1
b. Faktor-Faktor Penyebab Keruntuhan Daulah Bani Umayyah
1) Sistem Pergantian Khalifah Melalui Garis Keturunan
2) Pemerintahan yang Tidak Demokratis dan Korup
3) Adanya Konflik-Konflik Politik yang Terjadi di Masa Ali bin Abi Thalib
4) Pertentangan Etnis antara Suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan
(Bani Kalb)
5) Sikap Hidup Mewah di Lingkungan Istana
6) Figur Khalifah yang Lemah
7) Hak Istimewa Bangsa Arab Suriah
8) Kebencian Golongan Syiah
9) Munculnya Kekuatan Baru yang Dipelopori oleh Keturunan al-Abbas ibn
Abd al-Muthalib
3
Sementara itu, tentara Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Kataba, jendral
Abu Muslim al-Khurasani maju ke sebelah barat didampingi oleh Khalid bin
Barmak. Mereka menyeberangi sungai Eufrat dan sampai ke medan Karbala. Dalam
pertempuran tersebut, Kataba dapat dikalahkan oleh Gubernur Bani Umayyah yang
bernama Yazid bin Umar bin Fuhairah.
Yazid bin Umar bin Fuhairah tidak menyerah pada Bani Abbasiyah kecuali
setelah As-Saffah menjanjikan padanya untuk memberikan rasa aman. Namun,
mereka mengingkari janji itu dengan membunuhnya. Tentara Bani Abbasiyah
akhimya berhasil menguasai Kufah.
Di bagian timur, tentara Bani Abbasiyah terus bergerak maju. Pada tahun 749
M. putra Amir Marwan dikalahkan Abu Ayyub, seorang panglima Bani Abbasiyah.
Perang ini terjadi di dekat Sungai Zab bagian hulu sehingga disebut sebagai Perang
Zab Hulu. Khalifah Marwan II memimpin langsung usaha terakhir untuk
mempertahankan daulahnya. la mengerahkan bala tentara 120.000 orang dan
menyeberangi Sungai Tigris serta maju menuju Zab. Tentara Bani Abbasiyah
dipimpin oleh Abdullah Bin Ali. Bani Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II
melarikan diri dan diburu dari satu tempat ke tempat lain. Hingga akhimya ia
ditemukan di Mesir dan dibunuh di sana. Damaskus berhasil dikuasai pada tahun itu.
Dengan demikian, semua wilayah pemerintahan berada di bawah kendali Bani
Abbasiyah kecuali Andalusia.
2) Periode kedua
Periode ini berlangsung tahun 232H/847M-334H/945 M). Sejak khalifah al-
Mutawakkil sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Bagdad. Periode II adalah
periode pengaruh Turki | karena tentara Turki menjadi tentara Daulah Abbasiyah
4
yang sangat mendominasi pemerintahan. Khalifah Daulah Abbasiyah pada
periode kedua adalah sebagai berikut.
a) Al-Mutawakil (232-247H/847-861M)
b) Al-Muntasir (247-248H/861-862M)
c) Al-Musta'in (248-252H/862-866M)
d) Al-Mu'taz (252-255H/866-869M)
e) Al-Muhtadi (256-256H/869-870M)
f) Al-Mu'tamid (257-279H/870-892M)
g) Al-Mu'tadid (279-290H/892-902M)
h) Al-Muktafi (290-296H/ 902-908M)
3) Periode Ketiga
Daulah Abbasiyah periode ketiga dimulai tahun 334 H/945 M-447 H/1055
M. Sejak berdirinya Daulah Buwalhiyah sampai masuknya Saljuk ke Bagdad.
Periode ini disebut juga Periode Persia kedua karena pada waktu itu sebuah
golongan dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Daulah
Abbasiyah, yaitu Daulah Buwaihi Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode
ketiga adalah sebagai berikut.
a) Al-Muti (335-364H/946-974M)
b) At-Tai (364-381H/974-991M)
c) Al-Qadir (381-423H/991-1031M)
4) Periode Keempat
Daulah Abbasiyah pada periode ini berlangsung dari tahun 447 H/1055 M-
590 H/1194 M. Sejak masuknya orang-orang dari Daulah Saljuk di Bagdad
dipengaruhi oleh bangsa Turki kedua karena pada waktu itu sebuah golongan
dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah,
yakni Daulah Saljuk. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode keempat adalah
sebagai berikut.
a) Al-Qaim (423-468H/1031-1075M)
b) Al-Muqtadi (468-487H/1075-1094M)
c) Al-Mustazhir (487-512H/1094-1118M)
d) Al-Mustarsid (512-530H/1118-1135M)
e) Al-Rasyid (530-531H/1135-1136M)
f) Al-Muqtafi (531-555H/1136-1160M)
g) Al-Mustanjid (555-566H/1160-1170M)
h) Al-Mustadi (566-576H/1170-1180M)
i) An-Nasir (576-622H/1180-1225M)
5) Periode Kelima
Periode ini di mulai tahun 590 H/1194 M-656 H/1258 M dan tidak lagi
dipengaruhi oleh pihak manapun, namun kekuatan politik dan militer Daulah
Abbasiyah sudah lemah. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode kelima adalah
sebagai berikut.
a) Az-Zahir (622-623H/1225-1226M)
b) Al-Mustansir (623-640H/1226-1242M)
c) Al-Musta'sim (640-656H = 1242-1258M)
5
d) Pada periode V. pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak lagi dipengaruhi oleh
pihak manapun. Akan tetapi, kekuatan politik dan militer Daulah Abbasiyah
sudah lemah sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi wilayah Irak dan
sekitarnya saja. Daulah Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 M, karena
serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
7
Irene, janda Raja Leo VI meminta perdamaian dan bersedia membayar upeti tahunan
kepada kaum muslimin.
Khalifah al-Mahdi digantikan oleh al-Hadi. Masa pemerintahannya sangat singkat.
hanya sekitar satu tahun. Pada masa itu, terjadi pemberontakan hebat dari keturunan Ali
yang bernama Idris. Saudara Muhammad dan Ibrahim, melarikan diri ke Magrib
(Maroko) dan menetap di Kota Fez. la kemudian berhasil mendirikan Daulah Idrisiyah
yang bertahan selama hampir dua abad. Wilayahnya meliputi bagian utara Afrika yang
sekarang termasuk wilayah Maroko dan Aljazair.
a. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani
Abbasiyah Bidang Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian, dan Pertanian).
1) Sektor Ekonomi
Sektor ekonomi tampak pada kesejahteraan seluruh rakyat Abbasiyah yang
menjadi prioritas utama bagi para pemimpin Daulah Abbasiyah dalam
melaksanakan kekuasaannya, terutama di periode awal perjalanan kekuasaan. Hal
ini bisa terlihat pada awal masa kepemimpinan Daulah Abbasiyah, uang masuk
lebih banyak daripada uang pengeluaran. Pada masa ini Khalifah Abu Ja'far al-
Mansur meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara.
Dia mencontoh Umar Bin Khattab dalam menguatkan Islam. Khalifah Abu Ja'far
al-Mansur bukan saja seorang ekonom dan organisator, tetapi juga seorang ulama
yang memiliki wawasan yang luas dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan.
Pada waktu Khalifah Abu Ja'far al-Mansur wafat, harta yang berada dalam kas
negara sebanyak 810.000.000 dirham. Adapun pada saat sepeninggal Harun Al
Rasyid. harta yang berada dalam kas negara sebanyak 900.000.000 dirham.
2) Sektor Perdagangan
Baghdad merupakan "Kota Perdagangan yang terbesar di dunia saat itu. Adapun
Kota Damaskus merupakan kota dagang nomer dua sebagai pusat kota
perdagangan translit bagi kafilah-kafilah dagang dari Asia Kecil, dan daerah-
daerah Furat yang menuju negeri-negeri Arab dan Mesir atau sebaliknya. Pada
saat itu terjadilah hubungan dagang antara kota-kota dagang Islam dan kota-kota
dagang di seluruh penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan tingkat
Internasioanal ini semenjak Khalifah al-Mansur di zaman Dinasti Abbasiyah.
Perdagangan barang tambang berupa emas dari Nubia dan Sudan Barat juga
sangat gencar pada masa Abbasiyah ini sehingga meningkatkan
perekonomiannya. Banyak kota yang dibangun sebagai pusat industri, Basrah
sebagai pusat industri gelas dan sabun, Kuffah industri tekstil, Khazakstan
industri sutra; Damaskus industri pakaian jadi dan sutra bersulam: Syam sebagai
pusat industri keramik dan gelas berukir.
3) Sektor Perindustrian
Perekonomian warga Abbasiyah umumnya meningkat mulai pada zaman
pemerintahan al-Mahdi. Dengan peningkatan sektor pertanian dan hasil tambang
dan hubungan luar negeri antara daulah Abbasiyah dan kerajaan-kerajaan lain
telah meningkat dalam sektor perdagangan Basrah menjadi pelabuhan penting
sebagai tempat dagang transit antar timur dan barat. Khalifah juga menganjurkan
untuk beramai-ramai membangun industri sehingga terkenallah beberapa kota
dan industri-industrinya. Telah terbangun industri kain linen di Mesir, sutra dari
Syiria, dan Irak kertas dari Samarkand.
8
4) Sektor Pertanian
Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, karena
pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang
dikenal dengan nama Sawad. Daerah rendah di lembah Tigris-Efrat, yang
merupakan daerah terkaya setelah Mesir, dan dipandang sebagai surga Aden,
mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Pertanian ini meliputi
pertanian gandum dari Mesir dan kurma dari Irak.
3. Kejayaan Intelektual Ilmuwan Muslim Dan Ulama Islam Masa Daulah Abbasiyyah
9
Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, rumah sakit menjadi pusat pengajaran
ilmu kedokteran sementara itu aspek teontisnya dibahas di masjid dan madrasah Selain
terdapat pusat pengajaran ilmu kedokteran banyak pula buku-buku kedokteran yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani. Persia, dan India ke dalam bahasa Arab Pada masa
pemenntahan Harun al-Rasyid, terdapat 800 orang dokter di Kota Bagdad.
Hal itu menunjukkan kemajuan ilmu kedokteran pada masa itu Kegiatan
penerjemahan ilmu kedokteran ke dalam bahasa Arab merupakan awal munculnya tokoh
kedokteran Islam Banyak ilmuwan muslim menulis kitab kedokteran Ahli kedokteran
Islam mulanya mendirikan tempat-tempat penelitian dan praktik dengan alat yang
didatangkan dari Yunani Dalam perkembangannya mereka mendapatkan temuan-
temuan asli dalam mu kedokteran Kitab-kitab yang mereka karang jauh lebih maju
daripada kitab-kitab penerjemahan Jika pada abad ke-8 M dan ke-9 M orang Islam
masih menjadi mund, pada abad ke-10 M dan ke-11 M mereka menjadi guru bagi orang-
orang Kristen dan Yahudi.
Ilmu tasawuf adalah mengajarkan cara-cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak,
mencapai kebahagiaan abadi (al-Gazali, al-Hallaj). Kecenderungan pemikiran yang
bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran di antara umat Islam sehingga mereka
mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Bersamaan dengan lahirnya ilmu
tasawuf pada zaman Daulah Abbasiyah, muncul pula ahli-ahli dan ulama-ulama tasawuf,
antara lain, al-Kindi, al-Ghazali, Ibnu maskawaih, al-Qusyairi, Syahabuddin, ZuanNun
al-Misri, Surri as- Saqathi, al-Junaidi, al-Kharraj, dan al-Hallaj.
Berikut sikap-sikap yang harus kita tumbuhkan dalam meneladani ketekunan dan
kegigihan tokoh ilmuwan muslim pada masa Daulah Bani Abbasiyah.
a. Semangat dan etos kerja para pemimpin dan para tokoh ulama Daulah Abbasiyah
yang sangat tinggi dalam memperjuangkan kemajuan Daulah Abbasiyah.
b. Kecerdasan dan keberanian para pemimpin Abbasiyah dalam membuat kebijakan
pemerintahannya yang memprioritaskan pembangunanya di bidang sosial budaya.
c. Sikap kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang ditunjukkan oleh para khalifah
Abbasiyah telah menjadi motivasi dan semangat rakyat untuk menuntut ilmu dan
mempelajarinya.
d. Ketekunan dan keuletan para ulama dalam menuntut ilmu yang tidak hanya ingin
menguasai ilmu agama saja, seperti filsafat, kedokteran, sejarah, matematika,
astronomi, dan sebagainya.
e. Produktivitas para tokoh ulama dalam berijtihad mengarang, menerjemahkan, dan
menertibkan kitab dan buku-buku sebagai hasil kajian yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan umat Islam.
f. Menggali dan mengembangkan ilmu-ilmu baru dan menuangkan dalam karya-karya
tulis. Sehingga menjadi amal Jariyah sebagaimana yang dilakukan oleh ulama yang
terdahulu.
10
Najmuddin Bin Ayyub.Berdirinya dinasti Ayyubiyah dilatarbelakangi oleh berbagai
peristiwa.
Di era keemasannya, dinasti Ayyubiyah menguasai wilayah Mesir, Damaskus,
Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman Para penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki perhatian
yang sangat besar dalam bidang pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Bahkan di puncak kejayaannya, Salahuddin membangun beragam jenis sekolah di
seluruh wilayah kekuasaan dinasti itu Peninggalan dinasti Ayyubiyah yang terbesar
adalah arsitektur militer. Para penguasanya sangat juga memperhatikan pembangunan
masjid. Berikut peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah termasuk kemajuan-
kemajuan yang dicapai dengan gemilang dan beberapa peninggalan bersejarahnya
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan as-Shalih.
Pada waktu itu, tentara dari kaum budak di Mesir (kaum Mamluk) memegang kendali
pemerintahan. Setelah as-Shalih meninggal pada tahun 1249 M. kaum Mamluk
mengangkat istri as-Shalih, Syajarat ad-Durr sebagai sultanah. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Meskipun demikian, Dinasti
Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah.
Pada tahun 1260 M. tentara Mongol hendak menyerbu Mesir. Komando tentara Islam
dipegang oleh Qutuz, panglima perang Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz
berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang. Selanjutnya, Qutuz mengambil
alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah secara total.
12
Ancaman dari luar semakin membahayakan dinasti Mamluk. Ancaman ini bukan
dari Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk. Melainkan ancaman ini datang dari Turki
Utsmani, kemajuan yang luar biasa Utsmani menjadikan mereka sebagai ancaman
terbesar dinasti Mamluk.
B. FIKIH
1. Hanya Kepada Allah SWT Aku Bersujud
Secara bahasa, arti kata sahwi berasal dari kata “ “ َسهَا يَ ْسهُوْ َس ْه ًواyang berarti
lupa atau lalai. Jadi sujud adalah sujud dua kali yang dilakukan karena seseorang
meninggalkan Sunnah ab`adh, kekurangan atau kelebihan jumlah rakaat, ataupun
karena ragu-ragu jumlah rakaat dalam shalat yang dikerjakan. Hukum melaksanakan
sujud sahwi adalah Sunnah.
Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan karena mendapat nikmat atau
karena terhindar dari bahaya atau musibah. Hukum melaksanakannya sunnah. Syarat
sujud syukur, antara lain:
a. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian maupun tempat.
b. Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah kiblat.
c. Menutup aurat.
Rukun Sujud Syukur antara lain niat, takbiratul ihram, sujud, sambal membaca doa,
duduk sesudah sujud, salam dan tertib.
Sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah
dalam Al-Qur’an. Sujud tilawah bisa dilaksanakan di dalam shalat atau di luar shalat.
Hukum melaksanakannya sunnah. Syarat sujud tilawah antara lain suci dari hadas
dan najis baik badan, pakaian maupun tempat, menghadap kiblat sebagaimana shalat,
jika mengetahui arah kiblat, menutup aurat, setelah mendengar atau membaca ayat
sajdah.
Rukun sujud tilawah antara lain:
a. Niat
b. Takbiratul ihram
c. Sujud sekali
d. Duduk sesudah sujud
e. Salam
f. Tertib.
14
makan yang lainnya, memperbanyak sedekah, memberi makan untuk berbuka
kepada orang lain yang berpuasa, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Hal-hal yang makruh ketika puasa: berkumur-kumur yang berlebihan,
menyikat gigi, bersiwak, mencicipi makanan, walaupun tidak ditelan,
memperbanyak tidur ketika berpuasa, dan berbekam atau disuntik. Sedangkan hal-
hal yang dapat membatalkan puasa adalah makan dan minum dengan sengaja,
murtad (keluar dari agama Islam), bersetubuh atau melakukan hubungan suami istri
pada siang hari, keluar darah haid atau nifas, keluar air mani yang disengaja,
merubah niat puasa, dan hilang akal karena mabuk, pingsan, gila.
Adapun hikmah puasa adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah,
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah, menumbuhkan rasa solidaritas terhadap
sesama manusia, Melatih kesabaran dan melatih kedisiplinan dan keteraturan hidup.
Macam-macam puasa ada puasa wajib, puasa sunnah dan puasa haram. Puasa wajib
terdiri dari puasa Ramadhan, puasa nazar dan puasa kifarat sedangkan puasa sunnah
antara lain puasa 6 hari dibulan Syawal, puasa Senin dan Kamis, puasa Dawud,
puasa Arafah, puasa di bulan Muharram, khususnya pada hari Asyura (10
Muharram), puasa dibulan sya‟ ban, puasa tengah bulan pada setiap tanggal 13, 14
dan 15 bulan Qamariah dan puasa pada pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban).
Macam-macam puasa haram antara lain puasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha, hari-hari Tasyrik, puasa pada hari Syak, puasa selamanya (puasa dahri), puasa
ketika haidh atau nifas bagi wanita.
15
5. Indahnya Berbagi Dengan Sedekah, Hibah, dan Hadiah
a. Sedekah
Sedekah mempunyai dua arti yang pertama sedekah sunnah/tathawwu’
(sedekah) dan wajib ( zakat ).
1) Pengertian :
Secara Bahasa, sedekah berasal dari Bahasa Arab yang berarti
memberikan atau Tindakan yang benar. Secara istilah sedekah adalah
pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, semata-
mata hanya mengharap ridho Allah SWT. Kitab Kifayat Al-Akhyar
menjelaskan bahwa sedekah sangat dianjurkan ketika sedang
menghadapi perkara penting, sakit atau bepergian, berada di Kots
Mekkah dan Madinah, peperangan, haji dan waktu-waktu yang utama
seperti sepuluh hari di bulan Zulhijjah dan Hari Raya.
2) Hukum Sedekah
Hukum sedekah adalah sunnah muakad (sunnah yang sangat
dianjurkan). Namun pada kondisi tertentu, hukum sedekah bisa
berubah menjadi wajib, misalkan saja ada seseorang saudara kita dan
meminta sedekah dari kita karena dia sangat membutuhkan (bisa
karena bencana alam atau kebakaran). Hukum sedekah bisa juga
menjadi haram jika kita mengetahui barang yang disedekahkan itu
digunakan untuk kejahatan dan kemaksiatan.
3) Rukun dan Syarat Sedekah
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki bend
aitu dan berhak untuk mentasharufkan (membelanjakan) harta.
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Tidak sah
memberi kepada anak yang masih dalamkandungan ibunya
karena tidak berhak memiliki sesuatu.
c) Akad (Ijab Qabul)
Ijab merupakan pernyataan pemberian dari orang yang
memberi, sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari
orang yang menerima pemberian.
d) Barang yang diberikan
Barang yang diberikan adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan
oleh si penerima.
4) Tata Cara Bersedekah
a) Sesuatu yang disedekahkan dapat berupa uang maupun
barang.
b) Waktu : Kapan saja
Tempat : Dimana saja
Penerima : Siapa saja
c) Ikhlas
d) Mengharap ridha Allah
e) Diutamakan untuk orang yang membutuhkan
5) Manfaat Sedekah
16
a) Menumbuhkan rasa kasih saying dan mempererat hubungan
antar sesama.
b) Sebagai pelindung dari musibah dan keburukan.
c) Sebagai obat dan penyembuh dari penyakit.
d) Dilapangkan rezekinya dan dimudahkan segala urusan.
e) Menambah keberkahan harta benda.
f) Sebagai naungan di hari kiamat.
g) Memadamkan murka Allah.
h) Sedekah bisa menambah umur, mencegah wafat khusnul
khatimah, menghilangkan sifat berbangga diri dan
kesombongan
i) Sebagai penjaga harta dari kerusakan.
6) Hilangnya Pahala Sedekah
a) Al-Mann (mengungkit) menyebutkan pemberian sedekah
kepada orang lain.
b) Al-Adza (menyakiti), sedekah itu dapat menyakiti perasaan
orang lain yang menerimanya baik dengan ucapan atau
perbuatan. (Q.S. Al-Baqarah:264)
c) Riya’ (memamerkan, memperlihatkan sedekah kepada orang
lain karena ingin dipuji. (Q.S. Al-Baqarah:262)
b. Hibah
1) Pengertian
Secara Bahasa kata hibah berasal dari bahasa Arab Al-Hibah
yang berarti pemberian atau hadiah dan bangun (bangkit). Menurut
istilah, hibah adalah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang ketika masih hidup kepada seseorang secara cuma-cuma,
tanpa mengharapkan apapun kecuali ridho Allah SWT. Jadi
pengertian hibah adalah pemberian harta seseorang kepada orang lain
dengan alih kepemilikan tanpa ada imbalan dan balasan apapun.
2) Hukum Hibah
Hukum asal hibah adalah mubah, namun hukum tersebut bisa
berubah menjadi wajib, haram, atau makhruh karena bertemu dengan
kondisi tertentu.
a) Wajib, bila hibah yang diberikan seseorang suami kepada anak
dan istrinya.
b) Haram apabila harta yang dihibahkan ditarik kembali, kecuali
hibah seorang ayah kepada anaknya.
c) Makhruh apabila hibah tersebut digunakan untuk hal-hal yang
tidak baik, atau terkandung maksud untuk memperoleh
imbalan tersebut.
3) Rukun dan Syarat Hibah
Hibah akan menjadi sah apabila sudah sesuai dengan rukun
dan syarat. Adapun rukun dan syarat hibah sebagai berikut :
a) Rukun Hibah
i. Orang yang menghibahkan (wahib)
17
ii. Orang yang menerima hibah (mauhub lahu)
iii. Barang yang dihibahkan/mauhub
iv. Ijab qabul
b) Syarat hibah
i. Wahib
Wahub merupakan pemilik yang sempurna, cakap
dalam membelanjakan harta, yakni balig dan berakal.
ii. Mauhub Lahu
Penerima hibah disyaratkan sudah wujud atau hadir
atau ada ketika akad hibah dilakukan. Oleh sebab itu
maka hibah tidak boleh diberikan kepada anak yang
masih dalam kandungan.
iii. Barang yang dihibahkan Imauhub)
Mauhub merupakan milik sempurna wahib, sudah ada
ketika akad hibah dilakukan, berupa barang yang boleh
dimiliki menurut agama, telah dipisahkan dari harta
milik penghibah.
iv. Ijab qabul merupakan kata memberi dan menerima
dari pemberi hibah kepada penerima hibah.
4) Macam-macam hibah
a) Hibah Barang
Hibah barang adalah memberikan harta atau barang
kepada pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat
harta atau barang tersebut.
b) Hibah Manfaat
Hibah manfaat adalah memberikan harta atau benda
kepada pihak lain untuk dimanfaatkan, namun materi harta
atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan
kata lain, dalam hibah manfaat penerima hibah hanya
memiliki hak menggunakan saja.
c. Hadiah
Islam mensyariatkan sarana dengan beberapa cara seperti saling
memberikan hadiah atau kado/bingkisan/parcel yang bertujuan untuk
menjalin keakraban, mendamaikan dan menghilangkan kabut hati. Ketika
kita diberi hadiah oleh seseorang hendaklah kita menerimanya dengan senang
hati. Selain itu, agama kita juga mengajarkan kepada kita agar berusaha
membalas hadiah tersebut meskipun tidak langsung seketika.
18
1) Pengertian hadiah
Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain
sehubungan dengan adanya suatu hal sebagai penghormatan karena
prestasi atau suatu keadaan tertentu.
2) Syarat dan Rukun Hadiah
a) Orang yang memberi hadiah, syaratnya orang yang memiliki
benda itu dan yang berhak mentasarrufkannya
(memanfaatkannya).
b) Orang yang diberi hadiah, syaratnya orang yang berhak memiliki..
c) Akad, (ijab dan kabul).
d) Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.
3) Manfaat Hadiah
a) Manumbuhkan rasa saling mencintai dan menghormati antar
sesama.
b) Mendorong seseorang agar lebih maju dalam kebaikan.
c) Mendidik seseorang untuk menepati janji.
d) Menghindarkan diri dari sifat iri dan dengki.
e) Menumbuhkan motivasi agar terus berupaya meraih prestasi.
f) Senantiasa berbesar hati melihat keberhasilan yang diraih orang
lain.
19
sebelum memakai baju ihram, shalat sunnah ihram dua rakat, memperbanyak
membaca talbiyah, zikir, dan berdoa setelah berihram sampai tahallul,
mencium atau mengusap Hajar Aswad di setiap putaran dalam tawaf, kalau
tidak bisa cukup diganti dengan isyarat tangan kanan. Demikian juga
mengusap Rukun Yamani disetiap putaran, kalau tidak bisa tidak perlu
diganti dengan isyarat tangan, melakukan tawaf qudum ketika baru masuk ke
Masjidil Haram, menunaikan shalat dua rakaat setelah tawaf qudum, masuk
ke dalam Ka’bah (Baitullah), minum air Zamzam ketika selesai tawaf.
b. Umrah
Umrah adalah berkunjung ke Baitullah untuk melakukan tawaf, sa‟i,
dan bercukur demi mengharap ridha Allah Swt. Ibadah ini sering juga disebut
dengan haji kecil. Umrah terbagi menjadi dua yaitu:
1) Umrah wajib, yaitu umrah yang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah
haji dan dilaksanakan pada batas waktu haji (bulan-bulan haji). Selain
itu, termasuk umrah wajib adalah umrah nazar
2) Umrah sunnah, yaitu umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu atau
kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).
Hukum melaksanakan ibadah umrah adalah fardhu „ain (wajib) atas
tiap-tiap orang Islam laki-laki atau perempuan yang mampu. Untuk umrah
kedua, ketiga dan seterusnya hukumnya sunnah. Syarat-syarat umrah sama
dengan syarat-syarat dalam ibadah haji. Sedangkan rukun umrah agak
berbeda dengan rukun haji. Syarat umrah adalah Islam, baligh, berakal sehat,
merdeka, Istitha’ah (mampu). Sedangkan rukun umrah ada lima yaitu Ihram
adalah niat memulai mengerjakan ibadah umrah, Tawaf yaitu mengelilingi
ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’I, tahallul (mencukur atau menggunting
rambut paling sedikit tiga helai rambut), tertib (dilakukan secara berurutan).
Selain syart dan rukun umrah ternyata ada wajib umrah yang harus
diketahui yakni niat ihram dari miqat. Apabila dilanggar, maka ibadah
umrahnya tetap sah tetapi harus membayar dam. Meninggalkan dari segala
larangan umrah, sebagaimana halnya larangan dalam mengerjakan haji.
Miqat Zamani umrah itu sepanjang tahun, artinya tidak ada waktu tertentu
untuk
melaksanakan umrah. Jadi boleh dilakukan kapan saja. Adapun Miqat
Makani umrah, pada dasarnya sama dengan Miqat Makani haji, tetapi khusus
bagi orang yang berada di Makkah, Miqat Makani mereka adalah daerah di
luar kota Makkah (di luar Tanah Haram: Tan’im dan Ji’ranah).
20
ampunan dosa-dosa dan balasan surga, dapat terbukanya wawasan,
Menyambut seruan Nabi Ibrahim AS, menyaksikan berbagai manfaat bagi
kaum muslimin, saling mengenal dan saling menasehati, mempelajari agama
Allah SWT.
21
C. AKIDAH AKHLAK
1. Al-Qur’an dan Keistimewaannya.
Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw dalam
jangka waktu ± 23 tahun melalui perantaraan malaikat Jibril secara berangsur-angsur
dalam dua periode yaitu periode sebelum hijrah dan periode sesudah hijrah. Ayat-
ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat
yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.
Adapun sejarah pembukuan (kodifikasi) al-Qur’an dibagi kedalam dua tahap,
yaitu Al-Qur’an pada masa sebelum wafat Rasulullah yang mana beberapa sahabat
yang tekun membaca al-Qur’an, menghapal dan memelihara surah-surah dan ayat-
ayatnya. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan al-qurra’ .
Sedangkan tahap kedua al-Qur’an pada masa sesudah Rasulullah wafat, pada saat ini
sudah dimulai upaya untuk menulis dan membukukan ayat-ayat al-Qur’an menjadi
sebuah mushaf.
Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata Qara’a-Yaqra’u- Qur’anan
artinya bacaan atau yang dibaca. Adapun menurut istilah, al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizatnya dan bagi
yang membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an berisi petunjuk secara lengkap
sesuai dengan perkembangan zaman. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an
sebagian besar meliputi : Akidah, Ibadah, Muamalah, Akhlaq karimah, Tarikh, dan
Syariat.
Al-Qur’an dikatakan sebagai penyempurna karena memiliki kelebihan dari
kitab-kitab suci sebelumnya. Kelebihan kitab suci al-Qur’an daripada kitab suci yang
lain adalah dari segi keaslian al-Qur’an, segi isi kandungan al-Qur’an, segi susunan
bahasanya, dan segi misi yang diemban. Hikmah diturunkan al-Qur’an adalah untuk
menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat hidup di dunia dan akhirat.
2) Irhash
Irhash adalah kejadian atau hal-hal yang istimewa terjadi pada diri
calon rasul. Irhas terjadi sebelum seorang rasul dinyatakan
kerasulannya oleh Allah Swt.
3) Ma’unah
Ma’unah adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada
seorang mukmin untuk mengatasi suatu kesulitan. Ma’unah terjadi
pada orang biasa berkat pertolongan Allah.
2) Nabi Ibrahim As
28
Semenjak kecil Ibrahim As senang berdebat tentang ke-Tuhan-an,
baik kepada orang tuanya maupun kaumnya. Kemudian setelah remaja
dengan keberaniannya menghancurkan berhala / patung-patung
sesembahan kaumnya, hingga beliau dibakar dalam api yang sangat besar
oleh Raja Namrudz yang berkuasa pada saat itu.
Selanjutnya setelah beliau berpindah ke Palestina, maka beliau
melanjutkan dakwah kepada kaum Bani Isra‟il dan di kota ini pula beliau
menikah dengan Siti Sarah dan Siti Hajar. Dengan ketaatan Nabi Ibrahim
As kepada perintah Allah Swt, beliau sampai beberapa kali pulang-pergi
antara kota Palestina dengan kota “Bakkah” (Makkah) yang jaraknya
sangat jauh sekali, perjalanan satu bulan pergi dan satu bulan pulang.
Perintah Allah Swt. yang pertama adalah membawa Siti Hajar dengan
anaknya Ismail yang masih bayi ke tempat yang di situ tidak ada
pepohonan, tidak ada air, tanahnya sangat tandus dan gersang untuk
selanjutnya diperintahkan Tuhan keduanya harus tinggal di tempat
tersebut. Perintah Allah Swt. yang kedua adalah menyembelih putra
kesayangannya Ismail dan tentu hal ini suatu ujian yang paling berat bagi
beliau. Perintah Allah Swt. yang ketiga sehingga Nabi Ibrahim harus ke
Makkah lagi adalah perintah membangun “Baitullah” (Ka’bah) bersama
anak beliau Ismail. Semua perintah Allah beliau laksanakan dengan
penuh kesabaran dan ketabahan tetapi semuanya berujung kepada
pertolongan Allah Swt.
3) Nabi Musa As
Seorang Nabi yang diberikan kelebihan dapat berdialog langsung
dengan Tuhan, karenanya beliau diberi gelar dengan “Kalimullah”.
Kesabaran dan ketabahan Nabi Musa As ini adalah karena pada zaman itu
beliau harus berhadapan dengan seorang raja yang sangat kejam, zhalim
dan bengis, lebih dari itu dia mengaku sebagai tuhan yang harus
disembah, jika tidak mau pastilah mati di tangannya, yaitu “Fir’aun”.
Orang semacam inilah yang dihadapi oleh Nabi Musa, namun dengan
tongkatnya yang diberikan oleh Allah sebagai mukjizat beliau, maka
akhirnya Fir’aun harus
tenggelam bersama tentaranya di laut merah.
Penderitaan pertama yang dialami oleh Nabi Musa adalah sewaktu
beliau masih bayi, oleh ibunya Musa terpaksa harus dihanyutkan di
sungai, untuk menyelamatkan beliau dari undang-undang Fir’aun yang
berisi setiap anak laki-laki yang lahir pada waktu itu harus dibunuh
hidup-hidup. Ujian kedua ketika Nabi Musa harus berhadapan dengan
para tukang sihir. Perintah Tuhan selanjutnya adalah menyelamatkan
Bani Isra’il yang sudah sekian lama menjadi budak Fir’aun, untuk
selanjutnya dibawa ke luar kota Mesir, sehingga pada saat itulah Fir’aun
Bersama tentaranya mengejar sampai ke laut merah dan ternyata hidup
Fir’aun harus berakhir di laut merah tersebut.
4) Nabi Isa As
Nabi dan Rasul Ulul Azmi keempat yang juga tidak kalah banyaknya
tantangan dan halangan yang dialami beliau dalam berdakwah adalah
29
Nabi Isa As Tantangan yang dihadapi Nabi Isa dalam menyampaikan
dakwah adalah para Pendeta “Yahudi”. Kaum Yahudi ini selalu menyulut
api keangkuhan dan kesombongan bahkan mendustakan ajaran beliau.
Kendatipun Nabi Isa As telah diberikan mukjizat oleh Allah untuk
membuktikan kebenaran akan kenabian beliau, namun orang-orang
Yahudi tetap membuat permusuhan, hingga akhirnya membuat fitnah
kepada “Raja Pilathus”, penguasa Romawi pada saat itu. Maka dengan
fitnah inilah Isa kemudian dibunuh dan disalib, namun sebenarnya yang
dibunuh / disalib itu bukanlah Nabi Isa, melainkan Yahudza al-
Askharyuthi (Yudas Iskariot) yang diserupakan oleh Allah dengan Nabi
Isa.
D. AL-QUR’AN HADITS
35