Piji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH yang telah melimpahkan rahmatnya
sahingga makalah agama (bani ummayah) ini dapat tearselesaikan walaupun masih
banyak terdapat kekurangan.
Shalawat beriring salam tak lupa kita curahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang islami seperti
saat ini.
Terimakasih tak lupa penulis ucapkan pada dosen pembimbing, bapak Lukman yang
telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua,
referensi untuk melangkah dan memperdalam keagamaan kita.
Penulis
TEDI CAHYONO
(A1B009091
Sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib¸sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak, dan
Iran , memilih dan mengang kat Hasan ibn Ali. Namun kemudian ia memberikan
jabatan itu kepada Muawiyah ibn Sufyan setelah memangku jabatan selama lebih
kurang tiga bulan. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah, pada tahun 661
M. Peristiwa itu dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.
Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah,
adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah
dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di
Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-
Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Bani Umayyah
Pendiri
Umayyah • Utsman bin Affan • Abu Sufyan
Khalifah di Damaskus
Muawiyah I • Yazid I • Muawiyah II • Marwan I • Abdul-Malik • Al-Walid I • Sulaiman •
Umar II • Yazid II • Hisyam • Al-Walid II • Yazid III • Ibrahim • Marwan II
Amir di Kordoba
Abdurrahman I • Hisyam I • Al- Hakam I • Abdurrahman II • Abdullah • Abdurrahman
III
Khalifah di Kordoba
Abdurrahman III • Al-Hakam II • Hisyam II • Muhammad II • Sulaiman • Abdurrahman
IV • Abdurrahman V • Muhammad III • Hisyam III
Wilayah penting
Damaskus • Kordoba • Al-Andalus
pro-Umayyah
Tariq bin Ziyad • Hajjaj bin Yusuf • Al-Hurr
anti-Umayyah
Ali dan pendukungnya • al-Husain • Ibnu Zubair
Peristiwa penting
Shiffin • Karbala
Daulah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam)
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah Ibn Abi Sufyan Radhiallahu ‘anhu, dimana pemerintahan yang
bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu
setelah al-Hasan bin 'Ali Radhiallahu ‘anhuma menyerahkan jabatan kekhalifahan
kepada Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu dalam rangka mendamaikan
kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman
Ibn Affan Radhiallahu ‘anhu, perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-
khawarij dan syi'ah.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan
Radhiallahu ‘anhu mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya, Yazid Ibn Muawiyah Rahimahullah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu
‘anhu bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap
menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata
itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam
pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.
Tokoh-Tokoh
1.Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M),
2.Yazid Ibn Muawiyah,
3.Muawiyah Ibn Yazid,
4.Marwan Ibnul Hakam,
5.Abdullah Ibn Zubair Ibnul Awwam (Interegnum),
6.Abdul-Malik ibn Marwan (685- 705 M),
7.al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M),
8.Yazid ibn Abdul Malik
9.Umar ibn Abdul-Aziz (717- 720 M) dan
10.Hasyim ibn Abd al-Malik (724- 743 M).
11.Marwan II Al-Himar.Rahimahumullahu ajma,in
Masa Kehancuran
Secara Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah
Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya
meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya
persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan
keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik. Sebagai kelompok penganut
islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa
Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap
pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Menurut
mereka, Negara seharusnya dipimpin oleh penguasa yang memiliki integritas
keagamaan dan politik. Adapun perpecahan antara suku bangsa Arab, setidak-tidaknya
ditandai dengan timbulnya fanatisme kesukuan Arab utara, yakni kelompok Mudariyah
dengan kesukuan Arab Selatan, yakni kelompok Himyariyah. Disamping itu, perlawanan
dari kelompok syi`ah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjatuhkan
Daulah Umayyah dan munculnya Daulah Abbasiyyah.
Namun secara garis besar menurut Badri Yatim faktor yang menyebabkan Daulah Bani
Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran antara lain adalah :
1. Sistim pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang
baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan
Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan
akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani
Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara
(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum
Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur
lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa
Bani Umayyah
4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban
berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan agama
yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan
ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan kaum Mawali
yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Dari uraian kemunduran dan kehancuran Daulah Bani Umayyah diatas, penulis melihat
hal ini merupakan sunnatullah bahwa setiap kekuasaan dan peradaban akan mencapai
puncak kemajuannya, dan akan menelusuri jurang kehancurannya dikemudian hari. ك َ َوِتْل
س
ِ ن الّنا
َ لّياُم ُنَداِولْهَا َبْي
َ …ا
Masa Keemasan
PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH
Masa Berkuasanya Bani Umayyah di Andalus dan penerusnya
1.Masuknya Islam ke Spanyol (Andalus)
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat
Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan Rahimahullah (685-
705 M). Khalifah Abd al-Malik Rahimahullah mengangkat Hasan ibn Nu'man al-Ghassani
Rahimahullah menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn
Nu'man Rahimahullah sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah. Di zaman
al-Walid itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan
bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan
berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka
lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali
dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan
waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi
Sufyan Radhiallahu ‘anhu) sampai tahun 83 H (masa al-Walid Rahimahullah). Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini
sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan
perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu
loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara
Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya
adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad
Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian
lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian
menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung
tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya,
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka
terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu
tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq
Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova,
Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah
berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn
Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak
5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini
belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair
Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya.
Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan
Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh
kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai
Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah
Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan
dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri
terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang
kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi,
diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan
ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon
tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah,
Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke
tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan
kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah
menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan
bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam
nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara
politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri
kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut
agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari
penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia
disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu,
kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka
temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh
Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan
dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah
Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi
penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat
pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang
penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam
negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711
M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic
berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol
masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya,
pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena
didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di
bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat
menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup,
dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat
perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja
Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth
adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan
begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak
Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan
Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan
penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara
dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan
memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa
Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu,
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat
dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-
tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun
cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi,
persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol
menyambut kehadiran Islam di sana.
2.Perkembangan Islam di Spanyol (Andalus)
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam
di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai
corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi
menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi,
baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan
gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.
Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis,
terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri
terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara)
dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik
politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada
saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka
waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah mau tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari
500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena
seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka
dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-
Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang
ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil
(Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari
kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di
Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I,
Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik
dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil
mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I
dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di
Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman
al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol
sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad
ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh
simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan
beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan
hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan
gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak
dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi
militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang
berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas
membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih
sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-
Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-
Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah,
penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal
dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini
menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut.
Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar
khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih.
Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961
M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan
universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung
cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang
kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-
rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar
al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-
Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi,
setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki
kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur
dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah
mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak
ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu
kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki
masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-
pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama
kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil dicapai. Antara
lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.
1. Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-
bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun
menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang
kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan
Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru
yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika
dia menjabat sebagai gub ernur.
2. Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-
jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian.
3. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi
semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang
ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam
bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar
pemerintahan.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bani Umayah dimulai dengan
pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah dengan cara yang tidak demokratis pada
tahun 41 H. Selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan secara monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun) selama 91 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada masa
itu antara lain terbunuhnya Husein bin Ali di Karbala pada masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyah.
Meski demikian, Bani Umayah mencatatkan beberapa kamajuan, terutama di bidang
arsitektur, perdagangan, militer dan kesenian. Adapun masa keemasan terjadi ketika
tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin
Abdul Aziz.
DAFTAR PUSTAKA
Ted-go.blogspot.com
Reactions:
0 comments:
Post a Comment
Create a Link
Menurut Turner, Ibnu Al-Haitham adalah ilmuwan Muslim yang mengkaji ilmu optik
dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. ''Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah
para sarjana Muslim yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam,'' ungkap
Howard R Turner dalam bukunya Science in Medieval Islam. Pernyataan Turner itu
membuktikan bahwa dunia modern yang didominasi Barat saat ini tak boleh menafikkan
peran sarjana Muslim di era keemasan. Sebab, dari para ilmuwan Muslimlah, sarjana
Barat seperti Leonardo da Vinci, Kepler, Roger Bacon, serta yang lainnya belajar ilmu
optik.
Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan
Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun
mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak
heran, bila dunia menjuluki kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai
'Bapak Kimia Modern'." Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus
Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling,Will
Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para
kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia
modern. Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh
peradaban Islam. "Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui)
hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar," ungkapnya. Sedangkan,
peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen
yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti. "Kontribusi yang diberikan
Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa penting," cetus Erick John Holmyard
(1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri farmakologi muncul di
dunia.
i. Menuntut ilmu untuk ilmu itu sendiri, mereka adalah para petualang intelektual.
ii. Mereka yang mencari ilmu karena motivasi dunia, mereka mencari martabat, kesenangan dunia, dan
kebanggaan primordialisme dengan ilmu.
iii. Ada yang mencari dan mengembangkan sains dan teknologi karena memenuhi tuntutan dan tuntunan
Allah SWT dalam upaya mengabdikan diri dan mencari keridhaan Allah. Golongan ini menggunakan
ilmu untuk membangunkan berbagai industri yang bermanfaat bagi manusia, membangun ekonomi,
membangunkan peralatan ketenteraan untuk membela diri, membangunkan pertanian, membuat
bangunan-bangunan, sekolah, gedung, jalan raya dan lain-lain dengan tujuan agar dapat melindungi
iman, memperkuatkan syariat, membesarkan syiar Allah, mendaulatkan hukum-hukum
Allah. Inilahilmuwan dan teknolog yang bertaqwa. Mindset yang melatar belakangi apapun adalah iman,
menuntut ilmu merupakan bagian dari ibadah, salah satu jalan mengenal Allah (ma’rifatullah), dan ahli
ilmu adalah pewaris para nabi.
Saat kita cermati shirah nabawiyah, Rasulullah SAW memulai proses pendidikan
(tarbiyah) dengan menyemai aqidah kepada peserta didiknya sehingga mendorong para
sahabat untuk menuntut ilmu guna mensupport kebutuhan ummat Islam. Hasilnya dalam
waktu 30 tahun saja umat Islam menguasai lebih separuh dunia. Romawi dan Persia
takluk kepada mereka pada zaman Pemerintahan Umar ibnu Khattab. Para Saintis kedua
superpower tersebut masuk ke dalam agama Islam sengan suka rela dan beralih menjadi
saintis Islam. Sejak itu berkembanglah budaya Ilmiah Islam dalam masyarakat Islam. Hal
ini terulang kembali di zaman Fatimiyah, Abbasiyah dan Uthmaniah khususnya di zaman
Sultan Muhammad Al Fatih yang menggunakan kaedah yang sama dengan yang
digunakan oleh Rasulullah SAW dan berhasil memajukan sains dan teknologi dalam
masyarakat Islam.15)
Motivasi kajian sains dan teknologi harusnya menambah rasa cinta serta takut kepada
Allah, serta dapat merasakan kebesaran Allah melalui alam ciptaaanNya. Dalam
mengkaji hewan, tumbuhan, manusia dan alam semesta, fikiran dan hati seyogyanya
dikaitkan dengan kebesaran dan keagungan Allah. Sehingga apa saja ilmu yang kita
pelajari, kita kaji dan kembangkan, selalu kita kaitkan dengan kebesaran Allah. Apalagi
kaidah fiqih yang menyebutkan “Ma laa yatiimul waajib illaa bihi, fahuwa wajib” (Apa
yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib
pula) perlu direnunglah oleh ummat saat ini. Ketika melihat bahwa untuk
menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah memerlukan sesuatu maka sesuatu itu
menjadi keniscayaan untuk diadakan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan sains dan penggunaan teknologi haruslah dibingkai hukum syara’.
Teknologi hanya akan digunakan untuk memanusiakan manusia, teknologi digunakan
untuk menjadikan Islam rahmat bagi seluruh alam.
(SELESAI)
Manusia didaulat menjadi khalifah Allah di bumi ini karena ilmunya, QS Al-
Baqarah 2: 31, dan Allah SWT melebihkan manusia yang beriman serta
mempunyai ilmu beberapa tingkatan daripada yang lain, QS Al-Mujadilah 58:
11. Tentu tujuan dari kepemilikan ilmu tidak untuk pengembaraan intelektual,
bukan mencerdaskan akal pikiran belaka, tidak juga mampu menguasai forum
debat dan diskusi, namun untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya di QS Ali ‘Imran 3: 190-191.
Di samping itu, tujuan mencari ilmu adalah untuk meningkatkan amal ibadah
yang kita tujukan dalam mencari ridha Allah semata, sekaligus untuk
meningkatkan kualitas amal saleh bagi kepentingan hidup kemanusiaan, QS
Al-Maidah 5: 35. Orang yang paling baik dalam pandangan Islam adalah orang
yang paling bermanfaat bagi kehidupan kemanusiaan, sebagaimana yang
dikemukakan dalam sebuah Hadist Nabi.
Sains dapat diperoleh melalui berbagai cara; melalui indra pendengaran
(sama’) yang biasanya bersifat verbal, penglihatan (bashar) yang biasanya
menghasilkan sains yang bersifat observasional-eksperimental. Ada
beberapa contoh yang dikemukakan dalam al-Qur an, misalnya Allah SWT mengajari
Qabil cara mengubur mayat melalui perantaraan burung gagak QS Al-Maidah 5: 31),
mengajarkan tentang pengertian berbangkit melalui pengamatan eksperimental, QS Al-
Baqarah 2: 259. Atau mengajarkan Nabi Ibrahim AS bagaimana menghidupkan yang
mati juga melalui eksperimen, QS Al-Baqarah 2: 260.
Islam mendorong umatnya untuk bersungguh-sungguh dan tak pernah jemu untuk
mencari ilmu yang bermanfaat. Selain tuntunan keutamaan (fadhilah), juga tuntutan
karena dunia masa kini, apalagi masa depan, dunia dikuasai oleh orang yang memiliki
sains dan teknologi. Jika dikatakan sains merupakan infrastruktur, keduanya akan
menentukan suprastruktur dunia internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum dan
juga perilaku keagamaan. Jika umat Islam ingin leading mengembalikan perannya
sebagai khaira ummah (ummat terbaik, QS Ali ‘Imran 3: 110) dan ummatan
wasathan (umat pilihan, QS al-Baqarah 2: 143) menjadi saksi atas kebenaran, ajaran-
Nya maka umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan.1)
Penguasaan sains dan teknologi (IPTEK) merupakan prasyarat (pre-requisite) dalam meraih
kemakmuran (prosperity). Teknologi, dalam kancah perekonomian global sudah dianggap sebagai
investasi (capital) dominan dalam pembangunan ekonomi. Saat ini kekayaan sumber daya alam
bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa, namun bangsa yang menguasai teknologi
akan mampu mengusai dunia. Oleh karena itu, membangun masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society) sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya daya dukung teknologi
suatu bangsa. Lebih dari itu, pembangunan yang dulu difahami sebagai pembangunan ekonomi
telah bergeser, teori ekonomi neo-classical hanya memasukkan parameter tenaga kerja dan kapital
dalam faktor produksi. Kini dikembangkan teori dengan memasukkan ilmu pengetahuan sebagai
dasar perkembangan teknologi atau bagian intrinsik dari sistim ekonomi. Ilmu pengetahuan telah
menjadi faktor ketiga dalam produksi dan pertumbuhan ekonomi. Terjadi pergeseran paradigma
pertumbuhan ekonomi dari konsep modal dan tenaga kerja kepada penggunaan pengetahuan
sebagai komponen utama pertumbuhan ekonomi dan produktifitas yang dikenal sebagai Ekonomi
Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Economy).2)
Fakta bahwa sains telah berperan sangat penting dalam pembangunan peradaban. Penemuan-
penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan hidup bagi
manusia. Semua ini adalah nikmat, anugerah dari Allah SWT yang patut manusia syukuri. Sekalipun
yang sering terjadi justru sebaliknya, makin berkembang ilmu pengetahuan membuat manusia makin
jauh dari Allah, malah kejahatan makin bertambah kejam dan canggih.
a. Astronomi
Ilmu hisab sangat terkait dengan ibadah mahdhah shalat, puasa dan haji,
sehingga sejak Islam datang, tegak dan menyebar ke seluruh penjuru dunia,
ilmu astronomi juga turut berkembang. Sumbangan yang diberikan ilmuwan
muslim di bidang astronomi pada abad pertengahan atau di masa-masa
kejayaan Islam cukup sigifikan. Nicolaus Copernicus sebagai ilmuwan yang
merumuskan teori heliosentris mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat alam
semesta, tetapi bersama dengan planet lain mengitari matahari. Teori yang
diumumkan pada 1543 dalam buku "De Revolutionibus Orbium Coelestium"
Sebetulnya, teori Copernicus banyak dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim abad 9
dan 10 yaitu Az-Azrgaly dan Al Battani.
b. Optik
Ilmuwan Muslim pertama yang mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M-
873 M). Karangan Al-Kindi tentang optik berjudul De Radiis Stellarum, sangat
berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.
Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles yang
menyebutkan penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek
yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan
daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut
radiasi yang padat.
Seabad kemudian, muncul ilmuwan optik Muslim lainnya yaitu Ibnu Sahl
(940 M-100 M). Ibnu Sahl juga seorang matematikawan yang mendedikasikan
dirinya di Istana Baghdad. Sahl menulis buku On Burning Mirrors and Lenses
(pembakaran dan cermin dan lensa) yang mempelajari cermin membengkok
dan lensa membengkok serta titik api cahaya. Ibnu Sahl pun menemukan
hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum
Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk
memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahanya
berada di sebuah titik di poros.
Ilmuwan Muslim yang dikenal sebagai bapak optik adalah Ibnu Al-Haitham
(965 M-1040 M), atau Alhazen bernama lengkap Abu Ali Muhammad Ibnu Al-
Hasan Ibnu Al-Haitham merupakan sarjana Muslim terkemuka yang terlahir di
Basrah, Irak. Al-Haitham sempat belajar di Universitas al-Azhar. Setelah itu,
secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu
seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat.
Disamping dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Salah satu
karyanya yang paling fenomenal adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam
kitab itu, ia menjelaskan beragam fenomena cahaya termasuk sistem
penglihatan manusia. Selama lebih dari 500 tahun buku ini dijadikan pegangan
dalam bidang optik. Pada tahun 1572 M, Kitab Al-Manadzir diterjemahkan
kedalam bahasa Latin Opticae Thesaurus. Sayangnya, dari sekian banyak
karyanya yang diperkirakan lebih dari 200 buku hanya sedikit yang terisa.
Bahkan karya monumentalnya, Kitab Al Manadhir, tidak diketahui lagi
rimbanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam
bahasa Latin.
Pada abad ke-13 M, fisikawan Muslim lainnya yang banyak berkontribusi
dalam bidang optik adalah Kamaluddin Al-Farisi. Dia mampu menjelaskan
fenomena pelangi. Melalui penelitian yang dilakukannya, ia berhasil
mengungkapkan bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan serta
terbentuknya pelangi primer dan sekunder.
c. Kimia
... (BERSAMBUNG)
Jelaslah bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah pilih kasih antara umat manusia siapa saja yang
beramal shalih maka akan memperoleh pahala yang tidak ada aniaya sedikitpun, firman Allah SWT:
Referensi :
1. Persatuan Ulama Islam Sedunia, 25 Prinsip Islam Moderat, cet.I 1429H/2008, SCC Jakarta.
2. Salim al-Bahnasawi, Makanatul Mar'ah Bainal Islam wal Qowanin al-'Alamiyah, Darul Qolam,
1406H/1986M.
5. Fathul-Qodir, Asy-Syaukani.
6. Nuzhatul-Muttaqin Syarh Riyadhush-Sholihin, Dr Musthofa Sa’id Al-Khin dkk, 1/280, hadits
no: 275, cet: 15 (1408H/1988M), Mu’assasah Ar-Risalah Beirut.
7.
12. Qomus Al-Qur’an aw Ishlah Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an al-Karim, Al-Faqih Al-Mufassir, Al-
Jami’ Al-Husein Mohammad Ad-Damighon, Darul-Ilmi lil Malayin Beirut, cet: 3 (1980).
15. al-Khilafah Baina at-Tanzhir wa ath-Thathbiq, Mahmud al-Mardawai, cet. 1 1403H/1983M, tanpa
penerbit.
16. “Audatul Hijab”, Muhammad Ahmad Ismail al-Muqoddam, Dar Thoyyibah Riyadh, tanpa tahun
penerbitan.
17. Qodhoya al-Mar’ah fi Suroti an-Nisa’, Dr. Muhammad Yusuf Abd, cet 1 tahun 1405H/1985M.. Darud-
Da’wah Kuwait.
18. Buku-buku Hadits Nabi seperti: Musnad Imam Ahmad, al-Mustadrak alHakim, Shahih Bukhari dan
Imam Muslim dan Syarahnya dll.
19. Daurul Mar’ah Fil Mujtama’ al-Islami, Dr. Ali Wahbah, cet. Ke 5 tahun 1403H/1983M. Darul
Liwa’Riyadh KSA.
20. Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 360-361, cet. 1 tahun
1417H/1996M, Muassasah ar-Risalah Beirut.
21. al-Mar’ah al-Muslimah wa Fiqhu ad-Da’wah, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Darul Wafa Mesir, tanpa
nomor cetakan dan tahun terbitan.
22. Ya Nisa’ad-Du’at Lastunna Kakulli an-Nisa’, Zubeir Fadhl Madhawi, hal: 27, Syarikat Maktabah al-
Khadamat al-Haditsah, tanpa tahun penerbitan.
23. al-Marja’iyyatul ‘Ulya fil- Islam Lil-Qur’an was-Sunnah, Yusuf al-Qaradhawi, Hal 197-198, cet.1 tahun
1414H/1993M, Muassasah ar-Risalah Beirut.
24. Ar-Rasul wal-‘ilm, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 91, Maktabah Wahabah Kairo, tanpa tahun
penerbitan.
25. Nisa’ Haula ar-Rasul, war-Rodd ‘ala Muftaroyat al-Mustasyriqin, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan
Musthofa Abun-Nashr asy-Syalabi, cet. 3 tahun 1411H/1991M, Maktabah as-Sawadi Jeddah.
26. al-Muntakhob Min A’lam an-Nisa’, Abbas Muhammad Hasan yusuf, cet. 1 tahun 1410H/1990M,
Darul Bayan Kuwait.
[1] Persatuan Ulama Islam Sedunia, 25 Prinsip Islam Moderat, hal 93, cet.I 1429H/2008, SCC Jakarta.
[2] Dikutip dari Wil Durant dari bukunya Hadharatush-Shin dan buku Hayatul Yunan, terjemahan Mohammad
Badran, hal: 17, 114-273. (lihat: Salim al-Bahnasawi, Makanatul Mar'ah Bainal Islam wal Qowanin
al-'Alamiyah, hal: 13, Darul Qolam, 1406H/1986M.
[3] Dikutip dari Wil Durant dalam Tarikhul 'alam, hal: 394, Wizarotul Ma'arif Mesir. Lihat : al-Bahnasawi,
op.cit. hal: 14.
[4] Wil Durant, opcit. Hal 179. lihat: al-Bahnasawi, opcit. Hal: 14.
[5] Opcit.
[6] Al-Bahnasawi, opcit. Hal 15. Lihat pula buku: al-Mar’ah al-Muslimah wa Fiqhu ad-Da’wah, Dr. Ali Abdul
Halim Mahmud, Darul Wafa Mesir, tanpa nomor cetakan dan tahun terbitan.
[9] HR. Imam Ahmad 6/322. Abu Ya’la 6959, ath-Thabari dalam Tafsirnya 5/46-47, ath-Thabrani dalam al-
Kabir 23/280, al-Hakim berkata (2/335): Hadits shahih sanadnya, jika Mujahid mendengar dari Ummu
Salamah”.
[13] Imam Bukhori, kitab Fi An-Nikah, bab Al-Mudarot ma’an-Nisa’, Imam Muslim kitab Fi Ar-
Rodho’, bab Al-Washiyat bin-Nisa’.
[14] Al-Mar’ah fi Al-Qur’an Wa As-Sunnah, Mohammad Izzat Daruzah, hal: 47< cet: 1 (1387H-
1967M)< Al-Maktabah Al-Ashriyah Beirut. Lihat hadits dalam kitab Nuzhatul-Muttaqin Syarh
Riyadhush-Sholihin, Dr Musthofa Sa’id Al-Khin dkk, 1/280, hadits no: 275, cet: 15
(1408H/1988M), Mu’assasah Ar-Risalah Beirut.
Lihat juga: Al-Asas Fi At-Tafsir, Sa’id Hawa, 2/986-987, cet: 2 (1409H/1989M) Darus-Salam
[15] Lihat: Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir, Mohammad Ath-Thohir bin Asyur, 1/428.
Lihat: Qomus Al-Qur’an aw Ishlah Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an al-Karim, Al-Faqih Al-Mufassir,
Al-Jami’ Al-Husein Mohammad Ad-Damighon, 219-220< Darul-Ilmi lil Malayin Beirut, cet: 3 (1980).
[16] Shahih Bukhari 5096, Muslim dalam Kitab adz-Dzikr (2740), dari Usamah bin Zaid dengan lafal “Adhorro
‘alar-Rijal Minan-Nisa”
[17] Shahih Muslim (2742), kitab ad-Dzikr, dari Abu Sa’id al-Khudri r.a
[19] Baca: Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam 3/314, Imam Baihaqi dalam as-sunan al-Kubro 200/9. Imam al-
Baihaqi mengatakan, bahwa Imam asy-Syafe’i meriwayatkan dari Abi Abdur-Rahman al-Bagdadi: “para
ahli sejarah seperti Ibnu Ishaq, Musa bin Uqbah dan ulama lainnya yang meriwayatkan bahwa Bani
Qoinuqo’ membuat perjanjian dengan Rasulullah saw, ketika itu datanglah seorang wanita Anshar kepada
seorang ahli sepuh perhiasan emas, Yahudi dan Anshar terdapat konflik, ketika wanita tersebut duduk di
sisi ahli sepuh tadi, seseorang Yahudi mengikatkan tali di besi ke bagian pakaian si wanita Anshar tanpa
diketahuinya, saat si wanita itu berdiri maka tersingkaplah pakaian si wanita itu dan orang-orang yang
melihat di pasar tertawa mengejek. Kabar itu sampai kepada Rasulullah saw, beliaupun memperingati
mereka dan menganggap peristiwa ini sebagai pelanggaran perjanjian”.
[20] Lihat: Daurul Mar’ah Fil Mujtama’ al-Islami, Dr. Ali Wahbah, hal: 16, cet. Ke 5 tahun 1403H/1983M. Darul
Liwa’ Riyadh KSA.
[21] Lihat: al-Marja’iyyatul ‘Ulya fil- Islam Lil-Qur’an was-Sunnah, Yusuf al-Qaradhawi, Hal 197-198, cet.1 tahun
1414H/1993M, Muassasah ar-Risalah Beirut.
[24] Musnad Ahmad (5/45), demikian Imam ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Awsath (425) dan
dishahihkan oleh al-Hakim (7789), tetapi dalam sanadnya terdapat Abu Bakrah Bakkar bin Abdul Aziz bin
Abi Bakrah yang diperbincangkan ( lihat Silsilah Hadits-hadits Lemah (436)
[25] Lihat: Bahasan khilafiyah dalam hadits nabi tsb dalam buku al-Khilafah Baina at-Tanzhir wa ath-
Thathbiq, Mahmud al-Mardawai, buku al-Khilafah hal 123, cet. 1 1403H/1983M, tanpa penerbit
[26] Qodhoya al-Mar’ah fi Suroti an-Nisa’, Dr. Muhammad Yusuf Abd, hal 34-35, cet 1 tahun 1405H/1985M..
Darud- Da’wah Kuwait.
[27] Lihat: Ya Nisa’ad-Du’at Lastunna Kakulli an-Nisa’, Zubeir Fadhl Madhawi, hal: 27, Syarikat Maktabah al-
Khadamat al-Haditsah, tanpa tahun penerbitan.
[28] Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 360-361, cet. 1 tahun
1417H/1996M, Muassasah ar-Risalah Beirut.
[31] Ar-Rasul wal-‘ilm, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 91, Maktabah Wahabah Kairo, tanpa tahun penerbitan.
[32] Lihat secara rinci tentang peran para wanita dalam buku “Audatul Hijab”, Muhammad Ahmad Ismail al-
Muqoddam, Dar Thoyyibah Riyadh, tanpa tahun penerbitan.
Lihat juga buku: Nisa’ Haula ar-Rasul, war-Rodd ‘ala Muftaroyat al-Mustasyriqin, Mahmud Mahdi al-
Istanbuli dan Musthofa Abun-Nashr asy-Syalabi, cet. 3 tahun 1411H/1991M, Maktabah as-Sawadi
Jeddah. Juga buku: al-Muntakhob Min A’lam an-Nisa’, Abbas Muhammad Hasan yusuf, cet. 1 tahun
1410H/1990M, Darul Bayan Kuwait.
Persepsi tentang wanita yang bijak adalah persepsi yang tidak condong kepada
pengekangan terhadap wanita karena sikap-sikap yang kaku terhadap teks-teks
agama, sebaliknya tidak pula memberikan persepsi yang liberal yang cenderung
mempersepsikan kebebasan tanpa batas dan kaidah-kaidah agama yang diangkat dan
dibahas oleh para ulama Islam.
“Islam tidak memposisikan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang serba
salah. Islam juga tidak membuat mereka merasa berdosa ketika harus terlibat dalam
berbagai aktivitas sosial. Hanya saja, Islam mewarnainya dengan adab-
adab syar’i sebagaimana berbagai aktivitas lain. Islam meletakkan panduan bagi
wanita yang dapat menjaga diri berikut masyarakatnya. misalnya menutup aurat,
larangan berduaan (berkhalwat), pemberian batas-batas ikhtilath dan hal lain yang
terkait dengan keterlibatan wanita dalam aktivitas sosial” [1] .
“Wanita adala belahan dari pria” (HR. Ahmad dari Aisyah r.a)
“Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang kakruf” (QS. Al-Baqarah: 228).
Islam memandang bahwa setiap jenis laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan
masing-masing; Allah memberikan kelebihan bagi laki-laki atas perempuan dengan
satu derajat, firmanNya:
م
ٌ كي
ِ ح
َ زيٌز ُ ّ ة َوالل
ِ َه ع ٌ ج ّ ِل ع َل َي ْه
َ ن د ََر ِ جا
َ ف وَِللّر َ ْ ن ِبال
ِ معُْرو ّ ِذي ع َل َي ْه
ِ ّ ل ال
ُ ْ مث ّ ُوَل َه
ِ ن
[228:]البقرة
“dan bagi mereka (wanita-wanita) hak sebagaimana kewajiban dengan makruf, bagi
kaum lelaki atas mereka derajat, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.
Al-Baqarah: 228).
Karenanya Allah SWT memberikan tugas lebih berat bagi lelaki atas kaum
perempuan; kaum lelakilah yang mengemban tugas-tugas berat seperti kenabian,
kepemimpinan global (al-imamah al-uzhma), tugasqodho (peradilan), megimami
shalat, jihad fi sabilillah. Sebagaimana diberikan kekhususan kepada kaum pria
seperti penisbatan anak kepada bapaknya (lelaki), pembagian waris dua kali lipat atas
bagian wanita dan sebagainya.
يا:وقد روى المام أحمد في مسنده أن أم سلمة رضي الله عنها قالت
ف الميراث!! فأنزل الله ُ ولنا ِنص، تغُزو الرجال ول نغزو،رسول الله
ما
ّ م
ِ بٌ صيِ َل ن
ِ جاَ ض ِللّر َ ْ ُ ضك ُ ّ ل الل ّ َما ف
َ ض
ٍ ْم َع َلى ب َع َ ْه ب ِهِ ب َع َ وا ْ ّ من
َ َ َول ت َت:تعالى
][32:ضل ِهِ ]النساء ْ َن ف ْ م َ ّ سأُلوا الل
ِ ه ْ ن َواَ ْ سبَ َ ما اك ْت ّ م
ِ ب ٌ صي
ِ َ ساِء ن َ ّ سُبوا وَِللنَ َ اك ْت
[9
Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya bahwa Ummu Salamah r.a berkata:
wahai Rasulullah, kaum pria berperang sedangkan kami (kaum wanita) tidak, bagi
kami setengah bagian warisan kaum pria?”, kemudian turun ayat 32 surat an-Nisa’:
“dan janganlah kalian berangan-angan apa yang Allah beri kelebihan kepada
sebahagian kalian atas sebahagian, bagi lelaki bagian apa yang mereka lakukan dan
bagi perempuan bagian sesuai apa yang dilakukan, mintalah kepada Allah dari
sebagian karuniaNya”.
Imam al-Qurthubi berkata[10]:
Tidak tersembunyi bagi orang cerdas terhadap kelebihan (yang dimiliki) kaum pria
atas kaum wanita, kalaulah disebut-sebut bahwa wanita diciptakan dari (sebagian)
penciptaan lelaki, maka hal itu (sebenarnya) orisinil, bagi lelaki hak melarang wanita
melakukan sesuatu selain atas izinnya”.
Namun demikian, kelebihan tersebut yang merupakan karunia dari Sang
Pencipta alam semesta, tidak berarti pelecehan terhadap hak-hak asasi perempuan
dan apalagi tidak sama sekali berarti sikap diskriminatif terhadap perempuan; tidak
pula secara otomatis bahwa setiap lelaki lebih baik dari semua wanita; karena ada
sebuah kaidah yang berlaku, bahwa “melebihkan atas sesuatu tidak mesti penghinaan
dan merendahkannya; seperti halnya keyakinan bahwa al-Qur’an seluruhnya adalah
Kalamullah, ketika ada sebuah riwayat yang shahih bahwa ayat Kursi (al-Baqarah: 225)
adalah ayat yang paling baik, bukan sama sekali berarti –na’idzubillah- bahwa ayat-
ayat yang tidak baik. Contoh lain pernyataan tentang kelebihan sebahagian Nabi atas
sebahagian lainnya sebagaimana dijelaskan dalam ayat 66 surah al-Isra’, tidak sama
sekali bermaksud pelecehan terhadap Nabi yang lain tersebut. Maha Suci Allah SWT
dari prasangka buruk orang-orang munafik.
Posisi wanita dalam Islam juga dapat dilihat dari perhatiannya kepada kewajiban
pendidikan wanita secara khusus. Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim yang mempunyai dua anak perempuan, kemudian ia
berbuat baik dalam hubungan dengan keduannya kecuali keduanya akan bisa
memasukannya ke dalam surga." (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dan Ibnu
Hibban dalam kitab Shahihnya).
Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: ”Barangsiapa yang
mempunyai tiga anak perempuan, atau dua anak perempuan, atau dua saudara
perempuan, kemudian ia berbuat baik dalam berhubungan dengan mereka dan
bertakwa kepada Allah atas (hak) mereka, maka baginya surga" (HR. Tirmidzi dan Abu
Dawud, hanya saja pada riwayat Abu Dawud Rasulullah saw bersabda, "Kemudian ia
mendidik, berbuat baik, dan menikahkan mereka, maka baginya surga.").
Pendidikan wanita dalam Islam diawali dengan pendidikan dasar, yaitu akidan
dan prinsip-prinsip iman, ibadah dan akhlak wanita muslimah. Demikian juga
pendidikan skil dan ketrampilan bagi wanita seseuai kebutuhan zaman. Adalah Abul
A'la Al Ma'arry berpesan kepada wanita seraya berkata: "Ajarilah mereka memintal
dan menjahit. Biarkan mereka membaca dan menulis aksara. Doanya seorang dara
dengan Al-Fatihah dan Al-Ikhlas sama dengan membaca Yunus dan Bara'ah".
Selanjutnya esensi penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam as sebagai isyarat
adanya nilai fitrah yang terkandung yaitu keterikatan dan kecenderungan antara pria
dan wanita dan pertanda adanya rasa saling membutuhkan satu sama lainnya untuk
saling melengkapi, karena keduanya berasal dari tubuh yang satu, seiring dengan
ungkapan Allah SWT ( ) زوجyang berarti teman hidup [15] , karena keduanya lahir
dari proses penciptaan-Nya.
Keunikan ciptaan wanita seperti disebutkan dalam banyak hadits Nabi saw itu
menempatkan wanita sebagai makhluk Allah yang mesti disikap dengan bijak dan
sesuai fitrahnya dan asal kejadiannya; karenanya wanita di satu sisi disebut-sebut
sebagai zinatul-hayah (perhiasan dunia), sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
("الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة" )رواه مسلم
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah (HR
Muslim).
أل أخبركم بخير ما يكنز المرء المرأة الصالحة إذا نظر إليها سرته وإذا غاب
وإذا أمرها أطاعته" رواه ابن ماجه وأحمد والنسائي والحاكم،عنها حفظته
Maukah kalian aku beritahu sebaik-baik harta simpanan seseorang? Yaitu wanita
sholihah,jika ia memandangnya menyenangkannya, jika ia tidak berada di depannya ia
peliharanya, jika ia memerintahkannya ia menataati” HR. Ibnu Majah, Imam Ahmad,
an-Nasa’I dan al-Hakim.
Tetapi di sisi lain wanita juga menjadi fitnah, sesuatu yang mendatangkan
malapetaka dalam kehidupan bagi kaum pria, hal itu ditegaskan Nabi dalam
haditsnya:
ة
ِ ن أّول فتن
ّ فإ، واّتقوا النساء، )فاتقوا الدنيا:(وعند مسلم في صحيحه
[17](بني إسرائيل كانت فيالنساء
Dalam riwayat Muslim: “takutlah terhadap dunia, dan terhadap wanita, karena
fitnah pertama terhadap Bani Israil dahulu pada wanita”.
Dalam catatan sejarah dikenal peristiwa-peristiwa peperangan di jaman
Jahiliyah yang terjadi disebabkan karena factor wanita seperti yang terjadi terhadap
Kisra yang menginginkan seorang wanita namun ditolak oleh an-Nu’man[18], demikian
peristiwa konflik dengan Yahudi dikarenakan gangguan terhadap wanita muslimah
berjilbab yang terbuka sebagian auratnya di pasar Bani Qoinuqo’ di masa Nabi
Muhammad saw [19] .
Wanita dalam Islam sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah saw
adalah memiliki hak dan kewajiban sebagaimana kaum pria, sebagaimana Islam
mengangkat prinsip persamaan antara lelaki dan perempuan, namun juga menyatakan
realitas perbedaan baik fisik maupun emosi antara lelaki dan perempuan, karenanya
persamaan dan kebebasan yang dimiliki kaum perempuan direalisasi secara
proporsional sesuai batas-batas yang ditentukan syariat Islam[20].
Tidak seperti yang dituduhkan oleh kaum Liberal bahwa wanita memiliki
kebebasan tanpa batas dan arahan kaum pria, mereka kadang-kadang menggunakan
dalil-dalil untuk melegitimasi pandangannya seperti ‘hadits’ :
‘hadits’ tersebut adalah hadits palsu, dikeluarkan oleh Ibnu Ady dalam kitab al-
Kamil 3/262, 5/262 dari Aisyah r.a dari hadits Zaid bin Tsabit r.a, Ibnu al-Jauzi
(2/272) dan Imam Syaukani (129) serta al-Albani dalam Silsilah Hadits Dho’if (435) dan
yang lainnya.
Seperti hadits yang lain:
((حميراء
ُ ف ديِنكم من هذه ال
َ ))خذوا ِنص
Hadits tersebut juga palsu, seperti yang disebutkan dalam kitab Mirqotul
Mafatih (10/565), bahwa al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Saya tidak mengenal
sanadnya, juga periwayatannya dalam buku-buku hadits selain dalam kitab an-Nihayah
Ibnu al-Atsir, tetapi beliau tidak menyebut siapa yang meriwayatkannya. Al-Hafizh
Imaduddin ibnu Katsir, bahwa ia bertanya al-Mazzi dan adz-Dzahabi, keduanya
berkata: tidak mengetahui (riwayat tersebut). As-Sakhowi berkata: disebutkan dalam
al-Firdaus tanpa sanad dan tidak dengan lafazh ini, tetapi dengan lafazh ( خذوا ثلث
حميراء
ُ ت ال
ِ من بي ُ ِ ) ِدين
ِ كم Penulis Musnad al-Firdaus mencantumkan riwayat ini
namun tidak menyebutkan sanadnya. Imam as-Suyuthi mengatakan: “saya tidak
menemukannya (riwayat tersebut) ”. kalaupun benar riwayat tersebut maksudnya
adalah keunggulan yang dimiliki oleh Ummul Mukminin Aisyah r.a dalam hukum-hukum
fiqh keluarga, bukan berarti tahrir al-mar’ah (liberalisasi kaum wanita).
Islam juga tidak memandang wanita wabagai makhluk yang serba kurang.
Sebagaimana sebagian orang yang bersikap negative kepada wanita karena
kekurangan yang diihat pada kaum wanita; sebahagian lagi menganggap wanita sebagi
makhluk lemah dan serba kurang berdasarkan sebuah riwayat hadits :
في أضحى أو فطر إلى المصلى: خرج رسول ال صلى ال عليه وسلم:) عن أبي سعيد الخدري رضي ال عنه قال
"ت ناقصات عقل ودين أذهب للب الرجل الحازم من إحداكن
ُ ما رأي... يا معشر النساء: فقال،)مصلى العيد( فمر على النساء
.أخرجه الشيخان
Maksud hadits ini adalah bahwa wanita ketakjuban Nabi pada fenomena
kemampuan wanita dalam mengambil hati pria, padahal pada diri mereka- secara
umum- ada kelemahan. “Naqishot ‘aql berarti kurang daya ingat dalam beberapa
persoalan hidup, sedangkan naqshu din ialah tidak diperkenankannya wanita
melakukan beberapa ritual ibadah lantaran adanya penghalang seperti haidh dan
nifas [21]. Wallahu A’alam bish-showab.
ُ ّ ة َوالل
ه ٌ ج ّ ِل ع َل َي ْه
َ ن د ََر ِ جا
َ ف وَِللّر َ ْ ن ِبال
ِ معُْرو ّ ِذي ع َل َي ْه
ِ ّ ل ال
ُ ْ مث
ِ نّ ُوَل َه
م
ٌ كيِ ح َ زيٌز
ِ َع
“… dan baginya (kaum wanita) memiliki hak sebagaimana ada kewajiban
dengan cara yang makruf, dan bagi kaum lelaki derajat atas kaum wanita, dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”[22].
Namun demikian tidak ada satu teks agama yang melarang kepemimpinan kaum
wanita atas kaum lelaki selain dalam hal al-walayah (kekuasaan) secara umum,
seperti hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Bakrah r.a [23], Rasulullah saw bersabda:
( ت النساء
ِ ت الرجال إذا أطاع
ِ ن هلك
َ ) ال
“Sekarang, binasalah kaum lelaki jika menaati kaum wanita” .
Maksud 2 riwayat hadits tersebut adalah perwalian atau kepemimpinan secara
umum (imamah kubra) terhadap umat atau kedudukannya sebagai pemimpin daulah.
Terkait dengan riwayat hadits pertama dapat disimpulkan pendapat para ulama
Islam :
a- Sebab periwayatannya adalah kabar tentang ketidakberuntungan orang-
orang Persi, karena mereka memakai sistem kerajaan yang
mengharuskan mengangkat putri pemimpinnya yang meninggal sebagai
penggantinya, padahal selain putrinya masih banyak kaum pria yang
lebih pantas menjadi pemimpin.
b- Kalau ada ulama mengatakan yang menjadi pertimbangan
adalah keumuman lafazh bukankekhususan sebab, tetapi ada juga ulama
yang berpendapat lain seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar yang
menegaskan pentingnya perhatian kepada sebab turunnya ayat dan
sebab periwayatan hadits agar tidak menjadi seperti kaum al-
Haruriyah dan Khawarij yang cenderung tekstualis ekstrim.
c- Jika hadits ini dipahami dengan keumuman lafazh saja maka bisa saja
dikatakan bertentangan dengan ayat yang mengkisahkan ratu Bilqis yang
adil dan cerdas.
d- Para ulama sepakat bahwa wanita dilarang memegang al-walayah al-
kubra atau al-imamah al-uzhma, yang dalam hadits ditunjukkan dengan
kata ”wallau amrohum”. Namun ada juga ulama yang mengqiyaskan
(menganalogi) imamah kubra dengan kepala negara. Singkatnya mereka
berbeda pendapat dalam penetapan wanita sebagai kepada negara atau
kepada daerah. Hal ini terbuka untuk medan ijtihad.
e- Pembicaraan wanita menjadi menteri atau tugas-tugas lain di luar
pembicaraan khilafiyah ulama diatas. Umar bin Khthab pernah
mengangkat Syifa binti Abdullah al-’Adawiyah menjadi Kepala Bidang
Urusan Pasar.
f- Kedudukan seperti Indira Ghandi, Margaret Tatcher atau Golda Meir di
Israel tidak dapat dikatakan penguasa kaum secara umum, sebab mereka
hanya pimpinan dari partai dan kelompoknya (dalam perspektif
demokrasi modern), karena masih banyak yang dapat menentang dirinya
sebagai pemimpin[25] .
(BERSAMBUNG...)
Mukaddimah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya yang senantiasa berlimpah kepada kita semua
sehingga kadang kala tidak sempat mensyukurinya. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan
Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman pengayom semua umat manusia, penebar damai dan sejahtera bagi
semesta. Shalawat dan salam semoga terlimpah pula pada para keluarga, sahabatnya dan semua orang yang
setia menapak jejak langkah ajarannya hingga akhir zaman.
Merupakan sebuah kehormatan bagi umat Islam, karena Allah telah mendeklarasikan bahwa umat ini Allah
hadirkan sebagai ummatan washatan (umat pertengahan), ummat moderat. Umat yang adil dan pertengahan.
Umat yang anti terhadap semua sikap ektrimisme dan tindakan yang melampaui batas.Umat yang mampu
menjadikan sikap pertengahan sebagai pilihan hidup dalam segala lini cara pikir, cara beribadah, cara
muamalah dan sebagainya.
Tapi apakah agan-agan kenal sama ilmuwan-ilmuwan di bawah ini, walaupun mereka kurang terkenal namun
kontribusinya sangat berperan dalam mengubah dunia.
Cekidot gan ilmuwannya ane urutin dari 10 – 1 yang paling berpengaruh mengubah dunia:
10. IBNU AL-HAYTHAM (965-1039 M)
Lahir di Basra, Al-Haytham adalah seorang pemikir terkemuka pada zamannya. Dia membuat sumbangan
berharga dalam bidang matematika, anatomi, astronomi, teknik, kedokteran, filsafat, dan fisika. Ia juga
memperkenalkan metodologi ilmiah eksperimen dan observasi. Karyanya yg penting adalah pada tulisan
mengenai optik, The Book of Optics dianggap sebagai yang berpengaruh untuk sebuah revolusi dalam studi
optik dan persepsi visual. buku tersebut adalah deskripsi pertama dari kamera obscura (kamar gelap), dan ia
juga meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan mikroskop, teleskop dan menetapkan prinsip-prinsip optik
seni Renaisans. Mikroskop secara khusus memiliki implikasi yang besar untuk obat-obatan dan mikrobiologi,
maupun kimia di dunia modern.
Salah satu yang paling berpengaruh dari semua ilmuwan Islam adalah Ibnu Sina, seperti keanyakan
rekan2nya, dia bekerja pada banyak aspek ilmu termasuk kedokteran, matematika, logika, dan geologi. Dia
menulis hampir 450 teks bacaan pada berbagai subyek, dua yang paling terkenal adalah The Canon of
Medicine dan The Book of Healing. buku2 Ini digunakan sebagai buku standar pelajaran universitas di Eropa
selama ratusan tahun. Namun, pengaruhnya meluas lebih jauh lagi, karena ia juga dianggap berperan untuk
pengenalan karantina untuk menghindari penyebaran infeksi, juga memperkenalkan uji klinis dan eksperimen
sistematis .
Thomas Midgley adalah orang yang telah membuat kontribusi besar untuk dunia modern. Sayangnya,
kontribusinya bukan yang positif. Pertama, Midgley menemukan adiktif yang dapat membuat bensin
menghentikan efek “mengetuk” pada mesin mobil. Namun, hal ini juga menimbulkan masalah kesehatan
secara global. Selanjutnya, ia adalah orang yang berperan dalam pengembangan CFC, salah satu senyawa
yang paling merusak di atmosfer kita saat ini, dan kontributor utama pemanasan global. Telah diakui bahwa
Midgley “memiliki dampak yang lebih besar pada atmosfer dari pada organisme lain apapun dalam sejarah.”
sangat menyedihkan untuk dirinya, tapi bagaimanapun juga berguna bagi umat manusia. Ia terjangkit polio
yang membuatnya tidak bisa beranjak dari tempay tidurnya dan lalu setelah merancang sistem katrol yang
rumit untuk membantunya bangun dari tempat tidur, ia tidak sengaja tersangkut di tali dan mencekik dirinya
sendiri.
Diakui oleh beberapa orang sebagai bapak fisika modern, James Clerk Maxwell adalah tokoh yang sangat
berpengaruh di bidang listrik, termodinamika, fotografi, energi nuklir, dan lain-lain. Penemuan spektrum
elektromagnetik yang berpengaruh terhadap pengembangan televisi, radio, gelombang mikro, serta membantu
dalam pengembangan teleskop radio dan inframerah. Persamaan pada medan elektromagnetiknya sangat
penting bagi teori relativitas khusus, oleh Albert Einstein. Ia juga menghasilkan foto berwarna pertama ,
gambar pita tartan. Karyanya benar-benar menandai keberangkatan dari karya ilmuwan besar lainnya yaitu
Isaac Newton, dan membantu untuk menginformasikan ilmu di balik banyak perkembangan teknologi besar
dari zaman modern.
Seorang fisikawan insinyur listrik dari Amerika Serikat, John Bardeen adalah salah satu dari sedikit orang yang
memenangkan dua hadiah Nobel. Pada tahun 1956, dengan dua rekannya, ia mengembangkan transistor
listrik, suatu perkembangan yang telah memfasilitasi pengembangan setiap perangkat elektronik yang
digunakan dalam dunia modern. penemuannya pada tahun 1972 yaitu superkonduktivitas telah memungkinkan
penggunaan CAT dan MRI scan di kedokteran. Walaupun memiliki terobosan revolusioner ini, Bardeen hampir
tidak dikenal di luar komunitas ilmiah. Walaupun begitu warisannya, telah mengubah dunia di luar
perkiraannya.
Ketika bekerja sebagai dokter bedah di Glasgow Royal Infirmary, Lister mencoba untuk memecahkan masalah
infeksi pada luka, yang menewaskan 45% -50% dari semua kasus amputasi. Setelah mempelajari beberapa
karya Louis Pasteur, dan membaca koran tentang penggunaan asam karbol dalam pengolahan limbah, Lister
mulai mengobati pasien luka-luka dengan asam karbol. Dia memaksa dokter bedah untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah pengobatan dengan larutan asam karbol, serta peralatan bedah sampai bersih dengan
larutan itu, yang dengan demikian mewujudkan revolusi dalam kehigienisan rumah sakit. Dianggap sebagai
bapak obat antiseptik, Penemuan Lister sudah menyelamatkan hidup yang tak terhitung jumlahnya di seluruh
dunia, dan merupakan salah satu terobosan terbesar dalam sejarah medis.
sumber: kaskus.us
Leave a Reply
Top of Form
Name (required)
Website
Bottom of Form