Anda di halaman 1dari 35

PEMBELAJARAN PAI KELAS VIII MTS

Adelina Tiafalenvie, Dhea Sansalwa

A. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


1. Daulah Abbasiyyah
a. Keruntuhan Daulah Bani Umayyah
Masa-Masa Kemunduran Daulah Bani Umayyah Dinasti Bani Umayyah yang
didirikan oleh Mu'awiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 H/661 M dan
dilanjutkan oleh generasi keturunannya. Kekuasaan Bani Umayyah berumur
kurang lebih 91 tahun, yakni sejak berdirinya pada tahun 40 H hingga tahun 132
H (661 M- 750 M). Pendiri Daulah Umayyah bernama Muawiyah bin Abi
Sufyan bin Harb bin Umayyah. Daulah Umayyah menjadikan kota Damaskus
sebagai pusat pemerintahannya. Ada lima khalifah besar dan menonjol pada
masa Daulah Bani Umayyah, yaitu sebagai berikut.
1) Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M)
2) Abd al-Malik ibn Marwan (685-705M)
3) Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715M)
4) Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M)
5) Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743M)
Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan
oleh Yazid bin Abdul-Malik (720-724 M). Masyarakat yang sebelumnya hidup
dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau.
Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan
konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul- Malik yang cendrung
kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan
terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin
Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru
dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah.
Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah
yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat,
sehingga tidak berhasil dipadamkannya.
Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah
yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini
semakin memperkuat golongan oposisi. Dan akhirnya, pada tahun 750 M.
Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bagian dari
Bani Hasyim itu sendiri, di mana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir
Bani Umayyah, walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian
berhasil ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad
menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang
digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di al-
Andalus.

1
b. Faktor-Faktor Penyebab Keruntuhan Daulah Bani Umayyah
1) Sistem Pergantian Khalifah Melalui Garis Keturunan
2) Pemerintahan yang Tidak Demokratis dan Korup
3) Adanya Konflik-Konflik Politik yang Terjadi di Masa Ali bin Abi Thalib
4) Pertentangan Etnis antara Suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan
(Bani Kalb)
5) Sikap Hidup Mewah di Lingkungan Istana
6) Figur Khalifah yang Lemah
7) Hak Istimewa Bangsa Arab Suriah
8) Kebencian Golongan Syiah
9) Munculnya Kekuatan Baru yang Dipelopori oleh Keturunan al-Abbas ibn
Abd al-Muthalib

c. Hikmah dari Keruntuhan Daulah Bani Umayyah


1) Kita tidak boleh rakus terhadap kekuasaan.
2) Kita tidak boleh boros dalam menggunakan uang negara.
3) Kita harus bersikap adil dan bijaksana dalam menjalankan kekuasaan.
4) Kita harus lebih mendekatkan diri dengan Allah Swt. dan taat menjalankan
syariat Islam.
5) Kita harus mau mendekati rakyat dan mengasihi fakir dan miskin.

d. Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah


Babak ketiga dalam drama besar politik Islam ditandai dengan berdirinya
Daulah Abbasiyah. Daulah Abbasiyah menandakan sebuah era baru. Abbasiyah
dijadikan nama daulah karena pendirinya merupakan keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Daulah Abbasiyah berkuasa dalam rentang
waktu yang panjang selama 550 tahun (750 1258 M). Daulah Abbasiyah berpusat di
Baghdad dan Irak sebagai ibu kotanya dengan wilayah kekuasaan meliputi Asia
Barat, Asia Selatan, Afrika Utara, hingga Eropa.
1) Muncul Kelompok yang Tidak Puas
Berbagai permasalahan yang muncul menimbulkan berbagai konflik yang
mengganggu kestabilan pemerintahan secara internal maupun eksternal. Maka,
terjadilah kekacauan dalam kehidupan bernegara Daulah Umayyah. Akibatnya,
sekitar abad ke-8 (720 M) kebencian terhadap pemerintahan Bani Umayyah semakin
menjadi-jadi, sehingga muncullah kelompok-kelompok yang merasa tidak puas atas
kebijakan yang diterapkan. Hal ini menjadi salah satu keuntungan bagi kelompok
Bani Abbasiyah.
Kelompok-kelompok yang tidak puas tersebut membuat kekuatan gabungan
yang dikoordinasi oleh Ali bin Abdullah bin Abbas. Untuk mencari dukungan
masyarakat luas. kelompok Bani Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka
sebut sebagai usaha dakwah.
Pada tahun 104 H=723 M, lahirlah putra pertama Muhammad al-Abbas yang
bernama Abdullah Bin Muhammad, dan kelak terkenal dengan sebutan Abul Abbas
(Bapak Abbas) yang menduduki jabatan khalifah pertama Daulah Bani Abbas.
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani
Umayyah itu terjadi pada masa Khalifah Marwan Bin Muhammad (127-132 H =
2
745-750 M) yakni khalifah Bani Umayyah terakhir. Pada masa ini kondisi
pemerintahan Dinasti Umayyah sudah sangat lemah.

2) Serangan-Serangan Bani Abbasiyah


Setelah Ali bin Abdullah bin Abbas meninggal kemudian digantikan oleh
anaknya yang bernama Muhammad bin Ali. Ia memperluas gerakan Bani Abbasiyah
dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan, yaitu al-Humaymah, Kufah, serta
Khurasan.
Selain menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan dakwah, Bani Abbas juga
menggunakan strategi yang cukup halus dalam gerakannya. Strategi-strategi Bani
Abbas untuk mendirikan Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a) Membentuk gerakan bawah tanah dengan tiga tokoh propaganda, yaitu
Muhammad al-Abbas, Ibrahim al-Imam, dan Abu Muslim al-Khurasani. Dari
ketiga tokoh tersebut, Abu Muslim al-Khurasani merupakan propagandis yang
paling sukses dan terkenal.
b) Menerapkan politik bersahabat, artinya turunan Bani Abbas tidak
memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah.
c) Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan agar
mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali (Syiah)
d) Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang dipimpin oleh Abu
Muslim al-Khurasani.
Untuk melakukan berbagai kegiatan propaganda, diangkatlah 12 propagandis
yang tersebar di berbagai wilayah, seperti di Khurasan, Kuffah, Irak, dan Mekah. Isu
ketidakadilan yang dilontarkannya mendapat banyak sambutan dari berbagai
kelompok yang tidak senang dengan pemerintahan Bani Umayyah. Para perwakilan
kelompok menyatakan kesetiaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk membela
Bani Hasyim dan Bani Abbas.
Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang
tidak bisa dibendung lagi oleh golongan mana pun juga. Dalam perjuangannya untuk
mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah, para tokoh pendiri menerapkan cara
kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership), namun tertutup dengan
gerakan bawah tanah.
Muhammad bin Ali meninggal pada tahun 743 M, kemudian digantikan oleh
anaknya Ibrahim al-Imam. Ia kemudian menunjuk Abu Muslim al-Khurasani sebagai
panglima perangnya. Di tangan Abu Muslim al-Khurasani pergerakan dakwah ini
berkembang pesat. La mampu menarik simpati sebagian besar penduduk Khurasan.
Pernah dalam sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di
sekitar Merv, la berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan di antara
golongan Alawiyyin, Syiah, dan orang-orang Persia untuk menentang Bani Umayyah
yang telah menindas mereka. la juga mengajak mereka bekerja sama dengan
Abbasiyah untuk mengembalikan kekhalifahan kepada golongan Bani Hasyim.
Kepemimpinan gerakan dakwah Bani Abbasiyah kemudian dipegang oleh
saudaranya, yaitu Abdullah bin Muhammad atau dikenal dengan Abu Abbas as-
Saffah. la tetap memberi kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk
menjadi panglima perangnya dan memimpin perlawanan di Khurasan. Abu Muslim
al-Khurasani adalah seorang pemuda pemberani, pada usia 19 tahun beliau diangkat
sebagai panglima perang oleh Ibrahim Al Imam.

3
Sementara itu, tentara Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Kataba, jendral
Abu Muslim al-Khurasani maju ke sebelah barat didampingi oleh Khalid bin
Barmak. Mereka menyeberangi sungai Eufrat dan sampai ke medan Karbala. Dalam
pertempuran tersebut, Kataba dapat dikalahkan oleh Gubernur Bani Umayyah yang
bernama Yazid bin Umar bin Fuhairah.
Yazid bin Umar bin Fuhairah tidak menyerah pada Bani Abbasiyah kecuali
setelah As-Saffah menjanjikan padanya untuk memberikan rasa aman. Namun,
mereka mengingkari janji itu dengan membunuhnya. Tentara Bani Abbasiyah
akhimya berhasil menguasai Kufah.
Di bagian timur, tentara Bani Abbasiyah terus bergerak maju. Pada tahun 749
M. putra Amir Marwan dikalahkan Abu Ayyub, seorang panglima Bani Abbasiyah.
Perang ini terjadi di dekat Sungai Zab bagian hulu sehingga disebut sebagai Perang
Zab Hulu. Khalifah Marwan II memimpin langsung usaha terakhir untuk
mempertahankan daulahnya. la mengerahkan bala tentara 120.000 orang dan
menyeberangi Sungai Tigris serta maju menuju Zab. Tentara Bani Abbasiyah
dipimpin oleh Abdullah Bin Ali. Bani Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II
melarikan diri dan diburu dari satu tempat ke tempat lain. Hingga akhimya ia
ditemukan di Mesir dan dibunuh di sana. Damaskus berhasil dikuasai pada tahun itu.
Dengan demikian, semua wilayah pemerintahan berada di bawah kendali Bani
Abbasiyah kecuali Andalusia.

Periodesasi Kekuasaan Daulah Abbasiyah


1) Periode Pertama
Periode pertama Daulah Abbasiyah mulai tahun 132 H atau 750 M sampai
tahun 232 H atau 847 M. Sejak awal berdiri sampai pemerintahan ke sembilan
Abu Ja'far al- Wasiq, periode ini disebut juga pengaruh Persia pertama (1).
Disebut periode Persia pertama (1) karena pada periode ini terdapat sebuah
keluarga bangsawan yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan Daulah
Abbsiyah, yakni keluarga Barmak. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode
pertama adalah sebagai berikut.
a) Abu Abbas as-Saffah (132-137 H/750-754 M)
b) Abu Ja'far al-Mansur (137-159 H/754-775 M)
c) Al-Mahdi (159-169 H/775-785 M)
d) Musa al-Hadi (169-170 H/785-786 M)
e) Harun ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M)
f) Al-Amin (194-198 H/809-813 M)
g) Al-Ma'mun (198-218 H/813-833 M)
h) Al-Mu'tasim (218-227 H/833-842 M)
i) Al-Wasiq (227-232 H/842-847 M)
Periode Persia I menjadi masa keemasan dan kejayaan Daulah Abbasiyah.
Walaupun demikian bibit kemunduran Daulah Abbasiyah sudah muncul pada
periode ini, yaitu ketika terjadi perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun.

2) Periode kedua
Periode ini berlangsung tahun 232H/847M-334H/945 M). Sejak khalifah al-
Mutawakkil sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Bagdad. Periode II adalah
periode pengaruh Turki | karena tentara Turki menjadi tentara Daulah Abbasiyah

4
yang sangat mendominasi pemerintahan. Khalifah Daulah Abbasiyah pada
periode kedua adalah sebagai berikut.
a) Al-Mutawakil (232-247H/847-861M)
b) Al-Muntasir (247-248H/861-862M)
c) Al-Musta'in (248-252H/862-866M)
d) Al-Mu'taz (252-255H/866-869M)
e) Al-Muhtadi (256-256H/869-870M)
f) Al-Mu'tamid (257-279H/870-892M)
g) Al-Mu'tadid (279-290H/892-902M)
h) Al-Muktafi (290-296H/ 902-908M)

3) Periode Ketiga
Daulah Abbasiyah periode ketiga dimulai tahun 334 H/945 M-447 H/1055
M. Sejak berdirinya Daulah Buwalhiyah sampai masuknya Saljuk ke Bagdad.
Periode ini disebut juga Periode Persia kedua karena pada waktu itu sebuah
golongan dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Daulah
Abbasiyah, yaitu Daulah Buwaihi Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode
ketiga adalah sebagai berikut.
a) Al-Muti (335-364H/946-974M)
b) At-Tai (364-381H/974-991M)
c) Al-Qadir (381-423H/991-1031M)

4) Periode Keempat
Daulah Abbasiyah pada periode ini berlangsung dari tahun 447 H/1055 M-
590 H/1194 M. Sejak masuknya orang-orang dari Daulah Saljuk di Bagdad
dipengaruhi oleh bangsa Turki kedua karena pada waktu itu sebuah golongan
dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah,
yakni Daulah Saljuk. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode keempat adalah
sebagai berikut.
a) Al-Qaim (423-468H/1031-1075M)
b) Al-Muqtadi (468-487H/1075-1094M)
c) Al-Mustazhir (487-512H/1094-1118M)
d) Al-Mustarsid (512-530H/1118-1135M)
e) Al-Rasyid (530-531H/1135-1136M)
f) Al-Muqtafi (531-555H/1136-1160M)
g) Al-Mustanjid (555-566H/1160-1170M)
h) Al-Mustadi (566-576H/1170-1180M)
i) An-Nasir (576-622H/1180-1225M)

5) Periode Kelima
Periode ini di mulai tahun 590 H/1194 M-656 H/1258 M dan tidak lagi
dipengaruhi oleh pihak manapun, namun kekuatan politik dan militer Daulah
Abbasiyah sudah lemah. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode kelima adalah
sebagai berikut.
a) Az-Zahir (622-623H/1225-1226M)
b) Al-Mustansir (623-640H/1226-1242M)
c) Al-Musta'sim (640-656H = 1242-1258M)

5
d) Pada periode V. pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak lagi dipengaruhi oleh
pihak manapun. Akan tetapi, kekuatan politik dan militer Daulah Abbasiyah
sudah lemah sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi wilayah Irak dan
sekitarnya saja. Daulah Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 M, karena
serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.

Berpindahnya Pusat Kekuasaan Ke Bagdad


Setelah Khalifah Abul Abbas as-Saffah meninggal, pemerintahan digantikan
oleh saudaranya yang bernama Abu Ja'far al-Mansyur. Pada saat beliau memerintah,
pemberotnakan dari golongan Rawandiyah (pengikut Abu Muslim al-Khurasani).
dengan dalih menuntut balas atas kematian Abu Muslim al-Khurasani.
Maka, dikatakan bahwa pendiri Kota Bagdad adalah khalifah Abu Ja'far al-
Mansyur dan arsitek yang membangun kota itu adalah Hajjaj bin Arthah dan Amran
bin Wahdhah. Untuk membangun kota Baghdad, Abu Ja'far al-Masyur
mendatangkan para insinyur, tukang batu dan para pekerja yang berpengalaman dari
Syam, Syiria, Mosul. Basrah, Kufah, Manshul, Dailami, dan Wasil. Pemilihan
Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah didasarkan pada berbagai
pertimbangan, seperti politik, keamanan, sosial, serta geografis. Damaskus, Kufah,
dan Basrah yang lebih dulu berkembang tidak dijadikan pilihan lantaran di kota-kota
itu masih banyak berkeliaran lawan politik Dinasti Abbasiyah, yakni Dinasti
Umayyah yang baru dikalahkan.
Dalam perkembangannya, Kota Bagdad menjadi kota yang sangat ramai,
tidak hanya karena terdapat pusat pemerintahan, juga karena jumlah penduduk kian
bertambah. Pertambahan jumlah penduduk disebabkan karena banyaknya para
pendatang dari luar kota bahkan luar negeri yang bertujuan untuk berdagang dan
mencari ilmu pengetahuan. Hal itu karena Kota Bagdad tidak hanya terkenal sebagai
pusat pemerintahan juga sebagai kota peradaban. Para penduduk asli dan pendatang
melakukan kerja keras untuk mengembangkan Bagdad sebagai pusat kota. Pada
masa itu, Bagdad merupakan kota termegah bahkan tercatat di dalam cerita seribu
satu malam sebuah kota impian.

Ibrah Dari Peristiwa Daulah Bani Abbasiyyah


Ada nilai-nilai positif atau ibrah yang terkandung dalam sejarah proses
berdirinya Daulah bani Abbasiyah yang bisa kita teladani dalam kehidupan kita.
Nilai- nilai positif atau ibrah yang tampak dalam sejarah proses berdirinya Daulah
bani Abbasiyah tersebut, antara lain, sebagai berikut.
i. Bersungguh-sungguh dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah agar cita-
cita yang digantungkan setinggi langit bisa tercapai
ii. Bersikap pantang menyerah dalam proses meraih cita-cita walaupun banyak
waktu,hambatan, rintangan.
iii. Berani melakukan pengorbanan agar cita-cita itu tercapai, baik pengorbanan
materi, tenaga bahkan nyawa.
iv. Mengutamakan aspek bekerja sama dengan orang lain dalam meraih cita-cita
dan saling menolong terhadap sesama umat Islam dalam usaha tersebut.
v. Selalu mengutamakan kepentingan agama di atas kepentingan dunia.
vi. Hidup secara optimis, dinamis, inovatif dan slap menerima kritik konstruktif.
vii. Punya pandangan hidup yang lebih baik yang berdasarkan pada norma susila,
norma budaya, norma hukum dan norma agama.
6
viii. Berani berjuang demi nusa, bangsa, dan negara.

2. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyyah


Pada masa pemerintahan Bani Abbas, kegiatan pendidikan dan pengajaran mencapai
kemajuan gemilang. Sebagian khalifah Abbasiyah merupakan orang berpendidikan.
Sebenarnya, pada masa akhir pemerintahan Bani Umayyah kegiatan pendidikan telah
tersebar di wilayah muslim, tapi baru pada masa Bani Abbasiyah-lah bidang pendidikan
dan pengajaran mencapai kemajuan pesat.
Berkembang pesatnya kebudayaan Islam ditandai dengan berkembang luasnya
lembaga- lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah (sekolah-sekolah) formal
serta universitas- universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-lembaga
pendidikan, sekolah- sekolah dan universitas-universitas tersebut nampak sangat
dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan budaya kaum muslimin.
Berbagai ilmu pengetahuan yang berrkembang melalui lembaga pendidikan itu
menghasilkan pembentukan dan perkembangan berbagai macam aspek budaya kaum
muslim.
Pada masa Bani Abbasiyah inilah, perhatian khalifah terhadap ilmu pengetahuan dan
filsafat Yunani memuncak, terutama pada masa Khalifah al-Makmun. Buku-buku ilmu
pengetahuan dan filsafat dari berbagai bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Dengan begitu umat Islam semakin mudah untuk meningkatkan keilmuannya. Kegiatan
penerjemahan buku-buku ini berlangsung kira-kira satu abad lamanya. Dengan
demikian, kedudukan Bahasa Arab semakin tinggi, karena Bahasa Arab tidak saja
menjadi bahasa kenegaraan tetapi juga bahasa pengantar bagi bangsa-bangsa lain yang
ikut belajar kemajuan ilmu pengetahuan dari dunia Islam.
Pada tahun 758 M, kaum Rawandiyah memberontak. Setelah pemberontakan itu
dapat dipadamkan, muncullah pemberontakan Muhammad dan Ibrahim. Khalifah Abu
Jafar al-Mansur kemudian bersikap keras terhadap mereka yang akhirnya memunculkan
pemberontakan ini. Tentara Daulah Abbasiyah yang dipimpin oleh Isa bin Mahan
berhasil menghancurkan mereka. Tidak lama kemudian, kaum Khayar dan kaum Kurdi
memberontak di Mesopotamia. Untuk mengatasinya Khalid bin Barmak diangkat
sebagai gubernur di sana dan berhasil mengendalikan pemerintahan. Sementara itu,
kaum Khawarij di Afrika Utara juga memberontak.
Khalifah Abu Jafar al- Mansur mengangkat Aqlab sebagai gubernur di Afrika Utara
pada tahun 765 M untuk mengatasi pemberontakan tersebut. Khalifah Abu Jafar al-
Mansur berusaha merebut kembali Spanyol dari tangan Abdullah Ad-Dakhil, akan tetapi
usahanya gagal. Selain mengatasi pemberontakan dalam negeri, Khalifah Abu Jafar al-
Mansur juga berperang melawan Bizantium. Pada tahun 759 M. Khalifah Abu Jafar al-
Mansur memimpin langsung sebuah ekspedisi ke Tabaristan.
Setelah itu, seorang Syaikh bernama Ibnu Abdul Quddus mendakwahkan ajaran-
ajaran yang merupakan zoroasterianisme yang terselubung. Para pengikutnya disebut
kaum Zindik. Khalifah al-Mahdi menganggap mereka telah merusak kebiasaan
masyarakat dan keyakinan agama. Mereka akhimya ditumpas habis. Peperangan dengan
Bizantium berkobar lagi ketika mereka menyerang wilayah-wilayah provinsi perbatasan.
Khalifah al-Mahdi mengirimkan Ibnu Kahtaba dan berhasil memukul mundur tentara
Bizantium, Setelah itu Khalifah al-Mahdi berangkat ke Mosul untuk memerangi orang-
orang Romawi Tentara Romawi berhasil dihancurkan. Ratu Bizantium yang bernama

7
Irene, janda Raja Leo VI meminta perdamaian dan bersedia membayar upeti tahunan
kepada kaum muslimin.
Khalifah al-Mahdi digantikan oleh al-Hadi. Masa pemerintahannya sangat singkat.
hanya sekitar satu tahun. Pada masa itu, terjadi pemberontakan hebat dari keturunan Ali
yang bernama Idris. Saudara Muhammad dan Ibrahim, melarikan diri ke Magrib
(Maroko) dan menetap di Kota Fez. la kemudian berhasil mendirikan Daulah Idrisiyah
yang bertahan selama hampir dua abad. Wilayahnya meliputi bagian utara Afrika yang
sekarang termasuk wilayah Maroko dan Aljazair.
a. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani
Abbasiyah Bidang Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian, dan Pertanian).
1) Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi tampak pada kesejahteraan seluruh rakyat Abbasiyah yang
menjadi prioritas utama bagi para pemimpin Daulah Abbasiyah dalam
melaksanakan kekuasaannya, terutama di periode awal perjalanan kekuasaan. Hal
ini bisa terlihat pada awal masa kepemimpinan Daulah Abbasiyah, uang masuk
lebih banyak daripada uang pengeluaran. Pada masa ini Khalifah Abu Ja'far al-
Mansur meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara.
Dia mencontoh Umar Bin Khattab dalam menguatkan Islam. Khalifah Abu Ja'far
al-Mansur bukan saja seorang ekonom dan organisator, tetapi juga seorang ulama
yang memiliki wawasan yang luas dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan.
Pada waktu Khalifah Abu Ja'far al-Mansur wafat, harta yang berada dalam kas
negara sebanyak 810.000.000 dirham. Adapun pada saat sepeninggal Harun Al
Rasyid. harta yang berada dalam kas negara sebanyak 900.000.000 dirham.

2) Sektor Perdagangan
Baghdad merupakan "Kota Perdagangan yang terbesar di dunia saat itu. Adapun
Kota Damaskus merupakan kota dagang nomer dua sebagai pusat kota
perdagangan translit bagi kafilah-kafilah dagang dari Asia Kecil, dan daerah-
daerah Furat yang menuju negeri-negeri Arab dan Mesir atau sebaliknya. Pada
saat itu terjadilah hubungan dagang antara kota-kota dagang Islam dan kota-kota
dagang di seluruh penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan tingkat
Internasioanal ini semenjak Khalifah al-Mansur di zaman Dinasti Abbasiyah.
Perdagangan barang tambang berupa emas dari Nubia dan Sudan Barat juga
sangat gencar pada masa Abbasiyah ini sehingga meningkatkan
perekonomiannya. Banyak kota yang dibangun sebagai pusat industri, Basrah
sebagai pusat industri gelas dan sabun, Kuffah industri tekstil, Khazakstan
industri sutra; Damaskus industri pakaian jadi dan sutra bersulam: Syam sebagai
pusat industri keramik dan gelas berukir.

3) Sektor Perindustrian
Perekonomian warga Abbasiyah umumnya meningkat mulai pada zaman
pemerintahan al-Mahdi. Dengan peningkatan sektor pertanian dan hasil tambang
dan hubungan luar negeri antara daulah Abbasiyah dan kerajaan-kerajaan lain
telah meningkat dalam sektor perdagangan Basrah menjadi pelabuhan penting
sebagai tempat dagang transit antar timur dan barat. Khalifah juga menganjurkan
untuk beramai-ramai membangun industri sehingga terkenallah beberapa kota
dan industri-industrinya. Telah terbangun industri kain linen di Mesir, sutra dari
Syiria, dan Irak kertas dari Samarkand.
8
4) Sektor Pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, karena
pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang
dikenal dengan nama Sawad. Daerah rendah di lembah Tigris-Efrat, yang
merupakan daerah terkaya setelah Mesir, dan dipandang sebagai surga Aden,
mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Pertanian ini meliputi
pertanian gandum dari Mesir dan kurma dari Irak.

b. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani


Abbasiyah Dalam Bidang Kehidupan Masyarakat
Pada masa awal Daulah Abbasiyah, kaum wanita cenderung menikmati
tingkat kebebasan yang sama dengan kaum wanita pada masa Daulah Umayyah.
Pada masa itu, banyak perempuan yang berhasil mengukir prestasi dan berpengaruh
di pemerintahan. Pada masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam
dengari model terbatas. Penutup kepala yang biasa dipakai adalah qalansuwah,
celana panjang yang lebar (sarawil) dari Persia, kemeja, rompi dan jaket (qufthan),
dengan jubah luar ('aba atau jubbah), melengkapi lemari pakaian laki- laki. Perabotan
rumah yang paling umum adalah diwan. Karpet buatan tangan dipakai untuk
menutupi lantai. Makanan disajikan pada nampan lebar dari perunggu. Di rumah-
rumah orang berada nampan-nampan itu terbuat dari perak. Nasi mereka anggap
sebagai makanan beracun dan menggantinya dengan menu-menu dari negeri
berperadaban tinggi seperti daging rebus beraroma dan manisan. Mereka
menggunakan roti tipis sebagai alat tulis. Ayam peliharaan mereka diberi makan
berupa kenari, kacang almond dan susu. Pada musim panas rumah-rumah mereka
didinginkan dengan es.
Masyarakat kelas atas yang berada di bawah kelas aristokrat terdiri atas
penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan pekerja
profesional. Sementara masyarakat kelas bawah membentuk mayoritas penduduk
negara yang terdiri atas petani, pengembala, dan penduduk sipil yang berstatus
sebagai dzimmi.
Kekuasaan kerajaan yang luas dan tingkat peradaban yang tinggi dicapai
dengan melibatkan jaringan perdagangan internasional yang luas. Para pedagang
yang awalnya orang Kristen, Yahudi dan pengikut Zoroaster kemudian digantikan
oleh orang-orang Arab Islam, sehingga pelabuhan-pelabuhan seperti Baghdad,
Bashrah, Siraf, dan Iskandariyah segera berkembang menjadi pusat perdagangan laut
dan darat yang aktif. Tingkat perdagangan seperti itu dicapai dengan dukungan
pengembangan industri rumah tangga dan pertanian yang maju. Industri kerajinan
tangan menjamur di berbagai pelosok kerajaan, seperti industri karpet, sutera, kapas,
kain wol, satin dan brokat, sofa, serta perlengkapan dapur dan rumah tangga lainnya.
Industri penting yang perlu dicatat adalah pembuatan kertas tulis, yang diperkenalkan
pada pertengahan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Seni mengolah perhiasan juga
mengalami kejayaannya; mutiara, safir, rubi, emerald, permata, zamrud, dan onyx
(semacam batu akik). Perhiasan itu banyak digunakan untuk aksesoris penghias
kepala, sepatu dan lain-lain.

3. Kejayaan Intelektual Ilmuwan Muslim Dan Ulama Islam Masa Daulah Abbasiyyah

9
Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, rumah sakit menjadi pusat pengajaran
ilmu kedokteran sementara itu aspek teontisnya dibahas di masjid dan madrasah Selain
terdapat pusat pengajaran ilmu kedokteran banyak pula buku-buku kedokteran yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani. Persia, dan India ke dalam bahasa Arab Pada masa
pemenntahan Harun al-Rasyid, terdapat 800 orang dokter di Kota Bagdad.
Hal itu menunjukkan kemajuan ilmu kedokteran pada masa itu Kegiatan
penerjemahan ilmu kedokteran ke dalam bahasa Arab merupakan awal munculnya tokoh
kedokteran Islam Banyak ilmuwan muslim menulis kitab kedokteran Ahli kedokteran
Islam mulanya mendirikan tempat-tempat penelitian dan praktik dengan alat yang
didatangkan dari Yunani Dalam perkembangannya mereka mendapatkan temuan-
temuan asli dalam mu kedokteran Kitab-kitab yang mereka karang jauh lebih maju
daripada kitab-kitab penerjemahan Jika pada abad ke-8 M dan ke-9 M orang Islam
masih menjadi mund, pada abad ke-10 M dan ke-11 M mereka menjadi guru bagi orang-
orang Kristen dan Yahudi.
Ilmu tasawuf adalah mengajarkan cara-cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak,
mencapai kebahagiaan abadi (al-Gazali, al-Hallaj). Kecenderungan pemikiran yang
bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran di antara umat Islam sehingga mereka
mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Bersamaan dengan lahirnya ilmu
tasawuf pada zaman Daulah Abbasiyah, muncul pula ahli-ahli dan ulama-ulama tasawuf,
antara lain, al-Kindi, al-Ghazali, Ibnu maskawaih, al-Qusyairi, Syahabuddin, ZuanNun
al-Misri, Surri as- Saqathi, al-Junaidi, al-Kharraj, dan al-Hallaj.
Berikut sikap-sikap yang harus kita tumbuhkan dalam meneladani ketekunan dan
kegigihan tokoh ilmuwan muslim pada masa Daulah Bani Abbasiyah.
a. Semangat dan etos kerja para pemimpin dan para tokoh ulama Daulah Abbasiyah
yang sangat tinggi dalam memperjuangkan kemajuan Daulah Abbasiyah.
b. Kecerdasan dan keberanian para pemimpin Abbasiyah dalam membuat kebijakan
pemerintahannya yang memprioritaskan pembangunanya di bidang sosial budaya.
c. Sikap kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang ditunjukkan oleh para khalifah
Abbasiyah telah menjadi motivasi dan semangat rakyat untuk menuntut ilmu dan
mempelajarinya.
d. Ketekunan dan keuletan para ulama dalam menuntut ilmu yang tidak hanya ingin
menguasai ilmu agama saja, seperti filsafat, kedokteran, sejarah, matematika,
astronomi, dan sebagainya.
e. Produktivitas para tokoh ulama dalam berijtihad mengarang, menerjemahkan, dan
menertibkan kitab dan buku-buku sebagai hasil kajian yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan umat Islam.
f. Menggali dan mengembangkan ilmu-ilmu baru dan menuangkan dalam karya-karya
tulis. Sehingga menjadi amal Jariyah sebagaimana yang dilakukan oleh ulama yang
terdahulu.

4. Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah


Ayyubiyah berasal dari keturunan Kurdi dari Azerbaijan yang melakukan migrasi ke
Irak. Pendin pemerintahan ini adalah Salahuddin al-Ayyubi. Nama Ayyubiyah dikaitkan
dengan nama ayah Salahuddin, yaitu Ayyub bin Syadzi. Sebenarnya Dinasti ini
berbentuk Persatuan (Konfederasi) Beberapa yang tunduk pada satu Dinasti yang
dipimpin oleh kepala keluarga, flap-tiap dinasti dipimpin oleh seorang anggota keluarga
Ayyubiyah. Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al-Ayyubi putera dan

10
Najmuddin Bin Ayyub.Berdirinya dinasti Ayyubiyah dilatarbelakangi oleh berbagai
peristiwa.
Di era keemasannya, dinasti Ayyubiyah menguasai wilayah Mesir, Damaskus,
Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman Para penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki perhatian
yang sangat besar dalam bidang pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Bahkan di puncak kejayaannya, Salahuddin membangun beragam jenis sekolah di
seluruh wilayah kekuasaan dinasti itu Peninggalan dinasti Ayyubiyah yang terbesar
adalah arsitektur militer. Para penguasanya sangat juga memperhatikan pembangunan
masjid. Berikut peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah termasuk kemajuan-
kemajuan yang dicapai dengan gemilang dan beberapa peninggalan bersejarahnya
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan as-Shalih.
Pada waktu itu, tentara dari kaum budak di Mesir (kaum Mamluk) memegang kendali
pemerintahan. Setelah as-Shalih meninggal pada tahun 1249 M. kaum Mamluk
mengangkat istri as-Shalih, Syajarat ad-Durr sebagai sultanah. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Meskipun demikian, Dinasti
Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah.
Pada tahun 1260 M. tentara Mongol hendak menyerbu Mesir. Komando tentara Islam
dipegang oleh Qutuz, panglima perang Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz
berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang. Selanjutnya, Qutuz mengambil
alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah secara total.

5. Pemimpin Besar Dan Ilmuwan Muslim Daulah Ayyubiyah


Sejak 1171 M. Dinasti Ayubiyah mulai berkuasa, selama kurang lebih 79 tahun
lamanya. Khalifah al-Mustadi (Khalifah bani Abbasiyah) memberikan gelar al-Mu'iz li
amirul mukmin kepada Salahuddin al-Ayyubi karena dianggap berhasil dalam
menjalankan pemerintahannya. Kemudian, pada tahun 1175 M. Khalifah al-Mustadi
memberikan wilayah Mesir. An-Naubah Yaman, Tripoli, Syiria dan Magrib (Maroko)
sebagai wilayah kekuasaan. Maka, daerah kekuasaan Salahuddin menjadi sangat luas
terbentang mulai dari sungai Tigris hingga sungai Nil.
Selama periode kekuasaan Dinasti al-Ayyubiyah itu, terdapat sembilan orang
pemimpin besar yang berkuasa, yaitu sebagai berikut.
a. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
b. Malik al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
c. Malik al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)
d. Malik al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
e. Malik al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
f. Malik al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
g. Malik as-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
h. Malik al-Mu'azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
i. Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Di antara sembilan penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang menonjol,
yaitu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik al-Kamil Muhammad (1218-1238 M).
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran pemimpin bersama ulama
dan ilmuwan dalam memajukan peradaban Islam antara lain sebagai berikut.
a. Kesalehan dan keistiqamahaan pemimpin dalam menegakkan Islam cukup
memberikan wadah seluas-luasnya bagi para ulama dan ilmuwan untuk
11
mengembangkan potensi din yang kemudian dapat menjadi sumbangan besar
terhadap warisan kebudayaan dfan keilmuan Islam.
b. Pemerintah, ilmuwan dan ulama benar-benar menegakkan dasar dan prinsip ilmu
amaliah dan amal ilmiah.
c. Keikhlasan pemenntah, ilmuwan dan ulama baik jiwa, raga, harta dan waktu hanya
satu untuk kemajuan Islam dan mencan rida Allah Swt.
d. Perhatian dan perlindungan pemerintah terhadap pada ulama dan ilmuwan yang
melarikan diri akibat di negara asalnya tidak aman juga menjadi nilai positif, karena
dengan melindungi ilmuwan dan ulama, sumbangan terhadap keilmuwan dan
keislaman dapat menjadi warisan yang nyata.
6. Penerus Kemajuan Kebudayaan Islam
Daulah Mamluk, sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, merupakan daulah para
budak, yang berasal dari beragam kelompok suku non-daulah membentuk sebuah
pemerintahan, menggantikan Daulah Ayyubiyah yang telah berkuasa selama kurang
lebih 79 tahun di Mesir (1171-1250 M). Para penguasa ini menegaskan kekuasaan
mereka atas wilayah Suriah-Mesir yang dikuasai oleh tentara salib.
Daulah Mamluk mampu bertahan dari serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu
Khan dan Timurlenk. Seandainya mereka gagal bertahan, tentu seluruh tatanan sejarah
dan kebudayaan di Asia Barat dan Mesir akan berubah drastis. Berkat kegigihan mereka,
penduduk Mesir bisa tetap menyaksikan kesinambungan budayadan institusi politik.
Meskipun Mamluk secara faktanya memang budak, namun penting untuk diketahui
bahwa gambaran tentang sosok Mamluk jauh dan gambaran umum tentang budak, yang
dalam gambaran masyarakat Barat budak berarti sekelompok orang kulit bilam Afrika
yang dirantai dan dibawa melintasi Atlantik menuju Amerika.
Meskipun mereka budak, pada prakteknya para Mamluk dapat memperoleh
pendidikan yang layak. termasuk pelajaran agama dan bahasa Arab. Tetapi
bagaimanapun, pelatihan berperang. yang di antaranya adalah menunggang kuda atau
memanah, merupakan prioritas utama pendidikan untuk Mamluk. Setelah memeluk
Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai tentara berkuda. Mereka harus mematuhi
Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan
kemurahan hati dan juga doktrin mengenal taktik perang berkuda. kemahiran
menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.
Daulah Mamluk berkuasa di Mesir pada tahun 1250-1517 M. Meskipun Daulah
Mamluk terdiri atas berbagai ras yang berbeda-beda, mereka mampu mengapresiasi
dengan baik pembangunan arsitektur dan kesenian, sehingga di kedua bidang itu. Mesir
boleh dibandingkan dengan daulah-daulah yang lain. Bahkan Kairo hingga saat ini
masih menjadi tempat yang indah bagi dunia peradaban Islam. Daulah Mamluk
berfaham Islam Sunni, serupa dengan pendahulunya Daulah Ayyubiyah.
Sebagai dinasti yang mempunyai pengaruh besar, Dinasti Mamluk tidak hanya
membangun kekuatan militer tetapi juga membangun peradaban yang dapat
mengharumkan umat Islam. khususnya di Mesir. Adapun hasil peradaban yang berhasil
dibangun oleh Dinasti Mamluk bidang ekonomi, seni bangunan, ilmu pengetahuan,
budaya politik dan militer, system pemerintahan.
Setelah masa Baybar dan Qallawun, tidak ditemukan lagi figur sultan seperti mereka,
sehingga kondisi dinasti Mamluk pun menjadi memburuk dan puncaknya ketika Mesir
menjadi daerah kekuasaan Utsmani, setelah sultan Salim dari Utsmani berhasil
mengalahkan Tuman Bay (sultan terakhir Mamluk) di pertempuran 22 Juni 1517 M.

12
Ancaman dari luar semakin membahayakan dinasti Mamluk. Ancaman ini bukan
dari Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk. Melainkan ancaman ini datang dari Turki
Utsmani, kemajuan yang luar biasa Utsmani menjadikan mereka sebagai ancaman
terbesar dinasti Mamluk.

B. FIKIH
1. Hanya Kepada Allah SWT Aku Bersujud
Secara bahasa, arti kata sahwi berasal dari kata “ ‫ “ َسهَا يَ ْسهُوْ َس ْه ًوا‬yang berarti
lupa atau lalai. Jadi sujud adalah sujud dua kali yang dilakukan karena seseorang
meninggalkan Sunnah ab`adh, kekurangan atau kelebihan jumlah rakaat, ataupun
karena ragu-ragu jumlah rakaat dalam shalat yang dikerjakan. Hukum melaksanakan
sujud sahwi adalah Sunnah.
Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan karena mendapat nikmat atau
karena terhindar dari bahaya atau musibah. Hukum melaksanakannya sunnah. Syarat
sujud syukur, antara lain:
a. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian maupun tempat.
b. Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah kiblat.
c. Menutup aurat.
Rukun Sujud Syukur antara lain niat, takbiratul ihram, sujud, sambal membaca doa,
duduk sesudah sujud, salam dan tertib.
Sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah
dalam Al-Qur’an. Sujud tilawah bisa dilaksanakan di dalam shalat atau di luar shalat.
Hukum melaksanakannya sunnah. Syarat sujud tilawah antara lain suci dari hadas
dan najis baik badan, pakaian maupun tempat, menghadap kiblat sebagaimana shalat,
jika mengetahui arah kiblat, menutup aurat, setelah mendengar atau membaca ayat
sajdah.
Rukun sujud tilawah antara lain:
a. Niat
b. Takbiratul ihram
c. Sujud sekali
d. Duduk sesudah sujud
e. Salam
f. Tertib.

Adapun hikmah sujud syukur:


a. Mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Zat yang memberi nikmat dan
keselamatan yaitu Allah Swt.
b. Menghindarkan diri dari sifat sombong, karena apa yang kita peroleh
semuanya berasal dari Allah Swt.
c. Allah akan menambah nikmat untuk kita, karena orang yang bersyukur akan
13
ditambah nikmatnya.
d. Sebagai bentuk ungkapan kepasrahan hamba kepada Tuhannya.

Hikmah sujud tilawah:


a. Dihindarkan dari godaan setan
b. Lebih menghayati bacaan dan kandungan al-Qur‟an yang dibaca atau
didengar
c. Mendekatkan diri kepada Allah, Zat Yang Maha Pencipta
d. Menghindarkan diri dari sikap sombong dan angkuh pada sesame
e. Menumbuhkan kesadaran akan kebesaran Allah Swt.
f. Membuktikan ketaatan kita kepada Allah Swt.

2. Dengan Berzakat Jiwa dan Harta Menjadi Bersih


Zakat menurut bahasa (lughat) memiliki beberapa makna antara lain:
tumbuh, suci, berkembang, Sedangkan menurut istilah, fikih zakat adalah sejumlah
harta yang diambil dari harta tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa menunaikan zakat hukumnya adalah
wajib bagi yang telah memenuhi syarat.
Golongan mustahiq zakat adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,
sabilillah dan ibnus sabil. Sedangkan yang tidak boleh menerima zakat adalah orang
kaya, keturunan Nabi Nabi Muhammad Saw dan keturunanya, orang kafir (non
muslim), orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki, dan budak.
Macam-macam zakat yakni zakat fitrah zakat fitrah adalah sejumlah harta
berupa bahan makanan pokok yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim menjelang
hari raya Idul Fitri dengan tujuan membersihkan jiwa dengan syarat dan rukun
tertentu. Zakat mal yaitu zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh
seseorang atau lembaga dengan beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku dalam
hukum Islam.
Macam-macam harta yang wajib dizakati antara lain: emas dan perak, harta
perdagangan (tijarah), hasil tanaman (buah-buahan dan biji-bijian), Binatang ternak
(unta, sapai, kerbau, kambing), barang tambang dan barang temuan (harta
terpendam).

3. Puasa Wajib dan Puasa Sunnah


Puasa adalah menahan atau mencegah, sedangkan menurut istilah, puasa
adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari disertai niat dan beberapa syarat tertentu. Adapun syarat
wajib puasa adalah Islam, baligh, berakal sehat, mampu (kuasa melakukannya), dan
menetap (mukim). Selain syarat wajib puasa, ada syarat-syarat sah puasa yaitu Islam,
tamyiz, suci dari haid dan nifas, bukan pada hari-hari yang diharamkan. Rukun puasa
ada dua yaitu niat dan meninggalkan segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai
terbit fajar hingga terbenam matahari.
Amalan sunnah pada waktu puasa yaitu makan sahur, mengakhirkan makan
sahur, menyegerakan berbuka puasa jika benar-benar telah tiba waktunya, membaca
doa ketika berbuka, berbuka dengan yang manis-manis atau dengan kurma sebelum

14
makan yang lainnya, memperbanyak sedekah, memberi makan untuk berbuka
kepada orang lain yang berpuasa, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Hal-hal yang makruh ketika puasa: berkumur-kumur yang berlebihan,
menyikat gigi, bersiwak, mencicipi makanan, walaupun tidak ditelan,
memperbanyak tidur ketika berpuasa, dan berbekam atau disuntik. Sedangkan hal-
hal yang dapat membatalkan puasa adalah makan dan minum dengan sengaja,
murtad (keluar dari agama Islam), bersetubuh atau melakukan hubungan suami istri
pada siang hari, keluar darah haid atau nifas, keluar air mani yang disengaja,
merubah niat puasa, dan hilang akal karena mabuk, pingsan, gila.
Adapun hikmah puasa adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah,
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah, menumbuhkan rasa solidaritas terhadap
sesama manusia, Melatih kesabaran dan melatih kedisiplinan dan keteraturan hidup.
Macam-macam puasa ada puasa wajib, puasa sunnah dan puasa haram. Puasa wajib
terdiri dari puasa Ramadhan, puasa nazar dan puasa kifarat sedangkan puasa sunnah
antara lain puasa 6 hari dibulan Syawal, puasa Senin dan Kamis, puasa Dawud,
puasa Arafah, puasa di bulan Muharram, khususnya pada hari Asyura (10
Muharram), puasa dibulan sya‟ ban, puasa tengah bulan pada setiap tanggal 13, 14
dan 15 bulan Qamariah dan puasa pada pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban).
Macam-macam puasa haram antara lain puasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha, hari-hari Tasyrik, puasa pada hari Syak, puasa selamanya (puasa dahri), puasa
ketika haidh atau nifas bagi wanita.

4. Dengan I’tikaf Hati Menjadi Tenang


Istilah I’tikaf berasal dari Bahasa Arab yang berarti tinggal, menetap, atau
berdiam diri di suatu tempat. Sedangkan menurut istilah, I’tikaf berdiam diri di
dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu
dengan tata cara tertentu. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa hukum asal
melaksanakan I’tikaf adalah sunnah dan bisa berubah menjadi wajib jika seseorang
bernadzar untuk melaksanakannya.
Rukun I’tikaf yakni niat, berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama
Tuma’ninah shalat. Sedangkan syarat I’tikaf adalah Islam, baligh/mumayyiz, berakal
sehat, suci dari haid dan nifas, suci dari hadas besar (janabah).
Hal-hal yang membatalkan I’tikaf adalah hubungan suami istri (bersetubuh),
keluar sperma, gila, mabuk yang disengaja, murtad (keluar dari agama Islam), haid,
nifas, keluar masjid tanpa udzur, keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa
ditunda.
Hal-hal yang diperbolehkan ketika I’tikaf adalah keluar masjid untuk
keperluan yang tidak bisa ditunda (buang hajat, keluar dalam urusan ketaatan),
membawa kasur dan perlengkapan lainnya ke masjid, makan dan minum di dalam
masjid dengan tetap memelihara dan menjaga kebersihan dan kemuliaan masjid,
menerima tamu dan mengantarkannya ke pintu masjid.
Sedangkan hal-hal yang dianjurkan ketika i‟tikaf yakni shalat ,
memperbanyak membaca Al-Qur’an, berzikir, bershalawat, mengurangi hubungan
dengan orang banyak agar kita lebih fokus dengan ibadah yang kita lakukan.

15
5. Indahnya Berbagi Dengan Sedekah, Hibah, dan Hadiah
a. Sedekah
Sedekah mempunyai dua arti yang pertama sedekah sunnah/tathawwu’
(sedekah) dan wajib ( zakat ).
1) Pengertian :
Secara Bahasa, sedekah berasal dari Bahasa Arab yang berarti
memberikan atau Tindakan yang benar. Secara istilah sedekah adalah
pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, semata-
mata hanya mengharap ridho Allah SWT. Kitab Kifayat Al-Akhyar
menjelaskan bahwa sedekah sangat dianjurkan ketika sedang
menghadapi perkara penting, sakit atau bepergian, berada di Kots
Mekkah dan Madinah, peperangan, haji dan waktu-waktu yang utama
seperti sepuluh hari di bulan Zulhijjah dan Hari Raya.
2) Hukum Sedekah
Hukum sedekah adalah sunnah muakad (sunnah yang sangat
dianjurkan). Namun pada kondisi tertentu, hukum sedekah bisa
berubah menjadi wajib, misalkan saja ada seseorang saudara kita dan
meminta sedekah dari kita karena dia sangat membutuhkan (bisa
karena bencana alam atau kebakaran). Hukum sedekah bisa juga
menjadi haram jika kita mengetahui barang yang disedekahkan itu
digunakan untuk kejahatan dan kemaksiatan.
3) Rukun dan Syarat Sedekah
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki bend
aitu dan berhak untuk mentasharufkan (membelanjakan) harta.
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Tidak sah
memberi kepada anak yang masih dalamkandungan ibunya
karena tidak berhak memiliki sesuatu.
c) Akad (Ijab Qabul)
Ijab merupakan pernyataan pemberian dari orang yang
memberi, sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari
orang yang menerima pemberian.
d) Barang yang diberikan
Barang yang diberikan adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan
oleh si penerima.
4) Tata Cara Bersedekah
a) Sesuatu yang disedekahkan dapat berupa uang maupun
barang.
b) Waktu : Kapan saja
Tempat : Dimana saja
Penerima : Siapa saja
c) Ikhlas
d) Mengharap ridha Allah
e) Diutamakan untuk orang yang membutuhkan
5) Manfaat Sedekah

16
a) Menumbuhkan rasa kasih saying dan mempererat hubungan
antar sesama.
b) Sebagai pelindung dari musibah dan keburukan.
c) Sebagai obat dan penyembuh dari penyakit.
d) Dilapangkan rezekinya dan dimudahkan segala urusan.
e) Menambah keberkahan harta benda.
f) Sebagai naungan di hari kiamat.
g) Memadamkan murka Allah.
h) Sedekah bisa menambah umur, mencegah wafat khusnul
khatimah, menghilangkan sifat berbangga diri dan
kesombongan
i) Sebagai penjaga harta dari kerusakan.
6) Hilangnya Pahala Sedekah
a) Al-Mann (mengungkit) menyebutkan pemberian sedekah
kepada orang lain.
b) Al-Adza (menyakiti), sedekah itu dapat menyakiti perasaan
orang lain yang menerimanya baik dengan ucapan atau
perbuatan. (Q.S. Al-Baqarah:264)
c) Riya’ (memamerkan, memperlihatkan sedekah kepada orang
lain karena ingin dipuji. (Q.S. Al-Baqarah:262)
b. Hibah
1) Pengertian
Secara Bahasa kata hibah berasal dari bahasa Arab Al-Hibah
yang berarti pemberian atau hadiah dan bangun (bangkit). Menurut
istilah, hibah adalah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang ketika masih hidup kepada seseorang secara cuma-cuma,
tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho Allah SWT. Jadi
pengertian hibah adalah pemberian harta seseorang kepada orang lain
dengan alih kepemilikan tanpa ada imbalan dan balasan apapun.
2) Hukum Hibah
Hukum asal hibah adalah mubah, namun hukum tersebut bisa
berubah menjadi wajib, haram, atau makhruh karena bertemu dengan
kondisi tertentu.
a) Wajib, bila hibah yang diberikan seseorang suami kepada anak
dan istrinya.
b) Haram apabila harta yang dihibahkan ditarik kembali, kecuali
hibah seorang ayah kepada anaknya.
c) Makhruh apabila hibah tersebut digunakan untuk hal-hal yang
tidak baik, atau terkandung maksud untuk memperoleh
imbalan tersebut.
3) Rukun dan Syarat Hibah
Hibah akan menjadi sah apabila sudah sesuai dengan rukun
dan syarat. Adapun rukun dan syarat hibah sebagai berikut :
a) Rukun Hibah
i. Orang yang menghibahkan (wahib)

17
ii. Orang yang menerima hibah (mauhub lahu)
iii. Barang yang dihibahkan/mauhub
iv. Ijab qabul
b) Syarat hibah
i. Wahib
Wahub merupakan pemilik yang sempurna, cakap
dalam membelanjakan harta, yakni balig dan berakal.
ii. Mauhub Lahu
Penerima hibah disyaratkan sudah wujud atau hadir
atau ada ketika akad hibah dilakukan. Oleh sebab itu
maka hibah tidak boleh diberikan kepada anak yang
masih dalam kandungan.
iii. Barang yang dihibahkan Imauhub)
Mauhub merupakan milik sempurna wahib, sudah ada
ketika akad hibah dilakukan, berupa barang yang boleh
dimiliki menurut agama, telah dipisahkan dari harta
milik penghibah.
iv. Ijab qabul merupakan kata memberi dan menerima
dari pemberi hibah kepada penerima hibah.

4) Macam-macam hibah
a) Hibah Barang
Hibah barang adalah memberikan harta atau barang
kepada pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat
harta atau barang tersebut.
b) Hibah Manfaat
Hibah manfaat adalah memberikan harta atau benda
kepada pihak lain untuk dimanfaatkan, namun materi harta
atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan
kata lain, dalam hibah manfaat penerima hibah hanya
memiliki hak menggunakan saja.

5) Manfaat orang yang memberi hibah


Hibah memiliki banyak menfaat seperti terhindar dari sifat
kikir dan bakhil, terbentuk sifat dermawan di dalam diri, dilapangkan
rezeki dan dimudahkan segala urusan, dan tumbuh kesadaran bahwa
harta itu semata-mata hanya titipan Allah SWT.

c. Hadiah
Islam mensyariatkan sarana dengan beberapa cara seperti saling
memberikan hadiah atau kado/bingkisan/parcel yang bertujuan untuk
menjalin keakraban, mendamaikan dan menghilangkan kabut hati. Ketika
kita diberi hadiah oleh seseorang hendaklah kita menerimanya dengan senang
hati. Selain itu, agama kita juga mengajarkan kepada kita agar berusaha
membalas hadiah tersebut meskipun tidak langsung seketika.

18
1) Pengertian hadiah
Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain
sehubungan dengan adanya suatu hal sebagai penghormatan karena
prestasi atau suatu keadaan tertentu.
2) Syarat dan Rukun Hadiah
a) Orang yang memberi hadiah, syaratnya orang yang memiliki
benda itu dan yang berhak mentasarrufkannya
(memanfaatkannya).
b) Orang yang diberi hadiah, syaratnya orang yang berhak memiliki..
c) Akad, (ijab dan kabul).
d) Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.

3) Manfaat Hadiah
a) Manumbuhkan rasa saling mencintai dan menghormati antar
sesama.
b) Mendorong seseorang agar lebih maju dalam kebaikan.
c) Mendidik seseorang untuk menepati janji.
d) Menghindarkan diri dari sifat iri dan dengki.
e) Menumbuhkan motivasi agar terus berupaya meraih prestasi.
f) Senantiasa berbesar hati melihat keberhasilan yang diraih orang
lain.

d. Persamaan Sedekah, Hibah dan Hadiah


1) Sedekah, hibah dan hadiah merupakan wujud kedermawanan yang
dimiliki seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi.
2) Ketiganya diberikan secara ikhlas tanpa mengharapkan pemberian
atau imbal balik dalam bentuk dan wujud apapun.

6. Kesempurnaan Islam Dengan Haji dan Umroh


a. Haji
Haji menurut bahasa (lughat) memiliki arti al-qashdu, artinya
menyengaja. Sedangkan menurut istilah haji adalah suatu ibadah yang
dilakukan dengan sengaja ke Baitullah Makkah dengan maksud beribadah
semata-mata karena Allah dengan syarat dan rukun. Mengerjakan ibadah haji
hukumnya fardhu’ain, dilaksanakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim
yang telah mukallaf dan mampu melaksanakannya. Syarat wajib haji antara
lain Islam, baligh, berakal sehat (tidak gila), isthithaa`ah (kuasa atau mampu
melaksanakannya). Sedangkan syarat sah haji adalah Islam dan berakal sehat
(tidak gila, hilang ingatan).
Rukun haji ada enam yaitu, Ihram, wukuf, tawaf, sa’i, tahallul dan
tertib. Ada beberapa wajib haji yang perlu dilakukan yaitu berihram sesuai
miqatnya, bermalam di Muzdalifah, bermalam (mabit) di Mina, melontar
jumrah Aqabah, melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, Menjauhkan diri
dari larangan Ihram. tawaf wada’. Selain wajib haji terdapat sunnah haji
yakni mendahulukan haji daripada umrah, mandi sebelum ihram atau

19
sebelum memakai baju ihram, shalat sunnah ihram dua rakat, memperbanyak
membaca talbiyah, zikir, dan berdoa setelah berihram sampai tahallul,
mencium atau mengusap Hajar Aswad di setiap putaran dalam tawaf, kalau
tidak bisa cukup diganti dengan isyarat tangan kanan. Demikian juga
mengusap Rukun Yamani disetiap putaran, kalau tidak bisa tidak perlu
diganti dengan isyarat tangan, melakukan tawaf qudum ketika baru masuk ke
Masjidil Haram, menunaikan shalat dua rakaat setelah tawaf qudum, masuk
ke dalam Ka’bah (Baitullah), minum air Zamzam ketika selesai tawaf.

b. Umrah
Umrah adalah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan tawaf, sa‟i,
dan bercukur demi mengharap ridha Allah Swt. Ibadah ini sering juga disebut
dengan haji kecil. Umrah terbagi menjadi dua yaitu:
1) Umrah wajib, yaitu umrah yang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah
haji dan dilaksanakan pada batas waktu haji (bulan-bulan haji). Selain
itu, termasuk umrah wajib adalah umrah nazar
2) Umrah sunnah, yaitu umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu atau
kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).
Hukum melaksanakan ibadah umrah adalah fardhu „ain (wajib) atas
tiap-tiap orang Islam laki-laki atau perempuan yang mampu. Untuk umrah
kedua, ketiga dan seterusnya hukumnya sunnah. Syarat-syarat umrah sama
dengan syarat-syarat dalam ibadah haji. Sedangkan rukun umrah agak
berbeda dengan rukun haji. Syarat umrah adalah Islam, baligh, berakal sehat,
merdeka, Istitha’ah (mampu). Sedangkan rukun umrah ada lima yaitu Ihram
adalah niat memulai mengerjakan ibadah umrah, Tawaf yaitu mengelilingi
ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’I, tahallul (mencukur atau menggunting
rambut paling sedikit tiga helai rambut), tertib (dilakukan secara berurutan).
Selain syart dan rukun umrah ternyata ada wajib umrah yang harus
diketahui yakni niat ihram dari miqat. Apabila dilanggar, maka ibadah
umrahnya tetap sah tetapi harus membayar dam. Meninggalkan dari segala
larangan umrah, sebagaimana halnya larangan dalam mengerjakan haji.
Miqat Zamani umrah itu sepanjang tahun, artinya tidak ada waktu tertentu
untuk
melaksanakan umrah. Jadi boleh dilakukan kapan saja. Adapun Miqat
Makani umrah, pada dasarnya sama dengan Miqat Makani haji, tetapi khusus
bagi orang yang berada di Makkah, Miqat Makani mereka adalah daerah di
luar kota Makkah (di luar Tanah Haram: Tan’im dan Ji’ranah).

c. Hikmah diwajibkannya Haji dan Umrah


Haji merupakan ibadah tahunan yang besar yang Allah syari‟atkan
bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan
yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara
hikmah ibadah haji ini adalah mengikhlaskan seluruh ibadah, mendapat

20
ampunan dosa-dosa dan balasan surga, dapat terbukanya wawasan,
Menyambut seruan Nabi Ibrahim AS, menyaksikan berbagai manfaat bagi
kaum muslimin, saling mengenal dan saling menasehati, mempelajari agama
Allah SWT.

7. Ketentuan Halal dan Haramnya Makanan


Makanan dan minuman yang halal adalah makanan dan minuman yang
dibolehkan untuk dimakan atau diminum menurut ketentuan syariat Islam. Termasuk
dalam kategori ini adalah semua makanan dan minuman yang tidak diharamkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, makanan dan minuman yang baik dan tidak menjijikkan dan
yang tidak mudharat (membahayakan) jasmani dan ruhani kita.
Makanan dan minuman yang haram adalah makanan dan minuman yang
dilarang oleh syariat Islam untuk dimakan dan diminum. Haramnya makanan secara
garis besar dapat dibagi dua macam yakni Haram Lidzatihi (makanan yang haram
karena dzatnya) dan Haraam Lighairihi (makanan yang haram karena faktor
eksternal). Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri adalah halal, akan tetapi
hukumnya dapat berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan
dengan makanan tersebut.
Yang termasuk makanan yang haram ialah: semua makanan yang disebut
dalam Al-Qur‟an (Al-Maidah ayat 3), makanan kotor dan keji, makanan yang
dipotong dari binatang yang masih hidup, dan makanan yang didapat dengan cara
tidak halal. Orang yang makan makanan haram dan minum minuman haram amal
ibadahnya dan amalan-amalan yang lain tidak diterima di sisi Allah. Demikian juga
orang ini do’anya tidak dikabulkan oleh Allah SWT.
Akibat buruk dari makanan dan minuman yang diharamkannya: wajah
menjadi pucat dan mata sering memerah, mulut dan kerongkongan menjadi kering,
kepala pusing dan telinga mendengung, berat badan menurun dan urat syaraf
menjadi bengkak, panca indra semakin melemah, kecerdasan semakin menurun dan
kemampuan berfikir semakin kurang, sering lupa dan cenderung untuk melakukan
hal-hal yang negatif, kemampuan bekerja menjadi lemah, dan sebagainya.
Binatang yang halal maksudnya ialah binatang yang diperbolehkan bagi umat
Islam untuk memakannya. Semuanya binatang halal dimakan kecuali ada dalil
Al-Qur’an atau hadis yang mengharamkannya. Binatang yang haram dagingnya di
antaranya ialah: bangkai, darah, daging babi. binatang yang disembelih dengan nama
selain Allah, binatang yang bertaring kuat, binatang mempunyai kuku tajam,
binatang yang diperintahkan untuk dibunuh, keledai jinak, binatang yang dilarang
untuk dibunuh, dan binatang yang hidup di dua alam (air dan darat).
Hikmah adanya halal dan haram dalam makanan dan minuman antara lain:
dapat memilih makanan yang halal dan meninggalkan yang haram, hidup sehat, baik
sehat rohani maupun jasmani, dan lebih tenang hidupnya di tengah-tengah
masyarakat, tidak ada kekhawatiran dan ketakukan bahkan disenangi oleh banyak
orang. Selain harus halal dan thayyib makanan yang kita makan, kita juga harus
memperhatikan adab atau tata krama ketika makan atau minum sebagaimana yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW

21
C. AKIDAH AKHLAK
1. Al-Qur’an dan Keistimewaannya.
Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw dalam
jangka waktu ± 23 tahun melalui perantaraan malaikat Jibril secara berangsur-angsur
dalam dua periode yaitu periode sebelum hijrah dan periode sesudah hijrah. Ayat-
ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat
yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.
Adapun sejarah pembukuan (kodifikasi) al-Qur’an dibagi kedalam dua tahap,
yaitu Al-Qur’an pada masa sebelum wafat Rasulullah yang mana beberapa sahabat
yang tekun membaca al-Qur’an, menghapal dan memelihara surah-surah dan ayat-
ayatnya. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan al-qurra’ .
Sedangkan tahap kedua al-Qur’an pada masa sesudah Rasulullah wafat, pada saat ini
sudah dimulai upaya untuk menulis dan membukukan ayat-ayat al-Qur’an menjadi
sebuah mushaf.
Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata Qara’a-Yaqra’u- Qur’anan
artinya bacaan atau yang dibaca. Adapun menurut istilah, al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizatnya dan bagi
yang membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an berisi petunjuk secara lengkap
sesuai dengan perkembangan zaman. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an
sebagian besar meliputi : Akidah, Ibadah, Muamalah, Akhlaq karimah, Tarikh, dan
Syariat.
Al-Qur’an dikatakan sebagai penyempurna karena memiliki kelebihan dari
kitab-kitab suci sebelumnya. Kelebihan kitab suci al-Qur’an daripada kitab suci yang
lain adalah dari segi keaslian al-Qur’an, segi isi kandungan al-Qur’an, segi susunan
bahasanya, dan segi misi yang diemban. Hikmah diturunkan al-Qur’an adalah untuk
menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat hidup di dunia dan akhirat.

2. Mukjizat dan Kejadian Luar Biasa Lainnya


a. Mukjizat
Menurut bahasa mukjizat berasal dari Bahasa Arab ‫َأع َْج َز – يُ ْع ِج ُز – ُم ْع ِج ٌز‬
yang berarti sesuatu yang melemahkan atau mengalahkan. Menurut istilah
mukjizat berarti sesuatu yang luar biasa yang terjadi pada diri nabi dan Rasul
Allah Swt. dalam rangka membuktikan dirinya adalah Nabi dan Rasul yang
tidak dapat ditiru oleh siapapun. Adapun ciri-ciri mukjizat adalah sebagai
berikut:
1) Diturunkan hanya kepada para Nabi/Rasul
2) Merupakan kejadian luar biasa di luar kemampuan manusia
3) Diturunkan sebagai bukti kekuasaan Allah Swt.
4) Diturunkan sebagai bukti kenabian atau kerasulan
5) Bertujuan untuk memperlemah orang kafir, atau memecahkan
masalah kaum muslimin.
Mukjizat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) Mukjizat Kauniyah adalah mukjizat yang tampak. Mukjizat ini
dapat dirasakan atau ditangkap oleh panca indera. Mukjizat
kauniyah disebut juga mukjizat terbatAs artinya di luar
kemampuan manusia, terjadi hanya sekali dan dalam satu tempat,
22
tidak bisa diulang, dan tidak bisa dipelajari. Contoh : mukjizat
Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang mati dengan seijin
Allah Swt.
b) Mukjizat Aqliyah, yaitu mukjizat yang hanya dapat diahami oleh
akal pikiran. Ciri khusus mukjizat ini adalah: berlaku universal
(sepanjang masa), dan dapat difahami dengan akal pikiran.
Contohnya: Al-Qur’an memiliki keistimewaan, yaitu
kandunganya luar biasa, susunan sastra yang indah, dan akan
terjaga sepanjang masa.

b. Kejadian Luar Biasa Selain Mukjizat


1) Karomah
Karomah adalah kejadian luar biasa yang dianugerahkan Allah
kepada seseorang yang sholeh dan taat kepada-Nya. Jadi karomah
hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan Allah Swt., termasuk
waliyullah (kekasih Allah Swt.). Syarat-syarat terjadinya karomah
antara lain :
a) Orang yang mendapat karamah bukanlah seorang Rasul/Nabi
b) Tidak memiliki syarat khusus berupa doa, bacaan, ataupun dzikir
khusus
c) Terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui
terjadinya (karomah tersebut) ataupun tidak
d) Bertujuan menguatkan keimanan dan keislaman orang yang
mendapat karomah tersebut.
e) Diberikan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya yang benar-
benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya.

2) Irhash
Irhash adalah kejadian atau hal-hal yang istimewa terjadi pada diri
calon rasul. Irhas terjadi sebelum seorang rasul dinyatakan
kerasulannya oleh Allah Swt.

3) Ma’unah
Ma’unah adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada
seorang mukmin untuk mengatasi suatu kesulitan. Ma’unah terjadi
pada orang biasa berkat pertolongan Allah.

c. Hikmah adanya Mukjizat, Karomah, Irhas dan Ma’unah


Di antara hikmah yang dapat diambil dengan adanya mukjizat,
karomah, irhAs dan ma’unah antara lain:
1) Melemahkan dan mengalahkan alasan, usaha, dan tipu daya orang-
orang yang menentang dakwah rasul Allah Swt.
2) Bagi yang telah percaya kepada kenabian maka mukjizat akan
berfungsi untuk memperkuat iman serta menambah keyakinan akan
kekuasaan Allah Swt.
3) Membuktikan kebenaran rasul yang diutus Allah dan ajaran-
ajarannya.
4) Mempertebal iman kepada Allah Swt.
5) Mendekatkan diri kepada Allah.
23
6) Tidak takut akan kesulitan, karena yakin Allah selalu memberikan
pertolongan kepada hambanya yang beriman dan bertakwa.
7) Sebagai bukti kebenaran rasul yang diutus, bahwa ajaran dan
pengangkatan diri seorang rasul adalah benar dari Allah Swt.
8) Sebagai azab/siksa bagi orang – orang kafir dan pelajaran bagi
manusia yang lain.

3. Membiasakan Akhlak Terpuji (Ikhtiar, Tawakal, Sabar, Syukur dan Qana’ah)


Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha
seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar
berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses. Dalam kata lain Ikhtiar adalah
berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan, tidak berdiam diri dan berpangku
tangan apa lagi lari dari kenyataan.
Tawakal berasal dari wakala yang berarti menyerahkan, mempercayakan dan
mewakilkan urusan kita kepada orang lain. Dalam kaitan ini penyerahan tersebut
adalah kepada Allah Swt. Tujuannya adalah untuk mendapat kemashlahatan dan
menghilangkan kemudharatan. Orang yang mempunyai sikap tawakal akan
senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini
karena ia menyadari bahwa keberhasilan itu di dapatkan atas izin dan kehendak
Allah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan orang yang mempunyai sifat
tawakal akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa
putus asa dan larut dalam kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan
Allah pastilah itu yang
terbaik.
Sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian
menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang
tidak terarah. Sabar merupakan salah satu ciri mendasar orang yg bertaqwa. Sabar
merupakan ikatan yang tak mungkin terpisah dari keimanan, ikatan antara sabar
dengan iman bagaikan kepala dengan jasadnya.
Adapun syukur adalah salah satu refleksi dari sikap tawakal. Syukur ialah
sesuatu yang menunjukkan kebaikan dan penyebarannya. Sedangkan secara syar’i
syukur ialah memberikan pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk
dan berserah diri hanya kepada Allah Swt. serta beramar makruf nahi mungkar.
Qana’ah adalah menerima keputusan Allah Swt. dengan tidak mengeluh,
merasa puas dan penuh keridhaan atas keputusan Allah Swt., serta senantiasa tetap
berusaha sampai batas maksimal kemampuannya. Dapat diartikan pula qana’ah
artinya merasa cukup terhadap pemberian rezeki dari Allah Swt. Dengan sikap inilah
maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak.

4. Mengundari Akhlak Tercela (Ananiah, Putus Asa, Gadab dan Tamak)


Ananiah disebut juga egois, yaitu sifat yang menilai sesuatu berdasarkan
kepentingan diri sendiri dan meremehkan orang lain. Perilaku ini harus dihindari
karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.Islam mengajarkan agar kita senantiasa
bertolong-menolong antar sesama manusia. Ananiah adalah Sifat sangat tercela, dan
membahayakan di dalam pergaulan di masyarakat ananiah termasuk penyakit hati,
apabila dibiarkan akan berkembang menjadi sombong, kikir, takabur yang diiringi
sifat iri dan dengki.
24
Adapun alya’su atau putus asa adalah sikap/ perilaku yang merasa bahwa
dirinya telah gagal dalam meraih suatu harapan atau cita-cita, dan ia tidak mau
berusaha untuk melanjutkan apa yang diinginkan.Putus asa berarti habis harapan,
tidak ada harapan lagi.Seseorang di katakana putus asa apabila tidak lagi mempunyai
harapan tentang sesuatu yang semula hendak di capai.
Gadab berarti marah. Gadab termasuk sifat tercela, karena marah itu
bersumber dari setan. Seseorang yang sedang marah memiliki kecenderungan tidak
dapat mengontrol dirinya. Untuk itulah sebagai orang Islam harus pandai-pandai
mengendalikan diri agar tidak sampai mudah marah. Orang yang dapat menahan
amarah merupakan salah satu ciri orang muttaqin.
Adapun tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat rakus
terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan
Rasulullah Saw Seperti orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin
banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya. Maksudnya,
bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan
dalam mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta
benda baru yang lebih banyak. Sifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang
halal dan haram.

5. Adab Seorang Muslim Kepada Orang Tua dan Guru


Kedua orang tua merupakan sebab adanya manusia. Keduanya telah
merasakan kelelahan karena mengurus, merawat, membesarkan, mendidik, dan
menyenangkan mereka. Allah SWT mewajibkan hamba-hamba-Nya berbakti kepada
kedua orang tua. Bahkan memposisikan bakti pada orang tua setelah tauhid kepada
Allah Swt. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim berbakti kepada kedua orang
tuanya dan bergaul dengan sikap yang baik. Di antara adab bergaul dengan orang tua
adalah mencintai dan sayang kepada kedua orang tua, menaati keduanya,
menanggung dan menafkahi orang tua, menjaga perasaan keduanya dan berusaha
membuat ridha orang tuanya dengan perbuatan dan ucapan, memanggil orang tua
dengan namanya, tidak duduk ketika keduanya berdiri dan tidak mendahuluinya
dalam berjalan, tidak mengutamakan istri dan anak daripada kedua orang tua,
mendoakan keduanya baik mereka masih hidup atau sudah wafat, tidak mencaci
maki kedua orang tua, baik kepada kawan-kawan orang tua setelah orang tua telah
wafat dan sebagainya.
Adapun seorang guru, dengan perannya yang sangat besar dalam kehidupan
kita, maka guru wajib kita hormati. Dalam Islam pun, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam bersikap selaku murid terhadap gurunya. Di antaranya adalah
menghormati dan menghargainya, tidak mencari-cari kelemahan dan kesalahannya.
tidak mengghibahnya (membicarakannya dengan yang dia tidak senangi), bahkan
membelanya ketika dighibah oleh orang lain, mendoakannya dari kejauhan semoga
diberi pahala atas ilmu yang sudah ia ajarkan, mendoakan keampunan dan
kesejahteraan buat guru, mengambil manfaat dari kebaikan sang guru, dan tidak
mencontohnya andai kata ia melakukan kekhilafan.

6. Kisah Keteladanan Nabi Musa AS


a. Silsilah Nabi Musa AS
Nabi Musa lahir di Mesir 1527 SM pada pemerintahan Merneptah,
pendapat lain mengatakan Ramses Akbar atau Thutmosis atau Firaun. Musa
25
adalah seorang pemimpin dan Nabi orang Israel dan memiliki tugas
membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Nama beliau disebutkan
sebanyak 136 kali di dalam Al-Quran. Musa bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin
Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin
Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama Yukabad, pendapat lain
mengatakan namanya adalah Yuhanaz Bilzal. Nabi Musa menikah dengan
puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki
keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha,
Yasin, IlyAs Dalam kisah Nabi Muhammad saat perjalanan menuju ke Sidrat
al-Muntaha dan sampai ke langit Al-Khaliishah (Keenam), Beliau
(Muhammad) melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar, berambut
lebat, berjenggot putih dan panjang hingga menutupi dadanya, sembari
memegang tongkat.

b. Ujian Nabi Musa Hingga Menikah


Bermula saat musa sedang melihat-lihat di sekitar kota Memphis
(Nama Berhala), ia melihat dua laki-laki sedang berkelahi, masing-masing
dari kalangan Bani Israel Bernama Samiri dan bangsa Mesir bernama Fatun,
seketika Ia ingin mendamaikan mereka akan tetapi ditepis oleh Fatun,
spontan Musa langsung memukul kepala Fatun, hanya satu pukulan Fatun
pun tewAs Sebab tindakannya itu, Musa kemudian meminta ampun kepada
Allah sebagaimana diceritakan di dalam Al-Qur'an, Musa berdoa: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu
ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. QS. Al-Qashash
[28]:16).
Tak lama berselang, kasus pembunuhannya diketahui oleh masyarakat
desa hingga kabar itu sampai di telinga Firaun, akhirnya Firaun mengutus
anak buahnya untuk menangkap Musa. Karena terdesak Musa akhirnya lari
dari Mesir, perjalanannya tak tentu arah dan tujuan sampai 8 hari, tibalah dia
di kota Madyan, yaitu kotanya Nabi Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan
Teluk Aqabah di selatan Palestina. Musa tinggal di rumah Nabi Syu'aib
cukup lama, sehingga Ia menikah dengan anak perempuannya Nabi Syu'aib
bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan berkeluarga di Madyan,
Musa kembali ke Mesir.

c. Musa Pulang Ke Mesir


Musa meminta izin kepada Syu'aib untuk pulang ke Mesir. Dalam
perjalanan itu, sesampainya di Bukit Sinai, Musa melihat api, dia berpikir
bahwa api itu bisa digunakannya untuk obor guna menerangi perjalanannya.
Sejenak Musa meninggalkan istrinya untuk mendapatkan api tersebut.
Sesampainya di puncak, Musa melihat api itu menyala di batang pohon tetapi
tidak membakar pohon itu, Musa pun bingung, lantas terdengarlah suara
Wahyu Allah yang artinya “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu,
diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada
tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa,
sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam (30), dan
26
lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa
melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia
berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa
datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang aman (31), Masukkanlah tanganmu ke leher
bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan
dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang
demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan
kepada Fir´aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang fasik" (32).(QS. Al-Qashash [28]:30-32)
Demikian itulah mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah kepada Musa:
fisik kuat, tongkat, dan tangan bersinar. Firaun marah ketika mendengar
Musa
pulang dengan membawa ajaran baru, merasa martabatnya jatuh, ia akhirnya
menantang Musa untuk membuktikan bahwa Ia (Musa) benar-benar utusan
Allah. Firaun mengutus para penyihirnya untuk bertanding melawan Musa,
Para penyihir melemparkan tali mereka dan berubah jadi ular. Atas wahyu
Allah Musa pun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular besar
kemudian memakan seluruh ular milik penyihir tadi, para penyihirpun
terheran-heran melihatnya, hingga beberapa diantara mereka insaf.
Mendengar hal itu Firaun marah dan menghukum mereka (Musa dan
pengikutnya) tak terkecuali istri Firaun sendiri yang dibunuh dengan cara keji
(disalip dan ditusuk kemaluannya dengan benda tajam). Nabi Musa bersama
pengikutnya terpakasa melarikan diri hingga sampai di Laut Merah. Namun,
Fir’aun dan tentaranya masih mengejar mereka dari belakang. Nabi Musa pun
mendapatkan wahyu dari Allah untuk melemparkan tongkatnya ke laut.
Seketika Musa memukulkan tongkatnya ke laut merah dan terbelahlah laut
tersebut, Musa dan pengikutnya lari menyeberangi lautan tersebut, hingga
sampailah mereka di tepian seberang laut merah sedang Firaun dan
tentaranya masih di tengah lautan, maka Allah menutup kembali laut merah
tersebut. Pada akhirnya Firaun dan tentaranya mati tenggelam di laut merah.

d. Sepuluh (10) Perintah Allah Kepada Musa


Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah seraya berkata:
"Maha besar Engkau ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku maka
aku akan menjadi hamba yang pertama iman kepada-MU." Saat itulah Allah
menurunkan kitab Taurat kepadanya. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu
berbentuk kepingan batu atau kayu, yang diturunkan secara terperinci dan
bertahap. Total sebanyak 10 perintah, yaitu:
1) Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.
2) Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai
apapun.
3) Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
4) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
5) Hormatilah ayah dan ibumu.
6) Jangan membunuh.
7) Jangan berzina.
8) Jangan mencuri.
27
9) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10) Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba
laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau
keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).

e. Meneladani Siat-Sifat Nabi Musa AS


1) Pemberani dalam menyampaikan kebenaran
2) Taat Kepada Allah
3) Ketekunan dalam belajar
4) Sikap suka membela yang lemah
5) Sabar dalam berdakwah

7. Keteladaan Rasul Ulul Azmi dan Keistimewaannya


a. Pengertian Rasul Ulul Azmi
Dari 25 (dua puluh lima) rasul yang wajib kita imani, terdapat 5
(lima) orang rasul pilihan yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Kata Ulul
Azmi berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ulul” yang artinya orang yang
memiliki, dan “Azmi” yang artinya cita-cita yang mantap. Menurut
Sirojuddin dalam buku “Ensiklopedi Islam” menyebutkan bahwa Ulul ‘Azmi
(ulu al-‘azmi) artinya “orang-orang yang mempunyai kemauan kuat dan
teguh.
Secara istilah Ulul Azmi berarti rasul-rasul pilihan atau Nabi yang
memiliki keteguhan hati, lapang dada dan sabar dalam menghadapi kaumnya
yang menentang dirinya dan tidak mau menerima ajaran yang
disampaikannya. Adapun rasul-rasul yang termasuk dalam Ulul Azmi adalah:
1) Nabi Nuh As
2) Nabi Ibrahim As
3) Nabi Musa As
4) Nabi Isa As
5) Nabi Muhammad Saw

b. Sifat Utama dan Keteguhan Rasul Ulul Azmi


Rasul-rasul yang termasuk dalam kelompok Ulul ‘Azmi ini adalah
orang yang memiliki ketabahan / kesabaran yang luar biasa dan mempunyai
ketetapan (keteguhan) hati sekalipun dengan susah payah dan sangat berat
dalam menegakkan syari’at Allah Swt., sehingga kesabaran mereka dipuji
oleh Allah Swt.
1) Nabi Nuh As
Nabi Nuh As berdakwah selama kurang lebih 950 tahun, tetapi yang
beriman hanya 80 orang, jumlah yang sangat tidak seimbang dengan
lamanya berdakwah. Kendatipun setiap diajak dan diseru telinga mereka
selalu ditutup dengan jari-jarinya, namun Nabi Nuh As dengan kesabaran
dan ketabahannya tetap terus menyeru kaumnya agar hanya menyembah
kepada Allah Swt. sampai akhirnya azab didatangkan oleh Allah berupa
banjir besar dan menenggelamkan semua orang yang tidak beriman,
termasuk isteri dan anaknya sendiri.

2) Nabi Ibrahim As
28
Semenjak kecil Ibrahim As senang berdebat tentang ke-Tuhan-an,
baik kepada orang tuanya maupun kaumnya. Kemudian setelah remaja
dengan keberaniannya menghancurkan berhala / patung-patung
sesembahan kaumnya, hingga beliau dibakar dalam api yang sangat besar
oleh Raja Namrudz yang berkuasa pada saat itu.
Selanjutnya setelah beliau berpindah ke Palestina, maka beliau
melanjutkan dakwah kepada kaum Bani Isra‟il dan di kota ini pula beliau
menikah dengan Siti Sarah dan Siti Hajar. Dengan ketaatan Nabi Ibrahim
As kepada perintah Allah Swt, beliau sampai beberapa kali pulang-pergi
antara kota Palestina dengan kota “Bakkah” (Makkah) yang jaraknya
sangat jauh sekali, perjalanan satu bulan pergi dan satu bulan pulang.
Perintah Allah Swt. yang pertama adalah membawa Siti Hajar dengan
anaknya Ismail yang masih bayi ke tempat yang di situ tidak ada
pepohonan, tidak ada air, tanahnya sangat tandus dan gersang untuk
selanjutnya diperintahkan Tuhan keduanya harus tinggal di tempat
tersebut. Perintah Allah Swt. yang kedua adalah menyembelih putra
kesayangannya Ismail dan tentu hal ini suatu ujian yang paling berat bagi
beliau. Perintah Allah Swt. yang ketiga sehingga Nabi Ibrahim harus ke
Makkah lagi adalah perintah membangun “Baitullah” (Ka’bah) bersama
anak beliau Ismail. Semua perintah Allah beliau laksanakan dengan
penuh kesabaran dan ketabahan tetapi semuanya berujung kepada
pertolongan Allah Swt.

3) Nabi Musa As
Seorang Nabi yang diberikan kelebihan dapat berdialog langsung
dengan Tuhan, karenanya beliau diberi gelar dengan “Kalimullah”.
Kesabaran dan ketabahan Nabi Musa As ini adalah karena pada zaman itu
beliau harus berhadapan dengan seorang raja yang sangat kejam, zhalim
dan bengis, lebih dari itu dia mengaku sebagai tuhan yang harus
disembah, jika tidak mau pastilah mati di tangannya, yaitu “Fir’aun”.
Orang semacam inilah yang dihadapi oleh Nabi Musa, namun dengan
tongkatnya yang diberikan oleh Allah sebagai mukjizat beliau, maka
akhirnya Fir’aun harus
tenggelam bersama tentaranya di laut merah.
Penderitaan pertama yang dialami oleh Nabi Musa adalah sewaktu
beliau masih bayi, oleh ibunya Musa terpaksa harus dihanyutkan di
sungai, untuk menyelamatkan beliau dari undang-undang Fir’aun yang
berisi setiap anak laki-laki yang lahir pada waktu itu harus dibunuh
hidup-hidup. Ujian kedua ketika Nabi Musa harus berhadapan dengan
para tukang sihir. Perintah Tuhan selanjutnya adalah menyelamatkan
Bani Isra’il yang sudah sekian lama menjadi budak Fir’aun, untuk
selanjutnya dibawa ke luar kota Mesir, sehingga pada saat itulah Fir’aun
Bersama tentaranya mengejar sampai ke laut merah dan ternyata hidup
Fir’aun harus berakhir di laut merah tersebut.

4) Nabi Isa As
Nabi dan Rasul Ulul Azmi keempat yang juga tidak kalah banyaknya
tantangan dan halangan yang dialami beliau dalam berdakwah adalah
29
Nabi Isa As Tantangan yang dihadapi Nabi Isa dalam menyampaikan
dakwah adalah para Pendeta “Yahudi”. Kaum Yahudi ini selalu menyulut
api keangkuhan dan kesombongan bahkan mendustakan ajaran beliau.
Kendatipun Nabi Isa As telah diberikan mukjizat oleh Allah untuk
membuktikan kebenaran akan kenabian beliau, namun orang-orang
Yahudi tetap membuat permusuhan, hingga akhirnya membuat fitnah
kepada “Raja Pilathus”, penguasa Romawi pada saat itu. Maka dengan
fitnah inilah Isa kemudian dibunuh dan disalib, namun sebenarnya yang
dibunuh / disalib itu bukanlah Nabi Isa, melainkan Yahudza al-
Askharyuthi (Yudas Iskariot) yang diserupakan oleh Allah dengan Nabi
Isa.

5) Nabi Muhammad Saw


Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal 571 M di Kota
Makkah, bertepatan dengan tahun gajah. Ayahnya bernama Abdullah dan
ibunya Bernama Aminah binti Abdul Mutholib. Ayahnya wafat ketika
Muhammad Saw masih dalam kandungan. Sedangkan ibunya wafat
ketika ia masih kecil. Muhammad Saw Menikah pada usia 25 tahun
dengan Siti Khadijah. Mereka dikarunia beberapa anak, diantarnya adalah
: Ibrahim dan Fatimah (istri Ali bin Abu Thalib). Muhammad diangkat
menjadi Nabi dan Rasui Allah pada usia 40 tahun ketika menerima
wahyu pertama
QS. ‘ Al– Alaq : 1 -5 – di gua Hira’.
Pada awal dakwahnya, hanya sedikit yang masuk Islam. Di samping
Khadijah, di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan disusul Zaid bin
Haritsah bekas budak Nabi sendiri yang telah dimerdekakan. Kemudian
Abu Bakar, Usman bin Affan, Abdurrahkhman bin Auf, Talkhah bin
Ubaidillah, Sa’ad bin Abi WaqAs Zubair bin Awwam, Abu Ubaid bin
Jarrah dan lainnya. Mereka disebut “assabiqunal awwalun” artinya
kelompok orang yang pertama kali masuk Islam.
Sebelum hijriyah, Nabi Muhammad Saw mengalami “tahun
kesedihan” (amul huzni) karena ditinggal wafat dua orang yang berperan
besar dalam hidupnya, yaitu Khadijah (istrinya) dan Abu Thalib
(pamannya). Pada tahun itu juga Allah Swt. memerintahkan Nabi
Muhammad agar melakukan Isra’ dan Mi’raj. Dalam peristiwa Isra’
mi’raj tersebut diturunkan perintah sholat lima waktu.
Pada tanggal 1 Muharram tahun 1 H Nabi Muhammad Saw bersama
para sahabat hijrah ke Yatsrib (Madinah) untuk membangun sendi-sendi
sosial kemasyarakatan di sana. Tahun hijrahnya Nabi Muhammad Saw
ini kemudian ditetapkan sebagai awal tahun Hijriyah oleh Khalifah Umar
bin Khatab.
Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang mempunyai kesabaran
luar biasa. Misalnya: ia memaafkan penduduk Thaif yang melemparinya
dengan batu, kotoran manusia, dan unta. Ia juga memaafkan Suraqah bin
Malik yang berniat membunuhnya. Karena sifat-sifatnya tersebut banyak
orang yang semula memusuhinya menjadi simpati dan akhirnya beriman.
Setelah mengalami rintangan dan hambatan, akhirnya Nabi
Muhammad Saw berhasil membangun peradaban Islam di kota Madinah.
30
Kemudian Nabi Muhamamd Saw membebaskan Makkah dari orang-
orang kafir. Peristiwa ini disebut “Fathu Makkah” (kemenangan atas kota
Makkah).
Nabi Saw melakukan haji perpisahan (haji wada’) pada tahun 10 H.
Menjelang akhir kenabian, beliau menerima wahyu terakhir yaitu Surah
Al– Maidah ayat 3. Akhirnya pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H (632 M)
Nabi besar penutup zaman itu wafat dalam usia 63 tahun dirumah
putrinya (Fatimah). Beliau dimakamkan di samping masjid Nabawi,
Madinah.

c. Hikmah Keteladanan Rasul Ulul Azmi


Hikmah beriman kepada rasul Ulul Azmi dalam kehidupan, antara
lain sebagai berikut:
1) Bertambah iman kepada Allah Swt. dengan mengetahui bahwa rasul itu
benar-benar manusia pilihan-Nya.
2) Sabar dan tabah dalam melaksanakan perintah Allah Swt. dan rasul-Nya
serta menjauhi segala larangan-Nya.
3) Bersyukur kepada Allah Swt. atas segala nikmat yang diberikan-Nya
4) Ikhlas menerima segala ujian dan cobaan yang kita alami
5) Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada
umatnya.
6) Lebih mencintai, menghormati, dan mengagungkan rasul atas
perjuangannya dalam menyampaikan agama Allah Swt. kepada umatnya.
7) Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.
8) Akan selamat di dunia dan di akhirat dengan bimbingan yang diberikan
rasul.

8. Membiasakan Akhlak Terpuji (Husnudzan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun)


Menurut bahasa husnudzan adalah berbaik sangka. Menurut istilah adalah
berbaik sangka terhadap apa yang terjadi atau dilakukan orang lain. Orang yang
mempunyai sifat husnudzan selalu memandang orang lain dengan kacamata
kebaikan. Maka orang yang selalu berhusnudzan akan lebih tenang dalam menjalani
hidup. Jika seseorang berbuat baik kepadanya maka ia akan sangat
berterimakasih atas kebaikannya dan berusaha membalas kebaikannya. Namun
jika ada orang yang berbuat tidak baik maka ia tidak akan membalasnya dengan
hal hal yang tidak baik pula akan tetapi dia akan mencari sisi baik nya dan selalu
mengintropeksi dirinya sendiri.
Sedangkan tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Orang yang
tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah Swt. Dengan keyakinannya tersebut maka tidak pernah terbersit
sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak
merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah
hati dan selalu menjaga hati serta niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain
Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Adapun tasamuh menurut istilah adalah "sama-sama berlaku baik, lemah
lembut dan saling pemaaf." Dalam pengertian istilah umum, tasamuh adalah "akhlak
terpuji dalam pergaulan, dimana terdapat rasa saling menghargai antara sesama
31
manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran Islam." Sikap tasamuh perlu
dibangun dalan diri setiap individu karena agar tidak terjadi benturan antara
keinginan dan kepentingan antar sesama manusia. Dengan tasamuh dapat menjauhkan
diri dari sifat kesombongan dan keangkuhan. Adapun ta`awun adalah tolong-
menolong antar sesama umat manusia dalam hal kebaikan, supaya saling melengkapi
dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan bersama.
Kata ta'awun berasal dari bahasa Arab yang berarti saling membantu, saling
menolong. Menurut istilah ta'awun adalah sikap atau perilaku membantu orang lain.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, sehingga membutuhkan
uluran bantuan dari orang lain. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia perlu bantuan dari orang lain dengan saling menolong. Secara nalar jelas
sekali bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka manusia harus saling menolong untuk
memenuhi hajatnya itu. Islam mengarahkan tujuan dan bentuk tolong menolong
itu dalam kebaikan, dalam segala perkara yang baik, bermanfaat yang diizini oleh
Allah Swt. serta dalam ketakwaan. Artinya, tolong menolong itu didasarkan atas
iman, kebenaran dan guna mendapatkan ridha Allah Swt. Tolong menolong
ditujukan kepada semua manusia, tidak harus dengan sesama muslim saja, dalam
seluruh aspek kehidupan. Namun, jika dengan non muslim, harus dibatasi, tidak ada
kerjasama, tolong menolong dalam hal akidah dan ibadah.

9. Menghindari Akhlak Tercela (Hasad, Dendam, Ghibah, Fitnah dan Namimah)


Hasad atau dengki adalah perasaan tidak senang terhadap orang yang
mendapatkan nikmat dari Allah.
Adapun hakikat hasad terdiri atas 3 (tiga) unsur, yaitu:
a. Tidak senang terhadap kenikmatan yang ada pada orang lain;
b. Berusaha untuk menghilangkan kenikmatan orang lain;
c. Ingin memiliki agar kenikmatan tersebut berpindah pada dirinya.
Adapun dendam artinya keinginan untuk membalAs Allah Swt. sangat
membenci orang yang pendendam, karena sifat pendendam sangat membahayakan
dan merugikan orang lain.
Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing yaitu perbuatan atau tindakan
yang membicarakan kekurangan orang lain, walau yang dibicarakan sesuai dengan
kenyataan yang ada.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan fitnah adalah menuduh seseorang
melakukan suatu perbuatan yang tidak dia lakukan dengan tjuan untuk menjatuhkan
martabat dan harga dirinya.
Sementara namimah menurut istilah adalah menyampaikan sesuatu yang
tidak disenangi, baik yang tidak disenangi itu orang yang diceritakan ataupun orang
yang mendengarnya. Cara menyampaikan sesuatu tersebut biasanya dengan ucapan
atau perkataan, tetapi adakalanya dengan tulisan, isyarat atau dengan sindiran.
Tujuan namimah adalah agar orang yang dibicarakan dengan yang mendengar
berselisih sehingga terjadi permusuhan.

10. Adab Bersosial Media Dalam Pandangan Islam


Media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk
berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar
informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual. Jenis media
32
sosial ke dalam 6 (enam) jenis, yaitu : Collaborative projects, Blogs, Content
communities, Social networking sites, Virtual games worlds , Virtual sosial worlds.
Media sosial memiliki dampak baik maupun buruk. Diantara dampak positif
penggunaan media sosial adalah:
1) Bisa dimanfaatkan untuk media promosi/iklan dan pemberitahuan secara up to
date dan manfaat hiburan lainnya
2) Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial
3) Dengan menggunakan jejaring sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja,
bahkan dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru
dunia.
4) Dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan social yang sangat di
butuhkan di zaman digital
5) Memperluas jaringan pertemanan, anak dan remaja akan menjadi lebih mudah
berteman dengan orang lain di seluruh dunia
6) Situs jejaring social membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat,
perhatian, dan empati
7) Media pertukaran data
8) Media untuk mencari informasi atau data
9) Kemudahan memperoleh informasi
10) Kemudahan bertransaksi dan berbisnis
Sedangkan dampak negative dari media sosial adalah sebagi berikut :
1) Kecanduan, situs jejaring sosial
2) Berkurangnya perhatian terhadap keluarga
3) Tergantikannya kehidupan sosial
4) Tersebarnya data penting yang tidak semestinya
5) Membuat prestasi pelajar semakin menurun
6) Tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumtif
7) Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer akan jarang
berolahraga
8) Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi.
9) Media elektronik,
10) Kejahatan dunia maya (cyber crime)
11) Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata
12) Situs jejaring social akan membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri
sendiri
13) Tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di jejaring social.
14) Pornografi, Penipuan, Carding, Perjudian, dll.
Beberapa Adab penggunaan media diantaranya:
1) Untuk pelajar, dapat memanfaatkan Facebook untuk metode pembelajaran
online
2) sehingga belajar dan mengajar tidak monoton dan lebih fun.
3) Kita perlu belajar menggunakan jaringan internet secara bijak sehingga kita tidak
menjadi orang yang mencandu akan jejaring sosial.
4) Membuat group untuk sarana diskusi pelajaran.
5) Berbagi informasi penting.
6) Menyalurkan hobi menulis dengan menggunakan fasilitas note.
7) Memanfaatkan Facebook untuk media penyimpanan data
8) Implementasikan sosial media dengan baik dan benar, gunakan peluang yang ada
33
sebagai sarana yang positif.
Adab bersosial media antara lain:
1) Menyampaikan informasi dengan benar
2) Menghindari prasangka su'udzon atau buruk sangka, gibah, fitnah, dan tajassus
3) Meneliti fakta
4) Menghindari namimah atau mengadu domba
5) Menghindari sukhriyah
6) Bijak dalam bermedia sosial
7) Menghindari hal-hal negatif di media sosial

11. Keteladanan Sahabat Abu Bakar


Nama Abu Bakar Al-Shiddiq radhiallahu 'anhu adalah tidak asing lagi bagi sekalian
ummat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling
agung
dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemuliaan
akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya,
kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah ummat, ketenangannya dalam
menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang
lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang.
Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti
Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.”
Beberapa keistimewaan beliau adalah karena Abu Bakar al-Shiddiq r.a. adalah
seorang
sahabat yang terkenal karena keteguhan imannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika ditimbang iman
Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan iman sekalian ummat maka lebih berat iman Abu
Bakar“. Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak mencintai
dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua adalah
karena rasa takutnya pada yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt. Suatu ketika beliau
berkata: “alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya seperti selembar daun yang
tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti.” Dua keadaan inilah yang menyebabkan Nabi
bersabda bahwa imannya adalah paling berat di banding iman umat Islam semuanya.
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadis Anas bahwa Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini adalah
pemimpin para penghuni surga yang dewasa baik generasi yang terdahulu atau yang
akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”.[Sunan Turmudzi: no: 3664]. Imam Bukhari
rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7
hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tutuplah pintu-
pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar. Imam Bukhari berkata, dari Abu
Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkhutbah kepada para sahabat: “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran
kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba
itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.”
34
Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq
radhiyallahu’anhu terhadap hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga ilmu
itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan membuat air matanya meleleh.
Kecintaan kepada akhirat dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau
utamakan daripada kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tengah-tengah para sahabat laksana lentera
yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada
mereka melalui bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah di atas segala-
galanya.
Dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan bantuan dan
dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan
beliau yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti pengakuan beliau
terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang beliau
maksud bukan semata-mata bantuan Abu Bakar untuk kepentingan pribadi beliau, akan
tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain adalah dalam rangka dakwah dan
berjihad di jalan Allah.
Hadis ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Nabi tanpa malu-
malu mengakui keutamaan Abu Bakar radhiyallahu’anhu. Hadis ini juga menunjukkan
bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak
dikhawatirkan ujub karenanya. Hadis ini juga menunjukkan bahwa kecintaan yang
terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan pengaruh pada gerak-gerik fisik
manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka konsekuensinya kita pun mencintai orang
yang beliau cintai. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama.

D. AL-QUR’AN HADITS

35

Anda mungkin juga menyukai