Anda di halaman 1dari 22

Pemerintahan (Khilafah)

Bani Abbasiyah
(750-1258M)
Latar Belakang
berdirinya Pemerintahan Bani Abbasiyah
• Abu Abbas as Saffah dibai’at di Masjid Kufah pada tahun 750M
• Ia berhasil mengalahkan khalifah terakhir Bani Umayah,
Marwan bin Muhammad dalam pertempuran di Zab di dekat
Mosul.
• Gerakan Bani Abbasiyah (Bani Hasyim) melawan penguasa
Bani Umayah semakin gencar pada masa Muhammad bin Ali
(ayah Abu Abbas as Saffah)
• Opini yang dibangun, bahwa ahlul bait (Bani Hasyim) lah yang
berhak memimpin umat Islam. Sedangkan Bani Umayah
“merampas” hak mereka selama ini.
• Dengan opini ini, Bani Abbasiyah mendapat dukungan penuh
dari golongan Syi’ah untuk melawan Bani Umayah
Berdirinya Pemerintahan
Bani Abbasiyah (749-1258 M)
• Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan/merujuk pada leluhur mereka
yaitu al ‘Abbas bin Abdul Muthalib, salah seorang paman Nabi saw.
• Pendiri Pemerintahan Bani Abbasiyah adalah Abu Abbas As-Saffah bin
Muhammad pada tahun 749M. (silahkan lihat silsilahnya pada tabel)
• Berdirinya pemerintahan Bani Abbasiyah ini dianggap sebagai
kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim
beberapa saat setelah wafatnya Nabi, bahwa yang berhak berkuasa
memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi adalah keturunan Nabi saw
dan anak-anaknya
• Pemikiran seperti itu, tidak bisa berkembang karena ditolak oleh sebagian
besar umat Islam waktu itu, karena Nabi saw sendiri tidak pernah
mengatakan/mewasiatkan agar kepemimpinan umat Islam dari keturunan
beliau. Nabi justru mengajarkan agar umat Islam selalu mengedepankan
musyawarah untuk menyelesaikan setiap masalah termasuk masalah
kepemimpinan
Periodisasi Pemerintahan Bani Abbasiyah
• Periode I tahun 749-861M. Ada 10 Khalifah berkuasa. Dari As Saffah (Pendirinya)
sampai al Mutawakkil. Pada periode ini pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
puncak keemasannya. Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan dan agama sekaligus. Di sisi lain, tingkat
kemakmuran masyarakatnya mencapai tingkat tertinggi.
• Periode II (Pengaruh Turki) tahun 861-945M. Ada 12 Khalifah berkuasa. Dari al
Muntashir sampai dengan al Mustakfi. Pada masa ini dipengaruhi oleh para
militer dari Turki. Orang turki awalnya direkrut menjadi tentara oleh Khalifah al
Mu’tashim pada saat ia berkuasa (833-841M). Pada periode ini mereka
mengendalikan kekuasaan.
• Periode III (Periode Buwaihi) tahun 945-1074. Ada 4 Khalifah yang berkuasa.
Mulai dari al Muthi sampai dengan al Qaim. Bani Buwaihi adalah orang-orang
Syi’ah (Pengaruh Persia).
• Periode IV (Bani Saljuk) tahun 1074-1258M. Ada 11 Khalifah yang berkuasa. Mulai
dari al Muqtadi sampai dengan al Musta’sim. Bani Saljuk adalah keturunan Saljuq
bin Yakak, seorang pemimpin konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi pada
seorang Khan dari Turkistan. Pada masa al Musta’sim inilah tentara Mongol dari
China yang dipimpin oleh Hulagu Khan menyerang Bagdad.
The World and the Abbasids Map
Upaya Penghapusan Pengaruh Bani Umayah
• Setelah berhasil mengalahkan khalifah terakhir Bani Umayah dan menjadi
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, As Saffah bermaksud menghilangkan
seluruh pengaruh Bani Umayah
• Pemimpin-pemimpin Bani Umayah ditangkap (dipenjara) dan yang melawan
dibunuh
• Tetapi, ada satu orang pemimpin Bani Umayah yang berhasil lolos dari
pembunuhan, yaitu Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin
Abdul Malik. Ia lari ke Spanyol (Andalusia) dan mendirikan pemerintahan di
sana, dengan ibukotanya Cordoba. Dinasti Abdurrahman ad Dakhil ini
berkuasa hingga tahun 1492 M.
• Beberapa kali Khalifah Abu Ja’far al Manshur melakukan serangan untuk
menaklukkan Cordoba, tetapi selalu dipatahkan oleh pasukan Abdurrahman
ad Dakhil. Begitu pula Khalifah al Mahdi juga melakukan serangan ke
Cordoba, namun selalu gagal. Akhirnya mereka membiarkannya
• Abu Ja’far al Manshur kagum dengan kekuatan Abdurrahman ad Dakhil,
sehingga menjulukinya sebagai “Shaqr Quraisy” (Burung Elang-nya Quraisy),
yang menunjukkan keberanian, kekuatan, dan ketangguhan.
Khalifah-Khalifah termasyhur Bani Abbasiyah
(1) Abu Ja’far al Manshur (753-774M)
 Pada awalnya pemerintahan Abbasiyah berpusat di Kufah,
lalu pindah ke Anbar. Anbar dijadikan ibukota
pemerintahan Bani Abbasiyah pada masa Abu Abbas as
Saffah.
 Pada masa Khalifah Abu Ja’far al Manshur, ibukota
pemerintahan pindah ke Bagdad pada tahun 763M.
Dialah yang membangun kota Bagdad yang sangat indah
waktu itu.
 Abu Ja’far al Manshur disebut sebagai Pendiri
Pemerintahan Bani Abbasiyah yang sesungguhnya, dalam
arti yang mengokohkan akar pemerintahan, menstabilkan
pemerintahan dan membereskan pondasi-pondasinya,
serta membuat peraturan dan undang-undang.
(2) Al Mahdi (775-785M)
 Kemajuan di sektor pertanian, pembangunan irigasi,

pertambangan emas, perak, tembaga dan besi, serta


perdagangan antar Timur dan Barat, di mana Kota Bashrah
menjadi pelabuhan yang penting.
(3) Harun al Rasyid (786-809M)
 Kemajuan di sektor pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

sosial.
 Pendidikan: membangun lembaga pendidikan dokter dan

farmasi.
 Kesehatan: membangun beberapa rumah sakit dan klinik. Di

masa ini sudah terdapat 800 orang dokter.


 Kesejahteraan: Tingkat kemakmuran tertinggi terwujud pada

masa ini. Rakyat hidup dalam kemakmuran. Banyak dibangun


pemandian-pemandian, gedung-gedung kesenian dan
kebudayaan, dan lain-lain. Ringkasnya, pada masa Harun al
Rasyid negara Islam menempati dirinya sebagai negara terkuat
dan tak tertandingi.
(4) Al Ma’mun (813-833M)
 Ia dikenal sebagai Khalifah Pecinta Ilmu.
 Penerjemahan buku dilakukan secara besar-besaran. Ia

memperkerjakan para penerjemah asing dan menggajinya


dengan bayaran yang mahal. Buku-buku berbahasa Yunani,
Suriah, Persia dan India diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.
 Buku-buku karya Aristoteles, Galen, Phythagoras, Euclides,

Plato, Hypocrates, dsb. diterjemahkan ke dalam bahasa Arab


 Begitu pula buku Siddhanta (Ilmu Perbintangan) dan

Hipotadesa (fabel, kisah-kisah binatang) dari India juga


diterjemahkan.
 Ia mendirikan Bayt al Hikmah yang terdiri dari perpustakaan

yang sangat besar, perguruan tinggi, penerjemahan dan


observatorium untuk penelitian.
 Pada masa al Ma’mun ini, Baghdad menjadi pusat kebudayaan

dan ilmu pengetahuan.


 Al Ma’mun adalah Khalifah Abbasiyah yang tidak menjadikan

anaknya sebagai putra mahkota (penerus Khalifah) setelahnya.


Menurutnya khilafah (pemerintahan) bukanlah milik pribadi
yang diwariskan secara turun temurun.
(5) Al Mu’tashim (833-842M)
 Pembenahan sistem ketentaraan. Ia merekrut sekitar 3000-

4000 orang budak dari Turki untuk dilatih menjadi tentara


yang profesional. Kekuatan tentara Bani Abbasiyah yang
profesional ini disegani dan ditakuti oleh penguasa-penguasa
lain pada waktu itu, seperti Bizantium. Penguasa Bizantium
harus membayar upeti kepada Abbasiyah sebagaimana
wilayah-wilyah yang dikuasai Islam.
 Para tentara ini kemudian menjadi pasukan elite dan menjadi

pengawal pribadi Al Mu’tashim. Perlahan-lahan para tentara


semakin berpengaruh di lingkungan istana dan
mengendalikan pemerintahan
 Al Mu’tashim membangun istana baru di Samarra sekitar 100

km dari Baghdad pada tahun 836M. sehingga pemerintahan


dikendalikan dari kota ini.
 Lalu diikuti pembangunan pemukiman elite di kota Samarra

yang dipimpin oleh seorang jenderal dari Turki yang bernama


Ashnas. Banyak bangunan indah berdiri di kota yang terletak
di tepi sungai Tigris ini, salah satunya yang bisa disaksikan
sampai sekarang adalah Istana Balkuwara.
-Perbedaan pemerintahan Bani Umayah dengan Bani
Abbasiyah periode awal adalah:
 Bani Umayah: Perluasan wilayah kekuasaan Islam

 Bani Abbasiyah periode pertama: Pembangunan

peradaban dan kebudayaan Islam.


-Ciri-ciri pemerintahan Bani Abbasiyah yang tidak
terdapat pada Bani Umayah adalah:
(1)Dengan berpindahnya ibukota ke Baghdad,
pemerintahan Bani Abbasiyah menjauh dari pengaruh
Arab, sedangkan Bani Umayah sangat berorientasi
kepada Arab. Oleh sebab itu, pada periode pertama
dan ketiga pemerintahan Abbasiyah pengaruh Persia
sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat
pengaruh Turki yang lebih dominan.
(2)Pada pemerintahan Abbasiyah terbentuk sistem
ketentaraan yang profesional, sedangkan pada masa
Umayah belum terbentuk tentara yang profesional.
- Faktor-faktor yang menentukan terjadinya kemajuan
peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah
adalah:
(1) Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-
bangsa lain yang lebih dulu maju di bidang ilmu
pengetahuan, seperti Persia (Filsafat dan sastra), India
(kedokteran, matematika dan astronomi), Yunani (Filsafat
dan ilmu dasar /sains)
(2) Gerakan penerjemahan buku secara besar-besaran
membuat ilmu dan peradaban di masa ini menjadi cepat
berkembang.
(3) Dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan,
perpustakaan, dan penelitian (observatorium) seperti Bayt
al Hikmah
(4) Munculnya lembaga-lembaga studi/kajian, seperti Majlis
al Munazharah (Klub Diskusi), Ikhwan al Shafa
(Persaudaraan Kesucian), dan lain-lain. Lembaga-lembaga
kajian ini melahirkan banyak tokoh dan ilmuwan, salah
satunya adalah Al Farabi (870-950M).
Ilmu-ilmu Agama Masa Abbasiyah
Ilmu Tafsir:
 Kitab aj Jami’ al Bayan karangan at Tabari (839)

 Al Kasysyaf al Zamakhsyari (1075)

 Al Mafatih al Ghaib oleh Fakhrudin al Razi (1189)

Ilmu Hadits:
 Kitab al Musnad oleh Ahmad bin Hanbal (855M)

 Al Kutubus Sittah (enam kitab Hadits yang diakui oleh mayoritas umat Islam) yaitu:

Kitab shahih Bukhari (870M), Shahih Muslim (875M), Sunan Abu Dawud (888M), sunan
at Tirmidzi (892M), sunan an Nasa’I (915M) dan sunan Ibnu Majah (886M)
Ilmu Fikih:
 Imam Abu Hanifah (699-767), berbasis di Irak, luar jazirah Arab. Beliau lebih rasional

karena jauh dari Makkah dan Madinah. Persoalan hidup, budaya dan cara berpikir di
Kufah, Irak, berbeda jauh dengan di Makkah dan Madinah. Oleh karenanya beliau
disebut ahlu ra’yi.
 Imam Malik (715-795), berbasis di Madinah, oleh karena itu beliau lebih mendahulukan

Hadits daripada ra’yu (rasio) dalam memecahkan segala persoalan yang dihadapi umat.
Oleh karenanya beliau disebut sebagai ahlul Hadits.
 Imam Syafi’I (820), mengkompromikan antara ahlu ra’yi dengan ahlu hadits. Pada

alasan-alasan tertentu, Imam Syafi’I memilih ra’yu daripada teks Hadits dengan melihat
konteks masalah. Ia lahir di Gaza, Palestina, tetapi menuntut ilmu ke Mekkah dan
Madinah. Ia juga berguru ke Baghdad dengan para fuqaha Irak. Ia juga berguru dengan
para Fuqaha di Mesir. Oleh sebab itu, wawasannya sangat luas sehingga beliau mampu
mengkompromikan antara faham ahli ra’yi dengan ahlul Hadits.
 Imam Ahmad bin Hanbal (855) berbasis di Madinah dan Makkah. Ia adalah murid Imam

Syafi’I, tetapi pahamnya lebih condong ke Imam Malik.


Sejarah Islam:
• Kitab sejarah Islam (sirah) tertua ditulis oleh Muhammad Ibnu Ishak
(767M). Ia diminta oleh Khalifah Abu Ja’far al Mansur untuk menulis
sejarah hidup Nabi saw.
• Ringkasan sirah karya Muhammad Ibnu Ishak yang dikenal dengan
sirah Ibnu Hisyam (834M)
• Tarikh al Kabir karya al Waqidi (874M) ia didukung penuh oleh Yahya
al Barmaki, salah seorang Menteri (wazir) Khalifah Harun ar Rasyid
untuk menulis sejarah peperangan dan penaklukan yang dilakukan
Nabi Saw.
Bahasa Arab:
Dikembangkan untuk memahami Al Qur’an dan Hadits khususnya
bagi muslim non-Arab
Kaligrafi:
• Seni tulisan Arab Indah
• Seni melukis atau menggambar tidak
berkembang karena larangan agama.
Beberapa Ilmuwan Islam Masa Abbasiyah
Matematika:
 Al Kindi (810-869M). Menulis buku: Risalah fi Madkhal al Aritmatiqi (Risalah Pengantar Ilmu
Hitung), Risalah al Kammiyat al Mudafah (Risalah tentang Jumlah Relatif), dll.
 Al Khawarizmi (780-850M). Ia yang memelopori angka nol (shif) dalam ilmu hitung
Kimia:
- Jabir bin Hayyan al Kufi as Sufi (721-815M) yang dikenal di Eropa dengan nama Geber. Banyak
istilah kimia diambil dari bahasa Arab, seperti al kimya (Chemistry), al kohol, alkali, alkahest, dll.
Jabir menulis 200 jilid buku, 80 diantaranya tentang ilmu kimia.
- Abu Bakar ar Razi (864-926M) yang dikenal di Eropa dengan Rhases. Ia disebut sebagai Bapak
Pelopor Kimia Modern.
Biologi:
- Al Dinawari (895M). Karya besarnya diterjemahkan menjadi Encyclopaedia of Botanica terdiri dari 6
jilid.
- Abu Ja’far al Qurtubi (1165M). Ia menulis buku tentang sistematika tumbuhan di Spanyol dan
Afrika Utara. Setiap tanaman ditulis bahasa Arab, Latin dan Berber.
Fisika:
- Al Kindi (810-869M). Bukunya di bidang optic diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul
De Aspectibus.
- Ibnu Haitam ahli fisika yang besar sumbangannya pada matematika terapan yang berguna untuk
perhitungan di bidang optic. Bukunya yang terkenal adalah Kitab al Manazir (Kamus Optika).
- Al Biruni dengan bukunya Maqal fi an Nisab baina az Zat wa al Jawahir fi al Hajm (Perihal
hubungan antara berat logam dengan batu mulia per volume).
Kedokteran:
- Ibnu Sina yang dikenal sebagai “Medicorum Principal” (Raja Diraja Dokter) oleh tradisi kedokteran
Eropa. Bukunya yang terkenan adalah al Qanun fi al Thibb (Prinsip-prinsip kedokteran).
- Abul Qasim az Zahrawi al Qurtubi yang dikenal di Eropa dengan Abulcasis. Ia menulis ensiklopedi
yang berjudul at Tasrif li man arjaza ‘an Ta’lif yang terdiri dari 30 jilid. Ia ahli bedah.

Dan masih banyak lagi ilmuwan Islam lainnya yang tidak dapat disebutkan semua disini.
Sebab-sebab keruntuhan Bani Abbasiyah

 Internal:
- Persaingan antara Bangsa Arab, Persia dan Turki. Seringkali terjadi
perebutan kekuasaan di antara ketiga bangsa ini. Pada akhirnya kekuasaan
Bani Abbasiyah terpecah-pecah menjadi dinasti-dinasti kecil yang
memisahkan diri dari pemerintahan pusat (Baghdad).
- Kemerosotan ekonomi. Pemasukan negara berkurang karena
dinasti/wilayah yang memisahkan diri tidak lagi menyetorkan upeti.
Banyaknya terjadi kerusuhan/perebutan kekuasaan mengganggu ekonomi
rakyat. Di sisi lain, pengeluaran membengkak, karena para khalifah dan
pejabat hidup mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan terjadinya
korupsi.
- Konflik keagamaan. Yaitu antara kaum beriman dengan kaum Zindiq,
Syi’ah dengan Sunni, dan antara faham Mu’tazilah, Asy’ariyah dan
golongan Salaf.

Zindiq adalah kaum yang menganut paham Manuisme, Zoroasterisme dan


Mazdakisme. Ketika orang-orang Persia tersingkir dari kekuasaan Bani
Abbasiyah, rasa kebangsaan mereka terusik dan kekecewaan mereka
diwujudkan dalam berbagai bentuk salah satunya dengan mencari paham-
paham yang bertentangan dengan penguasa. Ketika kaum Zindiq ini
diperangi oleh para Khalifah Abbasiyah lalu tersudut, mereka berlindung di
balik ajaran Syi’ah sehingga banyak aliran Syi’ah menjadi ekstrim dan
dianggap menyimpang oleh penganut Sy’iah sendiri.
 Eksternal:
- Perang Salib. Terjadi beberapa gelombang atau periode. Orang
Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus
II (1088-1099M) mengeluarkan fatwanya untuk memerangi orang
Islam. Orang-orang kristen yang berada di bawah kekuasaan Islam
dibakar semangat juangnya, di antara yang ikut dalam pasukan Salib
adalah orang-orang Kristen di Armenia dan Maronit Libanon.
- Serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan
(1258M) meluluhlantakkan kota Baghdad dan kota-kota besar di
wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah. Mereka membakar
perpustakaan, lembaga pendidikan dan pusat-pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.

Tentara Mongol juga mendapat pengaruh Salib. Meskipun Hulagu


Khan penganut agama tradisional Mongol, namun permaisurinya
beragama Kristen Nestorian yang sangat membenci Islam. Hulagu
Khan membunuh lebih satu juta orang Islam. Sedangkan orang
Kristen dan Yahudi dibiarkan, bahkan tentara Mongol ikut
memperbaiki Yerussalem.

=Thank You=

Anda mungkin juga menyukai