SMT 1
PETA KONSEP
JEJAK PERADABAN
DINASTI ABBASIYAH
3. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H
/ 946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H / 1055 M.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
a. Biografi Singkat
Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah khalifah
kedua Bani Abbasiyah, putra dari Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn
Abbas bin Abdul Muthalib,
dilahirkan di Hamimah pada
tahun 101 H. ibunya bernama
Salamah al-Barbariyah, seorang
wanita dari suku Barbar. Al-
Mansur merupakan saudara
Ibrahim al-Imam dan Abul
Abbas as-Saffah. Al-Mansur
memiliki kepribadian kuat,
tegas, berani, cerdas dan
memiliki otak yang cemerlang.
PETA KONSEP
KECERMELANGAN ILMUAN
MUSLIM DINASTI ABBASIYAH
Ulama Penyusun
4 Ulama Madzhab Ulama Tafsir
Kutubus Sittah
Dinasti Abbasiyah berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-656 H / 750
sampai 1258 M. Ia merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan besar
bagi kegemilangan peradaban Islam. Dengan dukungan para khafilah yang
memiliki perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban,
maka lahirlah banyak ilmuan dan ulama yang memiliki pemikiran cemerlang.
Karya-karya mereka abadi sepanjang sejarah. Hal tersebut membuktikan bahwa
peradaban dan kebudayaan Islam memberi sumbangan besar bagi peradaban
dunia. Untuk mengenal lebih dekat ilmuwan dan ulama besar tersebut, berikut
uraiannya :
a. Imam Bukhari
Nama lengkapnya Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn al-
Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari, lahir bulan Syawal 184 H di
Bukhara, Uzbekistan (Asia Tenggara). Ia lebih dikenal dengan panggilan
‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama.
Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal
sebagai seorang yang wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid
b. Imam Muslim
Nama lengkapnya Imam Abd al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn
Muslim ibn Qusyairi an-Nasisyabari, dilahirkan di Naisabur tahun 202 H
/ 817 M. saat itu, Naisabur termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah
Islam dikenal dengan sebutan Ma Wara an-Nahr, wilayah Rusia, yangd
alam sejarah islam dikenal dengan sebutan Ma’Wara an-Nahr, yaitu
daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan,
Asia Tengah.
Pada masa Dinasti Samanid, kota Naisabur pernah menjadi pusat
pemerintahan dan perdagangan selama 150 tahun. Saat itu, kota tersebut
bahkan dikenal sebagai salah satu kota ilmu. Kota tempat berkumpulnya
ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadis. Kecerdasan dan
ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun,
ia sering datang berguru kepada Imam Ad-Dakhili, seorang ahli hadis di
kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal banyak hadis.
Ketika gurunya salah dalam periwayatan hadis, bahkan berani
mengoreksi kekeliruan itu. Karena kecintaannya kepada ilmu hadis,
maka ia mengembara ke berbagai tempat, terutama untuk mendapatkan
kebenaran silsilah sebuah hadis.
Imam Muslim juga banyak menulis kitab hadis, dianyara yang
termashur adalah : 1) Al-Jami as-Sahih atau dikenal sebagai Sahih
Muslim; 2) Al-Musnad al-Kabir; 3) Al-Asma’wa ak-Kunyah; 4) Al-‘Ilal;
5) Al-Qaran; 6) Sualat Ahmad ibn Hambal; 7) Al-Intifa’ bi Uhub as-Siba;
8) Al-Muhadra-main; 9) Man Laisa lahu Illa Rawin Wahid; 10) Kitab
Aulad as-Sabah, dan: 11) Kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang
paling mashur adalah As-Sahih, yang judul lengkapya yaitu Al-Musnad
d. Imam at-Tirmizi
Imam Tirmizi banyak pula mengarang kitab seperti kitab al-‘Ilal,
Kitab as-Asma’ as-Sahabah, Kitab al-Asma al-Kunyah, dan yang
terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam hadis Hasan disebutkan bahwa
Sunan at-Tirmizi adalah induk Hadis Hasan. Kitab tersebut terdiri dari
empat bagian. Pertama, bagian yang dipastikan kesahihannya. Kedua,
bagian yang mencapai syarat sebagaimana Abu Daud dan An-Nasai’.
Ketiga, bagian yang jelas illatnya. Keempat, bagian yang menerangkan
menurut perkataannya sendiri, seperti ucapannya: “Yang kutakhrij dalam
kitabku ini adalah Hadis yang telah diamalkan oleh sebagian ulama”.
Keistimewaan kitab As-Sunan tersebut dinyatakan oleh Abdullah
bin Muhammad al-Ansari dengan ucapannya: “Kitab at-Tirmizi bagiku
lebih terang dari pada Kitab Bukhari dan Muslim”. Menurutnya, Kitab
e. Imam An-Nasa’i
Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Syu’aib ibn ‘Ali ibn Sinan
Abu ‘Abd ar-Rahman al-Nasa’i, lahir pada tahun 215 H. Ia dikenal
dengan nama Nasa’i yang dinisbahkan kepada kota Nasa’i, salah satu
kota di Khurasan. Imam Nasa’i menerima hadis dari Sa’id, Ishaq bin
Rawahih, dan ulama lainnya dari tokoh Hadis di Khurasan, Hijaz, Irak,
Mesir, Syam, dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadisnya. Kitab
Snan an-Nasa’i memuat lebih sedikit Hadis daifnya, setelah Kitab Sahih
Bukhari dan Kitab Sahih Muslim.
Para guru tempatnya belajar antara lain: Qutaibah bin Said, Ishaq
bin Ibrahim, Ishaq bin Rawahih al-Haris bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa at-Tirmizi. Sedangkan ulama-ulama
yang pernah berguru kepadanya adalah: Abu al-Qasim at-Tabarani
(pengarang Kitab Mu’jam), Abu Ja’far at-Tahawi, Al-Hasan bin al-
Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu’awiyah bin al-Ahmar al-Andalusi,
Abu Nasr ad-Dalabi, dan Abu Bakar bin Ahmad as-Sunni.
Kitab-kitab Hadis karya An-Nasa’I diantaranya: 1) As-Sunan al-
Kubra (yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i); 2) As-Sunan al-Mujtaba;
3) Kitab at-Tamyiz; 4) Kitab ad-Du’afa; 5) Khasa is Ali; 6) Musnad Ali;
7) Musnad Malik; dan 8) Manasik al-Hajj.
b. Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 716 M dan meninggal
di kota yang sama pada tahun 795 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris
bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Ia tidak pernah
meninggalkan Madinah sepanjang hidupnya, kecuali ke Mekah untuk
beribadah haji.
Beberapa gurunya adalah Nafi' bin Abi Nu'aim, Ibnu Syihab az-
Zuhri, dan Hasyim bin Urwa.
Dasar-dasar hukum yang digunakan oleh Imam Malik dalam
memutuskan sesuatu adalah Al-Qur an, sunah rasul, sunah sahabat,
tradisi masyarakat Madinah (amal ahli madinah), kias, dan al-
maslahah al-mursalah.
Dasar-dasar itu juga menjadi pegangan bagi mazhao Maliki
yang berkembang di wilayah seperti Maroko, Tunisia, Sudan, dan
Andalusia.
c. Imam Syafi’i
Imam Syafi'i lahir di Gaza,
Palestina pada tahun 767 M dan
meninggal di Fustat, Kairo pada
tahun 820 M. la hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-
Rasyid. al-Amin, dan al-Ma'mun.
Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Idris asy-
Syafi'i. Mazhab fikihnya terkenal
dengan nama Mazhab Syafi'i. Pada
usia 9 tahun, Imam Syafi'i sudah
mampu menghafal Al-Qur'an.
Kemudian, ia mendalami bahasa dan sastra Arab ke sebuah desa
Badui, yaitu Bani Huzail. Setelah itu, ia belajar fikih pada Imam
Muslim bin Khalid az-Zanni. Dalam ilmu hadis. ia berguru kepada
Imam Sufyan bin Uyainah, sedangkan dalam ilmu Al-Qur'an ia
berguru kepada Imam Ismail bin Qastantin. Ia juga mempelajari kitab
al-Muwatta dan berguru kepada Imam Malik. Dalam menetapkan
hukum, Imam Syafi’i menggunakan lima dasar, yaitu Al-Qur'an,
sunah, ijmak, kias, istidal (penalaran). Kelima dasar ini kemudian
dikenal sebagai dasar-dasar mazhab Syafi'i. Adapun beberapa karya
tulisnya adalah ar- Risälah (membahas tentang usu fikih), al-Umm
(membahas kitab fikih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadis-
d. Imam Hambali
Imam Hanbali lahir di Bagdad pada tahun 780 M dan
meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M. Nama lengkapnya
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Ia adalah salah seorang ulama
mujtahid dalam bidang fikih. Mazhabnya disebut mazhab Hanbali.
Ayahnya bernama Muhammad bin
Hanbal bin Hilal, sedangkan ibunya
bernama Shahifah binti Maimunah
yang berasal dari bangsawan Bani
Amir. Ia dibesarkan oleh ibunya
karena ayahnya meninggal pada usia
muda. Ia belajar Al-Qur'an dan ilmu
agama pada ulama-ulama di Bagdad
hingga usia 10 tahun. Kemudian, ia
mempelajari ilmu agama dengan
mengembara ke berbagai kota, seperti
Kufah, Basra, Suriah, Yaman, Mekah, dan Madinah. Di antara guru-
gurunya adalah Hammad bin Muslih, Abu Yusuf al-Qadi, dan
Abdurrazaq bin Human. Dari mereka, Imam Hanbali belajar ilmu
fikih, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu kalam, dan ilmu bahasa Arab.
Beberapa muridnya yang terkenal adalah Imam Hasan bin Musa,
Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Abu
Zur'ah ad-Dimasyqi, dan Imam Ibnu Abi ad-Dunia. Di bidang fikih,
Imam Hanbali menyimpulkan suatu hukum dengan nas Al-Qur'an atau
hadis sahih, fatwa para sahabat, hadis mursal (bersambung), dan
kias.Adapun kias, digunakan oleh Imam Hanbali hanya dalam
keadaan terpaksa, yaitu apabila keseluruhan unsur yang terdapat
dalam tingkatan di atasnya tidak ada lagi. Kemampuannya dalam ilmu
3. Ulama Tafsir
Berikut ini akan dikemukakan secara sekilas riwayat beberapa ahli
tafsir yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah.
a. Abu Ja far Muhammad bin Jarir at-Tabari
Ia terkenal dengan nama panggilan at-Tabari. Ia lahir di Bagdad,
Irak. At-Tabari sudah mulai belajar pada usia muda. Pada usia remaja,
ia mulai mengembara untuk mencari ilmu. Pertama kali ia pergi ke Ray
dan berguru kepada Muhammad bin Humad ar-Razi. Kemudian, ia
pindah ke Bagdad dan berguru kepada Imam Hanbali. Akan tetapi,
Imam Hanbali telah meninggal sebelum ia sampai ke sana. Ia lalu pergi
ke Basra dan Kufah. Di Kufah, ia menghafal 100.000 hadis dari Syekh
Abu Kuraib. Kemudian, ia kembali ke Bagdad.
At-Tabari tidak mempunyai harta benda melebihi apa yang
dibutuhkannya. Ia sering kali menolak jabatan-jabatan yang ditawarkan
kepadanya. Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah
kitab yang berjudul Jämi' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an yang bisa
disingkat at-Tafsir atau Tafsi r Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari
menyebutkan bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang juga
menghargai pendapat-pendapat sahabat dan para tabiin.
Di samping dalam ilmu tafsir, at-Tabari juga menghasilkan
beberapa karya lain, di antaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Mulük (Sejarah
b. Ibnu Kasir
Ibnu Kasir lahir di Bosyra, Suriah, 700 H/1300 M Damaskus.
Nama lengkapnya adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Kasir. Beliau
adalah seorang ulama terkenal dalam ilmu tafsir, juga ilmu yang lainya
seperti ilmu hadis, sejarah, dan fikih. Ayahnya meninggal saat ia
berusia 6 tahun. Oleh karena itu ia tinggal bersama kakanya sejak 706
H di Damaskus, dan dari sinilah ia mulai belajar. Guru pertamanya
adalah Burhanuddin al-Fazari yang menganut mazhab Syafi'i. Tidak
lama setelah itu, ia berada di bawah pengaruh Ibnu Taimiyah.
Hidup Ibnu Kasir cukup panjang dihabiskan di Suriah sebagai
seorang yang sederhana. la mulai popular sejak mengikuti sebuah
penelitian untuk menetapkan hukum terhadap zindik terdakwa penganut
paham inkarnasi, yang diprakarsai oleh Gubernur Suriah Altunbuga an-
Nasiri di akhir 741 H/1341 M. Pada 756 H/1355 ia diangkat menjadi
kepala Lembaga Pendidikan Hadis al-Asyrafiyah. Karyanya di bidang
tafsir yang terkenal dan digunakan sampai saat ini adalah "Tafsir Al-
Qur'an al-Karim" dalam sepuluh jilid. Menurutnya, tafsir yang paling
benar adalah: 1) tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an itu sendiri; 2)
apabila tafsir tersebut tidak didapatkan, Al-Qur'an harus ditafsirkan
dengan hadis Nabi: 3) kalau yang kedua juga tidak didapatkan, Al-Qur'
an harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat, karena merekalah yang
paling mengetahui konteks sosial turunya Al-Qur'an; 4) jika yang ketiga
juga tidak didapatkan, maka diambilkan dari pendapat para tabi in.
Karya yang lainya adalah, di bidang sejarah ada tiga buku: 1) al-
Bidayah wa an-Nihäya, 14 jilid; 2) al-Fuşul fi Sirah ar-Rasul (Uraian
mengenai Sejarah Rasul); 3) Tabaqåt asy-Syäfi'iyyah (Peringkat Ulama
Mazhab Syafi 'i). Kemudian karya terakhirnya adalah kitab berjudul al-
c. Fakhruddin ar-Razi
Fakhruddin ar-Razi Fakhruddin ar-Razi memiliki nama lengkap
Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Usain at-Taimi al-Bakri. Ia
juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fakhruddin. Ia lahir di
Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Herat, Afganistan pada
tahun 1209 M.
la belajar filsafat pada dua ulama besar, yaitu Muhammad al-
Bagaqi dan Majdin al-Jili. Ilmu kalam dipelajarinya dari Kamaluddin
as-Samani. Kecerdasannya sangat menonjol hingga ia mampu
menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, matematika,
fisika, dan astronomi. Fakhruddin ar-Razi menghasilkan lebih kurang
100 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya dalam ilmu
tafsir adalah Mafatih al-Ga'ib (merupakan karya terbesarnya), Tafsir
Sürah al-Fätihah dan Tafsir Surah al-Baqarah.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah
min al- 'Ilm al-Ilähi, Asas Tagdis, dan al-Arba'in ft Uşüliddin. Dalam
bidang tasawuf karyanya adalah Kitäb al-Irsyad an-Nazar ila Lata 'if al-
Asas dan Kitab Syarh 'Uyün al-Hikmalt. Dalam bidang filsafat
karyanya adalah Kitab Syarh Qism al llahiyyät min al-Isyärah li Ibn
Sina dan Lubah al-Isyårah. Ia juga menulis buku dalam bidang sejarah,
antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syäfi'i dan Kitäb Syarh Saqt az-
Zind li al-Mu'ri.
Salah satu bukunya dalam bidang usul fikih adalah al-Mahsul fi
Ilm 'Uşul al-Fiqh.
PETA KONSEP
2. Sistem Politik
Sejarawan telah membagi silsilah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
menjadi 4 (empat) periode, yang disesuaikan dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya, yaitu sebagai berikut :
a. Pada periode I atau periode pengaruh Arab dan Persia I, tepatnya tahun
132-232 H / 750-847 M atau seiring meninggalnya khalifah Al-Wasiq.
b. Periode II atau periode pengaruh Turki I, yakni tahun 232-334 H / 847-
945 M ketika Khalifah Al-Mutawakkil memegang kekhalifahan.
c. Periode III atau periode pengaruh Persia II (334-447 H / 945-1055 M),
yakni kekuasaan Dinasti Buwaihi dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah.
d. Periode IV atau periode pengaruh Turki II (447-590 H / 1055-1194 M),
yakni masa kekuasaan Dinasti Seljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah, hingga datangnya serbuan bangsa Tar-Tar dan ekspansi Turki
Usmani. Riciannya sebagai berikut :
1) Kekuasaan khilafah mulai melemash, bahkan hanya sebatas lambang
(formalitas) saja.
1. Sistem Sosial
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam, menggambarkan
bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Kelas khusus, terdiri dari :
1) Khalifah
2) Keluarga Khalifah, Bani Hasyim
3) Para pejabat negara
4) Para bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy
5) Para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana.
b. Kelas Umum, yakni terdiri dari :
1) Para seniman
2) Para ulama, Fuqaha dan Pujangga
3) Para saudagar dan pengusaha
4) Para tukang dan petani
2. Sistem Ekonomi
Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan pertanian.
Di berbagai wilayah kekuasaannya kegiatan industri meningkat, seperti
industry kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan Irak, kertas di Samarkand,
serta berbagai produk pertanian sepertin gandum dari Mesir dan Kurma dari
Irak. Hasil industry dan pertanian tersebut diperdagangkan ke berbagai
wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina
juga mengalami masa puncak kejayaan. Hubungan perdagangan antara
keduanya pun menambah semarak kegiatan perdagangan dunia. Hubungan
diplomatik dalam bidang ekonomi masa Abbasiyah, bahkan sudah dibangun
sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan
barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan
Barat semakin melambungkan perekonomian masa Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan tersebut, berbagai sarana
pendukung didirikan seperti : membangun sumur dan tempat istirahat di
jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada
dagang, membangun armada pertahanan laut untuk mengantisipasi serangan
bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya
3. Sistem Budaya
Di masa Dinasti Abbasiyah terjadi percampuran bahasa Arab dengan
Non Arab selama perluasan wilayah. Proses tersebut akhirnya melahirkan
kemajemukan warga Negara. Keragaman warga Negara tersebut meliputi
berbagai suku bangsa, agama dan kebudayaan. Terdapat empat unsur
kebudayaan yang mempengaruhi bangunan kebudayaan pada masa
Abbasiyah, yaitu :
a. Kebudayaan Persia: pengaruh kebudayaan Persia terjadi dilatarbelakangi
dua faktor : 1) Pembentukan lembaga wizarah; 2) Pemindahan ibukota.
3) Ilmu Astronomi
Ilmu astronomi terkenal pula dengan sebutan ilmu falak, yaitu ilmu
yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan, dan planet-
planet. Pengetahuan tentang posisi benda-benda langit tersebut merupakan
hasil pengamatan yang dilakukan dengan alat- alat tertentu secara berulang-
ulang.
Ilmu astronomi dikembangkan oleh pra ilmuwan muslim karena ilmu
tersebut berkaitan erat dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama Islam.
Beberapa ketentuan itu diantaranya adalah masalah shalat lima waktu,
penentuan arah kiblat, dan penentuan awal bulan.
Seorang ilmuwan astronomi muslim yang terkenal ketika itu adalah
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Ia hidup pada tahun 780-850 M. Pada
tahun 825 M (masa pemerintahan Khalifah al-Ma'mun) ia mengarang sebuah
buku yang berjudul Mukhtaşar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah di Bagdad.
Buku tersebut menjadi rujukan Robert Chester dan diterjemahkan ke dalam
4) Bidang Matematika
Beberapa buku asing dari Yunani, Persia, dan Hindia yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab antara lain bidang ilmu matematika. Adapun para ahli
ilmu tersebut adalah sebagai berikut.
a. Umar al-Farukhan, dia adalah arsitek pembangunan Kota Bagdad.
b. Al-Khuwarizmi, dia pengarang kitab al-Gebra (al-Jabar) ahli matematika
terkenal. Ia juga penemu angka 0 (nol), sedangkan angka 1 sampai 9
berasal dari India yang dikembangkan oleh ilmuwan Islam. Oleh karena
6) Tokoh-tokoh Ilmuwan
Dalam subbahasan ini akan dikemukakan beberapa ilmuwan muslim
yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah. Mereka adalah al-Kindi, al-
Farabi, ar-Razi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, al-Gazali, Jabir bin Hayyan, Ali
bin Rabban at-Tabari, dan Al-Khawarizmi.
a. Ali bin Rabban at-Tabari
Ilmuwan Ali bin Rabban at-Tabari lebih
dikenal masyarakat muslim dengan nama Abu
al-Hasan, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali
bin Sahl Rabban at-Tabari, lahir pada tahun
838 M. Ia adalah seorang ahli pengobatan
seperti Ibnu Sina yang termasyhur di dunia
Islam klasik, terkenal sebagai dokter jenius
b. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-
Husain bin Abdullah. la dilahirkan di Afsyanah,
Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal di
Hamdan pada tahun 1037 M. Ia merupakan
seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama. Di
Barat ia terkenal dengan nama Avicenna. Sejak
kecil, Ibnu Sina mempelajari Al-Qu'an dan ilmu-
ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari
matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan
kedokteran. Profesinya di bidang kedokteran dimulai pada usia 17 tahun
ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur, salah seorang
penguasa Dinasti Samaniyah. Pada masa Dinasti Hamdani, ia dua kali
menjabat sebagai menteri. Kebesaran Ibnu Sina terlihat pada gelar yang
diberikan kepadanya. Di bidang filsafat ia digelari asy-Syaikh ar-Ra'is
(Guru para Raja). Di bidang kedokteran ia digelari pangeran para dokter.
Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis
Kebanyakan tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sébagian
lain menggunakan bahasa Persia.
c. Ar-Razi
Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Ia
lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota itu
juga. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan
kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran dan filsafat.
Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat
luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20,000 lembar
kertas. Karya ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan
dalam bidang kedokteran.
Karya tulisnya yang terbesar adalah al-
Hawi, sebuah Ensiklopedi Kedokteran yang
berjumlah 20 jilid. Buku itu mengandung ilmu
kedokteran Yunani, Arab, dan Suriah yang
ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri. Buku
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
pada tahun 1279 M. Sejak itu, buku tersebut
dipakai sebagai rujukan di universitas-
universitas Eropa hingga abad ke-17 M.
Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Haşbat. Buku itu
membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40
kalinya.
e. Al-Gazali
Al-Gazali lahir di Kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus,
Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammadbin
Muhammad at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M dan meninggal
pada tahun 1111 M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan
sufi termasyhur sepanjang sejarah Islam.
f. Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada
tahun 1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad
bin Ya qub bin Miskawaih. Ibnu Miskawaih terkenal sebagai ahli sejarah
dan filsafat. Selain itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu
kimia.
h. Al-Khawarizmi
Nama lengkap al-Khawarizmi adalah
Abu Ja'far Muhammad bi Musa al-Khawarizmi.
Ia lahir di Khawarizm, Uzbekistan, 194 H/780
M-Baghdad. Di Barat al-Khawarizmi lebih
dikenal dengan nama Algoarisma atau
Algorisme. Ia adalah seorang ilmuwan muslim
ahli di bidang matematika, astronomi, dan
geografi. Ilmu astronomi dan matematika ia
perdalam mulai sejak menyibukkan diri di
Baitul Hikmah (pusat pendidikan tingkat tinggi di Bagdad).
Karya al-jabarnya yang paling monumental berjudul al-
Mukhtaşar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Al-
Jabar dan Perbandingan). Dalam buku ini diuraikan pengertian
geometris, teorema segitiga, luas jajar genjang, dan lingkaran yang
sekarang lebih dikembangkan menjadi ilmu eksak. Karyanya tersebut
kemudian diterjemahkan oleh para ilmuwan seperti di London, New
York, dan Italia. Khawarizmi juga mengenalkan angka 0 (nol) yang
dalam bahasa Arab disebut şifr. Karya beliau juga terkenal di dunia barat
yang diterjemahkan dalam bahasa Latin yaitu Algoritmi de Numero
Indorum yang berisi tentang teori Algoritma saat ini.
b) Imam Muslim
Imam Muslim lahir di Nisabur pada tahun 817 M dan
meninggal tahun 875 M di kota yang sama. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-
Nisaburi. Dalam rawi hadis, Bukhari dan Muslim sering disebut
Syaikhani (Dua Syekh). Sejak usia 14 tahun, ia mendengarkan
hadis-hadis dari syekh-syekh di negerinya. Setelah itu, ia pergi ke
Hijaz, Irak, Suriah, Mesir, dan negeri-negeri lain untuk
memperdalam ilmunya. Secara umum, guru-guru Imam Muslim
sama dengan guru-guru Imam al-Bukhari. Akan tetapi, Imam
Muslim pernah berguru kepada Imam al-Bukhari ketika ia datang
ke Nisabur.
Karyanya yang terbesar adalah al-Jami' as-Sähih Muslim
yang lebih dikenal dengan sebutan Sãhih Muslim. Hadis-hadis
yang dimuat dalam Sahih Muslim adalah hadis yang telah
disepakati dan disaring dari 300.000 hadis yang diketahuinya.
c) Abu Dawud
Abu Dawud lahir di Bagdad pada tahun 817 M dan wafat di
Basra pada tahun 888 M. Nama lengkapnya Abu Dawud
Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani. Sampai
umur 21 tahun ia menetap di Bagdad. Setelah itu, ia melakukan
perjalanan panjang untuk mempelajari hadis di berbagai tempat,
seperti Hijaz, Suriah, Mesir, Khurasan, Ray (Teheran), Harat,
Kufah, Tarsus, dan Basra. Dalam perjalananitu, ia berguru kepada
pakar-pakar ilmu hadis, seperti Ibnu Amr ad-Dasir, Abul Walid
at-Tayalisi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan Imam Hanbali.
Sekembalinya dari pengembaraan tersebut, Abu Dawud
menulis sebuah kitab hadis, yaitu Sunan Abi Dawüd. Para ulama
memasukkan kitab tersebut ke dalam kutubus-sittah atau enam
hadis utama. Kitab hadis itu memuat 4.000 hadis dari sekitar
500.000 hadis yang dikumpulkannya. Kitab Sunan Abi Dawud
merupakan yang paling populer di antara Karangan-karangan Abu
Dawud yang berjumlah 20 judul. idak kurang dari 13 judul kitab
telah ditulis untuk mengulas Karya tersebut dalam bentuk syarh
(komentar), mukhtaşar (ringkasan), dan tahżib (revisi).
d) At-Tirmizi
At-Tirmizi lahir di Termez, Tajikistan pada tahun 209 H
dan meninggal pada tahun 279 H di tempat yang sama. Nama
lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin Dahhat as-Sulami al-Bugi. At-Tirmizi memiliki
kelebihan dalam hal menghafal, menyusun, dan meneliti hadis.
Imam al-Bukhari pun menjadikan at-Tirmizi sebagai sumber
e) An-Nasa’i
An-Nasa'i lahir di Nasa, Khurasan pada tahun 830 M dan
meninggal di Damaskus pada tahun 915 M. Nama lengkapnya
adalah Ahmad bin Syu'aib bin Ali bin Bahr binSinan. Sejak kecil,
ia belajar menghafal Al-Qur' an dan mendalami dasar-dasar ilmu
agama Islam. Pada usia 15 tahun, ia mengembara ke Hijaz, Irak,
Mesir, Suriah, dan Aljazair untuk berguru ilmu hadis kepada para
ulama.
An-Nasa'i menulis beberapa kitab, yaitu as-Sunan al. Kubra
(Sunah-Sunah yang Agung), as-Sunan al-Muitahba (Sunah-Sunah
Pilihan), Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-Du afa'
(Kitab tentang Orang-Orang Kecil), Khdsa 'is Amirul- Mu'minin
Ali bin Abi Talib (Keistimewaan Amirul Mu'minin Ali bin Abi
f) Ibnu Majah
Ibnu Majah lahir di Qazwin, Irak pada tahun 824 M dan
meninggal pada tahun 887 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba'i al-Qazwini. Majah
adalah nama gelar bagi Yazid. Ibnu Majah belajar hadis sejak
usia 15 tahun, ia belajar pada seorang ulama masyhur yang
bernama Ali bin Muhammad at-Tanafasi. Pada usia 21 tahun, ia
mengadakan perjalanan untuk mencari ilmu ke Ray Basra, Kufah,
Bagdad, Khurasan, Suriah, dan Mesir. Guru-
gurunya adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad
bin Abdullah bin Numaya, Basyar bin Adam, serta para pengikut
Imam Malik dan al-Lays. Di samping itu, banyak pula diantara
ulama yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Majah, di antaranya
Ibnu Sibawaih, Muhammad bin Isa as-Saffar, Ishaq bin
Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah al-Qattan, dan Ibrahim
bin Dinar al-Jarasyi al-Hamdani. Ibnu Majah telah menyusun
kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis
tafsir Al-Qur'an al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, sebuah kitab
yang berisi periwayat hadis dari masa awal hingga masanya.
Karyanya dalam bidang hadis adalah Sunan Ibnu Mäjah. Kitab ini
menunjukkan kegigihan kerjanya, kedalaman dan keluasan
ilmunya, serta panutannya terhadap sunah nabi, baik dalam
masalah akidah maupun hukum. Kitab ini memuat 32 bab, 150
pasal, serta 4.000 hadis yang berkualitas baik, kecuali sebagian
kecil saja.
f. Ibnu Kasir
Ibnu Kasir lahir di Bosyra, Suriah, 700 H/1300 M Damaskus.
Nama lengkapnya adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Kasir.
Beliau adalah seorang ulama terkenal dalam ilmu tafsir, juga ilmu
yang lainya seperti ilmu hadis, sejarah, dan fikih. Ayahnya meninggal
saat ia berusia 6 tahun. Oleh karena itu ia tinggal bersama kakanya
sejak 706 H di Damaskus, dan dari sinilah ia mulai belajar. Guru
pertamanya adalah Burhanuddin al-Fazari yang menganut mazhab
Syafi'i. Tidak lama setelah itu, ia berada di bawah pengaruh Ibnu
Taimiyah.
Hidup Ibnu Kasir cukup panjang dihabiskan di Suriah sebagai
seorang yang sederhana. la mulai popular sejak mengikuti sebuah
penelitian untuk menetapkan hukum terhadap zindik terdakwa
penganut paham inkarnasi, yang diprakarsai oleh Gubernur Suriah
Altunbuga an-Nasiri di akhir 741 H/1341 M. Pada 756 H/1355 ia
diangkat menjadi kepala Lembaga Pendidikan Hadis al-Asyrafiyah.
Karyanya di bidang tafsir yang terkenal dan digunakan sampai saat
ini adalah "Tafsir Al-Qur'an al-Karim" dalam sepuluh jilid.
Menurutnya, tafsir yang paling benar adalah: 1) tafsir Al-Qur'an
dengan Al-Qur'an itu sendiri; 2) apabila tafsir tersebut tidak
didapatkan, Al-Qur'an harus ditafsirkan dengan hadis Nabi: 3) kalau
yang kedua juga tidak didapatkan, Al-Qur' an harus ditafsirkan oleh
pendapat para sahabat, karena merekalah yang paling mengetahui
konteks sosial turunya Al-Qur'an; 4) jika yang ketiga juga tidak
g. Fakhruddin ar-Razi
Fakhruddin ar-Razi Fakhruddin ar-Razi memiliki nama
lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Usain at-Taimi al-
Bakri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fakhruddin. Ia
lahir di Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Herat,
Afganistan pada tahun 1209 M.
la belajar filsafat pada dua ulama besar, yaitu Muhammad al-
Bagaqi dan Majdin al-Jili. Ilmu kalam dipelajarinya dari Kamaluddin
as-Samani. Kecerdasannya sangat menonjol hingga ia mampu
menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti kedokteran,
matematika, fisika, dan astronomi. Fakhruddin ar-Razi menghasilkan
lebih kurang 100 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya
dalam ilmu tafsir adalah Mafatih al-Ga'ib (merupakan karya
terbesarnya), Tafsir Sürah al-Fätihah dan Tafsir Surah al-Baqarah.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-
Aliyah min al- 'Ilm al-Ilähi, Asas Tagdis, dan al-Arba'in ft Uşüliddin.
Dalam bidang tasawuf karyanya adalah Kitäb al-Irsyad an-Nazar ila
Lata 'if al-Asas dan Kitab Syarh 'Uyün al-Hikmalt. Dalam bidang
filsafat karyanya adalah Kitab Syarh Qism al llahiyyät min al-Isyärah
li Ibn Sina dan Lubah al-Isyårah. Ia juga menulis buku dalam bidang
sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syäfi'i dan Kitäb
Syarh Saqt az-Zind li al-Mu'ri. Salah satu bukunya dalam bidang usul
fikih adalah al-Mahsul fi Ilm 'Uşul al-Fiqh.
c. Ilmu Fikih
Perkembangan ilmu fikih pada masa Dinasti Abbasiyah
berlangsung pada periode keempat dan kelima.
1) Perkembangan Ilmu Fikih pada Periode Keempat
Ilmu fikih mengalami perkembangan pesat pada periode ini.
Hal itu disebabkan para tabiin telah meletakkan dasar-dasar ilmu fikih
pada periode sebelumnya. Periode ini ditandai dengan perdebatan
sengit antara ahlur-ra'yi dan ahlul-hadis. Pertentangan ini mereda
ketika ar-ra'yi dapat dianggap sebagai salah satu cara dalam
a) Imam Hanafi
Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M dan
meninggal di Bagdad pada tahun 776 M. Nama lengkapnya
adalah Abu Hanifah Nu'man bin Sabit. Imam Hanafi dikenal rajin
dan teliti dalam bekerja serta fasih berbahasa. Meksipun anak
saudagar kaya, Imam Hanafi menjauhi kemewahan hidup.
Hartanya lebih banyak didermakan daripada untuk kepentingan
sendiri.
Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin,
seperti Ata' bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam
Hammad bin Abi Sulaiman. Selain mendalami ilmu fikih, Imam
Hanafi juga mendalami hadis dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat
erat kaitannya dengan ilmu fikih. Dalam menetapkan sebuah
hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu Al-
Qur'an, sunah Rasulullah saw., fatwa dari sahabat, kias, istihsan,
ijmak, dan urf.
Dasar-dasar itulah yang kemudian dikenal dengan dasar
mazhab Hanafi. Selain itu, Imam Hanafi juga meninggalkan
beberapa karya tulis, yaitu al-Fara'id (membahas masalah waris),
b) Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 716 M dan
meninggal di kota yang sama pada tahun 795 M. Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin
Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin
Haris al-Asbahi. Ia tidak pernah meninggalkan Madinah
sepanjang hidupnya, kecuali ke Mekah untuk beribadah haji.
Beberapa gurunya adalah Nafi' bin Abi Nu'aim, Ibnu Syihab az-
Zuhri, dan Hasyim bin Urwa.
Dasar-dasar hukum yang digunakan oleh Imam Malik
dalam memutuskan sesuatu adalah Al-Qur an, sunah rasul, sunah
sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli madinah), kias,
dan al-maslahah al-mursalah. Dasar-dasar itu juga menjadi
pegangan bagi mazhao Maliki yang berkembang di wilayah
seperti Maroko, Tunisia, Sudan, dan Andalusia.
Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-
Muwatta'. Kitab itu ditulis atas permintaan Khalita al-Mansur dan
selesai penulisannya pada masa Khalitan al-Mahdi. Kitab itu
merupakan kitab hadis sekaligus buku fikih karena berisi hadis-
hadis yang berkaitan dengan bidang-bidang fikih.
c) Imam Syafi’i
Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M dan
meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M. la hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid. al-Amin, dan al-
Ma'mun. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Idris asy-Syafi'i. Mazhab fikihnya terkenal dengan nama Mazhab
Syafi'i. Pada usia 9 tahun, Imam Syafi'i sudah mampu menghafal
Al-Qur'an. Kemudian, ia mendalami bahasa dan sastra Arab ke
d) Imam Hambali
Imam Hanbali lahir di Bagdad pada tahun 780 M dan
meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M. Nama
lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Ia adalah salah
seorang ulama mujtahid dalam bidang fikih. Mazhabnya disebut
mazhab Hanbali. Ayahnya bernama Muhammad bin Hanbal bin
Hilal, sedangkan ibunya bernama Shahifah binti Maimunah yang
berasal dari bangsawan Bani Amir. Ia dibesarkan oleh ibunya
karena ayahnya meninggal pada usia muda. Ia belajar Al-Qur'an
dan ilmu agama pada ulama-ulama di Bagdad hingga usia 10
tahun. Kemudian, ia mempelajari ilmu agama dengan
mengembara ke berbagai kota, seperti Kufah, Basra, Suriah,
Yaman, Mekah, dan Madinah. Di antara guru-gurunya adalah
Hammad bin Muslih, Abu Yusuf al-Qadi, dan Abdurrazaq bin
Human. Dari mereka, Imam Hanbali belajar ilmu fikih, ilmu
hadis, ilmu tafsir, ilmu kalam, dan ilmu bahasa Arab. Beberapa
muridnya yang terkenal adalah Imam Hasan bin Musa, Imam al-
d. Ilmu Tasawuf
Perkembangan ilmu tasawuf pada basiyah ditandai dengan
peralihan dari tasawuf ke zuhud. Setelah itu, dalam perkembangan
selanjutnya muncul dua aliran, yaitu tasawuf yang bersifat akhlak dan
b) Kota Samara
Kota Samara pernah menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah,
menggantikan kota Baghdad. Pembangunan kota secara besar-
besaran terjadi pada zaman Khalifah Al-Mu’tasim tahun 221 H/
836 M. Samara kemudian dijadikan pusat pemerintahan oleh tujuh
Khalifah Abbasiyah. Kota ini menjadi kebanggaan dengan istana-
istana indahnya. Al-Mu’tasim mendirikan istana bernama Al-
Jawsaq, sementara Khalifah Al-Wasiq membangun istana Al-
1. Pendidikan
Pada masa Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan dasar (kuttab)
umumnya terpadu dengan Masjid, bahkan masjid sering difungsikan sebagai
sekolah dasar. Sekitar 30.000 masjid telah digunakan sebagai lembaga
pendidikan dasar.
Selai itu, terdapat pula kegiatan belajar di rumah-rumah penduduk,
juga tempat lainnya seperti maktab, zawiyah, dan halaqah. Kurikulum
utamanya dipusatkan pada pembelajaran Al-Qur’an, termasuk membaca dan
menuliskannya. Dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, anak-anak perempuan
bahkan mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Untuk tingkat pendidikan lanjutan, Khalifah Al-Makmun (830 M)
membangun di Bait al-Hikmah. Ini merupakan lembaga pendidikan
menengah pertama dalam Islam. Kurikulumnya meliputi pelajaran tafsir,
hadist, usul fiqih, ilmu kalam, ilmu mantiq, dan kesusastraan. Selain
berfungsi sebagai pusat penerjemahan, Bait al-Hikmah juga dikenal sebagai
pusat kajian akademis, perpustakaan umum, dan memiliki sebuah
abservatorium. Pada saat itu, berbagai observatorium bermunculan sebagai
pusat pembelajaran astronomi.
Pada tingkat pendidikan sejenis perguruan tinggi, didirikan pula
Madrasah Nizamiyah oleh Nizam al-Mulk (1065-1067). Madrasah ini
dibangun sebagai pusat studi teologi (‘aqidah), khususnya untuk mempelajari
pemikiran manzhab Syafi’iyah dan teologi Asy’ariyah. Namun demikian, Al-
Qur’an dan puisi Arab kuni menjadi sumber utama dalam kajian ilmu-ilmu
humaniora dan sastra (‘ilm al-adab). Hal yang sama juga dilakukan oleh
orang Eropa beberapa abad kemudian. Sebagian sejarawan mengatakan
bahwa model Madrasah Nizamiyah ini ditiru oleh orang Eropa, terutama
untuk membangun universitas-universitas pertamanya.
Yun Yun Yunadi, dkk., 2015, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah
Kelas VII, Jakarta: Kementerian Agama
______, 2015, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2 Untuk Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri