Anda di halaman 1dari 54

KATA PENGANTAR

Piji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH yang telah melimpahkan rahmatnya
sahingga makalah agama (bani ummayah) ini dapat tearselesaikan walaupun masih
banyak terdapat kekurangan.

Shalawat beriring salam tak lupa kita curahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang islami seperti
saat ini.

Terimakasih tak lupa penulis ucapkan pada dosen pembimbing, bapak Lukman yang
telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua,
referensi untuk melangkah dan memperdalam keagamaan kita.

Bengkulu, November 2009

Penulis
TEDI CAHYONO
(A1B009091

Sejarah Bani Ummayah

Sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib¸sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak, dan
Iran , memilih dan mengang kat Hasan ibn Ali. Namun kemudian ia memberikan
jabatan itu kepada Muawiyah ibn Sufyan setelah memangku jabatan selama lebih
kurang tiga bulan. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah, pada tahun 661
M. Peristiwa itu dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.

Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah mengakhiri bentuk


pemerintahan yang demokratis. Kekhalifahan menjadi semacam monarchi absolut,
yaitu sistem kerajaan yang diwariskan secara turun-temurun. Kekhalifahan Bani
Umayah bertahan lebih kurang 90 tahun, mulai dari tahun 661 sampai 750 M.

Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫بنو أمية‬, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah,
adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah
dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di
Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-
Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Bani Umayyah

Pendiri
Umayyah • Utsman bin Affan • Abu Sufyan
Khalifah di Damaskus
Muawiyah I • Yazid I • Muawiyah II • Marwan I • Abdul-Malik • Al-Walid I • Sulaiman •
Umar II • Yazid II • Hisyam • Al-Walid II • Yazid III • Ibrahim • Marwan II
Amir di Kordoba
Abdurrahman I • Hisyam I • Al- Hakam I • Abdurrahman II • Abdullah • Abdurrahman
III
Khalifah di Kordoba
Abdurrahman III • Al-Hakam II • Hisyam II • Muhammad II • Sulaiman • Abdurrahman
IV • Abdurrahman V • Muhammad III • Hisyam III
Wilayah penting
Damaskus • Kordoba • Al-Andalus
pro-Umayyah
Tariq bin Ziyad • Hajjaj bin Yusuf • Al-Hurr
anti-Umayyah
Ali dan pendukungnya • al-Husain • Ibnu Zubair
Peristiwa penting
Shiffin • Karbala
Daulah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam)
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah Ibn Abi Sufyan Radhiallahu ‘anhu, dimana pemerintahan yang
bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu
setelah al-Hasan bin 'Ali Radhiallahu ‘anhuma menyerahkan jabatan kekhalifahan
kepada Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu dalam rangka mendamaikan
kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman
Ibn Affan Radhiallahu ‘anhu, perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-
khawarij dan syi'ah.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan
Radhiallahu ‘anhu mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya, Yazid Ibn Muawiyah Rahimahullah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu
‘anhu bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap
menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata
itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam
pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.

Tokoh-Tokoh
1.Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M),
2.Yazid Ibn Muawiyah,
3.Muawiyah Ibn Yazid,
4.Marwan Ibnul Hakam,
5.Abdullah Ibn Zubair Ibnul Awwam (Interegnum),
6.Abdul-Malik ibn Marwan (685- 705 M),
7.al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M),
8.Yazid ibn Abdul Malik
9.Umar ibn Abdul-Aziz (717- 720 M) dan
10.Hasyim ibn Abd al-Malik (724- 743 M).
11.Marwan II Al-Himar.Rahimahumullahu ajma,in

Masa Kehancuran
Secara Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah
Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya
meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya
persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan
keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik. Sebagai kelompok penganut
islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa
Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap
pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Menurut
mereka, Negara seharusnya dipimpin oleh penguasa yang memiliki integritas
keagamaan dan politik. Adapun perpecahan antara suku bangsa Arab, setidak-tidaknya
ditandai dengan timbulnya fanatisme kesukuan Arab utara, yakni kelompok Mudariyah
dengan kesukuan Arab Selatan, yakni kelompok Himyariyah. Disamping itu, perlawanan
dari kelompok syi`ah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjatuhkan
Daulah Umayyah dan munculnya Daulah Abbasiyyah.
Namun secara garis besar menurut Badri Yatim faktor yang menyebabkan Daulah Bani
Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran antara lain adalah :
1. Sistim pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang
baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan
Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan
akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani
Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara
(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum
Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur
lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa
Bani Umayyah
4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban
berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan agama
yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan
ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan kaum Mawali
yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Dari uraian kemunduran dan kehancuran Daulah Bani Umayyah diatas, penulis melihat
hal ini merupakan sunnatullah bahwa setiap kekuasaan dan peradaban akan mencapai
puncak kemajuannya, dan akan menelusuri jurang kehancurannya dikemudian hari. ‫ك‬ َ ‫َوِتْل‬
‫س‬
ِ ‫ن الّنا‬
َ ‫لّياُم ُنَداِولْهَا َبْي‬
َ ‫…ا‬

Masa Keemasan
PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH
Masa Berkuasanya Bani Umayyah di Andalus dan penerusnya
1.Masuknya Islam ke Spanyol (Andalus)
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat
Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan Rahimahullah (685-
705 M). Khalifah Abd al-Malik Rahimahullah mengangkat Hasan ibn Nu'man al-Ghassani
Rahimahullah menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn
Nu'man Rahimahullah sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah. Di zaman
al-Walid itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan
bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan
berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka
lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali
dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan
waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi
Sufyan Radhiallahu ‘anhu) sampai tahun 83 H (masa al-Walid Rahimahullah). Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung
yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini
sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan
Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan
perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu
loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in. Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara
Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya
adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan
kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad
Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian
besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian
lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian
menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung
tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya,
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka
terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu
tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq
Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova,
Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah
berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn
Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak
5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini
belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan
untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair
Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya.
Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan
Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh
kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai
Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah
Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan
dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri
terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang
kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi,
diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan
ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon
tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah,
Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke
tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan
kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah
menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan
bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam
nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara
politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri
kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut
agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari
penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia
disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu,
kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka
temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh
Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan
dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah
Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi
penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat
pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang
penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam
negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711
M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic
berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol
masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya,
pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena
didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di
bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat
menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup,
dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat
perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja
Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth
adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan
begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak
Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan
Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan
penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara
dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan
memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa
Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu,
orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat
dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-
tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun
cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi,
persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang
terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol
menyambut kehadiran Islam di sana.
2.Perkembangan Islam di Spanyol (Andalus)
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam
di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai
corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi
menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi,
baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan
gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.
Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis,
terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri
terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara)
dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik
politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada
saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka
waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah mau tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari
500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena
seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka
dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-
Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang
ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil
(Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari
kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di
Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I,
Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn
Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik
dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil
mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I
dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di
Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman
al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol
sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad
ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh
simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan
beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan
hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan
gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak
dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi
militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang
berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas
membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih
sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-
Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-
Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah,
penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal
dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini
menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut.
Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar
khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih.
Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961
M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan
universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung
cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan
para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang
kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-
rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar
al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-
Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi,
setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki
kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur
dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah
mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak
ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu
kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki
masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-
pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama
kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang
pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M)


Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara,
tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (860-
1143 M) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya
adalah sebuah gerakan politik yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara.
Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy.
Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-
serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086
M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk
menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah
ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini
berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh daulah
Muwahhidun. Pada masa daulah Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya
muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun
1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah
ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota
muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk jangka beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-
kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu,
Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh
kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami
Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di
bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu
bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova
jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol
kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman an-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol
ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan
oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand
dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan
terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan
orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan
kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada
tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil dicapai. Antara
lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.
1. Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-
bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun
menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang
kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan
Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru
yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika
dia menjabat sebagai gub ernur.
2. Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-
jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian.
3. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi
semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang
ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam
bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar
pemerintahan.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bani Umayah dimulai dengan
pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah dengan cara yang tidak demokratis pada
tahun 41 H. Selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan secara monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun) selama 91 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada masa
itu antara lain terbunuhnya Husein bin Ali di Karbala pada masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyah.
Meski demikian, Bani Umayah mencatatkan beberapa kamajuan, terutama di bidang
arsitektur, perdagangan, militer dan kesenian. Adapun masa keemasan terjadi ketika
tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin
Abdul Aziz.

DAFTAR PUSTAKA
Ted-go.blogspot.com

Posted by chO teddi at 12:58 PM


Labels: tugas kuliah

Reactions:
0 comments:

Post a Comment

Links to this post

Create a Link

Newer PostOlder PostHome


http://www.scribd.com/document_collections/2733849Teknologi Islam
Moderat (Bag.2/2)
SENIN, 15 FEBRUARI 2010 ADMIN

Teknologi Islam Moderat (Bag.2/2)

3. Sumbangan Islam terhadap sains modern


a. Kesaksian ilmuwan barat tentang kontribusi ilmuwan Islam terhadap
kemajuan Barat
Buku Guinness Book of World Record mencatat University of Al-Karouine (jami’at
al Qarawiyyin) di Fez, Maroko, sebagai universitas tertua di dunia yang berdiri di tahun
859. 17 Setelah itu baru berdiri Al Azhar di Kairo, Mesir, di abad 10 yang menawarkan
beberapa jurusan akademis termasuk program paska sarjana.

Menurut Turner, Ibnu Al-Haitham adalah ilmuwan Muslim yang mengkaji ilmu optik
dengan kualitas riset yang tinggi dan sistematis. ''Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah
para sarjana Muslim yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam,'' ungkap
Howard R Turner dalam bukunya Science in Medieval Islam. Pernyataan Turner itu
membuktikan bahwa dunia modern yang didominasi Barat saat ini tak boleh menafikkan
peran sarjana Muslim di era keemasan. Sebab, dari para ilmuwan Muslimlah, sarjana
Barat seperti Leonardo da Vinci, Kepler, Roger Bacon, serta yang lainnya belajar ilmu
optik.
Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan
Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun
mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak
heran, bila dunia menjuluki kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai
'Bapak Kimia Modern'." Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia," cetus
Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling,Will
Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para
kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia
modern. Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh
peradaban Islam. "Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui)
hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar," ungkapnya. Sedangkan,
peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen
yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti. "Kontribusi yang diberikan
Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa penting," cetus Erick John Holmyard
(1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri farmakologi muncul di
dunia.

4. Sebab-sebab kemajuan teknologi dan sains di masa-masa kejayaan Islam


Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian
teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi
terbelakang. Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler
dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru,
menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam
yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah.
Secara umum menurut Arif16) ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan
sains di dunia Islam saat itu yakni; 1). Kesungguhan dalam mengimani dan
mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu unggul. 2). Motivasi
agama. 3). Faktor sosial politik. 4). Faktor ekonomi. 5). Faktor dukungan dan
perlindungan penguasa saat itu.

5. Sebab-sebab kemunduran umat Islam dalam Pengetahuan


a. Eksternal
Sekalipun Negara-negara yang dihuni ummat Islam secara populasi, geopolitik,
dan kekayaan sumber daya alamnya berada jauh di atas negara lain, namun saat ini umat
Islam masih sebagai end user produk sains dan teknolgi. Barang-barang produksi umat
Islam masih berbasiskan sumber daya alam yang mempunyai nilai tambah (added value)
sangat rendah rendah, belum berbasis sains dan teknologi. Para ilmuwan dan teknolog
Muslim belum maju, belum jadi referensi saintis dan teknokrat dunia lainnya. Justeru
yang terjadi adalah banyak ummat Muslim yang belajar, dan meneliti berbagai
bidang sains dan teknologi kepada ilmuwan barat di Eropa, Amerika, Jepang, Australia
dan lain-lain. Bahkan yang lebih tragis, di sana para ilmuwan Islam tidak hanya belajar
bidang sains dan teknologi tetapi juga dalam bidang kajian Islam. Banyak sarjana dalam
kajian Islam lulus dari hasil berguru kepada orang-orang bukan Islam di Oxford,
Sorbonne, Chicago, Canberra, Canada dan lain-lain. Begitulah kondisi dan citra ummat
dan ilmuwan Muslim saat ini. Tentu kondisi yang sama sekali berbeda jauh dengan
zaman keemasan Islam ini, tidak terjadi begitu saja. Namun merupakan perwujudan dari
proses eksternal dan buah kelemahan internal yang cukup komplek yang sampai saat ini
masih sering diseminarkan.
Faktor serangan Mongol yang membumi-hanguskan Baghdad pada abad ke-11 sering
dimasukkan sebagai salah satu penyebab eksternal dari stagnannya perkembangan sains
dan teknologi Islam. Hal lain, yaitu ketergantungan ekonomi yang besar pada negara-
negara Barat dan tidak adanya stabilitas politik pada masa khilafah Utsmaniyah Turki
sebenarnya berkontribusi signifikan juga. Seperti diketahui, pada awal kekuasaan Turki
Utsmani, mulai dibukanya rute ke Timur lewat Tanjung Harapan, para pedagang Eropa
mulai membentuk hubungan dagang dengan Turki. Pada tahun 1553, Sultan Sulaiman I
menyetujui perjanjian perdagangan bebas antara Inggris dengan Turki dan Inggris
kemudian mendirikan Levian Company di Turki (mirip VOC pada masa awal penjajah
Belanda di Indonesia). Pihak Turki demi mengurangi kerepotan industri, mulai
mengimport barang dari Inggris maupun negara-negara Eropa lainnya, sehingga lambat
laun perekonomian Turki menjadi tergantung kepada perekonomian Eropa. Pada awalnya
tidak terasa adanya bahaya kejadian tersebut karena komoditas import hanya berkisar
pada tekstil wol, logam dan kertas. Akan tetapi, masuk abad ke-19, dampak pengimporan
barang-barang dari Eropa menjadi terasa. Apalagi keadaan politik yang semakin
memburuk, yaitu adanya perpecahan dan upaya pemisahan diri dari negara-negara bagian
Turki. Sehingga saat terjadi revolusi industri di Eropa, perekonomian dan industri di
negara-negara Islam menjadi lemah. Melemahnya perekonomian menyebabkan
rendahnya daya dukung terhadap pengembangan sains dan teknologi. 14)
Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah setelah tahun 1800
disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja
menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal.
Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan
kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan revolusi industri di Inggris.
b. Internal
Banyak ilmuwan, pakar sains dan teknologi Islam mencoba untuk mencari akar
permasalahan kemunduran sains ummat ini dan kemudian mencoba untuk mencari solusi.
Diantaranya, Prof. Dr. Abdus Salam, Ilmuwan Muslim yang mendapatkan Nobel pada
tahun 1978, mengutarakan bahwa umat Islam tertinggal dalam bidang sains dan teknologi
karena beberapa faktor diantaranya:15)
a. Tidak mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun sains murni.
b. Tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya kemandirian sains
dan teknologi (self reliance).
c. Tidak membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung
perkembangan sains.
d. Menerapkan cara yang tidak tepat dalam menjalankan manajemen kegiatan di bidang
sains dan teknologi.
Sedangkan Prof. Baiquni, mantan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional
Indonesia (1973-1984), dalam bukunya Al Qur’an, Sains dan Teknologi menguraikan bahwa
diantara sebab tertinggalnya umat Islam dalam bidang sains dan teknologi adalah :
a. Adanya dikotomi di kalangan ulama Islam yang mungkin tidak begitu memahami
atau salah faham terhadap buah fikiran Imam Al Ghazali, sehingga mereka
memisahkan ilmu-ilmu agama dari sains dan teknologi.
b. Embargo sains dan teknologi yang dibuat oleh negara-negara maju terhadap negara-
negara berkembang, lebih-lebih lagi terhadap negara yang mayoritas umat Islam.
c. Jumlah pakar sains, penerbitan, lembaga pendidikan tinggi/riset di negara-negara
Islam jauh lebih kecil dari pada yang ada di negara-negara bukan Islam.
6. Langkah-langkah menuju kebangkitan sains dan teknologi umat
a. Reorientasi Motivasi
Mencermati realita dunia pendidikan saat ini, misalnya sertifikasi guru dan dosen yang
disinyalir lebih hanya karena adanya tambahan insentif yang akan didapatkan bukan konsideran
kualitas. Jurusan di pergurun tinggi yang menjadi favorit lulusan SMA adalah jurusan yang
kiranya memberikan peluang kerja dengan imbalan financial yang paling banyak, bukan karena
pertimbangan sisi apa yang mungkin dikontribusikan untuk pembangunan ummat. Sehingga
motivasi ummat Islam mengkaji sains dan teknologi saat ini, secara umum dapat disebutkan
didorong oleh :

i. Menuntut ilmu untuk ilmu itu sendiri, mereka adalah para petualang intelektual.

ii. Mereka yang mencari ilmu karena motivasi dunia, mereka mencari martabat, kesenangan dunia, dan
kebanggaan primordialisme dengan ilmu.

iii. Ada yang mencari dan mengembangkan sains dan teknologi karena memenuhi tuntutan dan tuntunan
Allah SWT dalam upaya mengabdikan diri dan mencari keridhaan Allah. Golongan ini menggunakan
ilmu untuk membangunkan berbagai industri yang bermanfaat bagi manusia, membangun ekonomi,
membangunkan peralatan ketenteraan untuk membela diri, membangunkan pertanian, membuat
bangunan-bangunan, sekolah, gedung, jalan raya dan lain-lain dengan tujuan agar dapat melindungi
iman, memperkuatkan syariat, membesarkan syiar Allah, mendaulatkan hukum-hukum
Allah. Inilahilmuwan dan teknolog yang bertaqwa. Mindset yang melatar belakangi apapun adalah iman,
menuntut ilmu merupakan bagian dari ibadah, salah satu jalan mengenal Allah (ma’rifatullah), dan ahli
ilmu adalah pewaris para nabi.

Saat kita cermati shirah nabawiyah, Rasulullah SAW memulai proses pendidikan
(tarbiyah) dengan menyemai aqidah kepada peserta didiknya sehingga mendorong para
sahabat untuk menuntut ilmu guna mensupport kebutuhan ummat Islam. Hasilnya dalam
waktu 30 tahun saja umat Islam menguasai lebih separuh dunia. Romawi dan Persia
takluk kepada mereka pada zaman Pemerintahan Umar ibnu Khattab. Para Saintis kedua
superpower tersebut masuk ke dalam agama Islam sengan suka rela dan beralih menjadi
saintis Islam. Sejak itu berkembanglah budaya Ilmiah Islam dalam masyarakat Islam. Hal
ini terulang kembali di zaman Fatimiyah, Abbasiyah dan Uthmaniah khususnya di zaman
Sultan Muhammad Al Fatih yang menggunakan kaedah yang sama dengan yang
digunakan oleh Rasulullah SAW dan berhasil memajukan sains dan teknologi dalam
masyarakat Islam.15)
Motivasi kajian sains dan teknologi harusnya menambah rasa cinta serta takut kepada
Allah, serta dapat merasakan kebesaran Allah melalui alam ciptaaanNya. Dalam
mengkaji hewan, tumbuhan, manusia dan alam semesta, fikiran dan hati seyogyanya
dikaitkan dengan kebesaran dan keagungan Allah. Sehingga apa saja ilmu yang kita
pelajari, kita kaji dan kembangkan, selalu kita kaitkan dengan kebesaran Allah. Apalagi
kaidah fiqih yang menyebutkan “Ma laa yatiimul waajib illaa bihi, fahuwa wajib” (Apa
yang mutlak diperlukan untuk menyempurnakan sesuatu kewajiban, hukumnya wajib
pula) perlu direnunglah oleh ummat saat ini. Ketika melihat bahwa untuk
menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah memerlukan sesuatu maka sesuatu itu
menjadi keniscayaan untuk diadakan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan sains dan penggunaan teknologi haruslah dibingkai hukum syara’.
Teknologi hanya akan digunakan untuk memanusiakan manusia, teknologi digunakan
untuk menjadikan Islam rahmat bagi seluruh alam.

b. Integrasi sains dan Islam


Sistem pendidikan (tarbiyah Islamiyah) yang dikembangkan umat Islam di zaman
Rasulullah SAW dan salafus saleh telah berhasil melahirkan kelompok ilmuwan dan
teknolog yang bertaqwa dan kompeten dibidangnya. Sehingga ilmuwan dan teknolog
Muslim di zaman itu telah menghasilkan publikasi yang menjadi rujukan bagi ilmuwan
lain. Mereka menjadi peletak dasar-dasar sains dalam berbagai bidang seperti aljabar,
matematika, astronomi, fisika, kimia, optik, biologi, geologi, dan kedokteran.
Sistem pendidikan kita saati ini bukan hanya telah gagal menghasilkan ilmuwan dan
teknolog yang unggul di bidangnya, tetapi juga gagal menghasilkan insan yang takut
kepada Allah (QS. Al-Baqarah 2 : 191). Salah satu penyebabnya adalah pendidikan yang
dianut sekarang hanya dimaknai sekedar transfer ilmu (transfer of knowledge) hanya
menyentuh aspek cognitive belaka. Sementara berdasarkan survey terhadap hubungan
antara sains dan agama sebaiknya bagaimana, maka 13,74% menjawab konflik; 22,1%
independensi; 8,4% dialog, dan 55,7% integrasi. 18)
Sistem pendidikan sekular yang dianut, dengan memisahkan antara ilmu umum dan
ilmu agama (dichotomi), telah melahirkan dua jenis manusia yang ekstrim : sistem
pendidikan agama yang melahirkan manusia yang hanya berfikir kepada fikih, halal
haram dan kurang memperdulikan kemajuan pembangunan material. Sementara sistem
lainnya hanya melahirkan manusia yang pandai membuat kemajuan dan pembangunan
material tetapi makin jauh dari Allah.
Upaya mengintegrasikan ilmu umum dan agama cukup intensif sejak tahun 1950-an.
Islamisasi sains ini dipopulerkan oleh Sayyed Hossein Nasr, Ziauddun Sardar, Ismail al-
Faruqi, al-Attas dan akhir-akhir ini Mehdi Golshani. Di Indonesia sendiri, wacana
integrasi sains dan Islam diimpikan akan didapatkan melalui konversi IAIN/PTAI
menjadi UIN, sekalipun realitanya yang terjadi mengindikasikan lebih karena faktor lain
yang sangat jangka pendek.
c. Dukungan Pemerintah dan masyarakat
Secara internal, yang paling rasional atas kemandegan sains di dunia Muslim adalah
kegagalan pemimpin memanfaatkan dan mengkoor dinasikan pengembangan disiplin
ilmu sains.19) Peran strategis negara dalam menyediakan stimulus positif bagi
perkembangan ilmu terlihat di masa lalu. Sekolah yang disediakan negara bisa diakses
masyarakat dengan mudah. Bahkan Rasulullah telah menyuruh umat Islam untuk berburu
ilmu sampai ke Cina. Sejarah juga membukukan bahwa al-Kindi dipercaya Khalifah al-
Ma’mun untuk mengelola Baitulhikmah yang kala itu gencar menerjemahkan buku-buku
sains dari berbagai bahasa, seperti Yunani. Bahkan ketika Khalifah meninggal, putranya
al-Mu’tasim, mengangkat al-Kindi menjadi guru bagi anaknya. Gerakan penerjemahan
literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang
berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa itu, sarjana dari Syria dan
Persia secara besar-besaran menerjemahkan literatur dari Yunani dan Syiria kedalam
bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun dari diansti Abbasiyah mendorong para sarjana untuk
berlomba-lomba menerjemahkan literatur penting ke dalam bahasa Arab. Khalifah pun
menawarkan bayaran yang sangat tinggi bagi para ilmuwan yang bersedia untuk
menerjemahkan karya-karya kuno. Selain melibatkan ilmuwan Muslim, tak sedikit pula
dari para penerjemahan itu yang Kristen. Mereka diperlakukan secara terhormat oleh
penguasa Muslim. Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan
ke-8 M membuahkan hasil. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam
berkembang begitu pesat dan sejumlah rumah sakit (RS) besar berdiri. Pada masa
kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para
pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru.
Kondisi kekinian ummat Islam; sebagai contoh Indonesia yang mayoritas
penduduknya Muslim, tahun 2008 hanya mendapatkan peringkat 109 dari indek
pembangunan (HDI)21 denganeducation index hanya 0,830. Banding dengan Israel dan
Korea yang masing-masing berada pada peringkat 24 dan 25. Jumlah publikasi sebagai
indikator produktifitas para ilmuwan/ulama dari negara-negara yang mayoritas Muslim
juga relatif rendah dibandingkan negara-negara nonmuslim. Untuk tahun 2008 USA
dengan 353.409 publikasi berada para urutan nomor 1 dunia, Cina (2), Korea (12),
Taiwan (16), Israel (22), Iran (25), Mesir (41), Malaysia (44), Pakistan (48), dan
Indonesia (66) hanya dengan 918 publikasi22. Bandingkan jumlah publikasi tersebut
terhadap populasi penduduk masing-masing negara, maka akan didapatkan rasio yang
sangat rendah untuk Indonesia.
d. Kolaborasi dan soliditas antara para akademisi, institusi penelitian, penerbit, pihak
industri, dan berbagai potensi internal ummat Islam terkait lainnya akan
mengakselarasi konstruktif terwujudnya kebangkitan.
e. Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor yang membantu perkembangan sains di
Eropa dahulu adalah ha sil jiplakan mereka dari peradaban Islam19). Saat ini posisi
terbalik, sains di Eropa lebih unggul. Maka juga perlu ada upaya
intensif menterjemahkan rujukan mereka dalam bahasa yang mudah dimengerti
ummat ini untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para saintis muslim.
f. Kemandegan ekonomi dan instabilitas politik, ternyata juga salah satu faktor
lambatnya perkembangan sains dan teknologi Islam, ditambah dengan fanatisme.
Sehingga perlu adaya upaya serius menciptakan stabilitas ekonomi dan politik yang
lebih baik.
g. Kaedah Pendidikan yang dianut kurang tepat. Pendidikan umat Islam sudah
diselenggarakan dengan kaedah dan tata cara yang tidak Islam, fokus pendidikan
sekarang ini bukan pada perubahan insan tetapi pada pengajaran ilmu dan kepakaran
yang dibuktikan dengan selembar ijazah atau diploma. Ijazah itulah yang kemudian
menentukan masa depan, jabatan dan gaji seseorang. Sehingga tidak mendorong
terbentuknya manusia yang berakhlaqul karimah dan bertaqwa. Bila ilmu tersebut
diamalkan, maka Allah akan beri lagi dia bermacam-macam ilmu yang dia belum
ketahui. Sabda Rasulullah SAW : Barang siapa yang mengamalkan apa yang dia
tahu niscaya Allah akan berikan ilmu yang dia tidak tahu.. (Riwayat Abu Naim).
KEPUSTAKAAN
1. Afzalur Rahman,2007. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur’an: Rujukan Terlengkap Isyarat-
Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. Cetakan II, Penerbit Mizania PT Mizan Pustaka, Bandung.
2. Mustanir, PERAN SAINS dan TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN,
Disampaikan pada seminar Sains dan Teknologi, Banda Aceh 10-12 Maret 2008.
3. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Selasa, 13 Mei 2008. Optik
4. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Kamis, 30 Oktober 2008, kimia
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Alchemy_and_chemistry_in_Islam
6. http://en.wikipedia.org/wiki/Jabir_ibn_Hayyan
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Razi
8. http://labitacoradealchemy.blogspot.com
9. Heri Ruslan, REPUBLIKA - Republika. Jumat, 23 Mei 2008, kedokteran
10. Heri Ruslan Kamis, 11 Desember 2008 pukul 13:39:00
11. http://3schizodhi.co.cc/?p=184---------
12. Heri Ruslan REPUBLIKA - Rabu, 20 Agustus 2008
13. http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=727---
14. Rahmat Hasbi, IAIN Raden Intan Bandar Lampung Masa Depan Teknologi Islam Harian PELITA, Jakarta,
Senin, 10 Juni 1996
15. http://umrahhajiplus.com/baca.php?ArtID=141 Mengapa Umat Islam Tertinggal Dalam Sains & Teknologi?
16. Republika, Jumat, 23 Maret 2007 Kemunduran Sains Umat Islam Oleh : Syamsuddin Arif.
17. The Guinness Book Of Records, Published 1998, ISBN 0-5535-7895-2, P.242.
18. http//forum.detik.com 27 April 2008
19. Mengapa Revolusi Ilmu Pengetahuan Terjadi di Eropa dan Bukan di Dunia Muslim? Ditulis oleh Umar A.
M. Kasule http://www.iptekita.com/content/view/19/1/
20. Maurice Buccaile, La Bible Le Coran Et Le Science, terj. Bible, Qur’an dan Sains Modern oleh H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang, hal. 10.
21. http://hdr.undp.org
22. www.scimagojr.com

(SELESAI)

Teknologi Islam Moderat (Bag.1/2)


SENIN, 15 FEBRUARI 2010 ADMIN

Teknologi Islam Moderat


Dr. Mustanir Yahya

1. Apresiasi Islam terhadap ilmu pengetahuan (sains)

a. Pengetahuan dalam Al-Quran

Manusia didaulat menjadi khalifah Allah di bumi ini karena ilmunya, QS Al-
Baqarah 2: 31, dan Allah SWT melebihkan manusia yang beriman serta
mempunyai ilmu beberapa tingkatan daripada yang lain, QS Al-Mujadilah 58:
11. Tentu tujuan dari kepemilikan ilmu tidak untuk pengembaraan intelektual,
bukan mencerdaskan akal pikiran belaka, tidak juga mampu menguasai forum
debat dan diskusi, namun untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya di QS Ali ‘Imran 3: 190-191.

Di samping itu, tujuan mencari ilmu adalah untuk meningkatkan amal ibadah
yang kita tujukan dalam mencari ridha Allah semata, sekaligus untuk
meningkatkan kualitas amal saleh bagi kepentingan hidup kemanusiaan, QS
Al-Maidah 5: 35. Orang yang paling baik dalam pandangan Islam adalah orang
yang paling bermanfaat bagi kehidupan kemanusiaan, sebagaimana yang
dikemukakan dalam sebuah Hadist Nabi.
Sains dapat diperoleh melalui berbagai cara; melalui indra pendengaran
(sama’) yang biasanya bersifat verbal, penglihatan (bashar) yang biasanya
menghasilkan sains yang bersifat observasional-eksperimental. Ada
beberapa contoh yang dikemukakan dalam al-Qur an, misalnya Allah SWT mengajari
Qabil cara mengubur mayat melalui perantaraan burung gagak QS Al-Maidah 5: 31),
mengajarkan tentang pengertian berbangkit melalui pengamatan eksperimental, QS Al-
Baqarah 2: 259. Atau mengajarkan Nabi Ibrahim AS bagaimana menghidupkan yang
mati juga melalui eksperimen, QS Al-Baqarah 2: 260.

Islam mendorong umatnya untuk bersungguh-sungguh dan tak pernah jemu untuk
mencari ilmu yang bermanfaat. Selain tuntunan keutamaan (fadhilah), juga tuntutan
karena dunia masa kini, apalagi masa depan, dunia dikuasai oleh orang yang memiliki
sains dan teknologi. Jika dikatakan sains merupakan infrastruktur, keduanya akan
menentukan suprastruktur dunia internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum dan
juga perilaku keagamaan. Jika umat Islam ingin leading mengembalikan perannya
sebagai khaira ummah (ummat terbaik, QS Ali ‘Imran 3: 110) dan ummatan
wasathan (umat pilihan, QS al-Baqarah 2: 143) menjadi saksi atas kebenaran, ajaran-
Nya maka umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan.1)

b. Pengetahuan dalam Sunnah Rasulullah SAW


Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dijelaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah memerintahkan sahabat untuk
mendata jumlah orang yang telah masuk Islam. Pendataan dilakukan dengan
cermat dan teliti sehingga ditemukan data yang valid bahwa jumlah umat Islam
saat itu sebanyak seribu lima ratus orang. Ini sebagai petunjuk bahwa ilmu
statistik adalah sebuah metodologi yang asal mulanya dari umat
Islam. Rasulullah dan para shahabat juga terbiasa melakukan eksperimen, dan
mereka sering berdiskusi ilmiah tentang eksperimen yang akan dilakukan.
Misalnya eksperimen shahabat tentang penyerbukan pohon kurma
(bioteknologi), yang hasilnya berbeda dengan saran yang dilontarkan
Rasulullah, maka beliau bersabda kepada shahabat tersebut, “Kalian lebih
mengetahui terhadap urusan dunia kalian.” (HR. Muslim). Rasulullah SAW juga
pernah mengikuti pendapat Salmam Al-Farisi, tentang penggalian parit
pertahanan di sekitar kota Madinah. Rasulullah SAW juga pernah dibuatkan
sebuah mimbar yang biasa digunakan beliau untuk berkhotbah oleh seorang
tukang kayu dari bangsa Romawi. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa
beliau bersabda, “Ilmu pengetahuan itu bagaikan barang yang hilang dari
seorang mukmin, di mana saja dia menjumpainya maka dia berhak
mengambilnya.” (HR. Al-Turmudzi dan Ibnu Majah).

c. Moderasi Al-Quran terhadap Sains

Penguasaan sains dan teknologi (IPTEK) merupakan prasyarat (pre-requisite) dalam meraih
kemakmuran (prosperity). Teknologi, dalam kancah perekonomian global sudah dianggap sebagai
investasi (capital) dominan dalam pembangunan ekonomi. Saat ini kekayaan sumber daya alam
bukan lagi penentu keberhasilan ekonomi suatu bangsa, namun bangsa yang menguasai teknologi
akan mampu mengusai dunia. Oleh karena itu, membangun masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society) sangat diperlukan dalam mendorong terciptanya daya dukung teknologi
suatu bangsa. Lebih dari itu, pembangunan yang dulu difahami sebagai pembangunan ekonomi
telah bergeser, teori ekonomi neo-classical hanya memasukkan parameter tenaga kerja dan kapital
dalam faktor produksi. Kini dikembangkan teori dengan memasukkan ilmu pengetahuan sebagai
dasar perkembangan teknologi atau bagian intrinsik dari sistim ekonomi. Ilmu pengetahuan telah
menjadi faktor ketiga dalam produksi dan pertumbuhan ekonomi. Terjadi pergeseran paradigma
pertumbuhan ekonomi dari konsep modal dan tenaga kerja kepada penggunaan pengetahuan
sebagai komponen utama pertumbuhan ekonomi dan produktifitas yang dikenal sebagai Ekonomi
Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Economy).2)

Fakta bahwa sains telah berperan sangat penting dalam pembangunan peradaban. Penemuan-
penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan hidup bagi
manusia. Semua ini adalah nikmat, anugerah dari Allah SWT yang patut manusia syukuri. Sekalipun
yang sering terjadi justru sebaliknya, makin berkembang ilmu pengetahuan membuat manusia makin
jauh dari Allah, malah kejahatan makin bertambah kejam dan canggih.

Terkait bagaimana memposisikan teknologi ini, kita dapat menemukan


beberapa tipe manusia, ada masyarakat yang teralienasi dengan teknologi.
Baik teralienasi dalam pengertian mereka terasing dari terknologi karena
ketidakmampuan mereka memanfaatkannya akibat gagap teknologi (gatek)
yang mereka derita. Atau teralienasi dalam makna justru terisolasi karena sibuk
menyendiri dengan produk teknologi, betapa saat ini sering kita menjumpai
orang-orang yangmenyendiri dengan HP (handphone) padahal dia sedang
berada di tengah hingar bingarnya kesibukan yang membutuhkan keikut
sertaan dia.
Lebih ironi lagi, ada saintis dan teknokrat yang menuhankan dan
diperbudakkan oleh ilmu dan teknolgi. Masyarakat Jepang yang demikian
tergantung pada ketepatan dan kecanggihan teknologi, sehingga saat terjadi
kegagalan mereka bunuh diri, tidak ada dalam perhitungan mereka terhadap
faktor X yang diistilahkan oleh Albert Enstein, atau ada yang
menyebutnyainvisible hand yang bagi kita orang beriman itulah taqdir dari Allah
SWT sebenarnya. Maknanya bahwa secanggih apapun teknologi ini tetap
masih ada ruang bagi berlakunya kehendak Allah al-Qadir. Sebaliknya, ada
kelompok lain yang juga cendrung memposisikan teknologi secara ekstrem,
mereka justru cendrung menolak kehadiran teknologi ini. Mereka menampik
bahwa kehadiran teknologi yang sejatinya akan sangat membantu
memudahkan kehidupan mereka, dengan alasan kekhawatiran akibat yang
ditimbulkan oleh teknologi itu sendiri. Sebut saja sukuAmish yang hidup
di Amerika Serikat dan Ontario, Kanada. Suku Tengger yang tinggal di
sekitarGunung Bromo, Jawa Timur. Orang Kanekes atau orang Baduy di
wilayah Kabupaten Lebak,Banten. Dayak di Kalimantan, dan Aborigin di
Australia. Berbeda dengan penduduk Bluder Hoof, nama tempat terpencil di
bagian Utara kota New York, komunitas ini adalah mereka pelarian dari Nazi
tahun 1920-an. Awalnya mereka sangat puritan dan menolak teknologi, namun
kemudian mereka menyadari bahwa teknologi itu perlu.
Allah SWT menjadikan manusia di dunia ini sebagai hamba, QS. Az-
Dzariyat 51 : 56 dan khalifah QS. Al-Baqarah 2 : 3, untuk memakmurkan dunia
ini. Sehingga segenap potensi, termasuk sains-teknologi, harus dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan fungsi tersebut. Bukankah dengan bantuan teknologi
ada banyak hal yang dimudahkan seperti adanya pesawat memudahkan kita
menunaikan ibadah haji, adanya HP membuat kita lebih mudah bersilaturahim
dan menjadikan waktu lebih berkah. Teknologi adalah tools yang membantu
mendekatkan kita kepada Allah dalam meraih ridha-Nya.

2. Ilmuwan Islam dan penemuan modern

a. Astronomi
Ilmu hisab sangat terkait dengan ibadah mahdhah shalat, puasa dan haji,
sehingga sejak Islam datang, tegak dan menyebar ke seluruh penjuru dunia,
ilmu astronomi juga turut berkembang. Sumbangan yang diberikan ilmuwan
muslim di bidang astronomi pada abad pertengahan atau di masa-masa
kejayaan Islam cukup sigifikan. Nicolaus Copernicus sebagai ilmuwan yang
merumuskan teori heliosentris mengatakan bahwa bumi bukanlah pusat alam
semesta, tetapi bersama dengan planet lain mengitari matahari. Teori yang
diumumkan pada 1543 dalam buku "De Revolutionibus Orbium Coelestium"
Sebetulnya, teori Copernicus banyak dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim abad 9
dan 10 yaitu Az-Azrgaly dan Al Battani.

b. Optik
Ilmuwan Muslim pertama yang mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M-
873 M). Karangan Al-Kindi tentang optik berjudul De Radiis Stellarum, sangat
berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon.
Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles yang
menyebutkan penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek
yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan
daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut
radiasi yang padat.
Seabad kemudian, muncul ilmuwan optik Muslim lainnya yaitu Ibnu Sahl
(940 M-100 M). Ibnu Sahl juga seorang matematikawan yang mendedikasikan
dirinya di Istana Baghdad. Sahl menulis buku On Burning Mirrors and Lenses
(pembakaran dan cermin dan lensa) yang mempelajari cermin membengkok
dan lensa membengkok serta titik api cahaya. Ibnu Sahl pun menemukan
hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum
Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk
memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus cahanya
berada di sebuah titik di poros.
Ilmuwan Muslim yang dikenal sebagai bapak optik adalah Ibnu Al-Haitham
(965 M-1040 M), atau Alhazen bernama lengkap Abu Ali Muhammad Ibnu Al-
Hasan Ibnu Al-Haitham merupakan sarjana Muslim terkemuka yang terlahir di
Basrah, Irak. Al-Haitham sempat belajar di Universitas al-Azhar. Setelah itu,
secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu
seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat.
Disamping dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Salah satu
karyanya yang paling fenomenal adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam
kitab itu, ia menjelaskan beragam fenomena cahaya termasuk sistem
penglihatan manusia. Selama lebih dari 500 tahun buku ini dijadikan pegangan
dalam bidang optik. Pada tahun 1572 M, Kitab Al-Manadzir diterjemahkan
kedalam bahasa Latin Opticae Thesaurus. Sayangnya, dari sekian banyak
karyanya yang diperkirakan lebih dari 200 buku hanya sedikit yang terisa.
Bahkan karya monumentalnya, Kitab Al Manadhir, tidak diketahui lagi
rimbanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam
bahasa Latin.
Pada abad ke-13 M, fisikawan Muslim lainnya yang banyak berkontribusi
dalam bidang optik adalah Kamaluddin Al-Farisi. Dia mampu menjelaskan
fenomena pelangi. Melalui penelitian yang dilakukannya, ia berhasil
mengungkapkan bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan serta
terbentuknya pelangi primer dan sekunder.

c. Kimia

Para kimiawan Muslim telah mampu menterjemahkan teori-teori ilmu kimia


menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Mereka disamping
telah melahirkan teknik-teknik sublimasi, kristalisasi, dan distilasi juga
memperkenalkan alkohol, nitrat, asam sulfur, nitrat silver, dan potassium. Karya
dan dedikasi para ilmuwan seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Razi, Al-Majriti, Al-
Biruni, dan Ibnu Sina, telah memberi sumbangan yang berbeda-beda bagi
pengembangan ilmu kimia.
Jabir (721 M-815 M), telah memperkenalkan laboratorium dengan
serangkaian eksperimen secara kuantitatif. Ilmuwan Muslim yang dijuluki
Bapak Kimia Modern ini juga penggagas proses distilasi, kristalisasi, kalnasi,
dan sublimasi. Geber, sebutan orang barat terhadap Jabir, berhasil
mempelopori instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Berkat jasanya
pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap.
Senyawa atau zat penting seperti asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan
asam asetat lahir dari hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses
melakukan distilasi alkohol.
Kimiawan Muslim lainnya adalah Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya
berjudul, Secret of Secret, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang
sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat
keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan
hasil kreasinya.Al-Razi pun tercatat mampu membangun dan mengembangkan
laboratorium kimia bernuansa modern. Ia menggunakan lebih dari 20 peralatan
laboratorium pada saat itu.
Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer adalah Al-Majriti
(950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim asal Madrid, Spanyol, ini berhasil menulis
buku kimia berjudul Rutbat Al-Hakim yang memaparkan rumus dan tata cara
pemurnian logam mulia. Dia juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang
membuktikan prinsip-prinsip kekekalan masa, yang delapan abad berikutnya
dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier.
Kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi juga
cukup signifikan. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan
secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Kosmetik pun dikembangkan oleh
ilmuwan Muslim Al-Zahrawi (936 M-1013 M), pada abad ke-10 M. Dalam
ensiklopedia kesehatan yang berjudul, Al-Tasreef, Albucassis begitu Barat menjuluki
Al-Zahrawi, telah mengupas secara khusus tentang kosmetik. Bagi Al-Zahrawi,
kosmetik merupakan bagian dari pengobatan. Khalid bin Yazid (wafat tahun 709 M)
sudah mengenalkan potassium nitrat (KNO3), bahan utama pembuat mesiu, pada abad
ke-7 M atau dua abad sebelum Cina.
e. Kedokteran

Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran


terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis,
dan Ibn-Maimon.
Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes mempunyai
nama lengkap Abu-Bakr Mohammaed Ibn-Zakaria Al-Razi itu adalah dokter
istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke
Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah.
Salah satu buku yang dikarangnya berjudul ‘Al-Mansuri’ (Liber Al-Mansofis). Ia
menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain; kesehatan publik,
pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Bukunya yang lain
berjudul ‘Al-Murshid’ telah mengupas tentang pengobatan berbagai penyakit.
Buku lainnya adalah ‘Al-Hawi’ yang terdiri dari 22 volume itu menjadi salah satu
rujukan sekolah kedokteran di Paris.
Tokoh kedokteran Muslim lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau
dikenal sebagai Abulcasis merupakan ahli bedah terkemuka di Arab. Dia
menempuh pendidikan di Universitas Cordoba dan menjadi dokter istana pada
masa Khalifah Abdel Rahman III. Salah satu dari empat buku kedokteran yang
ditulisnya berjudul, ‘Al-Tastif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’, merupakan ensiklopedia
ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa
hingga abad ke-17.
Dokter Muslim yang sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M)
bernama lengkap Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina adalah seorang Persia yang
lahir di sebuah desa yang bernama Khormeisan dekat Bukhara. Saat berumur 10 tahun beliau
sudah hafal Al-Qur an, usia 16 tahun berhasil menjadi dokter pribadi istana Raja Bukhara Nuh bin
Mansur, dan umur 18 tahun beliau sudah terkenal sebagai seorang dokter. Salah satu kitab
ditulisnya berjudul Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam
ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Sampai abad ke-17 kitab itu
masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa, dan saat ini kitab itu disimpan di universitas
Oxford, Amerika. Ibnu Sina pandai dalam banyak ilmu seperti matematika, metafisika, astronomi,
logika, falsafah, tafsir, politik, dan bahkan musik, tetapi ilmu filsafat dan kedokteran inilah yang
sangat kuat berada dalam dirinya. Sampai saat ini, keilmuan Ibnu Sina masih banyak digunakan di
seluruh dunia.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam lainnya adalah Ibnu Rusdy atau
Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat
dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum
dalam karyanya berjudul ‘Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet). Buku itu berisi
rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul ‘Al-Taisir’
mengupas praktik-praktik kedokteran.
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis
(1208 - 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran
Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah
buku kedokteran ditulisnya, salah satunya yang tekenal adalah ‘Mujaz Al-
Qanun’. Buku itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina.
Beberapa nama dokter Muslim terkemuka yang juga mengembangkan
ilmu kedokteran antara lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang dokter yang
terkemuka di Spanyol; Ibnu Tufails tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185
M; dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari
Spanyol dan Afrika. Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi alias
Abulcasis (930-1013 M) telah sukses mengembangkan bedah gigi dan
perbaikan gigi. Al-Zahrawi, Ibnu Al-Quff, Thabit Ibnu Qurra, Al-Majousi, serta
Al-Tabari telah mampu mendeteksi dan mengobati beragam penyakit urologi
dan menemukan sederet peralatan dan teknologi pengobatannya.
Untuk anatomi dan fisiologi THT dilakukan beberapa dokter Muslim, seperti Ibn
Zakariya Ar-Razi (850-923 M), Ibnu Sina (980-1036 M), Ali Ibnu Abbas (994 M),
Abdul Latif Al-Baghdadi (1161-1242 M), Ibnu Al-Baladi (971 M), Abdul Malik
Ibnu Zohr (1092-1162 M), Al-Zahrawi (936-1013 M), dan Ibnu Al-Nafis (1210-
1288 M). Secara detail, mereka menjelaskan anatomi dan fisiologi telinga,
hidung, dan tenggorokan.

3. Sumbangan Islam terhadap sains modern

... (BERSAMBUNG)

Wanita Dalam Pandangan Islam Moderat (bag.2/2)


JUMAT, 22 JANUARI 2010 ADMIN

WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM MODERAT


(Bag.2/2)
Peran Sosial Politik Wanita
Secara tegas Islam mendeklarasikan persamaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah berfirman dalam QS.
an-Nahl [16]:97, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan“.

Jelaslah bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah pilih kasih antara umat manusia siapa saja yang
beramal shalih maka akan memperoleh pahala yang tidak ada aniaya sedikitpun, firman Allah SWT:

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujurat [49]:13
FirmanNya: ”inna akramakum 'indallahi atqakum, yang artinya: sesungguhnya
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa, terdapat sebuah
penegasan bahwa Allah SWT sama sekali tidak pilih kasih dalam hal pahala dan
ganjaran. Allah juga tidak pilih kasih dalam hal dosa. Demikian pula persamaan dalam
kewajiban-kewajibannya sebagai hamba termasuk pula kewajiban-kewajiban terhadap
agamanya. Semua itu dilakukan dalam rangka menyiapkan wanita muslimah untuk
mengemban peran besar dalam kehidupan sosial politik umat [26].
Dengan demikian Islam sangat mengakomodir peran-peran strategis dalam
kehidupan sosial dan politik; peran dalam rumah tangga, peran di mesjid,
memberantas buta aksara, peran arahan dan bimbingan masyarakat, pendidikan dan
pengajaran, peran dalam amar makruf nahi munkar, peran memberdayakan sesama
kaum perempuan, peran mengembangkan ilmu pengetahuan dan dakwah kepada
kebajikan, peran-peran wanita dalam bidang kesehatan dsb.
Islam bahkan menganjurkan dan memerintahkan wanita-wanita muslimah untuk
berperan aktif dalam rumah tangga, masyarakat, negara dan pemerintahan tanpa
mengorbankan kewajiban-kewajibannya yang lain sebagai istri, ibu rumah tangga;
karena semua hal tersebut dilakukan secara seimbang, moderat dan adil antara hak
dan kewajiban, dengan tetap menjaga harga diri dan kehormatannya selaku makhluk
Allah yang dimuliakan dan dihormati.
Dalam catatan sejarah Islam seorang wanita Ummu Salamah ra, istri Nabi saw
ikut berunding dengan para shahabat Rasulullah saw dalam peristiwa politik
Perjanjian Hudaibiyah. Ummu Salamah ra memberikan saran-saran politik kepada
Rasulullah saw untuk mengambil langkah-langkah efektif dalam menenangkan emosi
yang timbul di kalangan para sahabat ra, yang hampir berputus asa dalam
memecahkah masalah yang terjadi saat itu[27].
Diantara bentuk partisipasi politik wanita dalam Islam pemberian komitmen
dan kesetiaan (baca: Bai’at) untuk pembelaan terhadap Islam. Di zaman Rasulullah
saw seorang wanita bernama Ummu Hani binti Abi Thalib pernah berperan sosial
dengan membangun rumah sakit. Bahkan beliau berperan dalam aktifitas politik
dengan melakukan perlindungan terhadap keluarga besarnya saat kaum muslimin
memasuki kota Mekkah pada peristiwa Fathu Mekkah.
Ada seorang wanita yang berperan dalam menggunakan hak berpendapat pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab ra; setelah Umar r.a melaksanakan khutbah di
masjid, beliau berpendapat pembatasan batas nilai mahar. Selesai beliau berkhutbah,
wanita tersebut berdiri seraya berkata: "Siapakah anda, sehingga memberi batasan
atas apa yang Allah swt dan Rasul-Nya tidak membatasinya ?" serta merta Umar r.a
mengomentari: "Wanita ini benar, dan Umar-lah yang salah.
Peran wanita dalam ranah politik, khususnya dalam kesertaan di parlemen
suatu negara, maka hal itu dibolehkan selama ada kemaslahatan. Kalimat dibolehkan
disini tidak berarti keharusan dan kewajiban, tetapi diboleh dalam batas kemaslahtan
dan kemudharatan. Kecuali posisi kepala negara, maka hal tersebut diserahkan
kepada lelaki, karena bagi wanita secara umum amanat kepala negara merupakan
suatu yang berat dan di luar kemampuan wanita dalam menghadapi persoalan negara
yang sangat kompleks dan pelik. Kata-kata secara umum di sini berarti adanya
sebahagian wanita yang memiliki kemampuan untuk mengemban amanat berat
tersebut seperti halnya Ratu Bilqis di jaman dahulu; tetapi perlu diingat bahwa
penetapan hukum dalam Islam berlandaskan pada sesuatu yang lebih global dan
keumuman bukan sesuatu yang jarang, bahkan ulama Islam mengatakan: ”an-Nadir
laa Hukma Lahu” sesuatu yang jarang tidak memiliki hukum (tidak menjadi dasar
hukum)”[28] .
Sangat nampak jelas bahwa peran wanita di ranah sosial politik merupakan
peran yang tidak boleh dikebiri dan dipasung. Wanita bahkan sejatinya memainkan
perannya dalam ranah ini sesuai dengan adab dan etika Islam, tanpa mengorbankan
kehormatan dan kemuliaan dirinya sebagaimana diberikan penghargaan tersebut oleh
Islam.
Dintara etika wanita yang berpartisipasi dalam ranah sosial politk adalah
menjaga kehormatan dirinya dengan tidak melakukan tabarruj (bersolek yang
mengundang fitnah), menghindari sedapat mungkin ikhtilath apalagi khalwat [29],
melakukan komunikasi sesuai keperluannya dan pada batas-batas logis.
Diantara cara menjaga kehormatan wanita, Allah SWT memberikan cara yang
efektif, yaitu menutup aurat wanita, sebagaimana firmanNya: "Katakanlah kepada
wanita yang beriman... ... ... ... hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya
sampai ke dadanya"... ... . QS. An-Nur: 31.
Dan selanjutnya juga diperkuat dengan firmanNya yang lain: "Hai Nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya
mereka dapat dikenal orang (sebagai muslimah), maka tentulah mereka tidak
diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Pengasih" (QS. Al-Ahzab: 59).
Perintah Allah diatas merupakan kewajiban bagi wanita muslimah sebagaimana
perintah-perintah lain dalam surat an-Nur: "Inilah satu surah yang Kami turunkan
kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut di
dalamnya. Dan Kami turunkan pula di dalamnya keterangan-keterangan yang jelas,
semoga kamu dapat mengingatnya".
Perintah Allah di atas ditegaskan juga oleh Nabi Muhammad saw dalam hadist
beliau yang artinya: "Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah
cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil
Rasulullah menunjuk muka dan kedua telapak tangannya".
Ummul Mukminin Aisyah r.a berkata: ”Semoga Allah memberi rahmat kepada
perempuan-perempuan Muhajirin; di waktu Allah menurunkan ayat kerudung itu,
mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mereka jadikan
kerudung". Allah yang menciptakan makhluknya, tentunya Dialah yang paling
memahami kebutuhan dan solusi terbaik untuk makhlukNya.

Wanita & Ilmu Pengetahuan


Islam tidak membedakan antara pria dan wanita dalam kewajiban mencari ilmu
dan melakukan pendalaman serta pengembangan ilmu pengetahuan; karena
kewajiban menuntut ilmu dalam Islam berlaku untuk semua, sebagaimana sabda Nabi
saw:
[30] "‫"طلب العلم فريضة على كل مسلم‬
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim” setiap muslim dalam
hadits ini mencakup wanita dan pria, karenanya ada riwayat yang mengatakan
“faridhotun ‘ala kulli muslim wa muslimah” meskipun makna riwayatnya benar, tetapi
lafazhnya tidak didapat dalam periwayatan yang shahih[31] .
Untuk memahami peran dan partisipasi wanita dalam mempelajari dan
pengembangan ilmu pengetahuan cukup dengan mengutip beberapa riwayat-riwayat
hadits dan atsar serta peristiwa sejarah, antara lain:

،‫ يا رسول الله‬:‫جاءت امرأة إلى رسول الله فقالت‬ 


‫ذهب الرجال بحديثك فاجعل لنا من نفسك يوما‬
‫ "اجتمعن في‬:‫ فقال‬.‫نأتيك فيه تعلمنا مما علمك الله‬
‫ فأتاهن فعلمهن مما علمه‬.‫يوم كذا في مكان كذا‬
.(‫الله” )رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري‬
Datang seorang wanita kepada Rasulullah saw seraya berkata: Wahai
Rasulullah, orangorang lelaki pergi (mendengarkan) pelajaranmu,
maka buatlah untuk kami satu hari kami dapat mendatangimu
mengajarkan kami apa yang Allah ajarkan kepadamu. Rasulullah saw
menjawab: ”berkumpullah pada suatu hari tertentu” , Maka
Rasulullah pun bertemu dengan wanita-wanita (shahabat) dan
mengajarkan mereka” (HR. Bukhari Muslim).
:‫ قال‬.‫ يا رسول ال إحدانا ليكون لها جلباب‬:‫ عن أم عطية النصارية رضي ال عنها‬
.(‫لتلبسها أختها من جلبابها )متفق عليه‬
Dari Ummu ’Athiyyah al-Anshariyah r.a berkata: wahai Rasulullah
seseorang dari kami (wanita muslimah) tidak memiliki jilbab. Nabi
berkata: hendaklah saudaranya memakaikannya jilbabnya”
(memberikan pinjaman jilbab). Muttafaq ’alaihi.

 Rasulullah saw pernah meminta asy-Syifa al-’Adawiyah mengajarkan istrinya


Hafshah menulis indah. Hal ini menggambarkan spirit aktivitas wanita dalam
aspek pengetahuan.

‫ نعم النساء نساء النصار‬:‫ عن عائشة رضي الله عنها قالت‬


.(‫لم يمنعهن الحياء أن يتفقهن في الدين )رواه البخاري‬
 Dari Aisyah r.a berkata: Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar yang tidak
segan-segan memperdalam agama” (Bukhari).

‫ لو جمع علم عائشة بعلم النساء جميعا‬:‫ قال المام الزهري‬


‫ وقال أبو عمر بن عبد البر رحمه‬.‫لكان علم عائشة أفضل‬
‫ علم الفقه‬:‫ أنها كانت وحيدة عصرها في ثلثة علوم‬:‫الله‬
‫وعلم الطب وعلم الشعر‬
Imam Zuhri berkata: kalau ilmu Aisyah r.a dihimpun dengan ilmu
wanita-wanita semuanya, niscaya ilmu Aisyah lebih baik. Dan Abu
Umar bin Abdul Barr r.a berkata: sesungguhnya Aisyah satu-satu wanita
pada masanya yang memiliki 3 ilmu: fiqh, prinsip-prinsip medis dan
syair”.
Peran keilmuan kaum wanita setelah masa Nabi Muhammad saw juga sangat
nampak dari peran-peran yang dimainkan wanita-wanita di masa tabi’in dan tabi’
tabi’in, seperti putrinya Imam Sa’id al-Musayyib yang mengatakan kepada suaminya
yang juga murid ayahnya: ”Ijlis U’allimuka ’Ilma Sa’id” (duduklah padaku aku ajarkan
ilmu-ilmunya ayahku Sa’id).
Demikian pula putri kesayangannya Imam Malik, yang senantiasa ikut serta dalam
majlis ayahnya; jika ia mendengar kesalahan murid ayahnya dalam majlis ilmu dalam
membaca kitab al-Muwatho’, ia meralat bacaan mereka dengan cara mengetukkan
pintu, lalu Imam Malik pun mengatakan kepada muridnya yang melakukan kesalahan
(atas ralat putrinya tersebut): ” ’Irji’ fal-gholath ma’ak (kembalilah karena kamu
melakukan kesalahan).
Demikian banyak wanita-wanita muslimah yang memainkan perannya dalam ilmu
pengetahuan di masyarakat antara lain bisa disebutkan disini :
- Ummu Khoir al-Hijaziyah mempunyai halaqah ilmiah di mesjid Jami’ Amr bin
’Ash pada abad IV H.
- Al-Khatmah istri Abu Muhammad selalu membacakan kitab suaminya dan
menalar kitan Ar-Risalah karangan Syeikh Abu Muhammad bin Abu Zaid setengah
sebagian dari kitab Al-Muwatho’
- Fatimah binti Alauddin As-Samarqandi -Pengarang Tuhfatul-Fuqoha- menikah
dengan Abu-Bakar Al-Kasani “Malikul-Ulama” -Pengarang Kitab Al-Ba’i’ Syarh kitab
Tuhfatul-Fuqaha dengan mahar Qira’at Kitab Al-Badai’. Yang sempat membuat
sebahagian alim ulama menyebutnya sebagai orang yang: "‫شرح تحفته وتزوج‬
‫( "ابنته‬mensyarah kitab Tuhfahnya dan menikahi istrinya). Sehingga fatwa-
fatwanyapun bernilai plus, karena mendapat legalisir ayah dan suaminya.
- Para perawi hadits dari kalangan wanita pun tidak sedikit, seperti: Abu Muslim
Al-Farahidi Al-Muhaddits menulis sebanyak 70 wanita perawi hadits. Istri AlHafidh Al-
Haitsami, anak wanita dari Syeikhnya bernama Al-Hafidh Al-Iraqi. Karimah binti
Mahmud bin Hatim Al-Marwaziyah “Sayyidatul-Wuzara” adalah salah seorang perawi
hadits-hadits Bukhari. Demikian pula Aisyah binti Hamad bin Abdul Hadi bin Abdul
Hamid bin Abdul Hadi bin Yusuf bin Muhammad Al-Maqdisy yang membidangi
spesialisasi hadits.
- Ibnu Hajar berkata: Saya belajar kepada Zainab binti Abdullah bin Abdul Halim
bin Taimiyah Al-Hanbali ( saudara kandung Imam Ahmad Ibn Taimiyah rahimahullah).
Diantara murid-murid Zainab adalah: Imam Al-Hafidh Muhammad bin Nasiruddin Al-
Maqdisi Asy-Syafi’i.
- Masih banyak lagi sederetan wanita Berkwalitas tinggi dalam berbagai ilmu-ilmu
agama, seperti:Sayyidah Nafisah binti Muhammad, Zainab binti Al-Kamal (yang
mempunyai murid bernama: Imam Muhammad bin Hamzah Al-Husaini), Wazirah binti
Umar Al-Mayya ( mempunyai murid bernama Imam Muhammad bin siwar As-Subki),
Zainab binti Makki (guru wanita Imam Ahmad bin Bakkar An-Nablusi dan Abdullah bin
Muhid serta Umar bin Habib), Zaenab binti Abil-Qasim (yang telah diberi ijazah oleh
ulama terkenal Abul-Qosim Mahmud bin Umar Az-Zamakhsyari -pengarang kitab Al-
Kasysyaf- dan oleh Muarrikh Syihabuddin bin Khulkan), Ummu Abdul-Wahid ( ahli fiqh
madzhab Syafi’i, disamping mempelajari ilmu-ilmu yang lain), Fatimah binti Jauhar
(salah seorang guru Imam Ibnu Qoyyim), Zubaidah (istri Harun Ar-Rasyid adalah ahli
Fiqh)[32].
Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi menyelesaikan qiro’at kitab “Bughyatul-Wu’at
kepada beberapa ulama wanita pada zamannya: Ummu Hani binti Hasan Al-Hawrini,
Hajar binti Muhammad Al-Misriyah, Ashilah Nasywan binti Abdullah Al-
Kanani, Kamaliyah binti Muhammad bin Abu-Bakar Al-Jurjani, Amatul-Khaliq binti
Abdul-Latif Al-Uqba, Amatul-Aziz binti Muhammad Al-Anbasi, Fatimah binti Ali bin
Yasir, Khadijah binti Abil-Hasan bin Al-Mulaqqon.
Penutup.
Melihat posisi wanita dalam Islam karena kemuliaan dan penghargaan dirinya
yang diberikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an dan juga oleh Nabi Muhammad saw
Rasul Penutup dan Penyempurna, maka sangat benar perkataan seorang penyair
Islam:
‫الم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعبا طيب العراق‬
Ibu (wanita) ibarat madrasah (lembaga belajar dan mendidik), jika kamu
mempersiapkannya (dengan baik) berarti kamu telah dan sedang mempersiapkan
bangsa yang baik budayanya.
Karenanya pula Nabi Muhammad saw di banyak haditsnya memperhatikan peran-
peran wanita dan menghimbau para pendidik khususnya para ayah dan suami agar
melakukan proses pendidikan terhadap kaum wanita sebagai asset bangsa dan Negara
yang mampu dan ikut serta berjuang bersama kaum pria.

Referensi :

1. Persatuan Ulama Islam Sedunia, 25 Prinsip Islam Moderat, cet.I 1429H/2008, SCC Jakarta.

2. Salim al-Bahnasawi, Makanatul Mar'ah Bainal Islam wal Qowanin al-'Alamiyah, Darul Qolam,
1406H/1986M.

3. Imam al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an.

4. Fi Zhilal al-Qur’an, Sayyid Qutub, Dar-Asy-Syuruq

5. Fathul-Qodir, Asy-Syaukani.
6. Nuzhatul-Muttaqin Syarh Riyadhush-Sholihin, Dr Musthofa Sa’id Al-Khin dkk, 1/280, hadits
no: 275, cet: 15 (1408H/1988M), Mu’assasah Ar-Risalah Beirut.

7.

8. Al-Mar’ah fi Al-Qur’an Wa As-Sunnah, Mohammad Izzat Daruzah, cet: 1 (1387H-1967M),


Al-Maktabah Al-Ashriyah Beirut.

9. Nuzhatul-Muttaqin Syarh Riyadhush-Sholihin, Dr Musthofa Sa’id Al-Khin dkk, cet: 15


(1408H/1988M), Mu’assasah Ar-Risalah Beirut.

10. Al-Asas Fi At-Tafsir, Sa’id Hawa, cet: 2 (1409H/1989M) Darus-Salam

11. Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir, Mohammad Ath-Thohir bin Asyur.

12. Qomus Al-Qur’an aw Ishlah Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an al-Karim, Al-Faqih Al-Mufassir, Al-
Jami’ Al-Husein Mohammad Ad-Damighon, Darul-Ilmi lil Malayin Beirut, cet: 3 (1980).

13. Tarikh ath-Thabari.

14. Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam

15. al-Khilafah Baina at-Tanzhir wa ath-Thathbiq, Mahmud al-Mardawai, cet. 1 1403H/1983M, tanpa
penerbit.

16. “Audatul Hijab”, Muhammad Ahmad Ismail al-Muqoddam, Dar Thoyyibah Riyadh, tanpa tahun
penerbitan.

17. Qodhoya al-Mar’ah fi Suroti an-Nisa’, Dr. Muhammad Yusuf Abd, cet 1 tahun 1405H/1985M.. Darud-
Da’wah Kuwait.

18. Buku-buku Hadits Nabi seperti: Musnad Imam Ahmad, al-Mustadrak alHakim, Shahih Bukhari dan
Imam Muslim dan Syarahnya dll.

19. Daurul Mar’ah Fil Mujtama’ al-Islami, Dr. Ali Wahbah, cet. Ke 5 tahun 1403H/1983M. Darul
Liwa’Riyadh KSA.

20. Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 360-361, cet. 1 tahun
1417H/1996M, Muassasah ar-Risalah Beirut.

21. al-Mar’ah al-Muslimah wa Fiqhu ad-Da’wah, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Darul Wafa Mesir, tanpa
nomor cetakan dan tahun terbitan.

22. Ya Nisa’ad-Du’at Lastunna Kakulli an-Nisa’, Zubeir Fadhl Madhawi, hal: 27, Syarikat Maktabah al-
Khadamat al-Haditsah, tanpa tahun penerbitan.

23. al-Marja’iyyatul ‘Ulya fil- Islam Lil-Qur’an was-Sunnah, Yusuf al-Qaradhawi, Hal 197-198, cet.1 tahun
1414H/1993M, Muassasah ar-Risalah Beirut.

24. Ar-Rasul wal-‘ilm, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 91, Maktabah Wahabah Kairo, tanpa tahun
penerbitan.
25. Nisa’ Haula ar-Rasul, war-Rodd ‘ala Muftaroyat al-Mustasyriqin, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan
Musthofa Abun-Nashr asy-Syalabi, cet. 3 tahun 1411H/1991M, Maktabah as-Sawadi Jeddah.

26. al-Muntakhob Min A’lam an-Nisa’, Abbas Muhammad Hasan yusuf, cet. 1 tahun 1410H/1990M,
Darul Bayan Kuwait.

[1] Persatuan Ulama Islam Sedunia, 25 Prinsip Islam Moderat, hal 93, cet.I 1429H/2008, SCC Jakarta.

[2] Dikutip dari Wil Durant dari bukunya Hadharatush-Shin dan buku Hayatul Yunan, terjemahan Mohammad
Badran, hal: 17, 114-273. (lihat: Salim al-Bahnasawi, Makanatul Mar'ah Bainal Islam wal Qowanin
al-'Alamiyah, hal: 13, Darul Qolam, 1406H/1986M.

[3] Dikutip dari Wil Durant dalam Tarikhul 'alam, hal: 394, Wizarotul Ma'arif Mesir. Lihat : al-Bahnasawi,
op.cit. hal: 14.

[4] Wil Durant, opcit. Hal 179. lihat: al-Bahnasawi, opcit. Hal: 14.

[5] Opcit.

[6] Al-Bahnasawi, opcit. Hal 15. Lihat pula buku: al-Mar’ah al-Muslimah wa Fiqhu ad-Da’wah, Dr. Ali Abdul
Halim Mahmud, Darul Wafa Mesir, tanpa nomor cetakan dan tahun terbitan.

[7] Perhimpunan Ulama se-Dunia, 25 Prinsip Islam Moderat, hal: 90

[8] Lihat: Perhimpunan Ulama se-Dunia, opcit, hal: 91

[9] HR. Imam Ahmad 6/322. Abu Ya’la 6959, ath-Thabari dalam Tafsirnya 5/46-47, ath-Thabrani dalam al-
Kabir 23/280, al-Hakim berkata (2/335): Hadits shahih sanadnya, jika Mujahid mendengar dari Ummu
Salamah”.

[10] Imam al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, 3/125.

[11] Lihat: Fi Zhilal al-Qur’an, Sayyid Qutub, 3/1411-1412, Dar-Asy-Syuruq

[12] Fathul-Qodir, Asy-Syaukani, 1/418.

[13] Imam Bukhori, kitab Fi An-Nikah, bab Al-Mudarot ma’an-Nisa’, Imam Muslim kitab Fi Ar-
Rodho’, bab Al-Washiyat bin-Nisa’.

[14] Al-Mar’ah fi Al-Qur’an Wa As-Sunnah, Mohammad Izzat Daruzah, hal: 47< cet: 1 (1387H-
1967M)< Al-Maktabah Al-Ashriyah Beirut. Lihat hadits dalam kitab Nuzhatul-Muttaqin Syarh
Riyadhush-Sholihin, Dr Musthofa Sa’id Al-Khin dkk, 1/280, hadits no: 275, cet: 15
(1408H/1988M), Mu’assasah Ar-Risalah Beirut.
Lihat juga: Al-Asas Fi At-Tafsir, Sa’id Hawa, 2/986-987, cet: 2 (1409H/1989M) Darus-Salam

[15] Lihat: Tafsir At-Tahrir Wa At-Tanwir, Mohammad Ath-Thohir bin Asyur, 1/428.
Lihat: Qomus Al-Qur’an aw Ishlah Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an al-Karim, Al-Faqih Al-Mufassir,
Al-Jami’ Al-Husein Mohammad Ad-Damighon, 219-220< Darul-Ilmi lil Malayin Beirut, cet: 3 (1980).

[16] Shahih Bukhari 5096, Muslim dalam Kitab adz-Dzikr (2740), dari Usamah bin Zaid dengan lafal “Adhorro
‘alar-Rijal Minan-Nisa”

[17] Shahih Muslim (2742), kitab ad-Dzikr, dari Abu Sa’id al-Khudri r.a

[18] Tarikh ath-Thabari 1/472 .

[19] Baca: Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam 3/314, Imam Baihaqi dalam as-sunan al-Kubro 200/9. Imam al-
Baihaqi mengatakan, bahwa Imam asy-Syafe’i meriwayatkan dari Abi Abdur-Rahman al-Bagdadi: “para
ahli sejarah seperti Ibnu Ishaq, Musa bin Uqbah dan ulama lainnya yang meriwayatkan bahwa Bani
Qoinuqo’ membuat perjanjian dengan Rasulullah saw, ketika itu datanglah seorang wanita Anshar kepada
seorang ahli sepuh perhiasan emas, Yahudi dan Anshar terdapat konflik, ketika wanita tersebut duduk di
sisi ahli sepuh tadi, seseorang Yahudi mengikatkan tali di besi ke bagian pakaian si wanita Anshar tanpa
diketahuinya, saat si wanita itu berdiri maka tersingkaplah pakaian si wanita itu dan orang-orang yang
melihat di pasar tertawa mengejek. Kabar itu sampai kepada Rasulullah saw, beliaupun memperingati
mereka dan menganggap peristiwa ini sebagai pelanggaran perjanjian”.

[20] Lihat: Daurul Mar’ah Fil Mujtama’ al-Islami, Dr. Ali Wahbah, hal: 16, cet. Ke 5 tahun 1403H/1983M. Darul
Liwa’ Riyadh KSA.

[21] Lihat: al-Marja’iyyatul ‘Ulya fil- Islam Lil-Qur’an was-Sunnah, Yusuf al-Qaradhawi, Hal 197-198, cet.1 tahun
1414H/1993M, Muassasah ar-Risalah Beirut.

[22] Qodhoya al-Mar’ah fi Suroti an-Nisa’, op.cit. Hal 241-243 ,

[23] Shahih Bukhari, Bab al-Maghazi (4425)

[24] Musnad Ahmad (5/45), demikian Imam ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Awsath (425) dan
dishahihkan oleh al-Hakim (7789), tetapi dalam sanadnya terdapat Abu Bakrah Bakkar bin Abdul Aziz bin
Abi Bakrah yang diperbincangkan ( lihat Silsilah Hadits-hadits Lemah (436)

[25] Lihat: Bahasan khilafiyah dalam hadits nabi tsb dalam buku al-Khilafah Baina at-Tanzhir wa ath-
Thathbiq, Mahmud al-Mardawai, buku al-Khilafah hal 123, cet. 1 1403H/1983M, tanpa penerbit

[26] Qodhoya al-Mar’ah fi Suroti an-Nisa’, Dr. Muhammad Yusuf Abd, hal 34-35, cet 1 tahun 1405H/1985M..
Darud- Da’wah Kuwait.

[27] Lihat: Ya Nisa’ad-Du’at Lastunna Kakulli an-Nisa’, Zubeir Fadhl Madhawi, hal: 27, Syarikat Maktabah al-
Khadamat al-Haditsah, tanpa tahun penerbitan.

[28] Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 360-361, cet. 1 tahun
1417H/1996M, Muassasah ar-Risalah Beirut.

[29] Daurul Mar’ah fil Mujtama’ al-Islami, op.cot. hal: 208-209.


[30] HR Ibnu Majah dalam al-Muqoddimah (224), Ibnu Abdil Barr dalam bab al-Ilmu, Imam Baihaqi dalam
Syu’abul Iman dari Hadits Anas, Imam Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Kabir dari Ibnu Mas’ud, dan
dalam al-Awsath dari Ibnu abbas. As-Sakhowi berkata, riwayat ini memiliki syahid pada Ibnu Syahin
dengan sanad yang para perawinya tsiqot dari anas . Lihat al-Jami’ ash-Shogir hadits-hadits no 5264,
5267, dan juga tanggapan al-Munawi terhadap hadits ini dalam Faidhul Qodir 4/267-268.

[31] Ar-Rasul wal-‘ilm, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Hal: 91, Maktabah Wahabah Kairo, tanpa tahun penerbitan.

[32] Lihat secara rinci tentang peran para wanita dalam buku “Audatul Hijab”, Muhammad Ahmad Ismail al-
Muqoddam, Dar Thoyyibah Riyadh, tanpa tahun penerbitan.

Lihat juga buku: Nisa’ Haula ar-Rasul, war-Rodd ‘ala Muftaroyat al-Mustasyriqin, Mahmud Mahdi al-
Istanbuli dan Musthofa Abun-Nashr asy-Syalabi, cet. 3 tahun 1411H/1991M, Maktabah as-Sawadi
Jeddah. Juga buku: al-Muntakhob Min A’lam an-Nisa’, Abbas Muhammad Hasan yusuf, cet. 1 tahun
1410H/1990M, Darul Bayan Kuwait.

Wanita Dalam Pandangan Islam Moderat (bag.1/2)


JUMAT, 15 JANUARI 2010 ADMIN

WANITA DALAM PANDANGAN ISLAM MODERAT


Oleh :
Dr. H.M. Idris A. Shomad, MA
Wanita adalah makhluk unik yang diciptakan Allah SWT, keunikannya nampak pada
karakter dasar yang dimiliki setiap wanita, sebagaimana disinyalir Rasulullah saw
bahwa wanita bak “Qowawir” (kaca) yang memiliki karakteristik seperti lembut,
halus, ‘mudah pecah’ (sensitif), karenanya mesti disikapi dengan hati-hati. Beliau
bersabda kepada seorang sahabat bernama Anjasyah: “wahai Anjasyah perlahan-
lahanlah dalam berjalan, karena kita sedang mengiringi Al-Qawarir (wanita-wanita)”
(HR. Bukhari).
Wanita juga merupakan makhluk yang menarik untuk dibicarakan dan dibahas. Kemenarikan bahasan dan
pembicaraan wanita nampak pada beragamnya tema-tema bahasan wanita, dari persoalan pribadi wanita
yang dapat menjadi zinah (perhiasan) sebagaimana sebaliknya bisa menjadi fitnah (bencana), sampai
persoalan peran dan fungsi sosial wanita di luar rumah. Semuanya adalah bahasan yang dibicarakan dalam
permasalahan wanita, sejatinya dilakukan secara cermat dan teliti, tanpa gegabah yang dapat menyebabkan
kesalahan persepsi terhadap persoalan ini.

Persepsi tentang wanita yang bijak adalah persepsi yang tidak condong kepada
pengekangan terhadap wanita karena sikap-sikap yang kaku terhadap teks-teks
agama, sebaliknya tidak pula memberikan persepsi yang liberal yang cenderung
mempersepsikan kebebasan tanpa batas dan kaidah-kaidah agama yang diangkat dan
dibahas oleh para ulama Islam.
“Islam tidak memposisikan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang serba
salah. Islam juga tidak membuat mereka merasa berdosa ketika harus terlibat dalam
berbagai aktivitas sosial. Hanya saja, Islam mewarnainya dengan adab-
adab syar’i sebagaimana berbagai aktivitas lain. Islam meletakkan panduan bagi
wanita yang dapat menjaga diri berikut masyarakatnya. misalnya menutup aurat,
larangan berduaan (berkhalwat), pemberian batas-batas ikhtilath dan hal lain yang
terkait dengan keterlibatan wanita dalam aktivitas sosial” [1] .

Posisi Wanita Dalam Islam


Untuk dapat meyakini keunggulan kedudukan dan posisi wanita dalam Islam
secara lebih mantap, sebaiknya kita pahami pandangan terlebih dahulu posisi wanita
dalam pandangan kebudayaan-kebudayaan kuno, seperti wanita dalam pandangan
perundang-undangan China, Yunani, Romawi, India dan Italia dsb.
Dalam budaya China Kuno terdapat sebuah kaidah: "tidak ada di dunia sesuatu
yang paling rendah nilainya selain wanita", "wanita adalah tempat terakhir dalam
jenis kelamin dan dia mesti ditempat pada pekerjaan yang paling hina" [2] .
Dalam perundang-undangan Yunani, sebagaimana ditulis Dymosten: "kami
menjadikan wanita pelacur untuk bersenang-senang, menjadikan teman wanita
(pacar) untuk kesehatan fisik kami, menjadikan istri-istri kami agar kami memiliki
anak-anak yang legal" [3] .
Di Italia pada sebagian wilayahnya wanita dianggap seperti pembantu rumah
tangga, dia hanya boleh duduk di lantai sementara suaminya duduk di atas kursi.
Apabila suaminya mengendarai kuda maka sang istri mesti berjalan di bawah
mengikuti sang suami meski dalam perjalanan yang jauh sekalipun" [4] .
Sedangkan India dalam materi Qanun no: 147 disebutkan bahwa wanita tidak
berhak pada setiap tahapan hidupnya untuk melakukan aktifitasnya sesuai
keinginannya, meskipun dalam masalah rumah tangganya" [5] .
Dalam budaya Romawi wanita tidak mendapatkan posisi terhormat, bahkan
diperlakukan seperti anak-anak dan orang-orang gila, sebagaimana dikutip Abdul
Mun'im Badr dan abdul Mun'im al-Badrawi dalam bukunya Mabadi' al-Qanun ar-
Rumani hal: 197-265 [6] .
Sedangkan pandangan Arab Kuno terhadap wanita dapat kita cermati dari sebuah
ayat al-Qur'an dari sekian banyak ayat-ayat al-Qur'an: "dan apabila seseorang dari
mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang
banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke
dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka
tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59).
Sedangkan sikap Islam terhadap wanita sangat adil dan proporsional; Islam
sangat menghargai kedudukan wanita sebagaimana memberikan arahan-arahan untuk
dapat menjaga kehormatan dan harga wanita sebagai makhluk Allah dengan segala
keunikannya.
Islam menetapkan persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
kemuliaan dan tanggungjawab secara umum[7], sebagaimana ditegaskan Nabi
Muhammad saw dalam sebuah haditsnya :

‫النساء شقائق الرجال‬

“Wanita adala belahan dari pria” (HR. Ahmad dari Aisyah r.a)

Adapun terkait tugas masing-masing dalam keluarga dan masyarakat Islam


menetapkan sikap proporsional bagi laki-laki dan perempuan dalam hak dan
kewajiban mereka, sekaligus sebagai bukti keadilan Islam[8] , firman Allah SWT:

çlm;ur ã@÷WÏB “Ï%©!$# £`ÍköŽn=tã Å$rá÷èpRùQ$$Î/4`£ 4

“Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang kakruf” (QS. Al-Baqarah: 228).
Islam memandang bahwa setiap jenis laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan
masing-masing; Allah memberikan kelebihan bagi laki-laki atas perempuan dengan
satu derajat, firmanNya:

‫م‬
ٌ ‫كي‬
ِ ‫ح‬
َ ‫زيٌز‬ ُ ّ ‫ة َوالل‬
ِ َ‫ه ع‬ ٌ ‫ج‬ ّ ِ‫ل ع َل َي ْه‬
َ ‫ن د ََر‬ ِ ‫جا‬
َ ‫ف وَِللّر‬ َ ْ ‫ن ِبال‬
ِ ‫معُْرو‬ ّ ِ‫ذي ع َل َي ْه‬
ِ ّ ‫ل ال‬
ُ ْ ‫مث‬ ّ ُ‫وَل َه‬
ِ ‫ن‬
[228:‫]البقرة‬

“dan bagi mereka (wanita-wanita) hak sebagaimana kewajiban dengan makruf, bagi
kaum lelaki atas mereka derajat, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.
Al-Baqarah: 228).

Karenanya Allah SWT memberikan tugas lebih berat bagi lelaki atas kaum
perempuan; kaum lelakilah yang mengemban tugas-tugas berat seperti kenabian,
kepemimpinan global (al-imamah al-uzhma), tugasqodho (peradilan), megimami
shalat, jihad fi sabilillah. Sebagaimana diberikan kekhususan kepada kaum pria
seperti penisbatan anak kepada bapaknya (lelaki), pembagian waris dua kali lipat atas
bagian wanita dan sebagainya.

‫ يا‬:‫وقد روى المام أحمد في مسنده أن أم سلمة رضي الله عنها قالت‬
‫ف الميراث!! فأنزل الله‬ ُ ‫ ولنا ِنص‬،‫ تغُزو الرجال ول نغزو‬،‫رسول الله‬
‫ما‬
ّ ‫م‬
ِ ‫ب‬ٌ ‫صي‬ِ َ‫ل ن‬
ِ ‫جا‬َ ‫ض ِللّر‬ َ ْ ُ ‫ضك‬ ُ ّ ‫ل الل‬ ّ َ‫ما ف‬
َ ‫ض‬
ٍ ْ‫م َع َلى ب َع‬ َ ْ‫ه ب ِهِ ب َع‬ َ ‫وا‬ ْ ّ ‫من‬
َ َ ‫ َول ت َت‬:‫تعالى‬
][32:‫ضل ِهِ ]النساء‬ ْ َ‫ن ف‬ ْ ‫م‬ َ ّ ‫سأُلوا الل‬
ِ ‫ه‬ ْ ‫ن َوا‬َ ْ ‫سب‬َ َ ‫ما اك ْت‬ ّ ‫م‬
ِ ‫ب‬ ٌ ‫صي‬
ِ َ ‫ساِء ن‬ َ ّ ‫سُبوا وَِللن‬َ َ ‫اك ْت‬
[9
Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya bahwa Ummu Salamah r.a berkata:
wahai Rasulullah, kaum pria berperang sedangkan kami (kaum wanita) tidak, bagi
kami setengah bagian warisan kaum pria?”, kemudian turun ayat 32 surat an-Nisa’:
“dan janganlah kalian berangan-angan apa yang Allah beri kelebihan kepada
sebahagian kalian atas sebahagian, bagi lelaki bagian apa yang mereka lakukan dan
bagi perempuan bagian sesuai apa yang dilakukan, mintalah kepada Allah dari
sebagian karuniaNya”.
Imam al-Qurthubi berkata[10]:
Tidak tersembunyi bagi orang cerdas terhadap kelebihan (yang dimiliki) kaum pria
atas kaum wanita, kalaulah disebut-sebut bahwa wanita diciptakan dari (sebagian)
penciptaan lelaki, maka hal itu (sebenarnya) orisinil, bagi lelaki hak melarang wanita
melakukan sesuatu selain atas izinnya”.
Namun demikian, kelebihan tersebut yang merupakan karunia dari Sang
Pencipta alam semesta, tidak berarti pelecehan terhadap hak-hak asasi perempuan
dan apalagi tidak sama sekali berarti sikap diskriminatif terhadap perempuan; tidak
pula secara otomatis bahwa setiap lelaki lebih baik dari semua wanita; karena ada
sebuah kaidah yang berlaku, bahwa “melebihkan atas sesuatu tidak mesti penghinaan
dan merendahkannya; seperti halnya keyakinan bahwa al-Qur’an seluruhnya adalah
Kalamullah, ketika ada sebuah riwayat yang shahih bahwa ayat Kursi (al-Baqarah: 225)
adalah ayat yang paling baik, bukan sama sekali berarti –na’idzubillah- bahwa ayat-
ayat yang tidak baik. Contoh lain pernyataan tentang kelebihan sebahagian Nabi atas
sebahagian lainnya sebagaimana dijelaskan dalam ayat 66 surah al-Isra’, tidak sama
sekali bermaksud pelecehan terhadap Nabi yang lain tersebut. Maha Suci Allah SWT
dari prasangka buruk orang-orang munafik.
Posisi wanita dalam Islam juga dapat dilihat dari perhatiannya kepada kewajiban
pendidikan wanita secara khusus. Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim yang mempunyai dua anak perempuan, kemudian ia
berbuat baik dalam hubungan dengan keduannya kecuali keduanya akan bisa
memasukannya ke dalam surga." (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dan Ibnu
Hibban dalam kitab Shahihnya).
Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: ”Barangsiapa yang
mempunyai tiga anak perempuan, atau dua anak perempuan, atau dua saudara
perempuan, kemudian ia berbuat baik dalam berhubungan dengan mereka dan
bertakwa kepada Allah atas (hak) mereka, maka baginya surga" (HR. Tirmidzi dan Abu
Dawud, hanya saja pada riwayat Abu Dawud Rasulullah saw bersabda, "Kemudian ia
mendidik, berbuat baik, dan menikahkan mereka, maka baginya surga.").
Pendidikan wanita dalam Islam diawali dengan pendidikan dasar, yaitu akidan
dan prinsip-prinsip iman, ibadah dan akhlak wanita muslimah. Demikian juga
pendidikan skil dan ketrampilan bagi wanita seseuai kebutuhan zaman. Adalah Abul
A'la Al Ma'arry berpesan kepada wanita seraya berkata: "Ajarilah mereka memintal
dan menjahit. Biarkan mereka membaca dan menulis aksara. Doanya seorang dara
dengan Al-Fatihah dan Al-Ikhlas sama dengan membaca Yunus dan Bara'ah".

Wanita Dalam al-Qur’an (Perspektif Balaghoh Qur’aniah).


Hawa adalah wanita pertama yang Allah SWT hadirkan ke muka bumi, Alloh
menyebutnya di dalam al-Qur’an dengan lafal “zauj“ (‫ ) زوج‬yang termaktub dalam 5
ayat pada 5 surat yang berlainan (lihat: QS. 2:35, 4:1, 7:19, 20:117, 39:6). Pada
3 surat ( QS. 2:35, 7:19, 20:117 ) disebutkan bahwa Hawa ada diantara kisah suaminya
Adam a.s, sedangkan 2 surat lainnya dinyatakan Hawa dalam konteks yang berbeda.
Menilik Hawa yang tercantum dalam surat 2:35, di dalamnya terkandung suatu
makna betapa besarnya keberadaan seorang wanita di hadapan seorang pria, karena
Sunnatulloh pria cenderung kepada wanita yang satu sama lainnya mempunyai
ketergantungan, yang dengannya dapat memunculkan sakinah (ketenangan) lahir-
bathin dalam mengarungi bahtera kehidupan, manakala keduanya
mampu melaksanakan tugas sebagai suami istri yang shalih dan shalihat.
Hal ini tersirat dalam al-Qur’an dengan kalimat ( ‫اسججكن أنججت وزوجججك‬
‫ ) الجنة‬artinya: Tinggallah kamu dan istrimua di dalam Surga; kata ( ‫ ) اسكن‬ditujukan
kepada Adam dan Hawa dan tidak mengulang kata ( ‫ ) اسسسكن‬dalam bentuk perintah
kepada Hawa seperti misalnya ( ‫ ) اسكن أنت ولتسكن زوجك‬tetapi hanya menyebutkan kata
kerja perintah satu kali ( ‫) اسكن أنت وزوجك‬. Maka kata (‫ )اسكن‬memiliki konotasi sebuah
mahligai rumah tangga yang mampu menebarkan ketenangan dan kebahagiaan hidup
seorang pria, karena disampingnya wanita setia menyertainya sebagai istri.
Dengan kata lain seorang istri akan menikmati ketenangan dan kebahagiaan
hidup ketika berhasil memerankan tugas sebagai istri bagi suaminya [11] .
Dari kata sambung “waw” mengisyaratkan adanya jalinan yang harmonis antara
pria dan wanita dalam sebuah ikatan perkawinan yang sah. Demikian rahasia al-Qur'an
tidak menyebutkan nama Adam atau Hawa, tetapi cukup dengan menyebutkan status
Hawa sebagai istri Adam a.s, sebagai pertanda keharmonisan dan ketenangan hidup
berumah tangga. Pada ayat tersebut berlaku untuk seluruh manusia yang
ingin menjalankan roda kehidupan di dunia dengan menata kehidupan rumah tangga
di bawah rengkuhan ridho Allah Swt.
Maka untuk membangun rumah tangga yang harmonis tak luput dari unsur
ta’awun (saling membantu ), agar dapat melaksanakan tugas dan perannya, baik yang
bersifat moral maupun material, dijelaskan oleh Allah SWT ketika Adam dan
Hawa menghadapi godaan dan rayuan Iblis -la’natulloh ‘alihi-, satu sama lain
memperkokoh untuk mampu menghadapi dan melawan tipu daya serta bisikan Iblis
menghancurkan keutuhan mereka, karena pada hakekatnya Iblis tidak hanya
menggoda Adam, tetapi Hawa tak luput dari sasarannya (‫عدو لك ولزوجك‬: Musuh bagimu
dan bagi istrimu), sebagaimana tercantum dalam QS. 20:117. Pun diperjelas dengan
kata-kata selanjutnya dalam ayat itu ( ‫ فليخرجنكما من الجنة‬: Maka ia tidak mengeluarkan
kalian berdua dari Surga, dengan kata ganti ( ‫ ) كما‬yang berlaku untuk berdua (Adam
dan Hawa).
Namun kata-kata berikutnya (‫)فتشقى‬, menggunakan kata ganti yang berlaku untuk
seorang, Allah tidak mengatakan ( ‫ ) فتشقيان‬misalnya, yang artinya: maka kalian berdua
akan sengsara. Tetapi hanya berkata ( ‫ ) فتشسسسقى‬yang artinya maka akan sengsara
(Engkau hai Adam). Melihat realita yang ada, sesungguhnya dalam membangun
mahligai rumah tangga keduanya memiliki tugas yang diemban masing-masing, bagi
seorang suami sebagai Qowwam (pemimpin) berperan pencari nafkah, seorang
pemimpin yang memiliki wibawa di mata istri dan putra-putrinya, sedangkan Istri
dengan belaian lembut dan sentuhan kasih sayang mampu menjadikan rumah tangga
sebagai madrasah buat putra-putrinya, sebagai proses kaderisasi untuk memunculkan
generasi tangguh dan berkualitas.
Demikian mulia dan tingginya nilai dan tugas yang diamanatkan kepada wanita
sebagai istri dan seorang ibunda di dalam memfungsikan misi dan perannya bersama
sang suami dan ayahanda, merupakan proyek besar bagi terwujudnya generasi yang
mampu tampil dengan gelar khalifah di muka bumi .
Selanjutnya termaktub di dalam surat An-Nisa ayat 1, bahwa kata “zauj “ yang
dimaksud adalah Hawa [12] .
Nilai mulia wanita juga dapat dilihat dari perannya sebagai pendamping pria,
pertanda kebesaran Allah SWT menjadikan manusia dari satu asal (Adam a.s) yang
kemudian melengkapi pasangan untuknya seorang istri (Hawa). Dari sana berawal
proses penciptaan lahirnya anak manusia sebagai asal muasal kejadian manusia yang
kemudian menjadi titik tolak berlakunya hukum sosial dalam Islam.
Perhatian al-Qur’an terhadap wanita dan permasalahannya sangat nampak pada
pengangkatan kewanitaan, baik pada aspek figur dan kriterianya maupun aspek
masalah-masalah yang dibahas; demikian banyak al-Qur’an menyebut kisah-kisah
wanita yang berperan sebagai figure keteladanan seperti Asiah istri Fir’aun, Zainab
binti Jahsyin istri Rasulullah saw, kisah ketegaran istri Nabi Ibrahim as, kisah fitnah
terhadap Ummul Mu’minin Aisyah. Sebaliknya wanita-wanita berdosa yang tidak
bertanggung jawab terhadap kelestarian dan kesejahteraan hidup, seperti istri Nabi
Nuh dan Nabi Luth, istri Abu Lahab.
Bahkan al-Qur’an memberikan penamaan khusus kepada nama sebuah surat al-
Qur’an dengan sebutan an-Nisa’ (para wanita); di dalamnya dijelaskan tentang wanita
yang memerankan penebar kebajikan bagi kehidupan dan hokum-hukum yang terkait
dengan kewanitaan.

Wanita Dalam Hadits Nabi saw.


Sebagaimana dalam al-Qur’an, hadits nabi saw sesuai fungsinya sebagai penafsir
dan pemberi penjelasan al-Qur’an, mengangkat wanita sebagai makhluk Allah yang
menempati posisi yang tinggi. Antara lain dapat dicermati dengan seksama hadits Nabi
saw tentang asal muasal penciptaan wanita, bahwa wanita diciptakan dari tulang
rusuk kiri Adam a.s dalam sabda Rasulullah saw :
( ... ‫ فإنهن خلقن من ضلع أعوج‬... ) artinya: “(karena) mereka (kaum wanita)
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok” .
Hadits ini adalah hadits shahih karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim [13], penciptaan semacam ini merupakan tanda kekuasaan Allah SWT yang
mengatur sesuatu menurut kehendak-Nya, seperti halnya proses penciptaan Adam a.s
tanpa ayah dan ibu, juga penciptaan Isa a.s tanpa ayah.
Maka dapat dipahami, bahwa penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam bukan
bermaksud merendahkan kedudukan kaum wanita dan tidak pula menyerahkan
totalitas kekuasaan kepada pria atas wanita. Sebagai bukti hadits tsb diawali dengan
suatu pesan Rasulullah saw kepada kaum pria sebagai suami atau seorang ayah: (
‫)استوصوا بالنساء خيرا‬: “ berlaku baiklah kepada wanita” [14]

Selanjutnya esensi penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam as sebagai isyarat
adanya nilai fitrah yang terkandung yaitu keterikatan dan kecenderungan antara pria
dan wanita dan pertanda adanya rasa saling membutuhkan satu sama lainnya untuk
saling melengkapi, karena keduanya berasal dari tubuh yang satu, seiring dengan
ungkapan Allah SWT ( ‫ ) زوج‬yang berarti teman hidup [15] , karena keduanya lahir
dari proses penciptaan-Nya.
Keunikan ciptaan wanita seperti disebutkan dalam banyak hadits Nabi saw itu
menempatkan wanita sebagai makhluk Allah yang mesti disikap dengan bijak dan
sesuai fitrahnya dan asal kejadiannya; karenanya wanita di satu sisi disebut-sebut
sebagai zinatul-hayah (perhiasan dunia), sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
(‫"الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة" )رواه مسلم‬
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah (HR
Muslim).

‫أل أخبركم بخير ما يكنز المرء المرأة الصالحة إذا نظر إليها سرته وإذا غاب‬
‫ وإذا أمرها أطاعته" رواه ابن ماجه وأحمد والنسائي والحاكم‬،‫عنها حفظته‬
Maukah kalian aku beritahu sebaik-baik harta simpanan seseorang? Yaitu wanita
sholihah,jika ia memandangnya menyenangkannya, jika ia tidak berada di depannya ia
peliharanya, jika ia memerintahkannya ia menataati” HR. Ibnu Majah, Imam Ahmad,
an-Nasa’I dan al-Hakim.
Tetapi di sisi lain wanita juga menjadi fitnah, sesuatu yang mendatangkan
malapetaka dalam kehidupan bagi kaum pria, hal itu ditegaskan Nabi dalam
haditsnya:

‫متي من النساء(( رواه البخاري‬


ّ ‫ة أضّر على أ‬
ً ‫ت بعدي فتن‬
ُ ‫))ما ترك‬
[16] ‫ومسلم‬
“Tidak aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya atas umatku daripada wanita”
(HR. Bukhari Muslim).

‫ة‬
ِ ‫ن أّول فتن‬
ّ ‫ فإ‬،‫ واّتقوا النساء‬،‫ )فاتقوا الدنيا‬:‫(وعند مسلم في صحيحه‬
[17](‫بني إسرائيل كانت فيالنساء‬
Dalam riwayat Muslim: “takutlah terhadap dunia, dan terhadap wanita, karena
fitnah pertama terhadap Bani Israil dahulu pada wanita”.
Dalam catatan sejarah dikenal peristiwa-peristiwa peperangan di jaman
Jahiliyah yang terjadi disebabkan karena factor wanita seperti yang terjadi terhadap
Kisra yang menginginkan seorang wanita namun ditolak oleh an-Nu’man[18], demikian
peristiwa konflik dengan Yahudi dikarenakan gangguan terhadap wanita muslimah
berjilbab yang terbuka sebagian auratnya di pasar Bani Qoinuqo’ di masa Nabi
Muhammad saw [19] .
Wanita dalam Islam sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah saw
adalah memiliki hak dan kewajiban sebagaimana kaum pria, sebagaimana Islam
mengangkat prinsip persamaan antara lelaki dan perempuan, namun juga menyatakan
realitas perbedaan baik fisik maupun emosi antara lelaki dan perempuan, karenanya
persamaan dan kebebasan yang dimiliki kaum perempuan direalisasi secara
proporsional sesuai batas-batas yang ditentukan syariat Islam[20].
Tidak seperti yang dituduhkan oleh kaum Liberal bahwa wanita memiliki
kebebasan tanpa batas dan arahan kaum pria, mereka kadang-kadang menggunakan
dalil-dalil untuk melegitimasi pandangannya seperti ‘hadits’ :

)‫ة المرأة ندامة‬


ُ ‫(طاع‬

‘hadits’ tersebut adalah hadits palsu, dikeluarkan oleh Ibnu Ady dalam kitab al-
Kamil 3/262, 5/262 dari Aisyah r.a dari hadits Zaid bin Tsabit r.a, Ibnu al-Jauzi
(2/272) dan Imam Syaukani (129) serta al-Albani dalam Silsilah Hadits Dho’if (435) dan
yang lainnya.
Seperti hadits yang lain:

((‫حميراء‬
ُ ‫ف ديِنكم من هذه ال‬
َ ‫))خذوا ِنص‬
Hadits tersebut juga palsu, seperti yang disebutkan dalam kitab Mirqotul
Mafatih (10/565), bahwa al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Saya tidak mengenal
sanadnya, juga periwayatannya dalam buku-buku hadits selain dalam kitab an-Nihayah
Ibnu al-Atsir, tetapi beliau tidak menyebut siapa yang meriwayatkannya. Al-Hafizh
Imaduddin ibnu Katsir, bahwa ia bertanya al-Mazzi dan adz-Dzahabi, keduanya
berkata: tidak mengetahui (riwayat tersebut). As-Sakhowi berkata: disebutkan dalam
al-Firdaus tanpa sanad dan tidak dengan lafazh ini, tetapi dengan lafazh ( ‫خذوا ثلث‬
‫حميراء‬
ُ ‫ت ال‬
ِ ‫من بي‬ ُ ِ ‫) ِدين‬
ِ ‫كم‬ Penulis Musnad al-Firdaus mencantumkan riwayat ini
namun tidak menyebutkan sanadnya. Imam as-Suyuthi mengatakan: “saya tidak
menemukannya (riwayat tersebut) ”. kalaupun benar riwayat tersebut maksudnya
adalah keunggulan yang dimiliki oleh Ummul Mukminin Aisyah r.a dalam hukum-hukum
fiqh keluarga, bukan berarti tahrir al-mar’ah (liberalisasi kaum wanita).
Islam juga tidak memandang wanita wabagai makhluk yang serba kurang.
Sebagaimana sebagian orang yang bersikap negative kepada wanita karena
kekurangan yang diihat pada kaum wanita; sebahagian lagi menganggap wanita sebagi
makhluk lemah dan serba kurang berdasarkan sebuah riwayat hadits :
‫ في أضحى أو فطر إلى المصلى‬:‫ خرج رسول ال صلى ال عليه وسلم‬:‫) عن أبي سعيد الخدري رضي ال عنه قال‬
"‫ت ناقصات عقل ودين أذهب للب الرجل الحازم من إحداكن‬
ُ ‫ ما رأي‬...‫ يا معشر النساء‬:‫ فقال‬،‫)مصلى العيد( فمر على النساء‬
.‫أخرجه الشيخان‬
Maksud hadits ini adalah bahwa wanita ketakjuban Nabi pada fenomena
kemampuan wanita dalam mengambil hati pria, padahal pada diri mereka- secara
umum- ada kelemahan. “Naqishot ‘aql berarti kurang daya ingat dalam beberapa
persoalan hidup, sedangkan naqshu din ialah tidak diperkenankannya wanita
melakukan beberapa ritual ibadah lantaran adanya penghalang seperti haidh dan
nifas [21]. Wallahu A’alam bish-showab.

Wanita dan Kepemimpinan

Pada dasarnya kepemimpinan secara umum diembankan kepada laki-laki,


sebagaimana penegasan Allah SWT dalam surat an-Nisa’: 34

‫قوا‬ َ ‫ما َأن‬


ُ ‫ف‬ َ ِ ‫ض وَب‬ َ ْ ُ ‫ضه‬
ٍ ْ‫م ع َلى ب َع‬ َ ْ‫ه ب َع‬ ُ ّ ‫ل الل‬
َ ‫ض‬ّ َ‫ما ف‬
َ ِ ‫ساِء ب‬ َ ّ ‫ن ع ََلى الن‬َ ‫مو‬ ّ َ‫ل ق‬
ُ ‫وا‬ ُ ‫جا‬ َ ‫(الّر‬
َ ‫م‬
:‫ه )النساء‬ ُ ّ ‫ظ الل‬
َ ‫ف‬
ِ ‫ح‬َ ‫ما‬ ِ ْ ‫ت ل ِل ْغَي‬
َ ِ‫ب ب‬ ٌ ‫ظا‬َ ِ‫حاف‬
َ ‫ت‬ ٌ ‫ت َقان َِتا‬ُ ‫حا‬ ّ ‫م َفال‬
َ ِ ‫صال‬ ْ ِ‫وال ِه‬َ ‫م‬
ْ ‫نأ‬ ْ ِ
.34
Kaum lelaki adalah pelindung (pemimpin) bagi kaum wanaita karena karunia
Allah kepada sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian lainnya (wanita), dan
karena (kewajiban) menafkahi dari harta mereka; maka wanita-wanita shalihat adalah
yang tunduk patuh, menjaga diri ketika (sang suami) tidak ada, karena Allah telah
menjaga mereka… (QS. An-Nisa: 34).
Kelebihan kaum lelaki atas kaum wanita juga dijelaskan Allah SWT dalam
firmanNya ayat 228 suratal-Baqarah

ُ ّ ‫ة َوالل‬
‫ه‬ ٌ ‫ج‬ ّ ِ‫ل ع َل َي ْه‬
َ ‫ن د ََر‬ ِ ‫جا‬
َ ‫ف وَِللّر‬ َ ْ ‫ن ِبال‬
ِ ‫معُْرو‬ ّ ِ‫ذي ع َل َي ْه‬
ِ ّ ‫ل ال‬
ُ ْ ‫مث‬
ِ ‫ن‬ّ ُ‫وَل َه‬
‫م‬
ٌ ‫كي‬ِ ‫ح‬ َ ‫زيٌز‬
ِ َ‫ع‬
“… dan baginya (kaum wanita) memiliki hak sebagaimana ada kewajiban
dengan cara yang makruf, dan bagi kaum lelaki derajat atas kaum wanita, dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”[22].
Namun demikian tidak ada satu teks agama yang melarang kepemimpinan kaum
wanita atas kaum lelaki selain dalam hal al-walayah (kekuasaan) secara umum,
seperti hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Bakrah r.a [23], Rasulullah saw bersabda:

ٌ ‫ ))ما أفَلح قو‬:) ‫وفي لفظ آخر‬, (‫ة‬


(‫م‬ ً ‫(لن يفلح قوم وّلوا أمَرهم امرأ‬
“Suatu kaum tidak beruntung jika mereka mengangkat wanita sebagai pemimpin”.
Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dengan sanadnya yang
shahih[24], bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

( ‫ت النساء‬
ِ ‫ت الرجال إذا أطاع‬
ِ ‫ن هلك‬
َ ‫) ال‬
“Sekarang, binasalah kaum lelaki jika menaati kaum wanita” .
Maksud 2 riwayat hadits tersebut adalah perwalian atau kepemimpinan secara
umum (imamah kubra) terhadap umat atau kedudukannya sebagai pemimpin daulah.
Terkait dengan riwayat hadits pertama dapat disimpulkan pendapat para ulama
Islam :
a- Sebab periwayatannya adalah kabar tentang ketidakberuntungan orang-
orang Persi, karena mereka memakai sistem kerajaan yang
mengharuskan mengangkat putri pemimpinnya yang meninggal sebagai
penggantinya, padahal selain putrinya masih banyak kaum pria yang
lebih pantas menjadi pemimpin.
b- Kalau ada ulama mengatakan yang menjadi pertimbangan
adalah keumuman lafazh bukankekhususan sebab, tetapi ada juga ulama
yang berpendapat lain seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar yang
menegaskan pentingnya perhatian kepada sebab turunnya ayat dan
sebab periwayatan hadits agar tidak menjadi seperti kaum al-
Haruriyah dan Khawarij yang cenderung tekstualis ekstrim.
c- Jika hadits ini dipahami dengan keumuman lafazh saja maka bisa saja
dikatakan bertentangan dengan ayat yang mengkisahkan ratu Bilqis yang
adil dan cerdas.
d- Para ulama sepakat bahwa wanita dilarang memegang al-walayah al-
kubra atau al-imamah al-uzhma, yang dalam hadits ditunjukkan dengan
kata ”wallau amrohum”. Namun ada juga ulama yang mengqiyaskan
(menganalogi) imamah kubra dengan kepala negara. Singkatnya mereka
berbeda pendapat dalam penetapan wanita sebagai kepada negara atau
kepada daerah. Hal ini terbuka untuk medan ijtihad.
e- Pembicaraan wanita menjadi menteri atau tugas-tugas lain di luar
pembicaraan khilafiyah ulama diatas. Umar bin Khthab pernah
mengangkat Syifa binti Abdullah al-’Adawiyah menjadi Kepala Bidang
Urusan Pasar.
f- Kedudukan seperti Indira Ghandi, Margaret Tatcher atau Golda Meir di
Israel tidak dapat dikatakan penguasa kaum secara umum, sebab mereka
hanya pimpinan dari partai dan kelompoknya (dalam perspektif
demokrasi modern), karena masih banyak yang dapat menentang dirinya
sebagai pemimpin[25] .

(BERSAMBUNG...)

Moderasi Islam Rahmat bagi Semesta


RABU, 16 DESEMBER 2009 ADMIN

Moderasi Islam Rahmat bagi Semesta


Oleh : Samson Rahman

Mukaddimah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya yang senantiasa berlimpah kepada kita semua
sehingga kadang kala tidak sempat mensyukurinya. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan
Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman pengayom semua umat manusia, penebar damai dan sejahtera bagi
semesta. Shalawat dan salam semoga terlimpah pula pada para keluarga, sahabatnya dan semua orang yang
setia menapak jejak langkah ajarannya hingga akhir zaman.

Merupakan sebuah kehormatan bagi umat Islam, karena Allah telah mendeklarasikan bahwa umat ini Allah
hadirkan sebagai ummatan washatan (umat pertengahan), ummat moderat. Umat yang adil dan pertengahan.
Umat yang anti terhadap semua sikap ektrimisme dan tindakan yang melampaui batas.Umat yang mampu
menjadikan sikap pertengahan sebagai pilihan hidup dalam segala lini cara pikir, cara beribadah, cara
muamalah dan sebagainya.

10 Ilmuwan Tidak Terkenal Yang Mengubah Dunia

Visited 2326 times, 11 so far today


Banyak kita kenal penemu-penemu atau ilmuwan beserta penemuan2nya yang fenomenal, sebut saja
Alexander Graham Bell dengan teleponnya, James Watt dengan mesin uapnya, atau Albert Einstein dengan
teori relativitasnya.

Tapi apakah agan-agan kenal sama ilmuwan-ilmuwan di bawah ini, walaupun mereka kurang terkenal namun
kontribusinya sangat berperan dalam mengubah dunia.
Cekidot gan ilmuwannya ane urutin dari 10 – 1 yang paling berpengaruh mengubah dunia:
10. IBNU AL-HAYTHAM (965-1039 M)

Lahir di Basra, Al-Haytham adalah seorang pemikir terkemuka pada zamannya. Dia membuat sumbangan
berharga dalam bidang matematika, anatomi, astronomi, teknik, kedokteran, filsafat, dan fisika. Ia juga
memperkenalkan metodologi ilmiah eksperimen dan observasi. Karyanya yg penting adalah pada tulisan
mengenai optik, The Book of Optics dianggap sebagai yang berpengaruh untuk sebuah revolusi dalam studi
optik dan persepsi visual. buku tersebut adalah deskripsi pertama dari kamera obscura (kamar gelap), dan ia
juga meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan mikroskop, teleskop dan menetapkan prinsip-prinsip optik
seni Renaisans. Mikroskop secara khusus memiliki implikasi yang besar untuk obat-obatan dan mikrobiologi,
maupun kimia di dunia modern.

9. Tim Berners-Lee (1955-sekarang)


Jika bukan karena Tim Berners-Lee, Anda tidak akan dapat membaca artikel ini. Dia adalah orang yang
berperan memperkenalkan World Wide Web, yang dikembangkan sebagai utilitas komunikasi pada saat
bekerja di CERN, European Particle Physics Laboratory. Hebatnya, ia menolak paten penemuannya, ia
memberikannya sebagai hadiah kepada dunia sebagai gantinya. Internet telah merevolusi cara orang
berkomunikasi dengan kemampuannya untuk memperoleh informasi,kecepatan dan efisiensi sejalan
perdagangan global yang beroperasi. Penemuannya adalah sesuatu yang benar-benar revolusioner dalam
dunia komunikasi, dengan potensi untuk melebihi penemuan Marconi dan Alexander Graham Bell

8. No.8 – Ibnu Sina (980-1037 M)

Salah satu yang paling berpengaruh dari semua ilmuwan Islam adalah Ibnu Sina, seperti keanyakan
rekan2nya, dia bekerja pada banyak aspek ilmu termasuk kedokteran, matematika, logika, dan geologi. Dia
menulis hampir 450 teks bacaan pada berbagai subyek, dua yang paling terkenal adalah The Canon of
Medicine dan The Book of Healing. buku2 Ini digunakan sebagai buku standar pelajaran universitas di Eropa
selama ratusan tahun. Namun, pengaruhnya meluas lebih jauh lagi, karena ia juga dianggap berperan untuk
pengenalan karantina untuk menghindari penyebaran infeksi, juga memperkenalkan uji klinis dan eksperimen
sistematis .

7. Thomas Midgley (1889-1944)

Thomas Midgley adalah orang yang telah membuat kontribusi besar untuk dunia modern. Sayangnya,
kontribusinya bukan yang positif. Pertama, Midgley menemukan adiktif yang dapat membuat bensin
menghentikan efek “mengetuk” pada mesin mobil. Namun, hal ini juga menimbulkan masalah kesehatan
secara global. Selanjutnya, ia adalah orang yang berperan dalam pengembangan CFC, salah satu senyawa
yang paling merusak di atmosfer kita saat ini, dan kontributor utama pemanasan global. Telah diakui bahwa
Midgley “memiliki dampak yang lebih besar pada atmosfer dari pada organisme lain apapun dalam sejarah.”
sangat menyedihkan untuk dirinya, tapi bagaimanapun juga berguna bagi umat manusia. Ia terjangkit polio
yang membuatnya tidak bisa beranjak dari tempay tidurnya dan lalu setelah merancang sistem katrol yang
rumit untuk membantunya bangun dari tempat tidur, ia tidak sengaja tersangkut di tali dan mencekik dirinya
sendiri.

6. Fritz Haber (1868-1934)


Fritz Haber adalah seorang kimiawan Jerman yang bekerja membuka tabir baik keajaiban dan keganasan dari
sebuah science yang tidak terungkap. Haber mencatatkan namanya pada industri sintesis amonia, komponen
penting pupuk dalam pertanian modern. Hal ini telah membantu dalam produksi pangan intensif yang telah
menjadi ciri dunia modern, dan pada gilirannya memungkinkan pertumbuhan penduduk yang besar dari abad
ke-20. Ia sangat terlibat dalam pengembangan senjata kimia seperti gas klorin untuk Jerman di Perang Dunia I,
dan ia diberi julukan oleh beberapa orang sebagai bapak dari perang kimia. Karya Haber membantu
pengembangan gas sianida, yang digunakan oleh Nazi untuk melakukan beberapa kekejaman terburuk dalam
sejarah manusia.

5. Leó Szilárd (1898-1964)


Mungkin salah satu kolaborator yang kurang dikenal di Proyek Manhattan , adalah Szilárd yang berperan pada
gagasan reaksi berantai nuklir, proses yang membuat bom atom untuk dikembangkan. Dia juga orang yang
memprakarsai Proyek Manhattan, yaitu dengan menulis kepada Presiden Roosevelt untuk mendesaknya
mengembangkan senjata-senjata ini, karena ia percaya orang Jerman meneliti sesuatu yang serupa. walaupun
ia merasa jijik pada penggunaan kekerasan, namun Szilárd telah berkontribusi pada awal perkembangan abad
nuklir, dan telah mengubah dunia secara dramatis.

4. James Clerk Maxwell (1831-1879)

Diakui oleh beberapa orang sebagai bapak fisika modern, James Clerk Maxwell adalah tokoh yang sangat
berpengaruh di bidang listrik, termodinamika, fotografi, energi nuklir, dan lain-lain. Penemuan spektrum
elektromagnetik yang berpengaruh terhadap pengembangan televisi, radio, gelombang mikro, serta membantu
dalam pengembangan teleskop radio dan inframerah. Persamaan pada medan elektromagnetiknya sangat
penting bagi teori relativitas khusus, oleh Albert Einstein. Ia juga menghasilkan foto berwarna pertama ,
gambar pita tartan. Karyanya benar-benar menandai keberangkatan dari karya ilmuwan besar lainnya yaitu
Isaac Newton, dan membantu untuk menginformasikan ilmu di balik banyak perkembangan teknologi besar
dari zaman modern.

3. Karl Landsteiner (1868-1943)


Dokter Austria yang melalui pelatihan, Landsteiner memainkan peran integral dalam identifikasi golongan
darah. Dia mendemonstrasikan efek bencana yang terjadi jika salah transfusi tipe darah, serta menunjukkan
sifat turun-temurun dari jenis darah, yang sejak itu telah digunakan sebagai metode untuk menunjukkan
keturunan. Dia juga ikut berperan atas identifikasi virus polio, dan membuat banyak sumbangan imunologi,
histologi dan anatomi. Walaupun warisan-Nya yang terbesar, adalah dalam memahami golongan darah yang
berbeda untuk transfusi darah, namun demikian sangat berperan penting dalam meningkatkan tingkat
ketahanan hidup di operasi.

2. John Bardeen (1908-1991)

Seorang fisikawan insinyur listrik dari Amerika Serikat, John Bardeen adalah salah satu dari sedikit orang yang
memenangkan dua hadiah Nobel. Pada tahun 1956, dengan dua rekannya, ia mengembangkan transistor
listrik, suatu perkembangan yang telah memfasilitasi pengembangan setiap perangkat elektronik yang
digunakan dalam dunia modern. penemuannya pada tahun 1972 yaitu superkonduktivitas telah memungkinkan
penggunaan CAT dan MRI scan di kedokteran. Walaupun memiliki terobosan revolusioner ini, Bardeen hampir
tidak dikenal di luar komunitas ilmiah. Walaupun begitu warisannya, telah mengubah dunia di luar
perkiraannya.

1. Joseph Lister (1827-1912)

Ketika bekerja sebagai dokter bedah di Glasgow Royal Infirmary, Lister mencoba untuk memecahkan masalah
infeksi pada luka, yang menewaskan 45% -50% dari semua kasus amputasi. Setelah mempelajari beberapa
karya Louis Pasteur, dan membaca koran tentang penggunaan asam karbol dalam pengolahan limbah, Lister
mulai mengobati pasien luka-luka dengan asam karbol. Dia memaksa dokter bedah untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah pengobatan dengan larutan asam karbol, serta peralatan bedah sampai bersih dengan
larutan itu, yang dengan demikian mewujudkan revolusi dalam kehigienisan rumah sakit. Dianggap sebagai
bapak obat antiseptik, Penemuan Lister sudah menyelamatkan hidup yang tak terhitung jumlahnya di seluruh
dunia, dan merupakan salah satu terobosan terbesar dalam sejarah medis.

sumber: kaskus.us

Incoming search terms for the article:


 ilmuwan islam terkenal (28)
 ilmuwan dunia asal jerman (27)
 ilmuwan islam dan penemuannya (23)
 tokoh ilmuwan dunia (20)
 tokoh yang menemukan asam karbol sebagai antiseptik (18)
 penemu asam karbol (11)
 ilmuan-ilmuan islam (11)
 tokoh matematika dan penemuannya (10)
 tokoh fisika dan penemuannya (9)
 ilmuwan dan penemuannya (6)

Leave a Reply
Top of Form
Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Bottom of Form

Anda mungkin juga menyukai