KELOMPOK 2 :
Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Mu'awiyah Bin Abu Sufyan pada tahun 41 H / 661 M di Damaskus
dan berlangsung hingga pada tahun 132H / 750 M. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd
asy - Syams, kakek buyut dari khalifah pertama bani umayyah yaitu Muawiyah I.Muawiyah I bin Abu Sufyan
adalah seorang politisi handal, ahli administrasi, wawasannya luas bijaksana, dan dermawan. Memasuki masa
kekuasaan Mu'awiyyah yang menjadi awal kekuasaan Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah
menjadi Monarchiheridatis (kerajaan turun temurun).
Memasuki masa kekuasaan Mu'awiyyah yang menjadi awal kekuasaan Umayyah, pemerintahan yang bersifat
demokratis berubah menjadi Monarchiheridatis (kerajaan turun temurun). Ia memerintahkan mencontoh
monarchi di Persia dan Bizantium.Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan
interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia "Khalifah Allah" dalam
pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke
Damaskus, tempat ia sebagai gubernur sebelumnya. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun
LATAR BELAKANG BANI UMAYYAH
Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, posisinya sebagai khalifah dijabat oleh anaknya, Hasan. Namun karena
penduduk Kufah tidak mendukungnya, seperti sikap mereka terhadap Ayahnya, maka Hasan lebih lemah, sementara
Muawiyah semakin kuat. Maka Hasan mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah dengan menanggalkan
jabatan khilafah untuk Muawiyah pada tahun 41 H (661 M), agar tidak terjadi pertumpahan darah yang sia-
sia. Perjanjian tersebut dapat mempersatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan politik, yakni di bawah
kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Tahun tersebut dalam sejarah dikenal sebagai tahun al-Jama'ah (tahun
persatuan), sebagai tanda bahwa umat Islam telah setuju secara aklamasi hanya mempunyai satu orang khalifah. Di
sisi lain penyerahan tersebut menjadikan Muawiyah sebagai penguasa absolut dalam Islam.
SEJARAH BANI ABBASIYAH
Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari tahap persiapan dan perencaan yang dilakukan oleh Ali bin
Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah tanah dan propaganda untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai
ketika Dinasti Umayyah berada di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Pada waktu itu
Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Negara dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga
menerapkan persamaan hak kepada seluruh warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas
untuk menyusun kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan propaganda di kota Al Humaymah.
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah itu terjadi pada masa
Kholifah Marwan Bin Muhammad (127 – 132 H = 745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di
mana waktu itu pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang sulit diatasi. Pemimpin
gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad bin Ali (wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan
anaknya Ibrahim Al Imam dengan mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang.
LATAR BELAKANG BANI ABBASIYAH
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumya yaitu Dinasti
Umayyah yang telah digulingkannya. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasanya merupakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, Paman Rosullah. Nama Abbasiyah
berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama seorang keturunan Bani Hasyim. Berdirinya
Dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya kekacauan dalam kehidupan bernegara Dinasti
Umayyah. Menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini para khalifah dan pejabat negara lainnya
melakukan kekeliruan dan kesalahan yang menyebabkan terjadinya kekacauan tersebut.
Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi gelar
ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk menumpahkan darah guna
mewujudkan keinginannya).
Menurut Dr. Badri Yatim, M,A Sejarah panjang Islam di
Spanyol dapat dibagi dalam 6 periode
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol
sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia,
ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab
menyebutnya Andalusia.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan islam yang dapat dikatakan paling
berjasa mempimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tatif bin Malik, Tarik bin
ziyad, dan musa bin nusair.
PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DI DAMASKUS
Damaskus menjadi pusat pemerintahan pertama di luar Jazirah Arabia. Pendiri Dinasti Umayyah, Mu’awiyah bin Abu
Sufyan, memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus pada 661. Kira-kira, 26 tahun sebelumnya. Damaskus sudah
berada di tangan Islam, yakni era Khalifah Umar bin Khaththab. Salah satu pemikir yang unggul di Damaskus dalam
masa keemasan Islam adalah Ibnu Taimiyah, Selain Ibnu Taimiyah, ada pula Ibnu al-Syatir (wafat 1375), seorang
Muslim astronom sekaligus pakar matematika.
Sebagai kelanjutan dari masa khulafaur rasyidin, Dinasti Umayyah menjadikan Damaskus sebagai tonggak peradaban
umat Islam. Pada 707, di kota tersebut berdiri rumah sakit sekaligus pusat studi kedokteran pertama. Hal itu atas
dukungan Khalifah Walid bin Abdul Malik. Masa keemasan meliputi Damaskus begitu Sultan Nuruddin berkuasa pada
1154. Pada eranya, banyak masjid, madrasah, dan pusat kesehatan publik dibangun untuk menunjukkan pencapaian
peradaban Islam.
PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DI CARDOBA
Cordova merupakan ibu kota kerajaan Islam di Eropa yang dikenal dengan pemerintahan Al Andalsa pada
tahun 760 Masehi. Di kota inilah Islam memusatkan administrasi pemerintahannya selama tiga abad, sehingga
menjadikan Cordova sebagai salah satu kota terpenting di dunia pada masa itu.
Saat pemerintahan Islam dipimpin Abdurrahman dari Bani Umayyah, dibangun dan dikembangkan
perpustakaan media terlengkap, sistem irigasi terhebat di dunia saat itu, sehingga Cordova menjadi pusat
pendidikan, penelitian, pertanian, dan perdagangan di Eropa. Namun, pada abad 10, pemerintahan Islam di
Cordova direbut oleh pemerintah Spanyol di bawah pimpinan Raja Ferdinand dan kejayaan Islam di Eropa
pun mulai redup.
MASA ABBASIYAH: PERIODE PERTAMA (132 H/750 M - 232 H/847 M)
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan
terus berkembang. Walaupun dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al
Abbas dan Abu Ja’far al Manshur, tetapi puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah
sesudahnya
MASA ABBASIYAH: PERIODE KEDUA (232 H/847 M - 334 H/945M),
Pada periode kedua Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M.), untuk memilih anasir Turki
dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara
golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan sebelumnya. Faktor-faktor penting yang
menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah
kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua, profesionalisasi tentara
menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan
karena beban pembiayaan tentara sangat besar.
MASA ABBASIYAH: PERIODE KETIGA (334 H/945 M - 447 H/1055 M)
Pada periode ketiga Posisi Bani Abasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri
utama periode ketiga. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena
Bani Buwaihi menganut aliran Syi’ah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang
diperintah dan diberi gaji.
MASA DISINTEGRASI
berbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan
Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari
awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam.
Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan
dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat
sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah
tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-
gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran
pajak.
• FAKTOR YANG MENYEBABKAN LEMAH DAN RUNTUHNYA
DINASTI UMAYYAH
1. SISTEM PERGANTIAN KHALIFAH MELALUI GARIS KETURUNAN
2. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA DINASTI BANI UMAYYAH TIDAK BISA DARI KONFLIK-
KONFLIK POLITIK YANG TERJADI DI MASA ALI.
3. PADA MASA KEKUASAAN BANI UMAYYAH, PERTENTANGAN ANTARA SUKU ARABIA UTARA
(BANI QAYS) DAN ARABIA SELATAN (BANI KALB) YANG SUDAH ADA SEJAK ZAMAN SEBELUM
ISLAM, SEMAKIN MERUNCING.
4. LEMAHNYA PEMERINTAHAN DAULAT BANI UMAYYAH JUGA DISEBABKAN OLEH SIKAP
HIDUP MEWAH DI LINGKUNGAN ISTANA SEHINGGA ANAK-ANAK KHALIFAH TIDAK SANGGUP
MEMIKUL BEBAN BERAT KENEGARAAN TATKALA MEREKA MEWARISI KEKUASAAN.
5. PENYEBAB LANGSUNG TERGULINGNYA KEKUASAAN DINASTI BANI UMAYYAH ADALAH
KEKUATAN YANG DIPELOPORI OLEH KETURUNAN AL-ABBAS IBN ABD AL-MUTHALIB.
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK
Pada saat masa kekuasaan bani Umayyah, pasti memiliki banyak peristiwa atau
kejadian yang terjadi dan pasti memiliki hikmah di setiap kejadiannya. Berikut
beberapa hikmah yang bisa kita ambil pada masa kekuasaan bani Umayyah adalah :
» Kita harus berlaku adil dalam segala hal dalam kehidupan kita.
» Kita harus berakhlaq mulia dan tidak sombong.
» Kita tidak boleh rakus dan tamak terhadap kekuasaan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH