Anda di halaman 1dari 8

Kategori 1

DINASTI UMAYAH

SEJARAH BERDIRINYA

1.     Pengertian kata Bani, Dinasti dan Daulah.

Yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Umayah bin
Abdu Syams. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan
semuanya berasal dari keluarga. Kata Daulah berarti kekuasaan, pemerintahan, atau
negara. Dengan kata lain, Daulah Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti
Umayah yang raja-rajanya dari Bani Umayah

Muawiyah bin Abi Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh
berpengaruh dari Bani Umayah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada saat terjadi
Fathu Makkah. Pada masa Nabi Muhammad saw, ia menjadi salah satu perawi
hadits yang baik. Pada masa Kholifah Abu Bakar as Shiddiq, Muawiyah bin Abu
Sufyan memimpin tentara Islam dalam perang Riddah untuk menumpas kaum
murtad. Peran Muawiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa Kholifah
Usman bin Affan. Salah satu sebabnya adalahUsman bin Affan juga anggota Bani
Umayah. Pada waktu itu , Muawiyah bin Abu Sufyan menjabat sebagaiGubernur di
Damaskus ( Suriah ).
Wafatnya Khalifah Usman bin Affan menjadi momentum perpecahan dikalangan
umat Islam , yaitu :

a.     Kelompok Mu'awiyah menuntut bela atas terbunuhnya Khalifah Usman bin


Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib juga ikut bertanggung jawab.

b.     Kelompok Aisyah, Zubair dan Talhah menyatkan tidak setuju atas tuntutan
bela wafatnya Usman bin Affan, begitu pula tidak setuju atas pengangkatan Ali bin
Abi Thalib sebagai Khalifah

c.     Kelompok pendukung Khalifah Ali bin Abi Thalib

     Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan


menyebabkan perpecahan antara Muawiayh bin AbuSufyan dengan Ali bin Abi
Thalib yang menggantikan Usman bin Affan sebagai Khalifah. Kelompok Bani
Umayah merasa tidak puas terhadap kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam
menangani kasus terbunuhnya Usman bi Affan. Perselisihan antara Ali bin Abi
Tahlib dan Muawiyah bin Abi Sufyan akhirnya pecah menjadiPerang Shiffin. Perang
diakhiri dengan peristiwa Tahkim yang menyebabkan munculnya 2 kelompok

Kelompok Syi'ah , yaitu kelompok yang setuju dan mendukung keputusan Khalifah
Ali bin Abi ThalibKhawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Thalib yang tidak mau
menerima hasil Tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Ali bin
Abi Thalib oleh Ibnu Muljam dari kelompok Khawarij.

     Sepeninggal Ali bin Abi Thalib pemerintahan  dilanjutkan oleh Putranya Hasan bin


Ali, akan tetapi Hasan hanya bertahan beberapa bulan. Posisinya yang makin
lemah dan keinginannya untuk mempersatukan umat islam membuat Hasan bin
Ali menyerahkan pemerintahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali
tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang menyebabkan banyak
korban jiwa dikalangan umat Islam. Penyerahan Dari Hasan bin Ali kepada
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan 3 perjanjian yaitu :

Mu'awiyah harus memberi jaminan akan keselamatan Hasan dan


keluarganya.Mu'awiyah harus menjaga nama baik Khalifah Ali bin Abi Thalib
termasuk menghentikan caci maki didalam kutbah maupun dalam pidato-
pidatonyaSetelah Mu'awiyah wafat jabatan khalifah harus diserahkan kepada
musyawarah kaum muslimin

     Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abu
Sufyan itu terkenal dengan sebutan Amul Jama'ah atau tahun penyatuan.Peristiwa
itu terjadi pada tahun 661 M. Sejak itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang
oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan
dari Madinah ke Damaskus ( Suriah ). Keturunan Umayah memegang kekuasaan
Islamselama 90 tahun, kemudian dikenal dengan Dinasti Umayah. Selama kurun
waktu tersebut pemerintahandipegang oleh 14 orang. Khalifah-Khalifah itu adalah
sebagai berikut :

1.     Muawiyah bin Abu Sufyan ( Muawiyah I )        661-680 M

2.     Yazid bin Muawiyah ( Yazid II )                        680-683 M

3.     Muawiyah bin Yazid                                        683-684 M

4.     Marwan bin Hakam (Marwan I)                       684-685 M

5.     Abdul Malik bin Marwan                                  685-705 M

6.     Al Walid bin Abdul Malik ( Al Walid II )             705-715 M

7.     Sulaiman bin Abdul Malik                                 715-717 M

8.          Umar bin Abdul Aziz ( Umar II )                      717-720 M

9.          Yazid bin Abdul Malik ( Yazid II )                    720-724 M

10.       Hisyam bin Abdul Malik                                   724-743 M


11.       Al-Walid bi Yazid ( Al Walid II )                      743-744 M

12.       Yazid bin al Walid ( Yazid III )                         744 M

13.       Ibrahim bin al Walid                                          744 M

14.       Marwan bin Muhammad ( Marwan III              744-750 M

Pada masa awal , kebijakan pemerintah Dinasti Umayah lebih banyak ditujukan
untuk memperluas wilayah Islam dengan kekuatan militer. Namun pada periode
berikutnya, dinasti ini berhasil menata pemerintahannya diberbagai bidang. Hal ini
 tercapai berkat jasa dari empat orang Khalifah , yaitu :

Abdul Malik bin MarwanWalid bin Abdul MalikUmar bin Abdul AzizHisyam bin
Abdul Malik

Pada masa pemerintahan merekalah tercapai kemakmuran dan kemajuan yang


tidak hanya dinikmati oleh rakyat yang beragama Islam saja, namun kemajuan dan
kemakmuran tersebut dapat dinikmati oleh kalangan non muslim. karena pada saat
itu kas negara sangat banyak dan melimpah bahkan sulit untuk mencari seseorang
yang mau menerima zakat.

PERKEMBANGAN  ISLAM PADA MASA  DINASTI UMAYYAH

Islam pada masa Dinasti Umayyah  banyak  mencapai  kemajuan, perkembangan


serta mampu memperluas  wilayah  kekuasaan, Ini  berlangsung  pada masa
pemerintahan khalifah  Walid bin Abdul Malik. Pada awal pemerintahan Muawiyah
bin  Abi Sufyan telah
mengadakan  perluasan  wilayah  kekuasaan  hingga daerah  sebelah  timur  India  
dengan  mengutus  Mushallab  bin Abu  Sufrah
dan wilayah  barat  hingga  Byzantium,  di bawah  pimpinan  Yazid  bin
Muawiyyah. Selain  itu juga  berhasil menguasai  Afrika Utara.

Dalam usaha perluasan wilayah ke Byzantium ada tiga motivasi bagi Muawiyyah
untuk menguasainya, yaitu:

1.    Byzantium merupakan basis agama Kristen Ortodok,  yang  sangat berbahaya


bagi perkembangan agama Islam.

2.    Orang-orang Byzantium sering mengadakan perampokan sampai ke daerah


Islam.  

3.    Byzantium merupakan wilayah yang mempunyai kekeyan yang melimpah.        


Pada masa pemerintahan berikutnya dibawah kekuasaan Walid bin Abdul Malik,
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai Afrika Utara yaitu ke Magrib al-
Aqsho dan Andalusia (Spanyol). Atas kegigihan dan keberanian Musa bin
Nushair dalam menguasai wilayah tersebut maka beliau diangkat oleh Walid
sebagai gubernur untuk wilayah Afrika Utara. Dan ia terus melanjutkan usahanya
dalam memperluas wilayah Islam sampai tepi lautan Atlantik dengan di pimpin
Thariq bin ziad yang di bantu oleh Gran Julian. mereka juga diutus  untuk merebut
wilayah Andalusia dan tepatnya pada tahun 711 M Thariq mendarat di sebuah Selat
yang sekarang di sebut sebagai Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar. 

Selain dalam memperluas wilayah kekuasaan, Dinasti Umayyah juga mengalami


perkembangan dalambidang kebudayaan di bandingkan dengan perkembangan
pada masa sebelumnya, yaitu pada masa Khulafaur Rasyidin. Demikian pula
perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan baik. Diantara
kebudayaan Islam yang mengalami perkembngn pada masa ini adalah seni sastra,
seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan sebagainya. Pada masa ini telah
banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi,
Persia, dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah masjid Damaskus yang di
bangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan
ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid-masjid di Cordova
yang terbuat dari batu pualam.[3]

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan


agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat,
astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, ilmu sejarah, dan sebagainya. Kota yang menjadi
pusat pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain adalah Damaskus, Kufah, Mekkah,
Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lainnya. Dengan Masjid sebagai pusat
pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.

3.    Sistem pemerintahan pada masa Daulah Umayyah

Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi,


kekhalifahan menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh
tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Penggantian khalifah secara
turun  temurun dimulai dari sikap Mu’awiyah yang mengangkat anaknya, Yazid,
sebagai putera mahkota. Sikap Mu’awiyah seperti ini dipengaruhi oleh keadaan
Syiria selama dia menjadi gubernur disana. Dia memang bermaksud
mencontoh monarchi heridetis di Persia dan kekaisaran Byzantium.

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan di tentukan oleh


empat  departemen pokok (diwan). Keempat departemen (kementrian) itu adalah:

1.    Kementrian Pajak Tanah (diwan al-kharraj) yang tugasnya mengawasi


departemen keuanagan
2.    Kementrian Khatam (diwan al-Khatam) yang bertugas merancang dan
mengesahkan ordonasi pemerin pemerintah.

3.    Kementrian Surat Menyurat (diwan al-Rasail), di percayakan untuk mengontrol


permasalahan di daerah–daerah dan semua komunikasi dari gubernur –gunernur.

4.    Kementrian urusan perpajakan(diwan al-mustagallat).

Pembidangan ilmu

menurut ahli sejarah jarji Zaidan bahwa ilmu pengetahuan pada zaman Daulah
Umayah terbagi dalam dua bidang besar, yaitu :

1.     Al-Adaabul Hadisah (ilmu-ilmu baru), yang terpecah menjadi 2 bagian, yaitu :

a.          Al-Ulumul Islamiyah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an, al-hadits, fiqh, al-ulumul


lisaniyah, at tarikh dan al-jughrafi

b.          Al-Ulumud Dakhiliyah, yaitu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh kemajuan islam,


seperti ilmu-ilmu thib, filsafat, ilmu pasti dan ilmu-ilmu eksak dll yang disalin dari
bahasa Persia dan Romawi

2.     Al-Adaabul Qadimah (ilmu-ilmu lama), yaitu ilmu-ilmu yang telah ada ada di
zaman jahiliyah dan di zaman khulafaur rasyidin seperti limu-ilmu lughah, syair,
khitabah dll.

a.   Ilmu Qiraat

adalah ilmu cara membaca al-Qur’an. ilmu ini mempunyai kedudukan sangat
penting pada permulaan islam, sehingga orang-orang yang pandai baca Qur’an
dinamakan qurra. Setelah naskah Qur’an yang sah dikirim ke berbagai kota-kota
islam, maka lahirlah dialek bacaan tertentu bagi tiap-tiap penduduk kota, yang
mana mereka mengikuti bacaan seorang qari yang dianggap sah bacaannya.
Akhirnya masyhurlah tujuh macam bacaan al-Qur’an yang terkenal dengan Qira’ah
Sab’ah. adapun kebanyakan pelopor Qira’ah sab’ah yang kebanyakan dari kaum
mawaly antara lain :Abdullah bin Katsir, Ashim bin Abi Nujud, Abdullah bin Amir
Al-jahshaby, Ali bin Hamzah Abu Hasan al-Kisai, Hamzah bin Habib az-Zaiyaat,
Abu Amr bin al-A’la, dan Nafi bin Abi Na’im

b.   Ilmu Tafsir

Ali tafsir  yang pertama pada masa ini yaitu Ibnu Abbas, seorang sahabat yang
terkenal yang wafat thn 68 H. Beliau menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan
isnad. Setelah Ibnu Abbas, ahli tafsir lainnya adalah Mujahid yang wafat thn 104 H.
 Pada masa ini ilmu tafsir belum berkembang pesat seperti halnya zaman dinasti
abasiyah.

c.   Ilmu hadits

Di antara muhaddisin yang termasyhur pada zaman ini yaitu :

Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin abdullah bin Syihab az-Zuhri
(w. thn 123 H), Ibnu abi Malik (w. 119 H), al-Auza’i (w.159 H), hasan Basri (w.110 H),
As-sya’by (w.104 H). Pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, barulah kaum
muslimin membukukan hadits. Dan orang yang mula-mula  membukukan hadits
adalah Ibnu syihab az-Zuhri.

d.   Ilmu nahwu

Pembuat ilmu nahwu pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang yaitu
Abu Aswad Ad-Dualy (w. 69 H), beliau belajar dari khalifah Ali bin Abi Thalib.

e.   Tarikh dan Jughrafia

Pembukuan sejarah dimulai pada zaman Bani Umayah dan pada masa Dinasti
Abasiyah ilmu tarikh menjadi berkembang pesat. Sehingga kaum muslimin telah
mengarang kitab-kitab sejarah yang banyak sekali bahkan dalam kitab Kasyfud
Dhunun ada lebih 1300 judul. Ilmu jughrafi di zaman ini baru dalam taraf merintis
jalan. Menurut ahli sejarah bnu Mas’ud bahwa khalifah Abdul Malik sangat gemar
kepada ilmu bintang, sehingga tiap hendak ke medan perang selalu dibawanya ahi
ilmu bintang.

f.    Al-Ulumud Dakhilah

yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa arab dan
disempurnakan. Pada masa ini gerakan penerjemahan baru dalam taraf perintisan
jalan. Orang yang pertama kali menerjemahkan ilmu-ilmu thib dan kimia ke dalam
bahasa arab yaitu Khalid bin Yazid bin Muawiyah (W.86 H).
Keberhasilan Yang Dicapai
Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial

1.     Bidang Material :

a)     Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan


menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha
menertibkan angkatan bersenjata.

b)     Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan


”anjung” dalam masjid tempat is sembahyang. Ia sangat khwatir akan keselamatan
dirinya, karena khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.

c)     Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat


lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai
lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.

d)     Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian


dimatangkan lagi pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin
ditata dengan baik, sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.

e)     Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-
Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal
dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).

f)      Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian


diedarkan keseluruh penjuru negeri islam.

g)     Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-
tempat untuk orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.

h)     Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman


sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa,
sehingga kapal perang waktu itu berjumlah 1700 buah.

i)       Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan


administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi
administrasi pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi
sehingga sampai berdampak pada orang-orang non Arab menjadi pandai
berbahasa Arab dan untuk menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab orang-
orang non Arab, disusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.

j)       Merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.


Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham.
Penggantinya uang dirham terbuat dari mas dan dirham dari perak dengan
memakai kata-kata dan tulisan Arab.

k)     Perluasaan wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua
Eropa, bahkan perluasaan ini juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah
kepemimpinan panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova,
Granada, dan Toledo.

l)       Dibangun mesjid-mesjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah


menjadi mesjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai mesjid dan
gereja. Di al-Quds (Jerussalem) Abdul Malik membangun mesjid al-Aqsha.
Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di
mesjid al-Aqsha yang menurut riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak
menyembelih Ismail dan Nabi Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, mesjid
Cordova di Spanyol dibangun, mesjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan
diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid.

m)   Bahkan pada masa, Sulaiman ibn Malik, telah dibangun pembangunan mega
raksasa yang terkenal dengan Jami’ul Umawi.

Anda mungkin juga menyukai