Rakyat hidup dengan aman, makmur, sejahtera. Ilmu pengetahuan dan
peradaban tumbuh dengan baik
• Dia menjabat sebagai khalifah pada tahun 170 H dan meninggal di Tous
(sebuah kota di Iran) pada bulan Jumadil Akhirah tahun 193 H.
6. AI-Amin (193-198 H)
Muhammad al-Amin bin Harun ar-Rasyid bin Muhammad al-Mahdi bin
Abdullah al-Manshur. Dilahirkan pada tahun 170 H. Ibunya adalah Zubaidah
binti Ja'far bin Abi Ja'far. Dia banyak bermain-main, fasih tutur katanya, dan
ahli sastra.
• Al-Amin adalah putra mahkota yang diwasiatkan oleh Harun. Dalam
wasiat disebutkan bahwa “setelah Al-Amin meninggal, ia digantikan oleh
adiknya Al-Makmum”.
• Dia menjabat sebagai khalifah pada tahun 193 H. Pada masanya banyak
terjadi fitnah karena perselisihan antara dia dan saudaranya, Al-Ma'mun.
Perselisihan terjadi karena ulah seorang wazir (menteri) yang bernama
Fadlal bin Rabi, berakhir dengan pembunuhan terhadap al-Amin pada
tahun 198 H.
7. Al-Ma'mun (198-218 H)
Abdullah al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid bin Muhammad al-Mahdi bin Abdullah al-
Manshur. Dilahirkan pada tahun 170 H. Dia memiliki sikap mendukung Syiah, Mu'tazilah
dan tidak mengerti As-Sunnah. Faktor yang menyebabkan dia menjadi Mu'tazilah adalah
seringnya orang-orang berpaham Mu'tazilah yang berkumpul di sekelilingnya. Al-Ma’mun
mempelajari aliran itu dari mereka.
• Al-Ma’mun mencintai ilmu, tetapi dia tidak memiliki pengetahuan yang mendalam
tentangnya. Dia hafal Al-Qur'an. Dia membaca ilmu-ilmu yang bermacam-macam, seperti
fikih, kedokteran, faraidh, nahwu, ilmu kalam, dan ilmu tentang hal-hal yag asing.
• Al-Ma'mun memerintahkan agar buku-buku karya orang-orang terdahulu diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab. Dia membangun tempat pengintai di atas Gunung Damaskus.
Dia memiliki kemauan yang keras, pendapat, akal, kewibawaan, dan murah hati. Dia
sangat dermawan lagi memiliki ingatan yang kuat.
• Dia menjabat sebagai khalifah pada bulan Muharram tahun 198 H. Pada suatu masa dia
condong kepada pendapat kaum Alawiyin. Kemudian, dia berpendapat yang salah
tentang Al-Qur’an; Al-Qur'an adalah makhluk, dan menyerukan keyakinan itu, dia
menyiksa para ulama karenanya. Dia tidak meninggalkan pendapat itu sampai
meninggal dunia pada bulan Rajab tahun 218 H.
8. Al-Mu'tashim (218-227 H)
Abu Ishaq Muhammad al-Mu’tashim bin Harun ar-Rasyid bin Muhammad al-Mahdi bin Abdullah
al-manshur. Dia dilahirkan pada tahun 180 H. Dia memiliki kekuatan, keberanian, dan kewibawaan.
Tetapi dia sedikit ilmu. Al-Mu'tashim bertugas sebagai pemimpin rombongan pada tahun 200 H.
Dialah yang membuka wilayah Amorium ketika menjabat sebagai khalifah.
• Dia menguji manusia dengan fitnah Khalqul Qur'an (Al-Qur'an adalah makhluk). Dia menulis
surat ke wilayah-wilayah tentang hal itu. Dia mengangkat para muazin dan para ahli fikih resmi
yang berdasarkan pendapat itu.
• Pada masanya ia memberi peluang besar orang Turki masuk dalam pemerintahan. Hal ini
menimbulkan kebencian dari pihak Arab dan Persia sehingga membuat lemahnya pengaruh
khalifah. Al-Mu'tashim membangun kota Samarra (sebuah kota di Irak) dan menjadikan kaum
Mamalik Turki sebagai pasukan andalannya, serta membuatkan tempat tinggal untuk mereka di
kota itu.
• Dia memiliki keinginan yang kuat dalam berperang, serta memiliki kewibawaan yang besar di
dalam hati. Sehingga dia menghabiskan banyak anggaran membangun pasukan dan berperang,
tetapi tidak membuat anggaran untuk pembangunan pasca perang.
• Dia menjabat sebagai khalifah pada tahun 218 H, dan meninggal pada bulan Rabi'ul Awwal tahun
227 H.
9. Al-Watsiq (227-232 H)
Abu Ja’far Harun al-Watsiq bin Muhammad al-Mu’tashim bin Harun ar-Rasyid bin
Muhammad al-Mahdi. Dia dilahirkan pada tahun 196 H. Dia termasuk di antara
salah satu khalifah yang berbuat kebaikan kepada para penuntut ilmu, sehingga
tidak ada orang yang fakir di antara mereka. Tetapi, dia tetap pada pendirian
bapaknya dan pamannya tentang pendapat bahwa Al-Qur'an adalah makhluk.
• Pada masa ini perpecahan di kalangan kerajaan semakin bertambah parah
sebagai akibat politik yang dijalankan oleh Al-Mu'tashim.
• Banyak provinsi yang memberontak dan tidak lagi mengakui pemerintahan pusat,
seperti Hijaz, Syiria, Mosul, dan Bagdad sendiri. Kesempatan itu digunakan sebaik
mungkin oleh bekas-bekas budak dari Turki yang diangkat menjadi tentara.
• Dia memiliki pengetahuan yang luas terhadap sastra. Dia menjabat sebagai
khalifah pada tahun 227 H, dan meninggal pada bulan Dzul Hijjah tahun 232 H.
FAKTOR KEMUNDURAN & KEJATUHAN
Terdapat faktor internal dan eksternal yang disinyalir menjadi penyebab
kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah (Internal dan Eksternal);
1. Internal
✓ Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang sangat luas tidak mudah dikendalikan oleh para
khalifah yang lemah dan tidak terampil
✓ sistem komunikasi masih sangat lemah, sehingga menyebabkan adanya kendala
komunikasi apabila suatu daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan.
✓ kondisi para khalifah yang lemah, malas, berfoyafoya, minum-minuman keras, lebih
mementingkan kehidupan duniawi
✓ sering terjadi gonta-ganti putra mahkota di kalangan istana dan terbelahnya suara di
internal istana (bahkan terjadi perebutan kursi kekhalifahan)
✓ sering terjadi konfiik antara tentara istana, dan elit politik lain
✓ masalah kesukuan yang tidak kunjung selesai antara Arab, Persia, dan Turki
✓ kemerosotan perekonomian, yang berujung pada berkurangnya kesejahteraan sosial
masyarakat
FAKTOR KEMUNDURAN & KEJATUHAN
Terdapat faktor internal dan eksternal yang disinyalir menjadi penyebab
kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah (Internal dan Eksternal);
2. Eksternal
✓ serangan pasukan Tartar yang di pimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 656/1258 ke
kota Bagdad
✓ Hulaghu Khan (panglima Tartar) disinyalir sangat dibantu oleh Mu'ayyad ad-Din
Muhammad al-Alqami, menteri dan wazir Khalifah al-Musta'shim menginformasikan
kepada Hulaghu Khan kondisi Dinasti Bani Abbasiyah semakin lemah
✓ Pada tahun 656 H/1258 M, pasukan Tartar berjumlah sekitar 200.000 orang
merebut kota Bagdad dan membunuh khalifah serta penduduk yang ditemuinya.
✓ Jumlah umat Islam yang terbunuh sekitar 800.000 orang
✓ Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah di Bagdad

Anda mungkin juga menyukai