Nama dinasti Umayah dinisbatkan kepada Umayah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia
adalah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Dinasti Umayah
didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb.
Ketika Ali ibn Abi Thalib naik menggantikan kedudukan khalifah Utsman Ibn Affan,
Muawiyah selaku gubernur di Syam (Syria) membentuk partai yang kuat dan menolak
untuk memenuhi perintah-perintah Ali. Dia mendesaknya untuk membalas kematian
khalifah Utsman, atau kalau tidak dia akan menyerang kedudukan khalifah bersama-sama
dengan tentara Syria. Desakan Muawiyah akhirnya tertumpah dalam perang Siffin
(37/657). Dalam pertempuran sengit antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah itu,
pasukan Muawiyah terkalahkan. Tetapi pada saat yang demikian, Amr ibn ‘Ash
menasehati Muawiyah agar pasukannya mengangkat mushaf-mushaf al-Qur’an di ujung
lembing-lembing mereka sebagai pertanda seruan untuk damai. Ali menasehatkan
pasukannya, agar mereka tidak tertipu dengan tindakan itu, dan meneruskan peperangan
sampai akhir, tetapi malah terjadi perpecahan diantara mereka sendiri, sehingga pada
akhirnya Ali terpaksa menghentikan perang dan berjanji untuk menerima tahkim.
Keputusan yang dihasilkan oleh wakil pihak Ali (Abu Musa al-Asyari) dan pihak
Muawiyah (Amr ibn ‘Ash) ternyata membantu memperkuat kedudukan Muawiyah dan
golongan yang mendukungnya.
Peristiwa tahkim justru merugikan pihak Ali dan berakibat pada banyaknya pengikut Ali
yang ingkar (khawarij). Pada saat itu umat Islam terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
Wafatnya Ali adalah satu jembatan emas bagi Muawiyah guna merealisasikan keputusan-
keputusan perjanjian perdamaian (tahkim), yang menjadikan dia sebagai penguasa terkuat
di wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 41/661 Muawiyah memasuki kota Kufah.
Sumpah jabatan diucapkan dihadapan dua orang putra Ali, Hasan dan Husein, dan
disaksikan oleh rakyat banyak, sehingga tahun tersebut dikenal dalam sejarah sebagai
“Tahun Jama’ah”.
Muawiyah mendirikan Dinasti Umayah bukan hanya akibat dari kemenangan di Siffin
dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, namun ia juga mendapat dukungan kuat dari rakyat
Suriah dan dari keluarga Bani Umayah sendiri. Penduduk Suriyah yang lama diperintah
oleh Muawiyah mempunyai pasukan yang kokoh, terlatih dan disiplin di garis depan
dalam peperangan melawan Romawi. Mereka bersama-sama dengan kelompok
bangsawan kaya Makkah dari keturunan Umayah berada sepenuhnya di belakang
Muawiyah dan memasoknya dengan sumber-sumber kekuatan yang tidak ada habisnya,
baik moral, tenaga manusia, maupun kekayaan. Negeri Suriah sendiri terkenal makmur
dan menyimpan sumber alam yang berlimpah. Ditambah lagi bumi Mesir yang berhasil
dirampas, maka sumber-sumber kemakmuran dan suplai bertambah bagi
Muawiyah. Selain itu, sosok Muawiyah yang memiliki kemampuan yang menonjol
sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki
oleh para pembesar Makkah zaman dahulu.
Daulah Umayah, yang ibukota pemerintahannya di Damaskus berlangsung selama 91
tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah.
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini
dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa yaitu pada tahun
711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin
pasukan Islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara
Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal
nama Bibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian
Spanyol menjadi sasaran ekspansi.
Meskipun keberhasilan banyak di capai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik
dalam negri dapat di anggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya
dengan Hasan Ibn ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan
penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam.
Deklarasi pengangkatan yasid sebagai putra Mahkota menyebabkan munculnya
gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat mengakibatkan tarjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat.
Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-
daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak,
sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan
Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali, sebab kurangnya
dukungan serta bantuan pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa khalifah
Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri mulai meningkat, beliau berusaha
mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan, karena para
penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk
membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik
dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya
dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan
pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam.
Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan
munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan
terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
2. System ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti
berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
a. Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap
pembangunan sector pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan
bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
b. Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi
pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
3. System social
Terdapat empat kelompok masyarakat, yakni Arab Muslim. Mawalli, non Muslim,
dan kelompok Arab-Muslim menduduki kelas sosial tertinggi di sebabkan karena
mereka sebagai kelompok pendatang yang berkuasa, juga di karenakan sistem
aristokrasi. Namun pada prinsipnya mereka semua mendapat perlindungan hak-hak
secara penuh sehingga mereka dapat hidup dengan tenang dan damai. Perbedaan yang
menonjol adalah dalam hal beban kewajiban pajak. Hampir di katakan tidak ada
perselisihan antaragama. Yang muncul perselisihan antarsuku. Contohnya kelompok
Mudariyah dengan kelompok Arab Himyariyah.
4. Kemajuan arsitektur
Penguasa Dinasti Umayyah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka
mencurahkan perhatiaanya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah ssejumlah
bangunan megah, Masjid Baitul Maqdis di Yerussalem, yangn terkenal dengan kubah
batunya (qubah al-sakhra) didirikan pada masa Abdul Malik pada tahun 691 M. Ia
adalah masjid pertama yang di tutup kubah di atasnya. Dan juga masjid al Aqsa yang
tidak kalah tinggi arsiteknya sebuah masjid terindah yang terdapat di Damaskus yang
didirikan oleh Walid bin Abdul Aziz. Ia juga merehap masjid Madinah antara
beberapa monument peninggalan Umayyah yang terkenal adalah istana Qusayr
Amrah. Istana ini terbuat dari batu kapur yang berwarna kuning kemerah-merahan.
1. Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab
Selatan (Himyariyah) yang berdiam di wilayah Suriyah. Di zaman Umaiyah
persaingan antaretnis itu mencapai puncaknya, karena para khalifah cenderung
kepada satu pihak dan menafikan yang lainnya.
2. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang merupakan
pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan
“Mawali”, suatu status yang menggambarkan inferioritas di tengah-tengah
keangkuhan orang-orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Umaiyah.
Mereka bersama-sama Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa
orang diantara mereka mencapai tingkatan yang jauh diatas rata-rata orang Arab,
tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak
dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini jumlahnya
jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.
3. Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayah tidak dapat dilepaskan dari
konflik-konflik politik. Kaum Syiah dan Khawarij terus berkembang menjadi gerakan
oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan
Umayah. Disamping menguatnya kaum Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan
Bani Umayah yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat
menggeser kedudukan Bani Umayah dalam memimpin umat.
https://sitimaemonah4.wordpress.com/2015/10/23/makalah-sejarah-peradaban-islam-pada-masa-
daulah-bani-umayah/
https://newilmuadministrasi.blogspot.com/2017/01/sejarah-peradaban-islam-tentang-dinasti.html
http://nuhudhiyyah.blogspot.com/2016/11/makalah-sejarah-perkembangan-islam-masa.html
https://tirto.id/sejarah-perkembangan-ilmu-pengetahuan-islam-dinasti-umayyah-gabR