Anda di halaman 1dari 96

VIII

SMT 1

Semester 1 (1) SKI 7- MTSN2PATI


BAB I
Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah
Tujuan mempelajari Jejak Peradan Dinasti Abbasiyah adalah :
1. Untuk mengetahui sebab-sebab runtuhnya Dinasi Abbasiyah
2. Untuk mengetahui proses berdirinya Dinasti Abbasiyah
3. Untuk mengetahui silsilah Kalifah Dinasti Abbasiyah
4. Untuk mengetahui Khalifah-Khalifah Besar Dinasti Abbasiyah
a. Khalifah Abu Ja’far al-Mansur
b. Khalifah Harun ar-Rasyid
c. Khalifah al-Makmun

PETA KONSEP

JEJAK PERADABAN
DINASTI ABBASIYAH

KERUNTUHAN SILSILAH KHALIFAH KHALIFAH-


PROSES BERDIRINYA
DINASTI KHALIFAH BESAR
DINASTI UMAYYAH DINASTI ABBASIYAH
ABBASIYAH DINASTI ABBASIYAH

ABU JA’FAR HARUN ABDULLAH


AL-MANSUR AR-RASYID AL-MAKMUN
(754-775M) (786-809M) (809-833M)

Semester 1 (2) SKI 7- MTSN2PATI


A. Keruntuhan Dinasti Umayyah

Kekuasaan dan kejayaan Dinasti Umayyah mencapai puncaknya pada


masa pemerintahan Khalifah al – Walid bin Abdul Malik. Setelah itu kekuasaan
Dinasti Umayyah menurun. Dari beberapa Khalifah Dinasti Umayyah, hanya
Khalifah Marwan II yang memerintah dalam waktu yang agak lama. Perpindahan
kekuasaan setelah meninggalnya Khalifah Hisyam ditandai dengan pertikaian
keluarga. Keadaan internal Dinasti Umayyah pada waktu itu sudah sulit
diselamatkan dari kehancuran.
Sebab-sebab runtuhnya Dinasti Umayyah antara lain :
1. Figur Khalifah lemah
Perpindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus merupakan sebab
awal munculnya faktor kelemahan. Seperti diketahui, Damaskus merupakan
bekas ibu kota Kerajaan Byzantium. Akibatntya kehidupan bangsawan
Byzantium mulai memengaruhi dan akhirnya menjadi gaya hidup keluarga
Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa menjalani kehidupan mewah dan jauh dari
gaya hidup islami seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw.
Hal itu menyebabkan figur-figur khafah yang lemah. Hanya ada lima
figur khalifah yang besar dan mampu memerintah dengan kuat. Mereka
adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik, al- Walid I, Umar II, dan
Hisyam.
2. Hak Istimewa Bangsa Arab Syuriah
Umayyah bin Khalaf merupakan nenek moyang Dinasti Umayyah yang
telah lama menetap di Suriah jauh sebelum islam datang. Oleh kareni itu,
Keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak terlepas dari orang-orang Suriah.
Dinasti Umayyah membentuk aristokrasi militer Arab yang secara turun-
temurun membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat.
Tentara suriah adalah kekuatan utama militer Dinasti Umayyah.
Sebagai smber kekuatan, mereka memperoleh bagian terbesar dari harta
rampasan perang. Masyarakat Suriah pada umumnya juga mendapat hak

Semester 1 (3) SKI 7- MTSN2PATI


istimewa. Tidak mengherankan apabila kemudian terjadi kesenjangan sosial
antara masyarakat Suriah dan msyakat Arab lainnya.
Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslim Arab di
Madinah, Makkah, dan Irak. Mereka memang dibebaskan beban membayar
pajak yang dipikulkan kepada orang-orang muslim non Arab (mawali) dan
non muslim. Akan tetapi kehidupan mereka tidak lebih baik dibanding
dengan keluarga Suriah.
3. Pemerintahan Tidak Demokratis
Pada masa Khulafaur Rasyidin, pemelihan khalifah dilakukan secara
musyawarah dan demokratis. Dalam perjanjian Ammul Jama’ah, antara
hasan bin Ali kepada Muawiyah terjadi kesepakatan pemelihan khalifah
setelah Muawiyah bin Abu Sufyan dilakukan dengan cara musyawarah dan
pemilihan yang demokratis dari umat Islam. Namun Muawiyah mengingkari
kesepatan tersebut. Ia menunjuk anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putra
mahkotan dan khalifah sesudahnya. Hal itu berlangsung secara turun
temurun.
Di samping mengingkari perjanjian Ammul Jamaah, penunjukan itu
juga berlawanan dengan prinsip senioratas dalam pemilihan pimpinan di
kalangan bangsa Arab.
4. Persaingan Antar Suku
Persaingan antar suku sudah lama menjadi ciri bangsa Arab. Sikap pilih
kasih Dinasti Umayyah kembali memunculkan hal itu. Suku Arab tertabagi
dua kelompok besar,yaitu bangsa Arab Utara yang disebut Arab Qaisy
atauMudari dan bangsa Arab Selatan yang disebut Arab Yamani atau
Himyari, dalam pertikaian itu, Dinasti Umayyah mendukung suku Arab
Yamani yang lebih cocok dengan mereka. Serangkaian peperangan antara dua
suku Arab itu sangat memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.

Semester 1 (4) SKI 7- MTSN2PATI


B. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Berdirinya Dinasti Abbasiyah berawal dari runtuhnya Dinasti Umayyah,


munculnya kelompok-kelompok yang kecewa dan tidak puas terhadap
pemerintahan Dinasti Umayyah, sekitar abad 8 (720), kebencian terhadap
pemerintahan Dinasti Umayyah telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang
tidak puas tersebut adalah :
1) Kelompok muslim non- Arab (mawali) yang memprotes kedudukan mereka
sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab.
2) Kelompok Khawarij dan Syi’ah yang menganggap Dinasti Umayyah
sebagai perampas khalifah.
3) Kelompok Muslim Arab di Makkah, Madinah, dan Irak yang merasa sakit
hati atas status istimewa penduduk Suriah.
4) Kelompok muslim yang solih, baik Arab maupun non Arab yang
memandang keluarga Dinasti Umayyah telah bergaya hidup mewah dan
jauh dari jalan hidup Islami.

Kelompok-kelompok tersebut membentuk kekuatan gabungan yang


dikoordininasi oleh keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Untuk
mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti Abbasiyah melakukan
propaganda yang mereka sebut sebagai usaha dakwah. Gerakan dakwah dimulai
ketika Umar bin Abdul aziz berkuasa (717-720 M) Umar bin Abdul Aziz
memimpin dengan adil. Ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan
kepada gerakan Dinasti Abbasiyah untuk menyusun dan merencanakan kegiatan
di al-Humaymah.
Pemimpin gerakan dakwah waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas.
Beliau kemudian diganti oleh oleh anaknya, Muhammad. Ia memperluas gerakan
Dinasti Abbasiyah dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Ketiga kota
tersebut adalah adalah , al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi,
Kufah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis,
Muhammad meninggal pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim

Semester 1 (5) SKI 7- MTSN2PATI


al Imam ia kemudian menunjuk orang Khurasan sebagai panglima perangnya,
yaitu Abu Muslim al-Khurasani.
Abu Muslim al-Khurasani adalah seorang pemuda yang menampakan
bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Abu Muslim al-Khurasani
ketika ditunjuk sebagai panglima perang berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses
besar di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebagian besar penduduk
Khurasan. Pernah dalam sehari, ia berhasil mengumpulkan penduduk 60 desa di
sekitar Merv. Abu Muslim al-Khurasani berkampanye untuk memunculkan rasa
kebersamaan di antara golongan Alawiyin (keturunan Ali), golongan Syi’ah, dan
orang-orang Persia untuk menentang Dinasti Umayyah yang telah menindas
mereka, ia mengajak mereka bekerja sama dengan gerakan Abbasiyah untuk
mengembalikan kekalifahan kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan
Abbas bin Abdul Muttalib maupun keturunan Ali bin Abi Talib. Sebelum Abu
Muslim al-Khurasani diangkat sebagai panglima perang, gerakan dakwah
dilakukan secara diam-diam. Para da’i dikirim ke berbagai penjuru wilayah Islam
dengan menyamar sebagai pedagang atau jamaah haji. Hal ini dilakukan karena
belum berani melawan Dinasti Umaiyah secara terang-terangan. Setelah Abu
Muslim al-Khurasani diangkat panglima perang, Ibrahim al-Imam mendorong
Abu Muslim al-Khurasani untuk merebut Khurasan dan menyingkirkan orang-
orang Arab yang mendukung Dinasti Umaiyah pada tahun 747 M. Rencana
tersebut diketahui oleh penguasa Dinasti Umaiyah. Ibrahim al-Imam ditangkap
dan dihukum mati oleh Khalifah Marwan II. Kepemimpinan gerakan dakwah
Dinasti Abbasiyah kemudian dipegang oleh saudaranya, Abdullah bin
Muhammad, yang dikenal sebagai Abu Abbas as-Safah. Ia tetap memberi
kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani sebagai panglima perang dan
memimpin perlawanan di Khurasan. Sedangkan Abu Ja’far al-Mansur, Isa bin
Musa bin Muhammad, dan Abdullah bin Ali memimpin gerakan di Kufah,
Damaskus, Palestina, Yordania, dan daerah bagian barat wilayah Dinasti
Umayyah.
Abu Muslim al-Khurasani mulai gerakannya dengan pandai, ia
memanfaatkan pertentangan antara Suku Arab Qaisy dan Suku Arab Yamani yang

Semester 1 (6) SKI 7- MTSN2PATI


sudah berlangsung sejak zaman Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu,
orang-orang Yaman mendapat kedudukan yang baikdi Khurasan. Hal ini
disebabkan Gubernur Khurasan berasal dari Suku Arab Yamani, yaitu As’ad bin
Abdullah al-Qasri. Sedangkan orang-orang Suku Arab Qaisy disisihkan dari
pemerintahan sehingga mereka tidk suka dengan orang-orang suku Arab Yamani.
Sebaliknya, ketika Gubernur Khurasan dari Suku Arab Qaisy, orang-orang
Yamani disingkirkan.
Pada masa Abu Muslim al-Khurasani memulai gerakannya, Gubernur
Khurasan dijabat oleh Nasr bin Sayyar dari Suku Arab Qaisy. Abu Muslim al-
Khurasani mendekati al-Kirmani, pemimpin Suku Arab Yamani. Dengan siasat
adu domba, dan bantuan orang-orang Yaman Gubernur Nasr bin Sayyar berhasil
dikalahkan. Abu Muslim al-Khurasani berhasil menuasai Kota Merv dan Nisabur.
Tentara Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Kahtaba, jenderal Abu
Muslim al-Khurasani, maju ke sebelah barat didampingi oleh Khalid bin Barmak,
pendiri bangsa Barmak. Mereka menyeberangi Sungai Eufrat dan sampai di
Medan Karbala, tempat Husain bin Ali gugur dalam pertempuran. Pertempuran
dahsat terjadi , Gubernur Dinasti Umayyah di Irak yang bernama Yazid berhasil
dikalahkan. Namun Kahtaba gugur dalam pertempuran itu. Komando diambil alih
oleh Hasan bin Kahtaba, akhirnya menguasai Kufah.
Di bagian timur tentara Dinasti Abbasiyah pada tahun 749 M, putra
Khalifah Marwan dikalahkan Abu Ayun, panglima Dinasti Abbasiyah. Khalifah
Marwan II kemudian memimpin pertempuran langsung dengan mengerahkan 120
000 tentara, menyebrangi Sungai Trigis, menuju Zab Hulu atau Zab Besar.
Namun pertempuran ini berhasil dikalahkan oleh tentara Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh Abdullah bin Ali. Marwan II melarikan diri dan Damaskus dikuasai
tentara Dinasti Abbas. Marwan II ditemukan di Mesir dan dibunuh disana. Abu
Abbas as-Safah dibait sebagai Khalifah Dinasti Abbsiyah di Masjid Kufah pada
tahun 750 M, dengan demikin Dinasti Abbasiyah resmi berdiri.

Semester 1 (7) SKI 7- MTSN2PATI


Peta Wilayah Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, kekuasaan Islam bertanbah


luas dengan pusat pemerintahan di Bagdad.perluasaan kekuasaan dan pengaruh
Islam bergerak ke wilayah Timur Asia Tengah, India, dan perbatasan Cina. Ini
terjadi pada masa pemerintahan Khalifah al-Mahdi (158-169H).
Pada tahun 165 H, di masa al-Mahdi, umat Islam berhasil memasuki selat
Bosporus yang membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti.
Wilayah kekuasaan Islam pada masa Dinasti abbasiyah meliputi wilayah yang
dikuasai oleh Bani Umayyah, antara lain : Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman
Selatan, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina (Israel),
Lebanon, Mesir, Libia, Tunisia, Al Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan, dan
Pakistan. Daerah-daerah tersebut memang belum sepenuhnya berada di wilayah
Bani Umayyah. Namun pada masa Dinasti Abbasiyah perluasan daerah penyiaran
Islam semakin berkembang sehingga meliputi daerah Turki, Wilayah Armenia,
daerah sekitar Laut Kaspia, wilayah bagian Barat India dan Asia Tengah, serta
wilayah perbatasan Cina sebelah Barat.
Seluruh wilayah yang telah memeluk agama Islam tidak seluruhnya berada
di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Bagdad, misalnya : Andalusia (
Spanyol), Afrika Utara, Mesir, Syam serta India.
Sikap politik Daulah Bani Abbasiyah berbeda denagan Daulah Bani
Umayyah. Daulah Bani Abbas pemegang kekuasaan lebih merata, bukan hanya
dipegang oleh bangsa Arab. Pemerintahan lebih demokratis dan melihat bahwa
kekuasaan itu harus dibagi-bagi dalam segala kekuatan masyarakat.oleh sebab itu,
bangsa Persia diberi wewenang untuk memegang kekuasaan, begitu juga Turki
dan lainnya. Para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya, lebih
mengutamakan pembangunan wilayah yang dikuasai.

Adapun kebijakan Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut :


1) Para kalifah tetap keturunan Arab, sedang para menteri, Gubernur,
panglima, dan pegawai diangkat dari bangsa Persia.

Semester 1 (8) SKI 7- MTSN2PATI


2) Kota Bagdad sebagai ibu kota dijadikan kota internasional untuk segala
kegiatan ekonomi, politik, social, dan budaya sehingga berkumpullah
berbagai bangsa Arab, Persia, romawi, India, Zindi, dan Barbar.
3) Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat mulia dan berharga.
Para khalifah membuka kesempatan pengembangan ilmu pengetahuan
seluas-luasnya.
4) Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang,
seperi akidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
5) Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh menjlankan pemerintahan
sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajukan kebudayaan
Islam.
6) Daulah Abbasiyah berbakat usaha khalifah yang sungguh-sungguh
membangun ekonomi.
7) Dari segi social, masyarakat dibagi dua kelompok yaitu kelompok khusus
dan kelompok umum.
a) Kelompok khusus terdiri atas khalifah, keluarga khalifah, pembesar
Negara, bangsawan, dan petugas-petugas Negara.
b) Kelompok umum terdiri atas seniman, ulama, fuqaha, pujangga,
saudagar, pengusaha, kaum buruh, dan para petani.
c) Pada masa Daulah Abbasiyah rakyat terdiri dari berbagai macam suku
bangsa sehingga banyak pencampuran dalam perkawinan yang
menghasilkan keturunan indo yang disebut Taolid. Banyak juga
khalifah dari keturunan Taolid, seperti Khalifah Musa al- Hadi, Harun
ar-Rosyid, Ma’mun, Mu’tasyim.
8) Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, para khalifah mendukung kegiatan
tersebut sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam berbagai ilmu
pengetahuan. Di samping itu pula banyak buku berbahasa asing yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Banyak sekali orang muslim yang
berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan, baik di timur maupun di bsrat
(Andalusia) sehingga kota Bagdad, Basrah, kufah, Damaskus, Fushot,
Andalus, dan Kordova menjadi pusat ilmu yang ramai dikunjungi para

Semester 1 (9) SKI 7- MTSN2PATI


mahasiswa dan sarjana dari Timur maupun dari Barat (Eropa), masjid dan
madrasah dijadikan tempat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

C. Silsilah Khalifah Dinasti Abbasiah

Dinasti Abbasiyah dipimpin oleh 37 orang khalifah selama lima setengah


abad (132-656 H / 750-1258 M) berkuasa. Menurut para sejarawan, masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi 4 (empat) periode, yaitu :

1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H /


750 M sampai wafatnya khalifah Al-Wastiq 232 H / 847 M. periode ini sering
disebut pengaruh Persia pertama.

a. Abul Abbas as-Saffah (133-137 H / 750-754 M)


b. Abu Ja’far al-Mansur (137-159 H / 754-775 M)
c. Al-Mahdi (159-169 H / 775-585 M)
d. Musa al-Hadi (169-170 H / 785-786 M)
e. Harun ar-Rasyid (170-193 H / 786-809 M)
f. Al-Amin (194-198 H / 809-813 M)
g. Al-Makmun (198-218 H / 813-833 M)
h. Al-Mu’tasim Billah (833-842 M)
i. Al-Wasiq Billah (228-232 H / 842-847 M)

2. Masa Abbasiyah II, yaitu Khalifah Al-Mutawakkil tahun 232 H / 874 M


sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Bagdad tahun 447 H / 1055 M,
disebut masa pengaruh Turki pertama.

a. Al-Mutawakkil Ala Al-Allah (232-247 H / 847-861 M)


b. Al-Muntasir Billah (247-248 H / 861-862 M)
c. Al-Musta’in Billah (248-252 H / 862-866 M)
d. Al-Mu’taz Billah (252-256 H / 866-869 M)
e. Al-Muhtadi Billah (256-257 H / 869-870 M)

Semester 1 (10) SKI 7- MTSN2PATI


f. Al-Mu’tamad ‘Al Allah (257-279 H / 870-892 M)
g. Al-Mu’tada Billah (279-290 / 892-902 M)
h. Al-Muktafi Billah (290-296 H / 902-908 M)
i. Al-Muqtadir Billah (296-320 H / 908-932 M)
j. Al-Qahir Billah (320-323 H / 932-934 M)
k. Al-Radi Billah (323-329 H / 934-940 M)
l. Al-Muttaqi Lillah (329-333 H /944-946 M)

3. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H
/ 946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H / 1055 M.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

a. Al-Musaktafi al-Allah (333-335 H / 944-946 M)


b. Al-Muti’ Lillah (335-364 H / 946-974 M)
c. Al-Ta’i Lillah (34-381 H / 974-991 M)
d. Al-Qadir Billah (381-423 H / 991-1031 M)
e. Al-Wa’im Biamrillah (323-468 H / 1031-1075 M)

4. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Bagdad tahun


447 H / 1055 M sampai jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Mongol di
bawah pimpinan Hulagu Khan tahun 656 H / 1258 M. periode ini disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.

a. Al-Mu’tadi Biamrillah (468-487 H / 1075-1094 M)


b. Al Mustadir Billah (487-512 H / 1094-1118 M)
c. AL Mustarsyid Billah (512-530 H / 1118-1135 M)
d. Al-Rasyid Billah (530-531 H / 1135-1136 M)
e. Al Muqtafi Liamrillah (531-555 H / 1136-1160 M)
f. Al Mustanjid Billah (555-566 H / 1160-1170 M)
g. Al Mustadi’u Biamrillah (566-567 H / 1170-1180 M)

Semester 1 (11) SKI 7- MTSN2PATI


5. Masa Abbasiyah V

a. An Nasir Liddinillah (576-622 H / 1180-1225 M)


b. Az Zahir Biamrillah (622-623 H / 1225-1226 M)
c. Al Mustansir Billah (623-6 40 H / 1226-1242 M)
d. Al Mu’tasim Billah (640-656 H / 1242-1258 M)

Nama-Nama Khalifah Masa Abbasiyah Yang


Berpusat Di Mesir :

1) Al-Muntasir Billah II (660-661 H / 1261-1262 M)


2) Al-Hakim Biamrillah I (661-701 H / 1262-1302 M)
3) Ak-Mustakfi Billah (701-732 H / 1302-1334 M)
4) Al-Wasiq Billah (732-742 H / 1334-1354 M)
5) Al-Hakim Biamrillah II (742-753 H / 1343-1354 M)
6) Al-Mu’tadid Billah (753-763 H / 1354-1364 M)
7) Al-Mutawakkil ‘Alallah I (763-785 H / 1364-1386 M)
8) Al-Wasir Billah II (785-788 H / 1386-1389 M)
9) Al-Mu’tasim (788-791 H / 1389-1392 M)
10) Al-Mutawakkil ‘Alallah II (791-808 H / 1392-1409 M)
11) Al-Musta’in Billah (808-815 H / 1409-1426 M)
12) Al-Mu’tadid Billah II (815-845 H / 1416-1446 M)
13) Al-Mustakfi Billah II (845-854 H / 1446-1455 M)
14) Al-Qa’im Biamrillah (854-859 H / 1455-1460 M)
15) Al-Mustanjid Billah (859-884 H / 1460-1485 M)
16) Al-Mutawakkil “Alallah (884-893 H / 1485-1494 M)
17) Al-Mutamassik Billah (893-914 H / 1494-1515 M)
18) Al-Mutawakkil ‘Alallah OV (914-918 H / 1515-1517 M).

Semester 1 (12) SKI 7- MTSN2PATI


Semester 1 (13) SKI 7- MTSN2PATI
D. Khalifah-Khalifah Besar Dinasti Abbasiyah

1. KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSUR (136-158 H / 754-775 M),


Pendiri Kota Bagdad

a. Biografi Singkat
Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah khalifah
kedua Bani Abbasiyah, putra dari Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn
Abbas bin Abdul Muthalib,
dilahirkan di Hamimah pada
tahun 101 H. ibunya bernama
Salamah al-Barbariyah, seorang
wanita dari suku Barbar. Al-
Mansur merupakan saudara
Ibrahim al-Imam dan Abul
Abbas as-Saffah. Al-Mansur
memiliki kepribadian kuat,
tegas, berani, cerdas dan
memiliki otak yang cemerlang.

Ia dinobatkan sebagai putra mahkota oleh kakaknya, Abul Abbas


as-Saffah. Ketika As-Saffah meninggal, Al-Mansur dilantik menjadi
khalifah saat usianya 3 tahun.
Al-Mansur seorang khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran
maju, baik budi, dan pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik
menyelesaikan berbagai persoalan pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Al-
Mansur juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap
ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban di
masanya.
Setelah menjalankan pemerintahan selama lebih dari 22 tahun,
pada tanggal 7 Zulhijjah tahun 158 H / 775 M, Al-Mansur wafat ketika

Semester 1 (14) SKI 7- MTSN2PATI


perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dalam usia 57 tahun,
di suatu tempat bernama “Bikru Ma’unah”. Jenazahnya dimakamkan di
Makkah.
b. Kebijakan Dalam Pemerintahan
Setelah dilantik menjadi kgalifah tahun 137 H / 754 M, Al-Mansur
membenahi administrasi pemerintahan dan kebijakan politik. Dia
menjadikan wazir sebagai koordinator kementerian. Wazir pertama yang
diangkat bernama Khalid bin Barmak, berasal dari Balk, Persia. Al-
Mansur juga membentuk lembaga protokoler Negara, sekretaris Negara,
dan kepolisian Negara, disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia
menunjuk Muhammad bin Abd al-Rahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman Negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti
Umayyah ditingkatkan peranannya, terutama untuk menghimpun seluruh
informasi dari daerah agar administrasi kenegaraan berjalan dengan
lancar, sekaligus menjadi pusat informasi khalifah untuk mengontrol para
gubernurnya.
Untuk memperluas jaringan politik, Al-Mansur menaklukkan
kembali daerah-daerah yang melepaskan diri, dan menertibkan keamanan
di daerah perbatasan. Diantara usaha tersebut adalah merebut benteng-
benteng di Asia, kota mlatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia pada tahun
756-758 M. ke Uatra, bala tentaranya juga melintasi pegunungan Taurus
dan mendekati selat Bosporus.
Selain itu, Al-Mansur membangun hubungan diplomatic dengan
wilayah-wilayah di luar Jazirah Arabia. Dia membuat perjanjian damai
dengan kaisar Constantine V dan mengadakan genjatan Sentara antara
tahun 758-765 M. khalifah Al-Mansur juga melakukan dakwah Islam ke
Byzantium. Ia berhasil menjadikan kerajaan tersebut membayar upeti
tahunan kepada Dinasti Abbasiyah. Selain itu, kekuasaan Bani Umayyah
II di Andalusia dipimpin oleh Abdurrahman ad-Dakhil. Al-Mansur
berhasil pula menaklukkan daerah Afrika Utara pada tahun 144 H, meski
terkadang kota Kairawan silih berganti bertukar wali. Suatu saat dikuasai

Semester 1 (15) SKI 7- MTSN2PATI


oleh bangsa Arab, dilain waktu jatuh ke tangan Barbar lagi. Baru mulai
pada tahun 155 H, kota tersebut dikuasai secara penuh oleh Daulah
Abbasiyah.
c. Mendirikan Kota Bagdad
Pada masa awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yakni dimasa
Abul Abbas As-Saffah, pusat pemerintahannya berada di Kota Anbar,
sebuah kota Persia di sebelah timur sungai Eufrat. Istananya diberi nama
Hasyumiyah, dinisbahkan kepada sang kakeknya, Hasyim bin Abdi
Manaf.
Pada masa Al-Mansur, pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke
Kufah. Ia mendirikan istana baru dengan nama Hasyimiyah II.
Selanjutnya, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas politik, Al-
Mansur mencari daerah strategis untuk dijadikan ibu kota Negara.
Pilihannya jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Bagdad, terletak
di tepian sungai Tigris dan Eufrat. Sejak zaman Persia Kuno, kota ini
sudah menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi saudagar dari berbagai
penjuru dunia, termasuk para pedagang dari Cina dan India. Menurut
cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra
Anusyirwan, Raja Persia yang termasyhur. Baghdad berarti “taman
keadilan”. Taman itu lenyap bersama hancurnya kerajaan Persia, namun
namanya tetap menjadi kenangan rakyat.
Kota tersebut dibangun khalifah dengan melibatkan para arsitektur,
tukang batu, tukang katu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain. Mereka
didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar
100.000 orang. Kota Baghdad berbentuk bundar. Di sekelilingnya
dibangun dinding atau tembok yang besar dan tinggi, sedangkan sebelah
luarnya digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air, sekaligus
benteng pertahanan.
Terdapat empat pintu gerbang di seputar kota ini, disediakan untuk
setiap orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu
adalah Bab al-Kuffah, terletak di sebelah Barat Daya, Bab al-Syam,

Semester 1 (16) SKI 7- MTSN2PATI


terletak di Barat Laut, Bab al-Basrah, di Tenggara, dan Bab al-Khurasan,
di Tumur Laut. Diantara masing-masing pintu gerbang dibangun 28
menara, fungsinya sebagai tempat pengawal Negara bertugas mengawasi
keadaan di luar. Di atas setiap pintu gerbang dibangun tempat
peristirahatan berhias ukiran yang indah dan menyenangkan. Di tengah-
tengah kota terletak istana khalifah dengan seni arsitektur Persia. Istana
ini dikenal dengan Al-Qasr al-Zahabi, berarti “istana emas”. Istana juga
dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi, dan
tempat tinggal putra-putri serta keluarga khalifah.
Di sekitar istana dibangun pasar tempat perbelanjaan, termasuk
jalan raya yang menghubungkan keempat pintu gerbang. Sejak awal
berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan Islam. Itulah sebabnya, Philip K. Hitti, seorang peneliti
sejarah Arab menyebut Baghdad sebagai kota intelektual. Menurutnya,
diantara kota-kota di dunia, Baghdad merupakan professor masyarakat
Islam. Bahkan dalam cerita 1001 malam, Baghdad menjadi kota impian.
Al-Mansur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru
dibangunnya, yaitu Baghdad pada tahun 762 M. Kota ini selanjutnya
bukan hanya menjadi pusat pemerintahan yang strategis, tetapi juga
menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam.
d. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Al-Mansur menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan. Penyalinan literature Iran dan Irak,
Grik serta Siryani dilakukan secara besar-besaran. Dia mendorong usaha
menerjemahkan buku-buku pengetahuan dari kebudayaan asing ke bahasa
Arab agar dikaji orang-orang Islam.
Perguruan tinggi ketabiban di Jundisapur yang dibangun oleh
Khsru Anusyirwan (351-579 M, Kaisar Persia) dihidupkan kembali
melalui tenaga pengajar dari tabib-tabib asal Grik dan Roma, yang
menjadi tawanan perang.

Semester 1 (17) SKI 7- MTSN2PATI


Al-Mansur juga mendirikan sebuah perguruan tinggi sebagai
gudang pengetahuan yang diberi nama “Baitul Hikmah”. Usahanya itu
telah menjadika kota Baghdad sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Ia mengajak banyak ulama dan para ahli dari berbagai
daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Dia mendorong pembukuan
ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid, hadits dan ilmu lain seperti bahasa
dan ilmu sastra. Pada masanya lahir juga para pujangga, pengarang, dan
penerjemah yang hebat, termasuk Ibnu Muqaffak yang menerjemahkan
buku Khalilah wa Dimnah dari bahasa Parsi.

2. KHALIFAH HARUN AR-RASYID (786-809 M),


Pemimpin Bijaksana dan Peletak Dasar Pemerintahan Modern.

Khalifah Harun ar-Rasyid (170-786 H / 763-809 M) dilahirkan di Rayy


pada bulan Februari 763 M / 145 H. ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya
bernama Khaizurran. Ia dibesarkan di
lingkungan istana, mendapat bimbingan
ilmu-ilmu agama, dan ilmu pemerintahan
di bawah bimbingan seorang guru yang
terkenal, yaitu Yahya bin Khalid Al-
Barmaki, seorang ulama besar di
zamannya. Ketika Harun ar-Rasyid
menjadi khalifah, Yahya menjadi
perdana menterinya sehingga banyak
nasihat dan anjuran kebaikan mengalir
darinya.
Tanggung jawab yang berat sudah dipikul Harun ar-Rasyid sejak sang
Ayah, Khalifah Al-Mahdi melantiknya sebagai Gubernur di Saifah tahun
163 H. semenjak tahun 164 H, ia diberikan wewenang untuk mengurus
seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di wilayah Afrika Utara.

Semester 1 (18) SKI 7- MTSN2PATI


Harun ar-Rasyid menunjukkan kecakapannya dalam memimpin. Atas
dasar itu, Al-Mahdi melantiknya kembali menjadi gubernur untuk kedua
kalinya di Saifah pada tahun 165 H.
Harun ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah paad September 786 M.
usianya sangat muda saat itu, yakni 23 tahun. Jabatan khalifah itu
dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa al-Hadi wafat.
Kepribadian Harun ar-Rasyid sangat mulia. Sikapnya tegas, mampu
mengendalikan diri, tidak emosional, berperasaan sangat halus, dan toleran.
Akhlak mulianya dikemukakan oleh Abul ‘Atahiyah, seorang penyair
kenamaan saat itu. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang khalifah yang suka
humor. Dia juga terkenal sebagai pemimpin yang pemurah dan dermawan.
Banyak sejarawan menyamakannya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis
dari Dinasti Umayyah. Ia sering turun ke jalan-jalan di kota Baghdad pada
malam hari melihat kehidupan sosial yang sebenarnya. Di masanya, tidak ada
seorang pun yang kelaparan dan teraniaya, tanpa diketahui oleh Harun ar-
Rasyid.
Khalifah Harun ar-Rasyid mempunyai perhatian dan minat yang besar
terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Para ilmuwan dan budayawan
dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan. Khalifah juga melakukan
penerjemahan besar-besaran terhadap buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa
asing ke dalam bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa
pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, bahkan menjadi alat
komunikasi umum. Semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing
segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab agar dapat dikaji dan dipahami
masyarakat luas. Dewar penerjemah pun dibentuk, yang diketuai oleh seorang
pakar bernama Yuhana bin Musawih.
Kota Baghadad menjadi mercusuar, kota impian 1.001 malam yang
tidak ada tandingannya di dunia pada Abad Pertengahan. Selain itu, pada
masa kekhalifahannya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang
dari Afrika Utara sampai ke HIndukus, India. Kekuatan militer yang
dimilikinya juga sangat luar biasa.

Semester 1 (19) SKI 7- MTSN2PATI


Pada masa khalifah Harun ar-Rasyid, hidup seorang cerdik pandai yang
sering memberikan nasihat kebaikan kepadanya, yaitu Abu Nawas. Nasihat-
nasihat kebaikan Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu. Hal tersebut
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan khalifah Harun ar-Rasyid.
Kebijakan dan kecakapannya dalam memimpin mampu membawa
Negara dalam situasi aman, damai, dan tentram. Tingkat kesejahteraan sangat
tinggi sehingga sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak, dan
sedekah. Dapat dikatakan bahwa tingkat kemakmuran penduduknya merata.
Pada masa pemerintahannya, Dinas Abbasiyah mengalami masa kejayaan dan
keemasan, sekaligus menjadi salah satu pusat peradaban dunia.
Khalifah Harun ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada tanggal 3
atau 4 Dumadissani 193 H / 809 M, setelah menjadi khalifah selama 23 tahun
6 bulan. Saat meninggal dunia, usianya 45 tahun. Shalat jenazah khalifah
Harun ar-Rasyid dipimpin oleh anaknya sendiri bernama Sahih.
Dinasti Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan
sosok pemimpin yang saleh, adil, dan bijaksana. Di masa itu, tidak seorang
pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Harun ar-Rasyid untuk mendapatkan
perlindungan hukum yang adil.

3. KHALIFAH ABDULLAH AL-MAKMUN (813-833 M),


Khalifah Pembaharu Ilmu Pengetahuan

Abdullah bin Harun ar-Rasyid lebih


dikenal dengan panggilan Al-Makmun.
Ia dilahirkan pada tanggal 15 Rabi’ul Awal
170 H/ 786 M, bertepatan dengan hari
wafatnya kakeknya (Musa al-Hadi) dan
pengangkatan ayahnya, Harun ar-Rasyid.
Ibunya bernama Murajil, bekas seorang
budang yang dinikahi ayahnya, namun
meninggal setelah melahirkannya.

Semester 1 (20) SKI 7- MTSN2PATI


Al-Makmun termasuk anak yang jenius. Sebelum usia 5 tahun, ia
mendapat pendidikan agama dan baca Al-Qur’an dari dua orang ahli terkenal
bernama Nahvi dan Yazidi untuk mendalami hadits, Al-Makmun dan Al-
Amin dikirim ayahnya, Harun ar-Rasyid berguru kepada Imam Malik di
Madinah, khususnya untuk belajar kitab Al-Muwatta karangan Imam Malik.
Dalam waktu yang sangat singkat, Al-Makmun telah menguasai berbagai
ilmu seperti kesusastraan, tata Negara, hukum, hadist, filsafat, astronomi, dan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Ia juga hafal Al-Qur’an dan ahli juga
menafsirkannya.
Setelah khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal, sebagaimana wasiatnya
jabatan kekhalifahan diserahkan kepada Al-Amin, sementara Al-Makmun
mendapatkan jabatan sebagai gubernur di daerah Khurasan. Baru setelah Al-
Amin meninggal, Al-Makmun menggantikannya menjadi khalifah.
Sebagaimana ayaknya, Al-Makmun adalah khalifah Dinasti Abbasiyah
yang besar dan menonjol. Ia memiliki sifat-sifat yang agung, diantaranya
memiliki tekad yang kuat, penuh kesabaran, menguasai berbagai ilmu, penuh
ide, cerdik, berwibawa, berani dan toleran. Pada masa kekhalifahannya,
Dinasti Abbasiyah mengalami masa kegemilangan.

Berikut beberapa pencapaian kejayaan dan kegemilangan peradaban


Islam.

a. Bidang Pertanian dan Perdagangan


Dengan keamanan terjamin, kegiatan pertanian berkembangan secara
luas dan pesat. Produksi buah-buahan dan bunga-bungaan dari Parsi
makin meningkat dan terjamin mutunya. Anggur dari wilayah Shiraz, Yed
dan Isfahan telah menjadi komoditi penting dalam perdagangan di seluruh
Asia. Tempat-tempat pemberhentian kafilah dagang menjadi ramai dan
meluas ke berbagai penjuru dunia. Sebagai contoh, lalu lintas dagang dari
teluk Parsi menuju Tiongkok berkembang melalui dataran tinggi Pamir,
yang dikenal ”Jalan Sutera” (Silk Road) dan “Jalur Laut (Sea Routes).

Semester 1 (21) SKI 7- MTSN2PATI


b. Bidang Pendidikan
Perhatian besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
sebagaimana yang dimulai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid, dilanjutkan
dan semakin mencapai puncaknya masa Al-Makmun. Ia mendorng dan
menyediakan dana yang besar untuk melakukan gerakan penerjemahan
karya-karya kuno, terutama karya Yunani dan Syria ke dalam bahasa
Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, filsafat, dan lain-
lain.
Para penerjemah yang termasyhur antara lain : Yahya bin Abi
Mansur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Sabin bin Qura, dan Hunain bin
Ishaq yang digelari Abu Zaid al-Ibadi. Hunain bin Ishak adalah ilmuwan
Nasrani yang menerjemahkan buku-buku Plato dan Aristoteles atas
permintaan Al-Makmun. Selain itu, Al-Makmun juga mengirim utusan
kepada Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah
Yunani Kuno untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Bait al-Hikmah yang
didirikan ayahnya menjadi pusat ilmu pengetahuan. Lembaga ini
kemudian berhadil melahirkan sederet ilmuwan Muslim yang melegenda.
Selanjutnya dibangun Majelis Munazarah, sebagai pusat kajian
keagamaan. Pada masanya muncul ahli Hadis termasyhur seperti Imam
Bukhori, juga sejarawan terkenal seperti Al-Waqidi.

c. Perluasan Daerah Islam dan Penertiban Administrasi Negara


Di era kekhalifahan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah menjelma
menjadi Negara adikuasa yang sangat disegani. Wilayah kekuasaan dunia
Islam begitu luas, mulai dari Pantai Atlantik di Barat hingga Tembok
Besar Cina di Timur. Dalam perluasan wilayah kekuasaannya, ada
beberapa peristiwa besar yang dicapai, diantaranya penaklukan Pula Kreta
(di Laut Tengah) tahun 208 H / 823 M, dan juga penaklukan Pulau Sicily
(di Laut Mediterranean) tahun 212 H / 827 M.

Semester 1 (22) SKI 7- MTSN2PATI


Kemudian pada tahun 829 M, wilayah Islam mendapat serangan dari
imperium Byzantium (Romawi). Di penghujung tahun 214 H / 829 M, Al-
Makmun bersama pasukan yang besar menyerang imperium Byzantium.
Ketika itu, ia berhasil menduduki wilayah Kilikia dan Lidia pada tahun
832. Hanya saja, belum seluruh wilayah Byzantium ditaklukkan, Al-
Makmun meninggal dunia tahun 218 H / 833 M. perjuangan selanjutnya
diteruskan oleh saudaranya, Al-Mu’tasim.

Semester 1 (23) SKI 7- MTSN2PATI


BAB II
Kecemerlangan Ilmuan Muslim
Dinasti Abbasiyah

Tujuan mempelajari Kecemerlangan Ilmuan Muslim


Dinasti Abbasiyah adalah :

1. Untuk mengenal lebih dekat ilmuan muslim Dinasti Abbasiyah


2. Untuk mengenal lebih dekat ulama Dinasti Abbasiyah
a. Ulama penyusun Kitab Kutubus Sittah
b. Ulama Fiqih 4 Madzhab
c. Ulama Tafsir

PETA KONSEP

KECERMELANGAN ILMUAN
MUSLIM DINASTI ABBASIYAH

Lebih Dekat Lebih Dekat


Dengan Ilmuan Dengan Ulama
Dinasti Abbasiyah Dinasti Abbasiyah

Ulama Penyusun
4 Ulama Madzhab Ulama Tafsir
Kutubus Sittah

Semester 1 (24) SKI 7- MTSN2PATI


A. Lebih Dekat Dengan Ilmuwan Muslim
Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-656 H / 750
sampai 1258 M. Ia merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan besar
bagi kegemilangan peradaban Islam. Dengan dukungan para khafilah yang
memiliki perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban,
maka lahirlah banyak ilmuan dan ulama yang memiliki pemikiran cemerlang.
Karya-karya mereka abadi sepanjang sejarah. Hal tersebut membuktikan bahwa
peradaban dan kebudayaan Islam memberi sumbangan besar bagi peradaban
dunia. Untuk mengenal lebih dekat ilmuwan dan ulama besar tersebut, berikut
uraiannya :

1. Ali Ibnu at-Tabari (838-870M)


Penemu Pertama Ensiklopedia Kedokteran
Abu Al-Hasan Alo bin Sahl
Rabban at-Tabari berasal dari keluarga
Yahudi Syiria terkenal di Merv. Ia
pindah ke Tabaristan sehingga dikenal
dengan nama At-Tabari. Ayahnya Sahl
Ali bin Sahl at-Tabari masuk Islam pada
masa kekhalifahan Al-Mu’tasim. Ia
mahir berbahasa Syiria dan Yunani, dua
bahasa yang menjadi sumber dalam
tradisi pengobatan kuno. Selanjutnya At-
Tabari dikenal sebagai seorang dokter.
Dia juga menjadi ilmuwan yang menulis
ensiklopedia kedokteran.
Karyanya yang terkenal berjudul Firdaus al-Hikmah, ditulis setelah ia
memeluk agama Islam. Buku tersebut ditulis dalam bahasa Arab, kemudian
diterjemahkan sendiri ke dalam bahasa Syiria. Secara garis besar, buku ini

Semester 1 (25) SKI 7- MTSN2PATI


dibagi ke dalam tujuh bagian/bab. Bab pertama berjudul Kulliyat at-Tibb,
memuat masalah doktrin ilmu kesehatan terkini. Bab kedua menguraikan
bagian-bagian organ tubuh manusia, peraturan tentang menjaga kesehatan,
dan laporan tentang penyakit-penyakit yang menghinggapi otot. Bab ketiga
menguraikan tentang diet. Bab keempat berisi tentang seluruh penyakit yang
biasa menimpa badan. Bab kelima menguraikan tentang rasa dan warna. Bab
keenam menjelaskan tentang obat-obatan dan racun. Sedangkan Bab ketujuh
membicarakan tentang astronomi, juga ringkasan pengobatan ala India.
Ali Rabbani at-Tabari bukan hanya seorang dokter, tetapi juga ilmuwan
yang menguasai berbagai ilmu, diantaranya ahli dalam ilmu astronomi,
filsafah, matematika, dan sastra. Ia merupakan guru Zakaria Abu Bakar ar-
Razi, seorang ahli pengobatan Muslim terkenal lainnya.

2. Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina/Ibu Sina


(370H - 428H / 980M – 1037M)
Di dunia Barat, Ibu Sina dikenal
dengan nama Avvicenna. Ia lahir bulan
Safar 370 H / Agustus 980 M di Ifsyina,
suatu negeri kecil dekat Charmitan,
Bukhara. Orang tuanya pejabat tinggi
pada masa Dinasti Saman. Ibu Sina
dibesarkan di Bukhara. Pada usia sepuluh
tahun, ia sudah banyak mempelajari ilmu
agama Islam dan berhasil menghafal Al-
Qur’an. Dari Abu Abdellah Natiti, Ibnu
Sina belajar ilmu logika melalui buku
Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu, ia
mendalami metafisika Plato dan Aristoteles.
Ibu Sina mempelajari ilmu kedokteran kepada Isa bin Yahya, ilmuwan
Kristen. Di usia 17 tahun, Ibu Sina telah dikenal sebagai dokter. Ia pernah
mengobati Pangeran Nuh Ibnu Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya.

Semester 1 (26) SKI 7- MTSN2PATI


Sejak itu, Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana
terlengkap, yaitu Kutub Khana.
Dalam dunia kedokteran, Ibnu Sina adalah ilmuwan Muslim pertama
yang menemukan peredaran darah manusia. Teorinya disempurnakan oleh
William Harvey enam ratus tahun kemudian. Dia juga pertama kali
mengatakan bahwa selama dalam kandungan, bayi mengambil makanannya
lewat tali pusar. Dia pula yang mengawali praktek bedah dan penjahitannya.
Selain itu, ia terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut psikoterapi.
Ibu Sina adalah ilmuwan yang rajin menulis. Karyanya berupa buku
mencapai 200 judul, yang meliputi bidang filsafat, kedokteran, geometri,
astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Karya terbesarnya berjudul Al-
Qanun fi at-Tibb. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran Yunani-Arab
tentang kedokteran. Karya Ibnu Sina tersebut menjadi rujukan bagi para
mahasiswa kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Isinya antara
lain menjelaskan pembedaan mediastinum dengan pleurisy (pembengkakan
pada paru-paru; mengenai kemungkinan penalaran penyakit phthisis
(penyakit saluran pernafasan, terutama asma dan TBC) melalui pernafasan;
dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga
memberikan diagnose ilmiah tentang penyakit ancylostomisis (infeksi usus
kecil akibat cacing) dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya.
Secara keseluruhan, terdapat 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku
tersebut.
Karya-karya Ibnu Sina lainnya sebagai berikut :
1) Buku mengenai politik seperti : a) Risalah al-Siyasah; b) Fi Isbati an-
Nubuwwah; c) Ar-Arzaq
2) Buku mengenai Tafsir seperti : a) Surah al-Ikhlas; Surah al-Falaq; c)
Surah an-Nas; d) Surah al-Mu’awizatain; e) Sural al-A’la.
3) Buku psikologi seperti An-Najat.
4) Buku ilmu kedokteran selain AL-Qanun fi at-Tibb antara lain : a) Al-
Urjuzah fi at-Tibb; b) Al-Adwiyyah al-Qalbiyah; c) Kitabuhu al-Qaulani;
d) Majmu’ah Ibnu Sina al-Kubra; e) Sadidiyyah.

Semester 1 (27) SKI 7- MTSN2PATI


5) Buku tentang logika (mantiq) seperti : a) Al-Isyarat wa at-Tanbihat; b)
Al-Isyaquji; c) Mujiz; d) Kabir wa Sagir.
6) Buku tentang music seperti Al-Musiqah.
7) Kitab Al-Mantiq (yang dihadiahkan untuk Abul Hasan Sahli).
8) Buku fisika seperti Fi Aqsani al-Ulumi al-Aqliyah.
9) Buku Qamus el-Arabi, terdiri atas lima jilid.
10) Buku filsafat seperti : a) As-Syifa; b) Hikmah al-Masyriqiyyin; c) Kitab
a-Insyaf; d) Danesh Nameh; e) Kitab al-Hudud; f) Uyun al-Hikmah, dan
sebagainya.

3. Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi


(251-313 H / 864-930 M)
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, berasal dari Persia, lahir di
Rayy pada tahun 865 M. di dunia Barat, ia dikenal dengan panggilan ‘Ar-
Razes. Ar-Razi adalah murid Ali bin
Sahl Rabban at-Tabari yang cemerlang.
Setelah mempelajari matematika,
astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia
memusatkan perhatiannya pada
kedokteran dan filsafat. Ia menjadi
seorang doter dan filosof besar pada
zamannya.
Ar-Razi sangat rajin mengkali
dan menuliskan berbagai hasil
penelitiannya. Ia pernah menulis lebih
dari 20.000 lembar kertas dalam
setahun. Karya Ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan
dalam bidang kedokteran.
Karya tulis hasil penelitiannya yang termashur adalah Al-Hawi, sebuah
ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 20 jilid. Buku ini berisi ilmu
kedokteran Yunani, Arab, dan diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun

Semester 1 (28) SKI 7- MTSN2PATI


1279 M. sejak saat itu, buku tersebut menjadi rujukan berbagai universitas di
Eropa sampai abad ke-17 M. buku terkenal lainnya berjudul Fi al-Judari wa
al-Hasbat, membahas tentang penyakit campak dan cacar, juga diterjemahkan
kedalam bahasa Latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak ulang yang ke-40
kalinya. Ar-Razi wafat pada tahun 932 M di kota kelahirannya.

4. Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq al-Sabah al-Kindi (810-873 M),


Filosof Muslim Pertama
Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran
bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’as bin Qais al-Kindi. Nama Al-Kindi
berasal d ari nama salah satu suku Arab terbesar sebelum Islam, yaitu suku
Kindah. Al-Kindi lahir di Kufah pada tahun 185 H / 801 M, pada masa
kekhalifahan Harun ar-Rasyid. Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah, pernah
menjadi Gubernur Kufah pada masa kekhalifahan Al-Mahdi (775 M – 785
M) dan Harun ar-Rasyid (786 M – 809 M). kakeknya, Al-Asy’as bin Qais,
dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Al-Kindi sosok yang dikenal
berotak “encer”. Tiga bahasa penting,
yaitu Yunani, Suryani, dan Arab
dikuasainya. Suatu kelebihan yang jarang
dimiliki orang pada saat itu. Al-Kindi
adalah filosof Muslim pertama. Ia orang
Islam pertama yang mendalami ilmu-
ilmu filsafat. Pada saat itu, sampai abad
ke-7 M, pengetahuan filsafat masih
didominasi orang-orang Kristen Suriah.
Al-Kindi menerjemahkan dan
menyimpulkan karya-karya filsafat
Helenisme (banyak dipengaruhi pemikiran Yunani kuno). Ia juga dikenal
sebagai pemikir Muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama.
Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Dia melukiskan

Semester 1 (29) SKI 7- MTSN2PATI


filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan.
Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama, sekaligus menjadi
bagian dari kebudayaan Islam.
Al-Kindi menguasai beragam ilmu pengetahuan. Sebanyak 270 karya
telah berhasil ditulisnya. Karya tersebut dapat dikelompokkan dalam bidang
filsafat, logika, ilmu hitung, music, astronomi, geometri, medis, astrologi,
psikologi, politik, dan meteorology. Salah satu karya Al-Kindi di bidang
filsafat adalah Risalah di Madkhal al-Mantiq bi Istifa al-Qawlfih, berisi
tentang pengantar ilmu logika.
Al-Kindi hidup tidak kurang dari lima periode kekhalifahan Dinasti
Abbasiyah, yaitu Al-Amin, Al-Makmun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq dan Al-
Mutawakkil. Dia menjadi salah satu ilmuwan besar, sekaligus bukti hidup
kegemilangan kebudayaan Islam pada era kejayaan Dinasti Abbasiyah. Ia
bahkan pernah diangkat sebagai guru dan tabib kerajaan. Al-Kindi
meninggal pada tahun 869 M.

5. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali al-Tusi al-Syafi’i


(450-505H / 1058-1111 M)
Nama lengkap Imam al-Gazali
ialah Muhammad bin Ahmad al-Iman
al-Jalil Abu Hamid at-Tusi al-Gazali,
lahir di Tusi (daerah Khurasan di
wilayah Persia / Iran sekarang) pada
tahun 450 H / 1058 M, ayahnya
seorang pemintal benang dan ahli
tasawuf yang hebat.
Pada masa kecilnya, Al-Gazali
sudah belajar ilmu fiqih kepada Syekh
Ahmad bin Muhammad ar-Razikani,
teman ayahnya sekaligus orang tua
asuhnya. Selain itu, ia belajar kepada Imam Abi Nasar al-Isa’ili di negeri

Semester 1 (30) SKI 7- MTSN2PATI


Jurjan. Al-Gazali kemudian berangkat ke Nisafur dan belajar kepada Imam
al-Haramain al-Juwaini, guru besar di Madrasah Nizamiyah Nisafur.
Dengan cepat Al-Gazali dapat menguasai ilmu-ilmu pengetahuan pokok,
seperti ilmu mantiq (logika, filsafat, dan fikih mazhab Syafi’i. Karena
kecerdasannya, Imam al-Haramain mengatakan bahwa Al-Gazali itu adalah
“lautan bertepi”.
Setelah Imam al-Haramain wafat, Al-Gazali meninggalkan daerah
Naisabur (Nisafur). Ia pergi ke Mu’askar dan mengunjungi Perdana Menteri
Nizam al-Muluk, atas pemerintahan Bani Saljuk. Al-Gazali disambut
dengan penuh hormat sebagai seorang ulama besar. Pada tahun 484 H/1091
M, Nizam al-Muluk akhirnya melantik Al-Gazali sebagai guru besar dan
mengajar pada Perguruan Tinggi Nizamiyah, Baghdad. Disamping menjadi
guru besar, Al-Gazali diangkat sebagai mufti. Tugasnya membantu
pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam
masyarakat.
Al-Gazali selalu hidup berpindah-pindah, khususnya untuk mendalami
ilmu pengetahuan. Setelah dari Baghdad, dia diangkat ke Syam, menetap
hampir 2 (dua) tahun untuk berlatih membersihkan diri, menyucikan hati
dengan mengingat Tuhan, juga I’tikaf di Masjid Damaskus. Berikutnya
pindah ke Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem. Kedua
kota itu merupakan tempat para Nabi mendapat wahyu pertama dari Allah,
semenjak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa. Al-Gazali juga berangkat ke
Mesir, pusat kemajuan dan kebesaran Islam kedua sesudah Bagdad. Dari
kota Kairo ia melanjutkan perjalanan ke Iskandariyah di Mesir. Setelah itu,
ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, juga berziarah ke
kuburan Nabi Ibrahim. Akhirnya, Al-Gazali kembali ke Nasisabur dan
mendirikan Madrasah Fiqh, sekaligus asrama (khanaqah) untuk melatih para
mahasiswa dalam paham dan amalan sufi.
Al-Gazali menulis banyak kitab di berbagai bidang ilmu pokok pada
zamannya, antara lain tentang tafsir Al-Qur’an, ilmu kalam, usul fikih, fikih,
tasawuf, mantiq, filsafat, dan lain-lain.

Semester 1 (31) SKI 7- MTSN2PATI


Beberapa karyanya yang termasyhur dan banyak dirujuk oleh
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia adalah :
1) Ihya Ulum ad-Din, yang membahas ilmu-ilmu agama.
2) Tahafut al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari
sudut pandang agama.
3) Al-Munqiz min ad-Dalal, menjelaskan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu
menurut Al-Gazali.
4) Al-Iqtasad fi al-Itiqad, menjelaskan inti ilmu dari para ahli kalam.
5) Jawahir Al-Qur’an, menjelaskan rahasia yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
6) Mizan al-Amal, menjelaskan tentang falsafah keagamaan.
7) Al-Maqasid al-Asna fi Ma’ani Asma Allah al-Husna, menjelaskan
tentang arti nama-nama Tuhan.
8) Al-Basit, berisi tentang Fiqih.
9) Al-Mustasfa, berisi tentang ushul fiqh, dll.

Al-Gazali wafat dalam usianya yang ke 55 pada tahun 505 (1111 M)


di Tusi (wilayah Iran sekarang), tepat di kota kelahirannya.

6. Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub bin Miskawaih


(320-412H / 932-1030M)
Nama lengkapnya Ahmad bin
Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih,
tetapi lebih dikenal Ibnu Miskawaih atau
Maskawaih. Nama itu diambil dari nama
kakeknya yang semula beragama Majuzi
(Persia), kemudian masuk Islam.
Julukannya adalah Abu Ali, yang merujuk
kepada sahabat Ali bin Abi Talib.
Disamping itu ia juga bergelar al-Khazin
yang berarti bendaharawan. Jabatan sebagai

Semester 1 (32) SKI 7- MTSN2PATI


bendaharawan/menteri keuangan itu berlangsung pada masa kekuasaan
Adud ad-Daulah dari Bani Buwaih (al-Dawlah al-Buwaihiyyah).
Ibnu Miskawaih dilahirkan di Rayy (Teheran, di Iran sekarang). Para
penulis sejarah berselisih pendapat tentang tanggal kelahirannya. Namun
pendapat umum mengatakan Miskawaih lahir pada tahun 330 H/ 942 M,
dan meninggal dunia pada tanggal 9 Safar 421 H / 16 Februari 1030 M.
Tidak banyak informasi yang menjelaskan riwayat pendidikannya.
Menurut sejarawan Ahmad Amin, pendidikan anak-anak pada zaman
Abbasiyah pada umumnya dimulai dengan belajar membaca, menulis,
mempelajari Al-Qur’an da dasar-dasar bahasa Arab (Nahwu) serta membuat
syair. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu fikih, sejarah, matematika, dan
ilmu-ilmu praktis seperti ilmu musik, catur dan militer. Ibnu Miskawaih
sendiri belajar sejarah dari Abu Bakar Ahmad bin Kamil al-Qadi, belajar
filsafah dari Ibnu al-Akhmar, dan belajar kimia dari Abu Tayyib. Ia juga
berkawan dengan para ilmu lain, diantaranya Ibnu Sina.
Ibnu Miskawaih dikenal sebagai sejarawan besar, kemasyhurannya
melebihi pendahulunya, yaitu At-Tabari. Ia adalah seorang dokter, penyair,
ahli bahasa, dan filosof Muslim yang mampu memadukan metode
pemikiran Yunani dan Islam. Disamping itu, ia juga ahli dalam filsafah
Romawi, India, Arah dan Persia. Miskawaih memiliki perhatian besar
terutama pada filsafat etika Islam. Hal ini terlihat dari berbagai buku atau
karyanya, diantaranya: 1) Risalah fi al-lazzat wa al-Alam; 2) Risalah fi at-
Tabu’at; 3) Risalah fi jauhar an-Nafs; 4) Muqalat an-Nafs wa al-Aql; 5) Fi
Isbat as-Suwar al-Ruhaniyat allati la Yabula Lama, min Kitab al-Aql wa al-
Ma’qul; 6) Ta’rif li Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa az-Zaman;
7) Tahzib al-Akhlaq wa Tatthir al-Ar’raq dan; 8) Risalah fi Jawab fi Su’al li
‘Ali ibn Miskawaih Ila Abi Hayyan as-Sauli fi Haqiqat al-‘Adl.
Oleh sebab itu, Ibnu Miskawaih menjadi ilmuwan Muslim pertama di
bidang filsafat akhlak.

Semester 1 (33) SKI 7- MTSN2PATI


7. Abu Musa Jabir bin Hayyan (750-803 M)
Orang Barat mengenalnya dengan sebutan ‘Geber’. Abu Musa Jabir
bin Hayyan lahir di Kufah pada tahun
750 M. Sumbangan terbesar Jabir bin
Hayyan dalam dunia ilmu pengetahuan
adalah di bidang kimia. Keahlian itu
didapatnya dari seorang guru bernama
Barmaki Vizier, tepatnya pada era
pemerintahan Harun ar-Rasyid di
Baghdad. Ia mengembangkan teknik
percobaan secara terencana dan
beraturan di dalam penelitian kimia,
sehingga setiap eksperimen dapat
direproduksi kembali.
Jabir menekankan bahwa jumlah zat itu berhubungan dengan reaksi
kimia yang terjadi. Penemuan Jabir itu dapat berhubungan dengan reaksi
kimia yang terjadi. Penemuan Jabir itu dapat dipandang telah merintis
ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Sumbangan lainya yang penting antara lain dalam penyempurnaan
proses kristalisasi (pengabluran atau penjernihan), distilasi (pemanasan
benda cair atau padat menjadi uap), kalsinasi (pemanasan suatu benda
hingga temperaturnya tinggi), sublimasi (proses perubahan langsung zat
padat menjadi cair), dan penguapan serta pengembangan peralatan untuk
melakukan proses-proses tersebut.
Jabir juga menulis kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia,
antara lain: Kitab al-Kimya, Kitab al-Sab’in, Kitab ar-Rahman, At-Tajmi,
Al-Zilaq, al-Sarqi, Book of the Kingdom, Book of Eastern Mercury da Book
of Balance.

Semester 1 (34) SKI 7- MTSN2PATI


8. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850 M)
Nama lengkap Al-Khawarizmi adalah Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi atau Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf. Di
dunia Barat, ia dikenal sebagai Al-Khawarizmi, Al-Cowarizmi, Al-
Aharizmi, Al-Karismi, Al-Goritmi, Al-Gorismi, dan beberapa ejaan lainnya.
Tahun kelahirannya banyak pendapat. Ada yang mengatakan Al-
Khawarizmi hidup sekitar pertengahan awal abad ke-9 M. Sumber lain
mengatakan ia hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194 H / 780 M,
dan meninggal dunia tahun 26 H/ 850 M di Baghdad.
Al-Khawarizmi, termasuk ilmuwan Muslim yang berpengalaman luas,
bukan hanya dalam bidang syariat, tetapi juga di bidang filsafat, logika,
aritmatika, geometri, music, ilmu hitung,
sejarah Islam dan kimi serta penulis
ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
Dalam usia muda, dia bekerja di
Baital-Hikmah di bawah pemerintahan
Khalifah Al-Makmun. Ia bekerja dalam
sebuah observatorium (gedung untuk
pengamatan dan penelitian) matematika
dan astronomi. Al-Khawarizmi juga
dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah.
Al-Khawarizmi memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara
perhitungannya kepada dunia Islam. Ia adalah ilmuwan pertama kali yang
memperkenalkan ilmu aljabar dan hisab. Pengetahuannya dalam bidang
matematika menghasilkan konsep-konsep yang masih digunakan sampai
sekarang.
Beberapa karyanya yang menjadi sumbangan besar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan modern diantaranya :
1) Al-Jabr wa al-Muwabalah, pemakaian secans dan tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi.

Semester 1 (35) SKI 7- MTSN2PATI


2) Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, contoh-contoh soal matematika.
3) Ia memperkenalkan sistem nomor dan Cos, Sin, Tangen dalam
penyelesaian persamaan trigonometri, torema segitiga sama kaki, segi
empat dan lingkaran dalam geometri.
4) Ia memperkenalkan Ilmu Perbintangan (astronomi)
5) Ia memperkenalkan cabang-cabang ilmu matematika seperti geometri,
aljabar, dan aritmatika.
6) Ia memperkenalkan angka nol itu memiliki nilai, dengan angka nol
terbuka jutaan kemungkinan. Dari gagasan inilah operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian bisa jadi lebih mudah dan
sederhana.
7) Ia memperkenalkan pengembangan sistem nilai tempat decimal dengan
angka 1 sampai 9 sebagai angka, sekaligus pengisi nilai-nilai dan angka
nol sebagai angka saja.

Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang aljabar telah diterjemahkan,


antara lain oleh Gerard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa
Eropa pada abad ke-12.

B. LEBIH DEKAT DENGAN ULAMA DINASTI ABBASIYAH

1. Ulama Penyusun Kutubus Sittah

a. Imam Bukhari
Nama lengkapnya Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn al-
Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari, lahir bulan Syawal 184 H di
Bukhara, Uzbekistan (Asia Tenggara). Ia lebih dikenal dengan panggilan
‘Al-Bukhari’.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama.
Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal
sebagai seorang yang wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid

Semester 1 (36) SKI 7- MTSN2PATI


dari Imam Maliki, ulama besar dan ahli Fiqih. Ia wafat ketika Bukhari
amsih kecil.
Sejak berusia sepuluh tahun, Imam Bukhari sudah mengembara
untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Balk, Naisabur, Rayy, Bagdad, Basrah,
Kufah, Mekkah, Mesir dan Syam. Ia pernah berguru pada Syekh al-
Dakhili. Ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun,
ia mengunjungi kota suci Makkah dan Madinah untuk belajar dari para
guru besar Hadis. Pada usia 18 tahun, dia sudah hafal karya Mubarak
wan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, ia
menghimpun Hadis-hadis sahih dalam satu kitab. Dari satu juta yang
diriwayatkan 80.000 para Rawi, ia menyaringnya menjadi 7.275 Hadis.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadis sahih, Imam
Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun. Beliau mengunjungi
berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadis. Diantara kota-kota yang
disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Jijaz (Mekkah dan Madinah),
Kufah, Baghdad sampai Asia Barat.
Para ulama hadis yang termasuk guru Imam Bukhari adalah Ali
bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim
al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf al-Baikandi. Selain itu, banyak ahli
hadis yang berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu
Hatim Tirmizi, Muhammad bin Nazr, dan Imam Muslim.
Imam Bukhari merupakan ulama yang banyak menulis kitab
Hadis. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Sebagian karyanya antara lain : 1) Sahih Bukhari; 2)
Al-Adab al-Mufrad, Ad-Du’afa as-Saqir, 3) At-Tarikh as-Saqir; 4) At-
Tarikh al-Ausat; 5) At-Tarikh al-Kabir; 6) At-Tafsir al-Kabir; 7) al-Ilal;
8) Raful Yadain fi as-Salah; 9) Birr al-Walidain; 10) Ad-Du’afa, dan: 11)
Al-Hibah. Namun diantara karyanya itu, yang termashur adalah Al-Jami
al-Musnad as-sahih al-Mukhtasar min Umur Rasul Allah wa as-Sunanih
wa Ayyamih.

Semester 1 (37) SKI 7- MTSN2PATI


Imam Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H, di usia
62 tahun, jenazahnya dikuburkan di Khartand, sebuah desa di
Samarkand.

b. Imam Muslim
Nama lengkapnya Imam Abd al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn
Muslim ibn Qusyairi an-Nasisyabari, dilahirkan di Naisabur tahun 202 H
/ 817 M. saat itu, Naisabur termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah
Islam dikenal dengan sebutan Ma Wara an-Nahr, wilayah Rusia, yangd
alam sejarah islam dikenal dengan sebutan Ma’Wara an-Nahr, yaitu
daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan,
Asia Tengah.
Pada masa Dinasti Samanid, kota Naisabur pernah menjadi pusat
pemerintahan dan perdagangan selama 150 tahun. Saat itu, kota tersebut
bahkan dikenal sebagai salah satu kota ilmu. Kota tempat berkumpulnya
ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.
Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadis. Kecerdasan dan
ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun,
ia sering datang berguru kepada Imam Ad-Dakhili, seorang ahli hadis di
kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal banyak hadis.
Ketika gurunya salah dalam periwayatan hadis, bahkan berani
mengoreksi kekeliruan itu. Karena kecintaannya kepada ilmu hadis,
maka ia mengembara ke berbagai tempat, terutama untuk mendapatkan
kebenaran silsilah sebuah hadis.
Imam Muslim juga banyak menulis kitab hadis, dianyara yang
termashur adalah : 1) Al-Jami as-Sahih atau dikenal sebagai Sahih
Muslim; 2) Al-Musnad al-Kabir; 3) Al-Asma’wa ak-Kunyah; 4) Al-‘Ilal;
5) Al-Qaran; 6) Sualat Ahmad ibn Hambal; 7) Al-Intifa’ bi Uhub as-Siba;
8) Al-Muhadra-main; 9) Man Laisa lahu Illa Rawin Wahid; 10) Kitab
Aulad as-Sabah, dan: 11) Kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang
paling mashur adalah As-Sahih, yang judul lengkapya yaitu Al-Musnad

Semester 1 (38) SKI 7- MTSN2PATI


as-Sahih al-Mukhtsar min as-Sunan bi Naql al-Adl’an Rasul Allah, yang
berisi 3,033 hadis.
Beliau wafat pada hari Ahad sore, 24 Rajab 261 H / 4 Mei 875 M,
dalam usia 55 tahun. Ia dimakamkan keesokan harinya di Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Nisabur.

c. Imam Abu Dawud


Nama lengkapnya, Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir
bin Syidad bin ‘Amr al-Azdi As-Sijistani. Ia dilahirkan pada tahun 202 H
/ 817 M di Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan
para ulama. Belum cukup dewasa, ia sudah mengunjungi dan
mengelilingi berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah,
Sagar, Khurasan, dan negeri-negeri lain untuk belajar Hadis dari para
ulama. Berbagai hadis yang diperolehnya disaring, hasil penyaringan itu
dibukukan dalam kitab As-Sunan.
Abu Dawud sering mengunjungi Bagdad, terutama untuk
mengajarkan Hadis dan fiqh kepada penduduk. Kitab As-Sunan
digunakan sebagai pegangannya. Kita tersebut mendapat pujian dari
Ahmad bin Hanbal, ulama fikih termasyhur dari empat Mazhab.
Atas permintaan Gubernur setempat, Abu Dawud kemudian
menetap di Basrah. Gubernur menghendaki supaya Basrah menjadi pusat
bagi para ilmuwan dan peminat Hadis.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak.
Diantaranya Ahmad bin Hambal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr ar-Darir,
Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu al-Walid at-Tayalisi, dan
lain-lain. Sebagian dari gurunya juga merupakan guru Imam Bukhari dan
Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah, dan
Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau
mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa at-Tirmizi, Abu Abd ar-
Rahman an-Nasa’I, Abu Bakar bin Abu Dawud (putranya sendiri), Abu

Semester 1 (39) SKI 7- MTSN2PATI


Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’I, Abu Bakar bin
Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi, dan lain-lain.
Abu Dawud adlaah seorang ulama besar yang warak, saleh, dan
bijaksana. Sifat-sifat mulianya diungkapkan oleh sebagian ulama dengan
pernyataan :
“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hambal dalam perilaku,
ketenangan jiwa, kebagusan pandangan, dan kepribadiannya. Ahmad
sendiri menyerupai Waki’, Waki’ menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan
menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha’I, Ibrahim
menyerupai ‘Alqamah, ‘Alqamah menyerupai Ibnu Mas’ud, sedangkan
Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi Saw dalam sifat-sifat tersebut.
Imam Dawud menulis banyak kitab hadis, antara lain: 1) Kitab
as-Sunan (Sunan Abu Dawud); 2) Kitab al-Marasil; 3) Kitab al-Qadr,
An-Nasikh wa al-Mansukh; 4) Fada’il al-A’mal; 5) Kitab az-Zuhd; 6)
Dala’il an-Nubuwwah; 7) Ibtida’ al-Wahyu, dan; 8) Akhbar al-Khawarij.
Kitabnya yang paling dikenal oleh kalangan umat Islam di Indonesia
adalah Kitab as-Sunan Abu Dawud.

d. Imam at-Tirmizi
Imam Tirmizi banyak pula mengarang kitab seperti kitab al-‘Ilal,
Kitab as-Asma’ as-Sahabah, Kitab al-Asma al-Kunyah, dan yang
terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam hadis Hasan disebutkan bahwa
Sunan at-Tirmizi adalah induk Hadis Hasan. Kitab tersebut terdiri dari
empat bagian. Pertama, bagian yang dipastikan kesahihannya. Kedua,
bagian yang mencapai syarat sebagaimana Abu Daud dan An-Nasai’.
Ketiga, bagian yang jelas illatnya. Keempat, bagian yang menerangkan
menurut perkataannya sendiri, seperti ucapannya: “Yang kutakhrij dalam
kitabku ini adalah Hadis yang telah diamalkan oleh sebagian ulama”.
Keistimewaan kitab As-Sunan tersebut dinyatakan oleh Abdullah
bin Muhammad al-Ansari dengan ucapannya: “Kitab at-Tirmizi bagiku
lebih terang dari pada Kitab Bukhari dan Muslim”. Menurutnya, Kitab

Semester 1 (40) SKI 7- MTSN2PATI


at-Tirmizi bisa dipahami oleh setiap orang, baik ahli fikih, ahli hadis atau
ahli yang lainnya.
Imam Tirmizi melakukan perjalanan panjang dalam menuntut
ilmu, baik dalam bentuk mencatat, berdiskusi, bertukar pikiran, dan
mengarang yang menyebabkan ia menderita kebutaan beberapa tahun
pada akhir hidupnya. Dalam keadaan seperti itulah Beliau kemudian
meninggal dunia. Ia wafat di Tirmizi pada malam Senin, 13 Rajab tahun
279 H / 8 Oktober 892 M, dalam usia 70 tahun.

e. Imam An-Nasa’i
Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Syu’aib ibn ‘Ali ibn Sinan
Abu ‘Abd ar-Rahman al-Nasa’i, lahir pada tahun 215 H. Ia dikenal
dengan nama Nasa’i yang dinisbahkan kepada kota Nasa’i, salah satu
kota di Khurasan. Imam Nasa’i menerima hadis dari Sa’id, Ishaq bin
Rawahih, dan ulama lainnya dari tokoh Hadis di Khurasan, Hijaz, Irak,
Mesir, Syam, dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadisnya. Kitab
Snan an-Nasa’i memuat lebih sedikit Hadis daifnya, setelah Kitab Sahih
Bukhari dan Kitab Sahih Muslim.
Para guru tempatnya belajar antara lain: Qutaibah bin Said, Ishaq
bin Ibrahim, Ishaq bin Rawahih al-Haris bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa at-Tirmizi. Sedangkan ulama-ulama
yang pernah berguru kepadanya adalah: Abu al-Qasim at-Tabarani
(pengarang Kitab Mu’jam), Abu Ja’far at-Tahawi, Al-Hasan bin al-
Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu’awiyah bin al-Ahmar al-Andalusi,
Abu Nasr ad-Dalabi, dan Abu Bakar bin Ahmad as-Sunni.
Kitab-kitab Hadis karya An-Nasa’I diantaranya: 1) As-Sunan al-
Kubra (yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i); 2) As-Sunan al-Mujtaba;
3) Kitab at-Tamyiz; 4) Kitab ad-Du’afa; 5) Khasa is Ali; 6) Musnad Ali;
7) Musnad Malik; dan 8) Manasik al-Hajj.

Semester 1 (41) SKI 7- MTSN2PATI


Imam An-Nasa wafat pada tahun 303 H / 915 M. Ia dimakamkan
di Baitul Maqdis, Palestina.

f. Imam Ibnu Majah


Nama lengkap Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid ibn Majah al-
Rab’i al-Qazwini. Ia lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Beliau
terkenal dengan kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di
Qazwin, Iran tahun 209 H/ 824 M. Sebutan Majah dinisbahkan
kepada ayahnya bernama Yazid, yang dikenal pula dengan nama
Majah Maula Raba’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja. Ia
menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun, terutama kepada
gurunya yang terkenal, Ali bin Muhammad at-Tanafasi, terutama
kepada gurunya yang terkenal, Ali bin Muhammad at-Tanafi. Bakat
dan minatnya di bidang Hadis tumbuh makin besar. Hal tersebut
mendorongnya untuk berkelana ke beberapa daerah dan Negara guna
mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadis. Puluhan negeri telah ia
kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basrah, Kufah, Bagdad,
Khurasan, Suriah, Mesir, dan Hijaz. Ia menerima Hadis dari para
ulama Hadis di tempat-tempat yang dikunjunginya, yaitu dari Abu
Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad ibn ‘Abdillah ibn Numayr,
Hisyam bin Ammar, Ahmad bin al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para
pengikut (perawi dan ahli Hadis) dari Imam Malik serta Al-Lays,
termasuk dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah al-
Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.
Pertemuannya dengan banyak ulama Hadis di berbagai tempat,
menjadikan Ibnu Majah mampu menghimpun dan menulis puluhan
bahkan ratusan Hadis, teruma dari sumber-sumber yang dipercaya
kesahihannya.
Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku,
baik dalam bidang Hadis, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang
tafsir, ia menulis antara lain Tafsir Al-Qur’an al-Karim. Sementara

Semester 1 (42) SKI 7- MTSN2PATI


itu, kitabnya di bidang sejarah berjudul At-Tarikh, memuat biografi
para perawi Hadis sejak awal hingga zamannya. Karyanya di bidang
Hadis berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah, menjadi yang paling
bersejarah dan popular di kalangan Muslim dan rujukan klasik.
Menurut Muhammad Fual Abdul Baqi, penulis buku Al-Mu’jam al-
Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Indeks Al-Qur’an), jumlah
Hadis dalam Kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 Hadis.
Sumbangannya di bidang ilmu-ilmu Islam tersebut, khususnya bidang
ilmu Hadis, banyak mendapat pujian dari ulama besar lainnya. Abu
Ya’la al-Khalili al-Qazwini mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang
yang terpercaya, yang diakui kejujurannya, dan pendapatnya dapat
dijadikan pedoman. Ia mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak
menghafal Hadis”. Sedangkan Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur
mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah: “Muhammad bin Yazid
(Ibnu Majah) adalah pengarang kitab Sunan yang masyhur. Kitabnya
merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan
pandangannya, serta kejujuran dan kepatuhannya kepada Hadis, baik
tentang masalah pokok (usul) maupun masalah cabang (furu).
Ibnu Majah meninggal dunia tanggap 22 Ramadhan 273 H / 887 M,
di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.

2. Empat Ulama Madzhab


a. Imam Hanafi
Imam Hanafi lahir di Kufah
pada tahun 699 M dan meninggal di
Bagdad pada tahun 776 M. Nama
lengkapnya adalah Abu Hanifah
Nu'man bin Sabit. Imam Hanafi
dikenal rajin dan teliti dalam bekerja
serta fasih berbahasa. Meksipun anak
saudagar kaya, Imam Hanafi

Semester 1 (43) SKI 7- MTSN2PATI


menjauhi kemewahan hidup. Hartanya lebih banyak didermakan
daripada untuk kepentingan sendiri.
Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin, seperti
Ata' bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam Hammad
bin Abi Sulaiman. Selain mendalami ilmu fikih, Imam Hanafi juga
mendalami hadis dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat erat kaitannya
dengan ilmu fikih. Dalam menetapkan sebuah hukum, Imam Hanafi
menggunakan beberapa dasar, yaitu Al-Qur'an, sunah Rasulullah saw.,
fatwa dari sahabat, kias, istihsan, ijmak, dan urf.
Dasar-dasar itulah yang kemudian dikenal dengan dasar mazhab
Hanafi. Selain itu, Imam Hanafi juga meninggalkan beberapa karya
tulis, yaitu al-Fara'id (membahas masalah waris), asy-Syurūt
(membahas perjanjian), al-Fiqh al-Akbar (membahas ilmu kalam).

b. Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 716 M dan meninggal
di kota yang sama pada tahun 795 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris
bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Ia tidak pernah
meninggalkan Madinah sepanjang hidupnya, kecuali ke Mekah untuk
beribadah haji.
Beberapa gurunya adalah Nafi' bin Abi Nu'aim, Ibnu Syihab az-
Zuhri, dan Hasyim bin Urwa.
Dasar-dasar hukum yang digunakan oleh Imam Malik dalam
memutuskan sesuatu adalah Al-Qur an, sunah rasul, sunah sahabat,
tradisi masyarakat Madinah (amal ahli madinah), kias, dan al-
maslahah al-mursalah.
Dasar-dasar itu juga menjadi pegangan bagi mazhao Maliki
yang berkembang di wilayah seperti Maroko, Tunisia, Sudan, dan
Andalusia.

Semester 1 (44) SKI 7- MTSN2PATI


Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-
Muwatta'. Kitab itu ditulis atas permintaan Khalita al-Mansur dan
selesai penulisannya pada masa Khalitan al-Mahdi. Kitab itu
merupakan kitab hadis sekaligus buku fikih karena berisi hadis-hadis
yang berkaitan dengan bidang-bidang fikih.

c. Imam Syafi’i
Imam Syafi'i lahir di Gaza,
Palestina pada tahun 767 M dan
meninggal di Fustat, Kairo pada
tahun 820 M. la hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-
Rasyid. al-Amin, dan al-Ma'mun.
Nama lengkapnya adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Idris asy-
Syafi'i. Mazhab fikihnya terkenal
dengan nama Mazhab Syafi'i. Pada
usia 9 tahun, Imam Syafi'i sudah
mampu menghafal Al-Qur'an.
Kemudian, ia mendalami bahasa dan sastra Arab ke sebuah desa
Badui, yaitu Bani Huzail. Setelah itu, ia belajar fikih pada Imam
Muslim bin Khalid az-Zanni. Dalam ilmu hadis. ia berguru kepada
Imam Sufyan bin Uyainah, sedangkan dalam ilmu Al-Qur'an ia
berguru kepada Imam Ismail bin Qastantin. Ia juga mempelajari kitab
al-Muwatta dan berguru kepada Imam Malik. Dalam menetapkan
hukum, Imam Syafi’i menggunakan lima dasar, yaitu Al-Qur'an,
sunah, ijmak, kias, istidal (penalaran). Kelima dasar ini kemudian
dikenal sebagai dasar-dasar mazhab Syafi'i. Adapun beberapa karya
tulisnya adalah ar- Risälah (membahas tentang usu fikih), al-Umm
(membahas kitab fikih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadis-

Semester 1 (45) SKI 7- MTSN2PATI


hadis nabi), dan Ikhtilaf al-Hadis (kitab mengenai perbedaan-
perbedaan dalam hadis).

d. Imam Hambali
Imam Hanbali lahir di Bagdad pada tahun 780 M dan
meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M. Nama lengkapnya
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Ia adalah salah seorang ulama
mujtahid dalam bidang fikih. Mazhabnya disebut mazhab Hanbali.
Ayahnya bernama Muhammad bin
Hanbal bin Hilal, sedangkan ibunya
bernama Shahifah binti Maimunah
yang berasal dari bangsawan Bani
Amir. Ia dibesarkan oleh ibunya
karena ayahnya meninggal pada usia
muda. Ia belajar Al-Qur'an dan ilmu
agama pada ulama-ulama di Bagdad
hingga usia 10 tahun. Kemudian, ia
mempelajari ilmu agama dengan
mengembara ke berbagai kota, seperti
Kufah, Basra, Suriah, Yaman, Mekah, dan Madinah. Di antara guru-
gurunya adalah Hammad bin Muslih, Abu Yusuf al-Qadi, dan
Abdurrazaq bin Human. Dari mereka, Imam Hanbali belajar ilmu
fikih, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu kalam, dan ilmu bahasa Arab.
Beberapa muridnya yang terkenal adalah Imam Hasan bin Musa,
Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Abu
Zur'ah ad-Dimasyqi, dan Imam Ibnu Abi ad-Dunia. Di bidang fikih,
Imam Hanbali menyimpulkan suatu hukum dengan nas Al-Qur'an atau
hadis sahih, fatwa para sahabat, hadis mursal (bersambung), dan
kias.Adapun kias, digunakan oleh Imam Hanbali hanya dalam
keadaan terpaksa, yaitu apabila keseluruhan unsur yang terdapat
dalam tingkatan di atasnya tidak ada lagi. Kemampuannya dalam ilmu

Semester 1 (46) SKI 7- MTSN2PATI


hadis terbukti dengan tersusunnya Kitab al-Musnad. Kitab itu
menghimpun 40.000 hadis yang disusun berdasarkan tertib nama
sahabat yang meriwayatkannya, kebanyakan hadis dalam Kitab al-
Musnad berderajat sahih dan hanya sedikit sekali yang berderajat daif.
Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Tafsir Al- Qur'an, Kitab an-
Nasikh wal-Mansukh, Kitāb al-Muqaddam wa al-Muakhkhar, Kitäb
al-Manasikh al-Kabir, Kitäb al-‘Ilal, Kitäb al-Wara', dan Kitäb Ta'at
ar-Rasul.

3. Ulama Tafsir
Berikut ini akan dikemukakan secara sekilas riwayat beberapa ahli
tafsir yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah.
a. Abu Ja far Muhammad bin Jarir at-Tabari
Ia terkenal dengan nama panggilan at-Tabari. Ia lahir di Bagdad,
Irak. At-Tabari sudah mulai belajar pada usia muda. Pada usia remaja,
ia mulai mengembara untuk mencari ilmu. Pertama kali ia pergi ke Ray
dan berguru kepada Muhammad bin Humad ar-Razi. Kemudian, ia
pindah ke Bagdad dan berguru kepada Imam Hanbali. Akan tetapi,
Imam Hanbali telah meninggal sebelum ia sampai ke sana. Ia lalu pergi
ke Basra dan Kufah. Di Kufah, ia menghafal 100.000 hadis dari Syekh
Abu Kuraib. Kemudian, ia kembali ke Bagdad.
At-Tabari tidak mempunyai harta benda melebihi apa yang
dibutuhkannya. Ia sering kali menolak jabatan-jabatan yang ditawarkan
kepadanya. Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah
kitab yang berjudul Jämi' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an yang bisa
disingkat at-Tafsir atau Tafsi r Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari
menyebutkan bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang juga
menghargai pendapat-pendapat sahabat dan para tabiin.
Di samping dalam ilmu tafsir, at-Tabari juga menghasilkan
beberapa karya lain, di antaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Mulük (Sejarah

Semester 1 (47) SKI 7- MTSN2PATI


Para Rasul dan Raja), Tarikh ar-Rijäl (Sejarah Para Tokoh), dan Tahżib
al-Asar (sebuah buku dalam bidang hadis).

b. Ibnu Kasir
Ibnu Kasir lahir di Bosyra, Suriah, 700 H/1300 M Damaskus.
Nama lengkapnya adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Kasir. Beliau
adalah seorang ulama terkenal dalam ilmu tafsir, juga ilmu yang lainya
seperti ilmu hadis, sejarah, dan fikih. Ayahnya meninggal saat ia
berusia 6 tahun. Oleh karena itu ia tinggal bersama kakanya sejak 706
H di Damaskus, dan dari sinilah ia mulai belajar. Guru pertamanya
adalah Burhanuddin al-Fazari yang menganut mazhab Syafi'i. Tidak
lama setelah itu, ia berada di bawah pengaruh Ibnu Taimiyah.
Hidup Ibnu Kasir cukup panjang dihabiskan di Suriah sebagai
seorang yang sederhana. la mulai popular sejak mengikuti sebuah
penelitian untuk menetapkan hukum terhadap zindik terdakwa penganut
paham inkarnasi, yang diprakarsai oleh Gubernur Suriah Altunbuga an-
Nasiri di akhir 741 H/1341 M. Pada 756 H/1355 ia diangkat menjadi
kepala Lembaga Pendidikan Hadis al-Asyrafiyah. Karyanya di bidang
tafsir yang terkenal dan digunakan sampai saat ini adalah "Tafsir Al-
Qur'an al-Karim" dalam sepuluh jilid. Menurutnya, tafsir yang paling
benar adalah: 1) tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an itu sendiri; 2)
apabila tafsir tersebut tidak didapatkan, Al-Qur'an harus ditafsirkan
dengan hadis Nabi: 3) kalau yang kedua juga tidak didapatkan, Al-Qur'
an harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat, karena merekalah yang
paling mengetahui konteks sosial turunya Al-Qur'an; 4) jika yang ketiga
juga tidak didapatkan, maka diambilkan dari pendapat para tabi in.
Karya yang lainya adalah, di bidang sejarah ada tiga buku: 1) al-
Bidayah wa an-Nihäya, 14 jilid; 2) al-Fuşul fi Sirah ar-Rasul (Uraian
mengenai Sejarah Rasul); 3) Tabaqåt asy-Syäfi'iyyah (Peringkat Ulama
Mazhab Syafi 'i). Kemudian karya terakhirnya adalah kitab berjudul al-

Semester 1 (48) SKI 7- MTSN2PATI


Ijtihäd fi Talab al-Jihad (ljtihad dalam Mencari Jihad). Ia wafat pada
tahun 774 H/Februari 1373.

c. Fakhruddin ar-Razi
Fakhruddin ar-Razi Fakhruddin ar-Razi memiliki nama lengkap
Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Usain at-Taimi al-Bakri. Ia
juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fakhruddin. Ia lahir di
Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Herat, Afganistan pada
tahun 1209 M.
la belajar filsafat pada dua ulama besar, yaitu Muhammad al-
Bagaqi dan Majdin al-Jili. Ilmu kalam dipelajarinya dari Kamaluddin
as-Samani. Kecerdasannya sangat menonjol hingga ia mampu
menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, matematika,
fisika, dan astronomi. Fakhruddin ar-Razi menghasilkan lebih kurang
100 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya dalam ilmu
tafsir adalah Mafatih al-Ga'ib (merupakan karya terbesarnya), Tafsir
Sürah al-Fätihah dan Tafsir Surah al-Baqarah.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah
min al- 'Ilm al-Ilähi, Asas Tagdis, dan al-Arba'in ft Uşüliddin. Dalam
bidang tasawuf karyanya adalah Kitäb al-Irsyad an-Nazar ila Lata 'if al-
Asas dan Kitab Syarh 'Uyün al-Hikmalt. Dalam bidang filsafat
karyanya adalah Kitab Syarh Qism al llahiyyät min al-Isyärah li Ibn
Sina dan Lubah al-Isyårah. Ia juga menulis buku dalam bidang sejarah,
antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syäfi'i dan Kitäb Syarh Saqt az-
Zind li al-Mu'ri.
Salah satu bukunya dalam bidang usul fikih adalah al-Mahsul fi
Ilm 'Uşul al-Fiqh.

Semester 1 (49) SKI 7- MTSN2PATI


d. Az-Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Qasim Mahmud
bin Umar az-Zamakhsyari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan
meninggal di Jurjaniyah tahun 1144 M. Selain merupakan mufasir, ia
juga dikenal sebagai seorang teolog yang beraliran Muktazilah, serta
pakar dalam bahasa dan kesusastraan Arab. Sejak remaja, ia pergi ke
Bagdad dan mendalami ilmu pada beberapa ulama, seperti Abu Khattab
bin Batr, Abu Sa'd asy-Syaqqani, dan Abu Mansur al-Harisi. Kemudian,
ia menetap di Mekah selama beberapa tahun dan berguru kepada Abu
Hasan Ali bin Hamzah bin Wahhab. Dalam bidang ilmu kalam, ia
berguru kepada Abu Mudar, seorang tokoh Muktazilah yang dekat
dengan Perdana Menteri Dinasti Seljuk, Nizamul Mulk. Karya tafsir az-
Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasysyaf 'an Haqa'iq at-
Tanzil wa 'Uyan al-Aqawit (Penyingkap Tabir Hakikat Wahyu dan
Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134 M. Dalam kitab
ini, az-Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan menunjuk
pada balagah atau keindahan retorika untuk membuktikan sebagian
aspek mukjizat Al-Qur'an. Kitab itu dikritik karena disisipi pandangan
Muktazilah. Meskipun demikian, kitab itu diulas oleh Abu Hats Amr
bin Abdurrahman al-Farisi al-Qazwini dalam bukunya yang berjudul al-
Kasysyaf 'an Musykilat al-Kasysyäf.

Semester 1 (50) SKI 7- MTSN2PATI


BAB III
Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah

Tujuan mempelajari Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah adalah :


1. Untuk mengetahui kemajuan administrasi pemerintah, militer,
dan kebijakan public
2. Untuk mengetahui kemajuan bidang social budaya, ekonomi, dan
budaya
3. Untuk mengetahui kemajuan pengetahuan dan teknologi
a. Kemajuan bidang ilmu umum dan ilmu agama
b. Kemajuan bidang seni dan sastra
4. Uuntuk mengetahui kemajuan bidang pendidikan dan
perpustakaan

PETA KONSEP

Kemajuan Administrasi Pemerintahan,


Militer dan Kebijakan Publik
PERADABAN EMAS DINASTI ABBASIYAH

Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan


Budaya

Kemajuan Bidang Pengetahuan dan


Teknologi

Kemajuan Bidang Kemajuan Bidang


Ilmu Umum dan Seni dan Sastra
Agama

Kemajuan Bidang Pendidikan dan


Semester 1 (51) Perpustakaan SKI 7- MTSN2PATI
Semester 1 (52) SKI 7- MTSN2PATI
A. Kemajuan Administrasi Pemerintahan,
Militer, dan Kebijakan Politik

1. Administrasi Pemerintahan dan Militer


Agar semua kebijakan pemerintah berjalan dengan baik dan lancar,
kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbarui administrasi pemerintahan,
sistem politik, dan tatanan kemiliteran. Perbaikan administrasi pemerintahan
masa Khalifah Al-Mansur dikhususkan untuk meningkatkan pelayanan
publik, juga memperkuat sistem koordinasi dan kerjasa sama lintas sektoral.
Misalnya, kerjasama antara Qadi dengan polisi rahasia, dewan pajak dengan
kepala jawatan pos. Khalifah Al-Mahdi membentuk dewan
korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang menangani surat menyurat
dan ketetapan khalifah, dewan pengawas (dewan az-zimani), dewan
penyelidik kekuasaan, departemen kepolisian dan posm dan pengadilan
tingkat tinggi. Khalifah Harun ar-Rasyid melanjutkan perbaikan dalam
pengelolaan Baitul Mal untuk kesejahteraan masyarakat.
Harun ar-Rasyid juga membentuk departemen pertahanan dan
keamanan, yang disebut Diwanul Jundi. Tugasnya mengatur organisasi
militer dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan
keamanan. Organisasi militer terdiri dari pengawal khalifah (haras), pasukan
tetap (jund), pasukan sukarela (tawwi’ah), dan pasukan regular yang terdiri
dari pasukan infanteri (harbiyyah), pasukan pemanah (ramiyyah), dan
pasukan kavaleri (fursan). Semua pasukan ini didominasi oleh orang Persia,
bukan bangsa Arab. Ada juga dari relawan yang direkrut dari orang Badui,
para petani, dan orang kota melalui disiplin tinggi dan pelatihan militer.
Kekuatan militer masa Ar-Rasyid sangat dikagumi dan disegani.
Mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, yang
membentang dari Afrika Utara sampai Hindukush, India. Afrika Barat juga
demikian, mulai gurun Libya sampai Sisilia, Mesir, Suriah, Palestina, Hijaz

Semester 1 (53) SKI 7- MTSN2PATI


dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan Oman, Sawat atau
Irak.
Secara keseluruhan, wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang
berpusat di Baghdad meliputi : Saudri Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat
Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libya, Turki,
Armenia, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan
sekitar daerah laut Kospra. Hanya saja, tidak seluruh daerah tersebut berada
di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, seperti Andalusia (Spanyol), Afrika
Utara, Syam, India, dan lainnya. Sebab, dinasti ini menerapkan sistem
demokrasi secara merata, bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab. Artinya,
setiap daerah memiliki wewenang untuk memimpin daerahnya masing-
masing.

2. Sistem Politik
Sejarawan telah membagi silsilah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
menjadi 4 (empat) periode, yang disesuaikan dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya, yaitu sebagai berikut :
a. Pada periode I atau periode pengaruh Arab dan Persia I, tepatnya tahun
132-232 H / 750-847 M atau seiring meninggalnya khalifah Al-Wasiq.
b. Periode II atau periode pengaruh Turki I, yakni tahun 232-334 H / 847-
945 M ketika Khalifah Al-Mutawakkil memegang kekhalifahan.
c. Periode III atau periode pengaruh Persia II (334-447 H / 945-1055 M),
yakni kekuasaan Dinasti Buwaihi dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah.
d. Periode IV atau periode pengaruh Turki II (447-590 H / 1055-1194 M),
yakni masa kekuasaan Dinasti Seljuk dalam pemerintahan khilafah
Abbasiyah, hingga datangnya serbuan bangsa Tar-Tar dan ekspansi Turki
Usmani. Riciannya sebagai berikut :
1) Kekuasaan khilafah mulai melemash, bahkan hanya sebatas lambang
(formalitas) saja.

Semester 1 (54) SKI 7- MTSN2PATI


2) Berdirinya Daulah Umayyah II di Andalusia di bawah pimpinan
Abdurrahman Al-Nasir.
3) Afrika Utara terbagi menjadi tiga, yaitu : Daulah Idrisiyah di Maroko,
Daulah Aglabiyah di Tunisia, dan Daulah Ikhsyidiyah di Mesir.
4) Kota Baghdad tidak lagi menjadi pusat peradaban secara
internasional.
5) Ilmu pengetahuan semakin meluas dan berkembang, sementara
keadaan politik dan militer merosot.
6) Golongan Syiah Ismailiyah mendirikan Daulah Fatimiyah di bawah
pimpinan Ubaidillah al-Mahdi.

B. Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan


Budaya

1. Sistem Sosial
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam, menggambarkan
bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Kelas khusus, terdiri dari :
1) Khalifah
2) Keluarga Khalifah, Bani Hasyim
3) Para pejabat negara
4) Para bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy
5) Para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana.
b. Kelas Umum, yakni terdiri dari :
1) Para seniman
2) Para ulama, Fuqaha dan Pujangga
3) Para saudagar dan pengusaha
4) Para tukang dan petani

Semester 1 (55) SKI 7- MTSN2PATI


Namun demikian, untuk menciptakan keadilan sosial, kekhalifahan
Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan pembentukan badan Negara, yang
anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya adalah melayani
masyarakat dari berbagai golongan. Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial
dan agama. Didalamnya, para wakil golongan bebas berpendapat di depan
khilafah.
Kebijakan bertujuan melindungi masyarakat non-Muslim, juga
menjamin diberikannya hak-hak mereka sebagai warga Negara. Mereka bebas
melaksanakan berbagai aktifitas keagamaannya. Bahkan beberapa orang non-
Muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, seperti Gabriel
bin Bakhtisu.

2. Sistem Ekonomi
Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan pertanian.
Di berbagai wilayah kekuasaannya kegiatan industri meningkat, seperti
industry kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan Irak, kertas di Samarkand,
serta berbagai produk pertanian sepertin gandum dari Mesir dan Kurma dari
Irak. Hasil industry dan pertanian tersebut diperdagangkan ke berbagai
wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina
juga mengalami masa puncak kejayaan. Hubungan perdagangan antara
keduanya pun menambah semarak kegiatan perdagangan dunia. Hubungan
diplomatik dalam bidang ekonomi masa Abbasiyah, bahkan sudah dibangun
sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan
barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan
Barat semakin melambungkan perekonomian masa Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan tersebut, berbagai sarana
pendukung didirikan seperti : membangun sumur dan tempat istirahat di
jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada
dagang, membangun armada pertahanan laut untuk mengantisipasi serangan
bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya

Semester 1 (56) SKI 7- MTSN2PATI


dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri. Para kafilah dagang
juga dapat leluasa melintasi segala negeri. Kapal-kapal dagang Abbasiyah
sendiri dikenal mampu mengarungi tujuh lautan.
Dalam pengembangan perdagangan, khalifah membela dan
menghormati kaum petani. Pajak hasil bumi diringankan dan banyak yang
dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat karena pemerintahannya
meliputi wilayah yang subur ditepi sungai Sawad. Beberapa tanaman asli
daerah tersebut adalah : gandum, padi, kurma, wijen kapas, dan rami,
termasuk sayuran segar seperti kacang, jeruk, terong, tebu dan aneka ragam
bunga.
Dinasti Abbasiyah juga telah mengenal mata uang dinar (emas).
Khalifah Abbasiyah yang pertama mengeluarkan dinar adalah Abu al-Abbas
Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, dari kalimat
Muhammad Rasulullah diganti dengan Allah Ahad, Allah al-Samad, lam
yalid wa lam yulad pada sisi belakang koin.
Selama masa Abbasiyah, emas yang diterbitkan di Mesir dan
Damaskus. Kata-kata yang digunakan sama dengan gambar dan cetakan yang
ditulis dalam Dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan.
Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin baru diterbitkan di Teheran
dan provinsi lainnya (145 H). pada koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar
putra Mahkota, seperti tulisan Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin.

3. Sistem Budaya
Di masa Dinasti Abbasiyah terjadi percampuran bahasa Arab dengan
Non Arab selama perluasan wilayah. Proses tersebut akhirnya melahirkan
kemajemukan warga Negara. Keragaman warga Negara tersebut meliputi
berbagai suku bangsa, agama dan kebudayaan. Terdapat empat unsur
kebudayaan yang mempengaruhi bangunan kebudayaan pada masa
Abbasiyah, yaitu :
a. Kebudayaan Persia: pengaruh kebudayaan Persia terjadi dilatarbelakangi
dua faktor : 1) Pembentukan lembaga wizarah; 2) Pemindahan ibukota.

Semester 1 (57) SKI 7- MTSN2PATI


b. Kebudayaan India: Pengaruh India dalam membentuk kebudayaan Isam
terjadi dengan dua cara : 1) secara langsung, kaum muslimin
berhubungan dengan orang-orang India seperti melalui perdagangan; 2)
secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan
Islam lewat kebudayaan Persia.
c. Kebudayaan Yunani: pengembangan pusat-pusat kebudayaan Yunani
setelah berada di tangan kaum Muslimin seperti: 1) Jundaisabur, sekolah
tinggi kedokteran berbahasa Yunani; 2) Harran, pusat pertemuan berbagai
peradaban; 3) Iskandariyyah, ibukota Mesir waktu dijajah Yunani.
d. Kebudayaan Arab: pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui
penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi.

C. Kemajuan Bidang Pengetahuan Dan


Teknologi

1. KEMAJUAN BIDANG ILMU UMUM DAN AGAMA


a. Kemajuan Bidang Ilmu Umum
1) Perkembangan Ilmu Filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan hakikat dari
segala yang ada. Kata filsafat atau falsafah (dalam bahasa Arab) berasal dari
bahasa Yunani, philosophia yang berarti cinta kepada pengetahuan atau cinta
kepada kebijaksanaan.
Filsafat masuk ke dalam Islam melalui Yunani yang dijumpai kaum
muslimin pada abad ke-8 M di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu melalui ekspansi
Iskandar Agung pada abad ke-4 SM di sebelah Timur Sungai Tigris. Iskandar
Agung tidak menghancurkan kebu- dayaan Persia, tetapi berusaha
menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal itu memunculkan pusat-
pusat kebudayaan Yunani dan Persia, seperti Iskandariah di Mesir, Antiokia
di Suriah, serta Jun- disabur dan Bactra di Persia.

Semester 1 (58) SKI 7- MTSN2PATI


Para khalifah Dinasti Abbasiyah pada awalnya hanya tertarik pada ilmu
kedokteran Yunani dan system pengobatannya. Selanjutnya, mereka juga
tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya.
Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid, buku-buku ilmu
pengetahuan yang berbahasa Yunani mulai diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Harun ar-Rasyid juga mengirim utusan ke Romawi untuk mencari
buku-buku ilmu pengetahuan yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab.
Kegiatan penerjemahan ini makin meningkat pada masa Khalifah al-
Ma'mun. Dalam kegiatan penerjemahan ini, sebagian besar karangan Plato
dan Aristoteles serta buku-buku filsafat lainnya berhasil diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Dengan demikian, kaum muslimin dapat membaca karya-
karya tersebut. Golongan yang banyak tertarik pada filsafat Yunani adalah
kaum Muktazilah.
Beberapa tokoh kaum Muktazilah yang banyak mempelajari filsafat
Yunani adalah Abu Huzail al-Allaf, Ibrahim an-Nazzam, Bisyr al- Mu'tamir,
dan al-Jubba'i. Pengaruh filsafat Yunani terlihat dalam pemikiran-pemikiran
mereka. Oleh karena itu, corak pemikiran kaum Muktazilah adalah rasional.
Penerjemahan berbagai buku ilmu pengetahuan tersebut juga
memunculkan cendekiawan-cendekiawan dan filsuf yang masyhur seperti
al-Kindi (801-866 M), ar-Razi (864-926 M), al-Farabi (850-950 M), Ibnu
Sina (908-1037 M), Ibnu Maskawaih (941-1030 M), dan al-Gazali (1051-
1111 M).
Para filsuf Islam tersebut berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip
dengan tujuan agama. Keduanya bertujuan mencari kebenaran dan
mewujudkan kebahagiaan melalui kepercayaan yang benar dan perbuatan
yang baik. Meskipun demikian, filsafat Islam tidak hanya membahas
persoalan kebenaran, tetapi juga mencakup.ilmu kedokteran, biologi, kimia,
musik, dan talak. Oleh karena itu, filsafat juga memasukkan lapangan ilmu
Islam yang lain, seperti tasawuf dan usul fikih.

Semester 1 (59) SKI 7- MTSN2PATI


2) Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu yang menangani keadaan
kesehatan dan penyakit pada tubuh manusia dengan menggunakan cara-cara
tertentu yang sesuai dengan cara penjagaan atau pemulihan kesehatan. Ilmu
kedokteran Islam merupakan salah satu bagian peradaban Islam yang paling
masyhur. Selama abad pertengahan, ilmu kedokteran Islam dikaji di dunia
Barat.
Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembaruan ilmu kedokteran
Yunani yang dirintis oleh Hipokrates dan tradisi Galen dengan teori serta
praktik bangsa Persia dan India. Penghubung yang paling penting antara
tradisi kedokteran Islam dan tradisi kedokteran sebelumnya adalah perguruan
di Jundisabur (sekarang wilayah Iran). Para dokter aliran Nestoria
mengajarkan dan mempraktikkan kedokteran Yunani. Sementara itu,
pengaruh kedokteran India mulai ada di Jundisabur.
Pengaruh langsung pertama kedokteran Jundisabur dalam kalangan
Islam terjadi pada tahun 865 M. Waktu itu, Khalifah Abu Ja'far al-Mansur
meminta para dokter Jundisabur untuk mengobatinya dari penyakit dyspepsia
atau menahun (peradangan selaput lendir lambung). Dokter Jirjis
Bukhtyishuri berhasil menyembuhkan penyakit Khalifah Abu Ja'far al-
Mansur tersebut. Keberhasilan itu membuat Khalifah Abu Ja'far al-Mansur
memindahkan pusat kedokteran Jundisabur ke Bagdad.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, rumah sakit menjadi pusat
pengajaran ilmu kedokteran. Sementara itu, aspek teoretisnya dibahas di
masjid dan madrasah. Selain terdapat pusat pengajaran ilmu kedokteran,
banyak pula buku-buku kedokteran yang diterjemahkan dari bahasa Yunani,
Persia, dan India ke dalam bahasa Arab. Pada masa pemerintahan Harun ar-
Rasyid, terdapat 800 orang dokter di Kota Bagdad. Hal itu menunjukkan
kemajuan ilmu kedokteran pada masa itu.
Kegiatan penerjemahan ilmu kedokteran ke dalam bahasa Arab
merupakan awal munculnya tokoh kedokteran Islam. Banyak ilmuwan-
ilmuwan muslim menulis kitab kedokteran. Ahli kedokteran Islam pada

Semester 1 (60) SKI 7- MTSN2PATI


mulanya mendirikan tempat-tempat penelitian dan praktik dengan alat yang
didatangkan dari Yunani. Dalam perkembangannya mereka mendapatkan
temuan-temuan asli dalam ilmu kedokteran. Kitab-kitab yang mereka karang
jauh lebih maju daripada kitab-kitab terjemahan. Jika pada abad ke-8 M dan
ke-9 M orang Islam masih menjadi murid, pada abad ke-10 M dan ke-11 M
mereka menjadi guru bagi orang-orang Kristen dan Yahudi. Pengarang
kedokteran pertama Islam adalah Ali bin Rabban at-Tabari yang menulis
Firdaus al- Hikmah pada tahun 850 M. Karyanya memuat berbagai hal dalam
bidang patologi, farmakologi, dan diet. Buku itu juga menjadi tanda
munculnya aliran kedokteran yang baru pada waktu itu.
Setelah at-Tabari, lahir ratusan dokter dan ilmuwan kedokteran Islam,
seperti ar-Razi, Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al-Kindi, dan
al-Farabi. Sejak saat itu mulai dari Bagdad, Mesir, Suriah, Persia (Iran),
Spanyol, Afrika Utara, sampai India banyak sekali tabib (dokter) yang
muncul.

3) Ilmu Astronomi
Ilmu astronomi terkenal pula dengan sebutan ilmu falak, yaitu ilmu
yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan, dan planet-
planet. Pengetahuan tentang posisi benda-benda langit tersebut merupakan
hasil pengamatan yang dilakukan dengan alat- alat tertentu secara berulang-
ulang.
Ilmu astronomi dikembangkan oleh pra ilmuwan muslim karena ilmu
tersebut berkaitan erat dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama Islam.
Beberapa ketentuan itu diantaranya adalah masalah shalat lima waktu,
penentuan arah kiblat, dan penentuan awal bulan.
Seorang ilmuwan astronomi muslim yang terkenal ketika itu adalah
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Ia hidup pada tahun 780-850 M. Pada
tahun 825 M (masa pemerintahan Khalifah al-Ma'mun) ia mengarang sebuah
buku yang berjudul Mukhtaşar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah di Bagdad.
Buku tersebut menjadi rujukan Robert Chester dan diterjemahkan ke dalam

Semester 1 (61) SKI 7- MTSN2PATI


bahasa Latin dengan judul Liber Algebras et Almurcabola. Sampai saat ini,
penyelesaian masalah aljabar masih menggunakan cara al-Khawarizmi yang
dalam bahasa Inggris disebut algorism (algoritme, yaitu urutan logis
pengambilan putusan untuk pemecahan masalah).
Pengaruh Islam (Arab) dalam ilmu astronomi terlihat jelas dalam nama-
nama gugusan bintang yang berasal dari bahasa Arab.

No Nama Bintang Nama Arab Arti


1 Aldebaran (Alpha Tauri) Ad-Duburan Dua buntut
2 Mirtaq Mirtaq Siku
3 Rigel (Beta Orionis) Rijl Kaki
4 Markab Markab Kendaraan
5 Altair (Alpha Aquilae) At-Tair Burung
6 Kochab Kaukab Bintang
7 Alphard Al-Fard Sendirian
8. Betelgeuse (Alpha Orionis) Bait al-Jauza’ Rumah Kembar
9. Fomalhaut (Alpha Piscis Austrini Famu al-Hut Mulut Ikan
10. Diphda Difda’ Katak

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa sumbangan imat islam pada


masa Dinasti Abbasiyah sangat berharga untuk mengembangkan ilmu
astronomi.

4) Bidang Matematika
Beberapa buku asing dari Yunani, Persia, dan Hindia yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab antara lain bidang ilmu matematika. Adapun para ahli
ilmu tersebut adalah sebagai berikut.
a. Umar al-Farukhan, dia adalah arsitek pembangunan Kota Bagdad.
b. Al-Khuwarizmi, dia pengarang kitab al-Gebra (al-Jabar) ahli matematika
terkenal. Ia juga penemu angka 0 (nol), sedangkan angka 1 sampai 9
berasal dari India yang dikembangkan oleh ilmuwan Islam. Oleh karena

Semester 1 (62) SKI 7- MTSN2PATI


itu, angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab. Setelah
disempurnakan dalam bahasa Latin, maka disebut pula angka Latin.
c. Banu Musa, yaitu anak-anak syakir Musa, mereka ada tiga orang. Mereka
menulis banyak buku dan ilmu ukur.

5) Bidang Seni Ukir


Dalam bidang seni ukir, umat Islam cukup terkenal dengan hasil
seninya pada botol tinta, papan catur, payung, vas/jambangan bunga, burung-
burungan, dan pohon-pohonan.
Ada beberapa seniman ukir yang terkenal, antara lain Badr dan Tariff,
termasyhur sekitar tahun 961-976 M. Ketika itu terdapat juga sekolah khusus
seni ukir di Kairo, bernama sekolah Kairo. Seni ukir yang dihasilkan tersebut
terbuat dari bahan porselin, perunggu, emas loyang, perak, marmer, mata
uang, bahan tembikar, dan lainnya.
Ada pula seniman ukir yang belajar ukiran kayu dan gading. Ukiran
gading buatan Kordova pada tahun 964 M dan 1005 M serta buatan Kairo
tahun 1004 M, disimpan di Museum British dan Katedral Pamlona.

6) Tokoh-tokoh Ilmuwan
Dalam subbahasan ini akan dikemukakan beberapa ilmuwan muslim
yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah. Mereka adalah al-Kindi, al-
Farabi, ar-Razi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, al-Gazali, Jabir bin Hayyan, Ali
bin Rabban at-Tabari, dan Al-Khawarizmi.
a. Ali bin Rabban at-Tabari
Ilmuwan Ali bin Rabban at-Tabari lebih
dikenal masyarakat muslim dengan nama Abu
al-Hasan, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali
bin Sahl Rabban at-Tabari, lahir pada tahun
838 M. Ia adalah seorang ahli pengobatan
seperti Ibnu Sina yang termasyhur di dunia
Islam klasik, terkenal sebagai dokter jenius

Semester 1 (63) SKI 7- MTSN2PATI


pada abad ke-9 M. Ayahnya adalah seorang penulis kaligrafi yang ulung
dan juga seorang dokter. Dari ayahnyalah ia belajar ilmu kedokteran dan
menulis kaligrafi. Jasa Ali bin Rabban at-Tabari dalam bidang kesehatan
sangat banyak. Salah satu karyanya berjudul Firdaus al-Hikmah, yang
ditulis dalam tujuh jilid, merupakan ensiklopedi kesehatan yang berisi
tentang cabang-cabang ilmu kesehatan. Penulisan buku itu dilakukan
setelah memeluk agama Islam dalam Bahasa Arab, kemudian ia
terjemahkan sendiri ke dalam bahasa Syiria. Selain ilmu kedokteran, ia
juga menguasai disiplin ilmu yang lain seperti ilmu astronomi, filsafat,
matematika, dan sastra. Karya-karya lainya adalah Din ad-Daulah
(Agama Negara) dan Hifzu as-Sihhah (Menjaga Kesehatan).

b. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-
Husain bin Abdullah. la dilahirkan di Afsyanah,
Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal di
Hamdan pada tahun 1037 M. Ia merupakan
seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama. Di
Barat ia terkenal dengan nama Avicenna. Sejak
kecil, Ibnu Sina mempelajari Al-Qu'an dan ilmu-
ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari
matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan
kedokteran. Profesinya di bidang kedokteran dimulai pada usia 17 tahun
ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur, salah seorang
penguasa Dinasti Samaniyah. Pada masa Dinasti Hamdani, ia dua kali
menjabat sebagai menteri. Kebesaran Ibnu Sina terlihat pada gelar yang
diberikan kepadanya. Di bidang filsafat ia digelari asy-Syaikh ar-Ra'is
(Guru para Raja). Di bidang kedokteran ia digelari pangeran para dokter.
Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis
Kebanyakan tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sébagian
lain menggunakan bahasa Persia.

Semester 1 (64) SKI 7- MTSN2PATI


Buku-bukunya yang terkenal, antara lain :
1) asy-Syifa' (Penyembuhan);
2) al-Qanün fit-Tibb (Peraturan-Peraturan dalam Kedokteran);
3) al-Isyarat wa at-Tanbi hat (Isyarat dan Penjelasan)
4) Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur).

c. Ar-Razi
Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Ia
lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota itu
juga. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan
kimia, ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran dan filsafat.
Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat
luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20,000 lembar
kertas. Karya ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan
dalam bidang kedokteran.
Karya tulisnya yang terbesar adalah al-
Hawi, sebuah Ensiklopedi Kedokteran yang
berjumlah 20 jilid. Buku itu mengandung ilmu
kedokteran Yunani, Arab, dan Suriah yang
ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri. Buku
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
pada tahun 1279 M. Sejak itu, buku tersebut
dipakai sebagai rujukan di universitas-
universitas Eropa hingga abad ke-17 M.
Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Haşbat. Buku itu
membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40
kalinya.

Semester 1 (65) SKI 7- MTSN2PATI


d. Al-Kindi
Al-Kindi adalah filsuf besar pertama
Islam. Ia lahir pada tahun 801 M (pada masa
pemerintahan Harun ar-Rasyid) dan meninggal
pada tahun 869 M. Pada masa pemerintahan
khalifah-khalifah besar Dinasti Abbasiyah,
yaitu al-Amin, al-Ma'mun, al-Mu'tasim, al-
Wasiq, dan al-Mutawakkil, ia diangkat sebagai
guru dan tabib kerajaan.
Al-Kindi lahir di Kufah dan nama lengkapnya adalah Abu Yusuf
Ya'qub bin Ishaq bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-
Asy 'as bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu
suku Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.
Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah. Ia pernah menjabat sebagai
Gubernur Kufah pada masa Khalifah al-Mahdi dan Harun ar-Rasyid.
Kakeknya, Asy as bin Qais adalah seorang sahabat Rasulullah saw.
Karya-karya al-Kindi berjumlah kurang lebih 270 buah. Karya
tersebut kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang
sudah tidak ditemukan lagi. Karya-karya itu dapat dikelompokkan dalam
bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis,
astrologi, psikologi, poiitik, dan meteorologi. Karya tersebut banyak
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Eropa. Dari karya-
karyanya itu dapat diketahui bahwa al-Kindi adalah orang yang memiliki
ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam.

e. Al-Gazali
Al-Gazali lahir di Kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus,
Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammadbin
Muhammad at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M dan meninggal
pada tahun 1111 M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan
sufi termasyhur sepanjang sejarah Islam.

Semester 1 (66) SKI 7- MTSN2PATI


Ia lahir dari keluarga sederhana yang
taat beragama. Pendidikannya dimulai dengan
belajar Al-Qur'an dari ayahnya sendiri.
Sepeninggal ayahnya, ia dan saudaranya
dititipkan pada Ahmad bin Muhammad ar-
Razikani, seorang teman ayahnya dan sufi
besar. Dari ar-Razikani, al-Gazali mempelajari
ilmu fikih, riwayat hidup, dan kehidupan
spiritual para wali. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Jurjan
dan berguru pada Imam Abu Nasr al-Isma ili. Beberapa tahun kemudian,
ia pergi ke Nisabur dan memasuki Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah
yang didirikan oleh Nizamul Mulk, perdana menteri dari Dinasti Seljuk.
Di sana, al-Gazali berguru kepada Imam Haramain al-Juwaini tentang
ilmu usul fikih, ilmu mantik, dan ilmu kalam.
Karena bakatnya, al-Gazali diangkat sebagai asisten yang meng-
gantikan al-Juwaini mengajar jika ia berhalangan hadir. Di Nisabur ini,
bakat menulis al-Gazali berkembang. Ia menulis hampir 100 buku
tentang teologi, fikih, tasawuf, filsafat, akhlak, dan autobiografi dalam
bahasa Arab dan Persia. Di antarabukunya yang terkenal adalah
1) Maqaşid al-Falasifah (Tujuan Para Filsuf);
2) Tahafut al-Falasifah (Kekacauan Para Filsuf);
3) Ihya' 'Ulümuddin (Menghidupkan Imu-llmu Agama)
4) al-Mungit min ad- Dalal (Penyelamat dari Kesesatan)

f. Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada
tahun 1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad
bin Ya qub bin Miskawaih. Ibnu Miskawaih terkenal sebagai ahli sejarah
dan filsafat. Selain itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu
kimia.

Semester 1 (67) SKI 7- MTSN2PATI


Ibnu Miskawaih mempunyai
hubungan yang baik dengan para penguasa
pada zamannya. Ia pernah mengabdi kepada
Abu Fadl al-Amid sebagai pustakawan.
Setelah itu, ia mengabdi kepada putranya,
Abu al-Fath Ali bin Muhammad. Kedua orang
tersebut menjadi menteri pada masa Dinasti
Buwaihiyah. Ia juga pernah mengabdi kepada
Adud-Daulah, seorang penguasa Dinasti Buwaihiyah. Ibnu Miskawaih
merupakan seorang pemikir muslim yang produktif. Beberapa karya
tulisnya yang sampai kini masih ada, antara lain
1) al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar);
2) al-Fauz al-Asgar (Kemenangan Kecil);
3) Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-Bangsa);
4) Uns al-Farid (Kesenangan yang Tiada Tara);
5) Tartib as-Sa'ãdah (Aturan Hidup);
6) as-Siyasi (Politik):
7) Tahzib al-Akhlaq (Pembinaan Akhlak).
Pemikiran filosofis Ibnu Miskawaih yang ditunjukkan pada etika dan
moral dimuat dalam tiga bukunya, yaitu Tartib as-Sa'adah, Tahzib al-
Akhläq, dan Jawidan Khirad.

g. Jabir bin Hayyan


Jabir bin Hayyan dikenal sebagai
seorang ahli kimia Islam yang termasyhur. Di
Barat, ia terkenal dengan nama Geber. Ia lahir
di Tus pada tahun 721 M dan meninggal pada
tahun 815 M di Kufah. Ia dekat dengan keluarga
khalifah Dinasti Abbasiyah di Bagdad karena
hubungan baiknya dengan keluarga Barmak.
Seiring dengan tersingkirmya keluarga Barmak

Semester 1 (68) SKI 7- MTSN2PATI


pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah
hingga wafat.
Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan juga menulis tentang logika,
matematika, kedokteran, dan fisika. Karya tulisnya berjumlah hamper 80
buah dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Di antara karya
tulisnya adalah at-Tajmi' dan az-Zilãq asy-Syarqiy.

h. Al-Khawarizmi
Nama lengkap al-Khawarizmi adalah
Abu Ja'far Muhammad bi Musa al-Khawarizmi.
Ia lahir di Khawarizm, Uzbekistan, 194 H/780
M-Baghdad. Di Barat al-Khawarizmi lebih
dikenal dengan nama Algoarisma atau
Algorisme. Ia adalah seorang ilmuwan muslim
ahli di bidang matematika, astronomi, dan
geografi. Ilmu astronomi dan matematika ia
perdalam mulai sejak menyibukkan diri di
Baitul Hikmah (pusat pendidikan tingkat tinggi di Bagdad).
Karya al-jabarnya yang paling monumental berjudul al-
Mukhtaşar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Al-
Jabar dan Perbandingan). Dalam buku ini diuraikan pengertian
geometris, teorema segitiga, luas jajar genjang, dan lingkaran yang
sekarang lebih dikembangkan menjadi ilmu eksak. Karyanya tersebut
kemudian diterjemahkan oleh para ilmuwan seperti di London, New
York, dan Italia. Khawarizmi juga mengenalkan angka 0 (nol) yang
dalam bahasa Arab disebut şifr. Karya beliau juga terkenal di dunia barat
yang diterjemahkan dalam bahasa Latin yaitu Algoritmi de Numero
Indorum yang berisi tentang teori Algoritma saat ini.

Semester 1 (69) SKI 7- MTSN2PATI


7) Baitul Hikmah
Baitul Hikmah adalah lembaga ilmu pengetahuan yang didirikan di
Bagdad oleh Khalifah al-Ma'mun. Meskipun demikian, keberadaan lembaga
ini sudah dirintis oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Berdirinya Baitul Hikmah
merupakan usaha dari Khalifah al-Ma'mun yang mengembangkan ilmu
pengetahuan tanpa kenal lelah, Ia menunjukkan kemauan yang tinggi
terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Ia menggalakkan usaha
penerjemahan terhadap karya-karya dari bahasa Yunani dan Suriah ke dalam
bahasa Arab
dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat. Baitul
Hikmah memiliki perpustakaan yang sangat lengkap. Di dalamnya terdapat
ruang baca dan tempat tinggal bagi para penerjemah. Lembaga ini juga
memiliki ruang pertemuan sebagai tempat diskusi bagi para ilmuwan dan
tempat pengamatan bintang. Khalifah al-Ma' mun memberikan tugas
penerjemahan kepada Yahya bin Abi Mansur, Qusta bin Luqa, Hunain bin
Ishaq, dan Sabian Sabit bin Qurra. Pelaksanaan penerjemahan pertama
dilakukan terhadap buku yang berbahasa Suriah. Setelah itu, baru dilakukan
penerjemahan terhadap karya tulis Yunani, terutama dalam bidang kedokteran
dan ilmu astronomi. Ilmu astronomi secara khusus diperlukan untuk
mengetahui arah Kakbah yang menjadi kiblat salat umat Islam.
Dengan adanya Baitul Hikmah ini, Kota Bagdad menjadi pusat paling
besar dalam dunia ilmu pengetahuan, filsafat, kesusastraan. dan syariat Islam
di seluruh wilayah kerajaan Islam. Pada masa selanjutnya, lembaga ini makin
bertambah semarak. Ia menjadi tanda kebangkitan kekuatan Timur hingga
runtuhnya Bagdad pada tahun 1258 M.

Semester 1 (70) SKI 7- MTSN2PATI


b. Kemajuan Bidang Ilmu Agama
Ada dua kemajuan bidang pengetahuan dan teknologi, yaitu :
1) Ilmu Pengetahuan Agama
Di samping dalam bidang ilmu pengetahuan, pada masa Dinasti
Abbasiyah ilmu agama Islam juga mengalami perkembangan yang penting.
Ulama-ulama besar pun muncul. Perkembangan pada periode ini juga
menjadi landasan pokok bagi perkembangan ilmu agama
Islam pada periode berikutnya.
a. Ilmu Hadis
Perkembangan ilmu hadis pada masa Dinasti Abbasiyah terjadi
pada periode kelima dan keenam. Periode kelima merupakan periode
pemurnian, penyehatan, dan penyempurnaan yang berlangsung pada abad
3 Hijriah. Adapun periode keenam merupakan periode pemeliharaan,
penelitian, penambahan, dan penghimpunan yang berlangsung dari abad
ke-4 Hijriah hingga abad ke-7 Hijriah saat penghancuran Kota Bagdad.
Berikut ini akan kita bahas perkembangan ilmu hadis pada dua periode
tersebut.
1) Perkembangan Ilmu Hadis pada Periode Kelima
Pada periode ini, permasalahan-permasalahan hadis yang
muncul pada periode sebelumnya mulai dipecahkan. Beberapa
permasalahan itu, antara lain pemisahan hadis Nabi saw. Dengan
fatwa sahabat serta pemalsuan hadis. Para ulama pada masa ini
menghimpun dan membukukan hadis-hadis Nabi Muhammad saw. ke
dalam buku hadis dan memisahkannya dari fatwa-fatwa sahabat. Hal
itu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a) Melawat ke daerah-daerah yang jauh guna menghimpun hadis
dari para rawi;
b) Membuat klasifikasi hadis, meliputi :
- Marfu, yaitu hadis yang disandarkan pada Nabi Muhammad
Saw.
- Mauquf, yaitu hadis yang disandarkan pada sahabat, dan

Semester 1 (71) SKI 7- MTSN2PATI


- Maqtu, yaitu hadis yang disandarkan pada tabiin;
c) Menghimpun kritik hadis yang diarahkan kepada perawi.

Dari hasil usaha tersebut, pada masa ini lahirlah buku-buku


hadis dalam corak yang lebih baru, yaitu kitab sahih, sunan, dan
musnad. Kitab sahih adalah kitab yang memuat hadis-hadis sahih
saja. Kitab sunan adalah kitab yang memuat seluruh hadis, kecuali
hadis yang daif dan mungkar (sangat lemah).
Adapun kitab musnad adalah kitab yang memuat semua hadis,
baik sahih, hasan, maupun daif.
a) Imam al-Bukhari
Imam al-Bukhari lahir di Bukhara tahun 810 M dan
meninggal di Khartanah tahun 870 M. Nama lengkapnya adalah
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mugirah
bin Bardizbah al-Bukhari. Sejak kecil, Imam al-Bukhari
mempunyai ingatan yang tajam melebihi orang lain. Ketika
berusia 10 tahun, ia belajar ilmu hadis kepada ad-Dakhili, seorang
ulama masyhur saat itu. Setahun kemudian, ia mulai berani
mengoreksi kesalahan gurunya yang kelir menyebutkan
periwayatan hadis. Dalam usia 16 tahun, ia telah menghafal hadis-
hadis yang terdapat dalam kitab karangan Ibnu Mubarak dan
Wakil al-Jarrah. Imam al-Bukhari berguru kepada lebih dari 1.000
orang Menurut riwayat, Kitäb al-Jämi' aş-Sahih yang terkenal
dengan sebutan Şahih al-Bukhari, disusun dengan menemui lebih
dari 1.080 orang guru di bidang ilmu hadis. Guru-guru tersebut
mulai dari para ulama tabiin hingga siswa-siswa yang belajar
bersama dengan Imam al-Bukhari. Kitab Sahih al-Bukhari
memuat 7.275 buah hadis dari sekitar 100.000 buah hadis yang
diakuinya sahih. Hadis-hadis itu diakui ahli-ahli hadis masyhur
lainnya sebagai hadis yang benar-benar sahih. Hal itu
menunjukkan ketelitian yang sangat tinggi.

Semester 1 (72) SKI 7- MTSN2PATI


Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap tentang suatu
hadis dan orang yang meriwayatkannya, Imam al-Bukhari
melawat ke daerah Syam (Suriah), Mesir, Aljazair, Basra, Kufah,
dan Bagdad. Ia juga menetap di Mekah dan Madinah selama enam
tahun. Dari usaha tersebut, Imam al-Bukhari berhasil
mengumpulkan kurang lebih 600.000 hadis dan 300.000 hadis di
antaranya berhasil dia hafal. Hadis-hadis yang dia hafal terdiri
dari 200,000 hadis tidak sahih dan 100.000 hadis sahilh. Selain
Sahih al-Bukhari, Imam al-Bukhari juga menulis beberapa karya
lain, di antaranya adalah at-Tarikh as-Sagir at-Tärikhal-Ausat,
Tafsir al-Musnad al-Kabir, Kitab al-Ilal, Kitab ad-Du'afa', Asami
as-Sahab, dan Kitab al-Kuna. Kitab Sahih Bukhari telah diberi
syarah (komentar) oleh beberapa ulama hadis, misalnya Kitäb
Fath al-Bari' yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani.

b) Imam Muslim
Imam Muslim lahir di Nisabur pada tahun 817 M dan
meninggal tahun 875 M di kota yang sama. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-
Nisaburi. Dalam rawi hadis, Bukhari dan Muslim sering disebut
Syaikhani (Dua Syekh). Sejak usia 14 tahun, ia mendengarkan
hadis-hadis dari syekh-syekh di negerinya. Setelah itu, ia pergi ke
Hijaz, Irak, Suriah, Mesir, dan negeri-negeri lain untuk
memperdalam ilmunya. Secara umum, guru-guru Imam Muslim
sama dengan guru-guru Imam al-Bukhari. Akan tetapi, Imam
Muslim pernah berguru kepada Imam al-Bukhari ketika ia datang
ke Nisabur.
Karyanya yang terbesar adalah al-Jami' as-Sähih Muslim
yang lebih dikenal dengan sebutan Sãhih Muslim. Hadis-hadis
yang dimuat dalam Sahih Muslim adalah hadis yang telah
disepakati dan disaring dari 300.000 hadis yang diketahuinya.

Semester 1 (73) SKI 7- MTSN2PATI


Untuk memilih hadis itu, Imam Muslim menghabiskan waktu
selama 15 tahun. Para ulama menempatkan kitab Sahih Muslim
pada peringkat kedua sesudah Sahih Bukhari.

c) Abu Dawud
Abu Dawud lahir di Bagdad pada tahun 817 M dan wafat di
Basra pada tahun 888 M. Nama lengkapnya Abu Dawud
Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani. Sampai
umur 21 tahun ia menetap di Bagdad. Setelah itu, ia melakukan
perjalanan panjang untuk mempelajari hadis di berbagai tempat,
seperti Hijaz, Suriah, Mesir, Khurasan, Ray (Teheran), Harat,
Kufah, Tarsus, dan Basra. Dalam perjalananitu, ia berguru kepada
pakar-pakar ilmu hadis, seperti Ibnu Amr ad-Dasir, Abul Walid
at-Tayalisi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan Imam Hanbali.
Sekembalinya dari pengembaraan tersebut, Abu Dawud
menulis sebuah kitab hadis, yaitu Sunan Abi Dawüd. Para ulama
memasukkan kitab tersebut ke dalam kutubus-sittah atau enam
hadis utama. Kitab hadis itu memuat 4.000 hadis dari sekitar
500.000 hadis yang dikumpulkannya. Kitab Sunan Abi Dawud
merupakan yang paling populer di antara Karangan-karangan Abu
Dawud yang berjumlah 20 judul. idak kurang dari 13 judul kitab
telah ditulis untuk mengulas Karya tersebut dalam bentuk syarh
(komentar), mukhtaşar (ringkasan), dan tahżib (revisi).

d) At-Tirmizi
At-Tirmizi lahir di Termez, Tajikistan pada tahun 209 H
dan meninggal pada tahun 279 H di tempat yang sama. Nama
lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin Dahhat as-Sulami al-Bugi. At-Tirmizi memiliki
kelebihan dalam hal menghafal, menyusun, dan meneliti hadis.
Imam al-Bukhari pun menjadikan at-Tirmizi sebagai sumber

Semester 1 (74) SKI 7- MTSN2PATI


bahan untuk penyusunan hadisnya. Sumber atau rawi yang
digunakan at-Tirmizi sebagai sumber penyusunan hadisnya
banyak yang sama dengan kelima hadis kutubus-sittah lainnya.
Dalam bidang hadis, at-Tirmizi adalah murid Imam al-Bukhari.
Pendapat Imam al-Bukhari tentang nilai hadis sering ditampilkan
dalam karyanya, Sunan at-Turmużi.
Meskipun peringkat Sunan at-Turmuzi berada di bawah
Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, tetapi ia memiliki kelebihan
dalam segi penggunaannya dari dua kitab sahih tersebut. Di antara
kelebihan itu adalah pencantuman riwayat dari sahabat lain
mengenai suatu masalah yang dibahas dalam hadis pokok, baik
yang isinya semakna, berbeda, maupun bertentangan secara
langsung atau tidak langsung. Hal itu membuat pembahasan suatu
masalah dalam Sunan at-Turmuzi lebih mudah dipahami daripada
dalam Şahih al-Sahih Muslim. Apabila kitab Sahih al-Bukhari
atau dan Sahih Muslim hanya dapat dipahami oleh seorang ahli,
Sunan at-Turmuzi dapat dipahami oleh siapa pun.

e) An-Nasa’i
An-Nasa'i lahir di Nasa, Khurasan pada tahun 830 M dan
meninggal di Damaskus pada tahun 915 M. Nama lengkapnya
adalah Ahmad bin Syu'aib bin Ali bin Bahr binSinan. Sejak kecil,
ia belajar menghafal Al-Qur' an dan mendalami dasar-dasar ilmu
agama Islam. Pada usia 15 tahun, ia mengembara ke Hijaz, Irak,
Mesir, Suriah, dan Aljazair untuk berguru ilmu hadis kepada para
ulama.
An-Nasa'i menulis beberapa kitab, yaitu as-Sunan al. Kubra
(Sunah-Sunah yang Agung), as-Sunan al-Muitahba (Sunah-Sunah
Pilihan), Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-Du afa'
(Kitab tentang Orang-Orang Kecil), Khdsa 'is Amirul- Mu'minin
Ali bin Abi Talib (Keistimewaan Amirul Mu'minin Ali bin Abi

Semester 1 (75) SKI 7- MTSN2PATI


Talib), Musnad ‘Ali (Kitab Hadis dari Ali), dan Musnad Malik
(Kitab Hadis dari Malik), dan tafsir.
Kitab as-Sunan al-Mujtaba merupakan kitab yang terkenal
selain Sunan an-Nasa'i saat ini. Kitab ini memuat 5.761 hadis dan
termasuk dalam kutubus-sittah.

f) Ibnu Majah
Ibnu Majah lahir di Qazwin, Irak pada tahun 824 M dan
meninggal pada tahun 887 M. Nama lengkapnya adalah Abu
Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba'i al-Qazwini. Majah
adalah nama gelar bagi Yazid. Ibnu Majah belajar hadis sejak
usia 15 tahun, ia belajar pada seorang ulama masyhur yang
bernama Ali bin Muhammad at-Tanafasi. Pada usia 21 tahun, ia
mengadakan perjalanan untuk mencari ilmu ke Ray Basra, Kufah,
Bagdad, Khurasan, Suriah, dan Mesir. Guru-
gurunya adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad
bin Abdullah bin Numaya, Basyar bin Adam, serta para pengikut
Imam Malik dan al-Lays. Di samping itu, banyak pula diantara
ulama yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Majah, di antaranya
Ibnu Sibawaih, Muhammad bin Isa as-Saffar, Ishaq bin
Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah al-Qattan, dan Ibrahim
bin Dinar al-Jarasyi al-Hamdani. Ibnu Majah telah menyusun
kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis
tafsir Al-Qur'an al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, sebuah kitab
yang berisi periwayat hadis dari masa awal hingga masanya.
Karyanya dalam bidang hadis adalah Sunan Ibnu Mäjah. Kitab ini
menunjukkan kegigihan kerjanya, kedalaman dan keluasan
ilmunya, serta panutannya terhadap sunah nabi, baik dalam
masalah akidah maupun hukum. Kitab ini memuat 32 bab, 150
pasal, serta 4.000 hadis yang berkualitas baik, kecuali sebagian
kecil saja.

Semester 1 (76) SKI 7- MTSN2PATI


2) Perkembangan Ilmu Hadis Pada Periode Keenam
Ulama-ulama hadis telah menetapkan bahwa ahli hadis yang
hidup sebelum periode ini disebut ulama hadis mutagadimin. Adapun
ulama hadis yang hidup dalam periode ini dan sesudahnya disebut
ulama hadis muta'akhirin. Ulama hadis mutaqadimin pada umumnya
mengumpulkan hadis dan memeriksanya sendiri dengan cara
menemui para penghafalnya di berbagai negeri. Adapun kegiatan para
ulama hadis muta'akhirin pada umumnya bersandar pada karya ulama
hadis mutaqadimin yang berusaha mereka pelihara. Usaha-usaha
untuk memelihara hadis itu, di antaranya :
- Menghafal hadis-hadis;
- Memperbaiki susunan kitab-kitab hadis;
- Mengumpulkan hadis-hadis yang masih berserakan ke dalam
bagian-bagian yang lebih sistematis;
- Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadis
terdahulu.
Beberapa jenis kitab yang dihasilkan para ulama dalam periode
ini adalah sebagai berikut :
1) Kitab Mustakhrij, yaitu kitab yang dihasilkan dengan metode
istikhräj. Cara kerja metode itu adalah mengambil hadis dari
seorang ulama hadis tertentu, lalu meriwayatkannya dengan
sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama tersebut.
2) Kitab Atraf, yaitu kitab yang menyebut sebagian dari teks atau
matan hadis saja, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari
matan itu.
3) Kitab Mustadrak, yaitu kitab yang menghimpun hadis-hadis yang
memiliki syarah dari al-Bukhari dan Muslim atau salah satu di
antara keduanya.
4) Kitab Jämi', yaitu kitab yang menghimpun hadis-hadis yang telah
termuat dalam kitab-kitab yang telah ada.

Semester 1 (77) SKI 7- MTSN2PATI


b. Ilmu Tafsir
Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan ilmu tafsir
mencapai puncaknya. Masa itu dimulai dengan munculnya mufasir dari
golongan tabiin-tabiin yang masyhur, di antaranya Imam Sufyan bin
Uyainah, Waki al-Jarrah, Syu'bah al-Hajjaj, dan Zaid bin Harun. Mereka
merupakan perintis jalan bagi Abu Ja'far Muhammad at-Tabari yang
dianggap scbagai pemuka dari semua ahli tafsir sesudahnya.
Pada masa sesudah at Tabari, muncul penafsiran dalam berbagai
aliran dan pendapat. Tafsir itu sndah bercampur dengan pendapat pribadi
dari para mufasir. Dalam perkembangan selanjutnya ditemui pula tafsir
yang menitikberatkan pembahasan pada masalah-masalah fertentu. Tafsir
ini disebut tatsir maudu'i (tafsir tematis). Pada masa itu dikenal pula tafsir
yang dilakukan dengan pendekatan ilmu pengetahuan. Tafsir ini dikenal
dengan tufsir al-'ilmi. Berikut ini akan dikemukakan secara sekilas
riwayat beberapa ahli tafsir yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah.

e. Abu Ja far Muhammad bin Jarir at-Tabari


Ia terkenal dengan nama panggilan at-Tabari. Ia lahir di
Bagdad, Irak. At-Tabari sudah mulai belajar pada usia muda. Pada
usia remaja, ia mulai mengembara untuk mencari ilmu. Pertama kali
ia pergi ke Ray dan berguru kepada Muhammad bin Humad ar-Razi.
Kemudian, ia pindah ke Bagdad dan berguru kepada Imam Hanbali.
Akan tetapi, Imam Hanbali telah meninggal sebelum ia sampai ke
sana. Ia lalu pergi ke Basra dan Kufah. Di Kufah, ia menghafal
100.000 hadis dari Syekh Abu Kuraib. Kemudian, ia kembali ke
Bagdad.
At-Tabari tidak mempunyai harta benda melebihi apa yang
dibutuhkannya. Ia sering kali menolak jabatan-jabatan yang
ditawarkan kepadanya. Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir
adalah sebuah kitab yang berjudul Jämi' al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an
yang bisa disingkat at-Tafsir atau Tafsi r Tabari. Dalam kitab itu, at-

Semester 1 (78) SKI 7- MTSN2PATI


Tabari menyebutkan bahwa tafsir yang baik adalah tafsir yang juga
menghargai pendapat-pendapat sahabat dan para tabiin.
Di samping dalam ilmu tafsir, at-Tabari juga menghasilkan
beberapa karya lain, di antaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Mulük
(Sejarah Para Rasul dan Raja), Tarikh ar-Rijäl (Sejarah Para Tokoh),
dan Tahżib al-Asar (sebuah buku dalam bidang hadis).

f. Ibnu Kasir
Ibnu Kasir lahir di Bosyra, Suriah, 700 H/1300 M Damaskus.
Nama lengkapnya adalah Imaduddin Ismail bin Umar bin Kasir.
Beliau adalah seorang ulama terkenal dalam ilmu tafsir, juga ilmu
yang lainya seperti ilmu hadis, sejarah, dan fikih. Ayahnya meninggal
saat ia berusia 6 tahun. Oleh karena itu ia tinggal bersama kakanya
sejak 706 H di Damaskus, dan dari sinilah ia mulai belajar. Guru
pertamanya adalah Burhanuddin al-Fazari yang menganut mazhab
Syafi'i. Tidak lama setelah itu, ia berada di bawah pengaruh Ibnu
Taimiyah.
Hidup Ibnu Kasir cukup panjang dihabiskan di Suriah sebagai
seorang yang sederhana. la mulai popular sejak mengikuti sebuah
penelitian untuk menetapkan hukum terhadap zindik terdakwa
penganut paham inkarnasi, yang diprakarsai oleh Gubernur Suriah
Altunbuga an-Nasiri di akhir 741 H/1341 M. Pada 756 H/1355 ia
diangkat menjadi kepala Lembaga Pendidikan Hadis al-Asyrafiyah.
Karyanya di bidang tafsir yang terkenal dan digunakan sampai saat
ini adalah "Tafsir Al-Qur'an al-Karim" dalam sepuluh jilid.
Menurutnya, tafsir yang paling benar adalah: 1) tafsir Al-Qur'an
dengan Al-Qur'an itu sendiri; 2) apabila tafsir tersebut tidak
didapatkan, Al-Qur'an harus ditafsirkan dengan hadis Nabi: 3) kalau
yang kedua juga tidak didapatkan, Al-Qur' an harus ditafsirkan oleh
pendapat para sahabat, karena merekalah yang paling mengetahui
konteks sosial turunya Al-Qur'an; 4) jika yang ketiga juga tidak

Semester 1 (79) SKI 7- MTSN2PATI


didapatkan, maka diambilkan dari pendapat para tabi in. Karya yang
lainya adalah, di bidang sejarah ada tiga buku: 1) al-Bidayah wa an-
Nihäya, 14 jilid; 2) al-Fuşul fi Sirah ar-Rasul (Uraian mengenai
Sejarah Rasul); 3) Tabaqåt asy-Syäfi'iyyah (Peringkat Ulama Mazhab
Syafi 'i). Kemudian karya terakhirnya adalah kitab berjudul al-Ijtihäd
fi Talab al-Jihad (ljtihad dalam Mencari Jihad). Ia wafat pada tahun
774 H/Februari 1373.

g. Fakhruddin ar-Razi
Fakhruddin ar-Razi Fakhruddin ar-Razi memiliki nama
lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Usain at-Taimi al-
Bakri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fakhruddin. Ia
lahir di Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Herat,
Afganistan pada tahun 1209 M.
la belajar filsafat pada dua ulama besar, yaitu Muhammad al-
Bagaqi dan Majdin al-Jili. Ilmu kalam dipelajarinya dari Kamaluddin
as-Samani. Kecerdasannya sangat menonjol hingga ia mampu
menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti kedokteran,
matematika, fisika, dan astronomi. Fakhruddin ar-Razi menghasilkan
lebih kurang 100 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya
dalam ilmu tafsir adalah Mafatih al-Ga'ib (merupakan karya
terbesarnya), Tafsir Sürah al-Fätihah dan Tafsir Surah al-Baqarah.
Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-
Aliyah min al- 'Ilm al-Ilähi, Asas Tagdis, dan al-Arba'in ft Uşüliddin.
Dalam bidang tasawuf karyanya adalah Kitäb al-Irsyad an-Nazar ila
Lata 'if al-Asas dan Kitab Syarh 'Uyün al-Hikmalt. Dalam bidang
filsafat karyanya adalah Kitab Syarh Qism al llahiyyät min al-Isyärah
li Ibn Sina dan Lubah al-Isyårah. Ia juga menulis buku dalam bidang
sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam asy-Syäfi'i dan Kitäb
Syarh Saqt az-Zind li al-Mu'ri. Salah satu bukunya dalam bidang usul
fikih adalah al-Mahsul fi Ilm 'Uşul al-Fiqh.

Semester 1 (80) SKI 7- MTSN2PATI


h. Az-Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Qasim Mahmud
bin Umar az-Zamakhsyari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan
meninggal di Jurjaniyah tahun 1144 M. Selain merupakan mufasir, ia
juga dikenal sebagai seorang teolog yang beraliran Muktazilah, serta
pakar dalam bahasa dan kesusastraan Arab. Sejak remaja, ia pergi ke
Bagdad dan mendalami ilmu pada beberapa ulama, seperti Abu
Khattab bin Batr, Abu Sa'd asy-Syaqqani, dan Abu Mansur al-Harisi.
Kemudian, ia menetap di Mekah selama beberapa tahun dan berguru
kepada Abu Hasan Ali bin Hamzah bin Wahhab. Dalam bidang ilmu
kalam, ia berguru kepada Abu Mudar, seorang tokoh Muktazilah yang
dekat dengan Perdana Menteri Dinasti Seljuk, Nizamul Mulk. Karya
tafsir az-Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasysyaf 'an
Haqa'iq at-Tanzil wa 'Uyan al-Aqawit (Penyingkap Tabir Hakikat
Wahyu dan Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134
M. Dalam kitab ini, az-Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an
dengan menunjuk pada balagah atau keindahan retorika untuk
membuktikan sebagian aspek mukjizat Al-Qur'an. Kitab itu dikritik
karena disisipi pandangan Muktazilah. Meskipun demikian, kitab itu
diulas oleh Abu Hats Amr bin Abdurrahman al-Farisi al-Qazwini
dalam bukunya yang berjudul al-Kasysyaf 'an Musykilat al-Kasysyäf.

c. Ilmu Fikih
Perkembangan ilmu fikih pada masa Dinasti Abbasiyah
berlangsung pada periode keempat dan kelima.
1) Perkembangan Ilmu Fikih pada Periode Keempat
Ilmu fikih mengalami perkembangan pesat pada periode ini.
Hal itu disebabkan para tabiin telah meletakkan dasar-dasar ilmu fikih
pada periode sebelumnya. Periode ini ditandai dengan perdebatan
sengit antara ahlur-ra'yi dan ahlul-hadis. Pertentangan ini mereda
ketika ar-ra'yi dapat dianggap sebagai salah satu cara dalam

Semester 1 (81) SKI 7- MTSN2PATI


menetapkan hukum fikih melalui batasan-batasan yang dibuat oleh
ahlur-ra'yi.
Pada periode ini juga ditandai dengan munculnya empat imam
mazhab, yaitu Imam
Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafi'i, dan Imam
Hanbali. Berikut ini
akan dikemukakan
secara ringkas riwayat
keempat imam mazhab
tersebut.

a) Imam Hanafi
Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M dan
meninggal di Bagdad pada tahun 776 M. Nama lengkapnya
adalah Abu Hanifah Nu'man bin Sabit. Imam Hanafi dikenal rajin
dan teliti dalam bekerja serta fasih berbahasa. Meksipun anak
saudagar kaya, Imam Hanafi menjauhi kemewahan hidup.
Hartanya lebih banyak didermakan daripada untuk kepentingan
sendiri.
Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin,
seperti Ata' bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam
Hammad bin Abi Sulaiman. Selain mendalami ilmu fikih, Imam
Hanafi juga mendalami hadis dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat
erat kaitannya dengan ilmu fikih. Dalam menetapkan sebuah
hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu Al-
Qur'an, sunah Rasulullah saw., fatwa dari sahabat, kias, istihsan,
ijmak, dan urf.
Dasar-dasar itulah yang kemudian dikenal dengan dasar
mazhab Hanafi. Selain itu, Imam Hanafi juga meninggalkan
beberapa karya tulis, yaitu al-Fara'id (membahas masalah waris),

Semester 1 (82) SKI 7- MTSN2PATI


asy-Syurūt (membahas perjanjian), al-Fiqh al-Akbar (membahas
ilmu kalam).

b) Imam Malik
Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 716 M dan
meninggal di kota yang sama pada tahun 795 M. Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin
Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin
Haris al-Asbahi. Ia tidak pernah meninggalkan Madinah
sepanjang hidupnya, kecuali ke Mekah untuk beribadah haji.
Beberapa gurunya adalah Nafi' bin Abi Nu'aim, Ibnu Syihab az-
Zuhri, dan Hasyim bin Urwa.
Dasar-dasar hukum yang digunakan oleh Imam Malik
dalam memutuskan sesuatu adalah Al-Qur an, sunah rasul, sunah
sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli madinah), kias,
dan al-maslahah al-mursalah. Dasar-dasar itu juga menjadi
pegangan bagi mazhao Maliki yang berkembang di wilayah
seperti Maroko, Tunisia, Sudan, dan Andalusia.
Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-
Muwatta'. Kitab itu ditulis atas permintaan Khalita al-Mansur dan
selesai penulisannya pada masa Khalitan al-Mahdi. Kitab itu
merupakan kitab hadis sekaligus buku fikih karena berisi hadis-
hadis yang berkaitan dengan bidang-bidang fikih.

c) Imam Syafi’i
Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M dan
meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M. la hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid. al-Amin, dan al-
Ma'mun. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Idris asy-Syafi'i. Mazhab fikihnya terkenal dengan nama Mazhab
Syafi'i. Pada usia 9 tahun, Imam Syafi'i sudah mampu menghafal
Al-Qur'an. Kemudian, ia mendalami bahasa dan sastra Arab ke

Semester 1 (83) SKI 7- MTSN2PATI


sebuah desa Badui, yaitu Bani Huzail. Setelah itu, ia belajar fikih
pada Imam Muslim bin Khalid az-Zanni. Dalam ilmu hadis. ia
berguru kepada Imam Sufyan bin Uyainah, sedangkan dalam ilmu
Al-Qur'an ia berguru kepada Imam Ismail bin Qastantin. Ia juga
mempelajari kitab al-Muwatta dan berguru kepada Imam Malik.
Dalam menetapkan hukum, Imam Syafi’i menggunakan lima
dasar, yaitu Al-Qur'an, sunah, ijmak, kias, istidal (penalaran).
Kelima dasar ini kemudian dikenal sebagai dasar-dasar mazhab
Syafi'i. Adapun beberapa karya tulisnya adalah ar- Risälah
(membahas tentang usu fikih), al-Umm (membahas kitab fikih
yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadis-hadis nabi), dan
Ikhtilaf al-Hadis (kitab mengenai perbedaan- perbedaan dalam
hadis).

d) Imam Hambali
Imam Hanbali lahir di Bagdad pada tahun 780 M dan
meninggal di tempat yang sama pada tahun 855 M. Nama
lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Ia adalah salah
seorang ulama mujtahid dalam bidang fikih. Mazhabnya disebut
mazhab Hanbali. Ayahnya bernama Muhammad bin Hanbal bin
Hilal, sedangkan ibunya bernama Shahifah binti Maimunah yang
berasal dari bangsawan Bani Amir. Ia dibesarkan oleh ibunya
karena ayahnya meninggal pada usia muda. Ia belajar Al-Qur'an
dan ilmu agama pada ulama-ulama di Bagdad hingga usia 10
tahun. Kemudian, ia mempelajari ilmu agama dengan
mengembara ke berbagai kota, seperti Kufah, Basra, Suriah,
Yaman, Mekah, dan Madinah. Di antara guru-gurunya adalah
Hammad bin Muslih, Abu Yusuf al-Qadi, dan Abdurrazaq bin
Human. Dari mereka, Imam Hanbali belajar ilmu fikih, ilmu
hadis, ilmu tafsir, ilmu kalam, dan ilmu bahasa Arab. Beberapa
muridnya yang terkenal adalah Imam Hasan bin Musa, Imam al-

Semester 1 (84) SKI 7- MTSN2PATI


Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Abu Zur'ah ad-
Dimasyqi, dan Imam Ibnu Abi ad-Dunia. Di bidang fikih, Imam
Hanbali menyimpulkan suatu hukum dengan nas Al-Qur'an atau
hadis sahih, fatwa para sahabat, hadis mursal (bersambung), dan
kias.Adapun kias, digunakan oleh Imam Hanbali hanya dalam
keadaan terpaksa, yaitu apabila keseluruhan unsur yang terdapat
dalam tingkatan di atasnya tidak ada lagi. Kemampuannya dalam
ilmu hadis terbukti dengan tersusunnya Kitab al-Musnad. Kitab
itu menghimpun 40.000 hadis yang disusun berdasarkan tertib
nama sahabat yang meriwayatkannya, kebanyakan hadis dalam
Kitab al-Musnad berderajat sahih dan hanya sedikit sekali yang
berderajat daif. Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Tafsir
Al- Qur'an, Kitab an-Nasikh wal-Mansukh, Kitāb al-Muqaddam
wa al-Muakhkhar, Kitäb al-Manasikh al-Kabir, Kitäb al-‘Ilal,
Kitäb al-Wara', dan Kitäb Ta'at ar-Rasul.

2) Perkembangan Ilmu Fikih pada Periode Kelima


Pada periode ini, gerakan ijtihad mulai melemah. Para fukaha
memfokuskan perhatiannya pada pengkajian pendapat yang ada
dalam tiap mazhab. Kajian tersebut berupa syarah (keterangan atau
penjelasan), tanjih (penerapan), dan tahqig (penetapan).
Pada waktu itu, para fukaha beranggapan bahwa tidak ada lagi ulama
yang memenuhi syarat sebagai mujtahid sehingga bisa dikatakan
bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Penyebab tertutupnya pintu ijtihad
itu salah satunya adalah munculnya ta'assub al-mażhab (fanatik buta
pada satu mazhab).

d. Ilmu Tasawuf
Perkembangan ilmu tasawuf pada basiyah ditandai dengan
peralihan dari tasawuf ke zuhud. Setelah itu, dalam perkembangan
selanjutnya muncul dua aliran, yaitu tasawuf yang bersifat akhlak dan

Semester 1 (85) SKI 7- MTSN2PATI


tasawuf yang bersifat filsafat. Tasawuf yang bersifat akhlak dasarnya
adalah Al-Qur' an dan sunah nabi. Oleh sebab itu, tasawuf model ini
disebut tasawuf Suni. Salah satu tokoh tasawuf Suni adalah al-Haris bin
Asad al-Muhasibi yang wafat tahun 838 M di Bagdad. Ia meninggalkan
beberapa karya, antara lain ar-Ri'äyat li Huqüqillāh (membahas tentang
hak Allah), Kitäb al-Wasaya (mengulas tentang hidup zuhud), dan at-
Tawahum (membahas tentang mati di hari kiamat).
Adapun tasawuf yang bersifat filsafat adalah tasawuf yang sudah
tercampur dengan metafisika. Tasawuf model ini juga disebut tasawuf
filsafat. Salah satu tokohnya adalah Zunnun al-Misri yang wafat tahun
899 M di Iskandariah dan Abu Yazid al-Bistami yang wafat tahun 875 M
di Bistam.
Setelah kedua tokoh itu meninggal, tasawuf filsafat mengalami
kemunduran. Sementara itu, tasawuf Suni mengalami perkembangan
dengan munculnya tokoh-tokoh, seperti Abu Qasim al-Qusyairi yang
wafat tahun 1072 M dan Abu Hamid al-Gazali yang wafat tahun 1111 M.

2. Kemajuan Bidang Seni dan Sastra


Pada masa Dinasti Umayyah, dunia kesenian Islam hanya mengenal
syair. Hal tersebut disebabkan oleh penolakan terhadap pengaruh selain Arab.
Sementara itu, zaman Abbasiyah justru berhubungan peradaban dan budaya
Islam dengan bangsa non-Arab cenderung menguat. Terjadinya percampuran
suku bangsa dan bahasa membawa perkembangan baru bagi khazanah Islam,
khususnya yang bentuk sastra. Disamping itu, bahasa Arab sebagai bahasa
resmi Negara semakin menyebar dan setara dengan bahasa lainnya, seperti
bahasa Persia, Turki, dan India.
Kemajemukan bahasa Abbasiyah membuka ruang bagi tumbuh
suburnya karya-karya kesusastraan. Para sastrawan yang ahli di bidang
kesenian bermunculan, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Wilayah
kajian pun tidak hanya puisi dan prosa, tetapi sudah meluas ke bidang karya

Semester 1 (86) SKI 7- MTSN2PATI


tulis lainnya. Sastrawan pada masa ini bahkan dianggap sebagai gudangnya
ilmu pengetahuan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya perkembangan dunia sastra masa
Dinasti Abbasiyah, antara lain :
1) Stabilitas politik
2) Kemajuan sector ekonomi (kesejahteraan masyarakat)
3) Berkembangnya sistem pendidikan dan meningkatnya semangat
pengembangan ilmu pengetahuan
4) Hubungan antar budaya dan peradaban yang semakin meningkat
5) Ketenaran para sastrawan
6) Kualitas karya sastra yang semakin meningkat
7) Perkembangan bentuk atau genre sastra
8) Penghargaan masyarakat dan pemerintah yang tinggi terhadap sastra.

a. Genre (Jenis) Sastra Masa Abbasiyah


1) Perkembangan prosa
Prosa terdiri atas beberapa bagian, antara lain :
a) Kisah (Qissah) : cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat
nyata maupun fiktif (khayalan). Kisah disusun menurut urutan
penyajian yang logis dan menarik. Jenis kisah meliputi Hikayat,
Qissah Qasirah atau Uqsusah (cerita pendek). Kisah yang
berkembang pada masa Abbasiyah tidak hanya terbatas pada cerita
keagamaan, tetapi sudang berkembang lebih luas seperti kisah
filsafat.
b) Amsal (peribahasa) dan kata mutiara (al-hikam) adalah ungkapan
singkat yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan
untuk pembinaan kepribadian dan akhlak. Amsal dan kata mutiara
pada masa Abbasiyah dan sesudahnya lebih berhubungan dengan
filsafat, sosial dan politik. Tokoh terkenal pada masa ini adalah
Ibnu al-Muqaffal.

Semester 1 (87) SKI 7- MTSN2PATI


c) Sejarah (tarikh) atau riwayat (sirah). Sejarah atau riwayat antara
lain mencakup sejarah beberapa negeri, juga kisah perjalanan yang
dilakukan para tokoh terkenal. Karya sastra yang terkenal dalam
bidang ini adalah : 1) Mu’jam al-Buldan (Ensiklopedi Kota dan
Negara) oleh Yaqut al-Rumi (1172-1229). Kitab Tarikh al-Hindi
(Sejarah India) oleh Al-Biruni (w. 448 H/ 1048 M). Karya Ilmiah
(Abhas ‘Ilmiyyah) ini mencakup pula berbagai bidang ilmu,
diantaranya yang terkenal adalah kitab al Hayawan (buku tentang
hewan).
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, bidang prosa
berkembang sangat pesat dan menarik. Para sastrawan bermunculan
dengan berbagai karyanya, antara lain :
a) Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H), merintis penulisan
prosa berjudul Kalilah wa Dimnab, terjemahan dari bahasa
Sansekerta, karya seorang filosof India bernama Baidaba, yang
kemudia disalinnya kedalam bahasa Arab.
b) Abdul Hamid al-Katib, merupakan pelopor seni mengarang surat
c) Al-Jabidb (wafat 255 H), karyanya memiliki nilai sastra yang
tinggi, bahkan menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi
para sastrawan kemudian.
d) Ibnu Qutaibah (wafat 276 H), dikenal sebagai ilmuwan dan
sastrawan yang sangat cerdas, ia juga memiliki pengetahuan
yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.
e) Ibnu Abdi Rabbid (wafat 328 H), seorang penyair berbakat dan
memiliki bakat di bidang sajak drama. Sesuatu yang sangat
langka dalam tradisi sastra Arab. Karya terkenalnya adalah
Al-Aqd a-Farid, semacam ensiklopedia Islam yang memuat
banyak ilmu pengetahuan.
f) Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah Kitab Alf Lailah wa
Lailah (Kisah Seribu Satu Malam)

Semester 1 (88) SKI 7- MTSN2PATI


2) Perkembangan Puisi
Para sastrawan masa Abbasiyah juga membuat genre sajak/puisi yang
dipadukan dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi Arab.
Beberapa ciri sajak/puisi tersebut antara lain:
a) Penggunaan kata uslub dan ibarat baru;
b) Pengutaraan sajak lukisan yang hidup;
c) Penyusupan ibarat filsafat;
d) Kelahiran kritikus sastra pada zaman ini.

Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah adalah :


a) Abu Nawas (145-198 H), nama aslinya adalah Hasan bin Hani.
b) Abu’ Atbabiyat (130-211 H).
c) Abu Tamam (wafat 232 H), nama aslinya Habib bin Auwas at-
Taba’i.
d) Da’bal al-Khuza’i (wafat 246 H), nama aslinya Da’bal bin Ali
Razin dari Khuza’ah. Penyair besar yang berwatak kritis.
e) Al-Babtury (206-285 H), nama aslinya Abu Ubadab Walid al-
Babturi al-Qubtbany.
f) Ibnu Rumy (221-283 H), nama aslinya Abu Hasan Ali bin
Abbas. Penyair yang berani menciptakan tema-tema baru.
g) Al-Matanaby (303-354 H), nama aslinya Abu Tayib Ahmad bin
Husin al-Kuft, penyair istana yang haus hadiah, dan pemuja yang
paling handal.
h) Al-Mu’arry (363-449 H), nama aslinya Abu A’la Al-Mu’arrty.
Penyair berbakat dan berpengetahuan luas.

3) Perkembang Seni Musik


Seni musik berkembang pesat di era keemasan Dinasti
Abbasiyah. Hal ini tidak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah
music dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan
dan dukungan para penguasa terhadap musisi dan penyair membuat

Semester 1 (89) SKI 7- MTSN2PATI


seni musik makin berkembang. Para khalifah dan pembesar istana
Bani Abbasiyah memiliki perhatian lebih terhadap musik.
Di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang
dari matematika dan filsafat. Boleh dibilang, dalam peradaban Islam,
kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali
memperkenalkan kata “musiqi”. Al-Isfahani (897-976 M) dalam Kitab
al-Agani mencatat beragam pencapaian seni music di dunia Islam.
Para pengarang kitab music masa Abbasiyah antara lain :
a) Yunus bin Sulaiman (wafat 765 M), pengarang teori musik
pertama dalam Islam. Karya musiknya sangat bernilai sehingga
banyak musikus Eropa yang meniru.
b) Khalib bin Ahmad (wafat 791 M), mengarang banyak buku teori
musik tentang not dan irama. Bukunya dijadikan sebagai bahan
rujukan di berbagai sekolah tinggi musik di dunia.
c) Ishak bin Ibrahim al-Mausuly (wafat 850 M), berhasil
memperbaiki music jahiliyah dengan sistem baru sehingga
mendapat gelar “Raja Musik”.
d) Hunain bin Ishak (wafat 873 M), berhasil menerjemahkan buku-
buku teori musik karangan Plato dan Aristioteles.
e) Al-Farabi, selain sebagai seorang filososf, ia juga dikenal sebagai
seniman dan ahli musik. Karyanya banyak diterjemahkan ke
dalam bahasa Eropa, sekaligus menjadi bahan rujukan para
seniman dan pemusik Eropa.

b. Seni Bangunan dan Arsitektur


Perkembangan arsitektur pada masa Dinasti Abbasiyah telah
meninggalkan warisan arsitektur Islam yang mengagumkan. Perbedaan
arsitektur Abbasiyah dengan Umayyah terletak pada pengaruh budaya
lokalnya. Bangunan Ummayh bercorak Arab-Romawi, sedangkan
bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.

Semester 1 (90) SKI 7- MTSN2PATI


Perkembangan arsitektur Islam era Abbasiyah yang begitu besar
terlihat pada hal sebagai berikut :
1) Bangunan dan Arsitektur Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang kaya dengan
nilai-nilai seni dan arsitektur. Beberapa Masjid yang didirikan pada
masa pemerintahan Abbasiyah antara lain :
a) Masjid Samara, di Baghdad
Masjid Samara dibangun oleh Khalifah Al-Mutawakkil pada 674
M. bangunan Masjid ini sangat unik, memiliki menara berbentuk
spiral setinggi 52 meter dan terbuat dari batu bata yang dibakar.
Jika waktu shalat sudah tiba, maka muadzin menuju ke atas
menara dengan menaiki tangga yang berbentuk spiral. Hingga
kini, Masjid ini masih berdiri dengan kokoh di Samara. Ia
merupakan Masjid terbesar di dunia dan menjadi salah satu
kebanggaan kebudayaan Islam.
b) Masjid Ibn Tulun
Didirikan pada tahun 876 M oleh Ahmad ibn Tulun, penguasa
Dinasti Tulun di Mesir. Masjid ini terletak di Sayyeda Zainab,
Kairo. Sejak penaklukan Mesir oleh Islam, masjid tersebut
menjadi terbesar ketiga di Mesir.

2) Bangunan dan Arsitektur Kota


a) Kota Baghdad
Pada tanggal 30 Juli 762 M, Khalifah Al-Mansur
menemukan sebguah lokasi di tepian Sungai Trigis. Lokasi
tersebut cocok untuk dijadikan ibukota baru. Khalifah memberi
nama kota tersebut Madinah al-Salam, artinya Kota Perdamaian,
sekaligus menjadi nama yang tercetak di koin dinar dan dirham
sebagai alat tukar resmi Negara. Hanya saja, penduduknya
menyebut nama kota itu Baghdad, nama desa terdekat dari kota
itu.

Semester 1 (91) SKI 7- MTSN2PATI


Empat tahun sebelum pembangunan Baghdad, tepatnya
tahun 758 M, Al-Mansur mengumpulkan para insinyur, seniman
dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang Madinah al-
Salam. Lebih dari 100 ribu pekerja konstruksi terlibat dalam
pembangunan kota itu.
Desaian kotanya berbentuk lingkaran. Istana setinggi 39
meter dan Masjid Agung didirikan sebagai pusat kota. Disana
ketersediaan air terjamin, disamping itu kanal pengangkut air dari
sungai Trigis juga dibangun untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Baghdad dikelilingi oleh empat tembok besar. Kota ini
tumbuh menjadi pusat kemakmuran dan kesejahteraa, bahkan
bergelimang emas, sutra, rempah-rempah, mutiara, serta permata
dari Afrika, India dan Timur jauh (Nusantara). Baghdad pusat
perdagangan, sebab lokasinya ditepian Sungai Trigis yang
berhubungan dengan laut Arab.
Diinspirasi (diilhami) oleh perpustakaan Persia yang
memiliki koleksi lengkap, Al-Mansur juga menginginkan adanya
perpustakaan di kota baru itu. Buku-buku ilmu pengetahuan dari
umat Hindu, bangsa Persia dan Yunani Kuno dikumpulkan,
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, yang
menghabiskan waktu seratus tahun.

b) Kota Samara
Kota Samara pernah menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah,
menggantikan kota Baghdad. Pembangunan kota secara besar-
besaran terjadi pada zaman Khalifah Al-Mu’tasim tahun 221 H/
836 M. Samara kemudian dijadikan pusat pemerintahan oleh tujuh
Khalifah Abbasiyah. Kota ini menjadi kebanggaan dengan istana-
istana indahnya. Al-Mu’tasim mendirikan istana bernama Al-
Jawsaq, sementara Khalifah Al-Wasiq membangun istana Al-

Semester 1 (92) SKI 7- MTSN2PATI


Haruni. Khalifah Al-Mutawakkil bahkan sempat membangun 24
istana diantaranya istana Balkawari, al-Mukhtar, dan al-Wahid.
Sementara Al-Mu’tamid, khalifah terakhir membangun istana al-
Masyuq.
Samara, sekitar 124 km di utara Baghdad adalah salah satu
dari empat kota suci Islam di Irak. Samara dianggap sebagai kota
kuno terbesar di dunia. Reruntuhan kota yang megah ini dapat
dijumpai di sepanjang timur tepian Sungai Trigis.

3) Bangunan dan Arsitektur Istana


Seni bangunan istana Khalifah Abbasiyah mempunyai ciri khas
gaya tersendiri. Misalnya dalam pintu keluar dan lengkung kubah,
hiasan atau kaligrafinya menggunakan jenis huruf gantung (muqarnas
khat). Pemerintah Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad
dibangun oleh Al-Mansur (136-158 H / 754-775 M). Lokasinya
berada di tepi sungai Eufrat (Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan
kota ini diarsiteki oleh Hajjah bin Artbab dan Amran bin Waddah.
Tepat di tengah kota Baghdad didirikan istana khalifah bernama
Al-Qasr az-Zahabi (Istana Emas), yaitu yang melambangkan
keagungan dan kemegahan. Luas istana tersebut sekitar 160.000 Hasta
persegi. Didalamnya dibangun juga masjid raya bernama Masjid Jami’
Al-Mansur, yang memiliki halaman sekitar 40.000 Hasta persegi.
Bukan hanya itu, di kota tersebut dibangunkan pula perumahan
penduduk, pasar, dan kantor-kantor pemerintahan.
Sekitar tahun 157 H, Al-Mansur membangun istana baru di luar
kota Baghdad. Istana tersebut diberi nama Istana Abadi (Qasrul
Khuldi). Khalifah Al-Mansur juga membagi kota Baghdad menjadi
empat daerah. Masing-masing daerah dikepalai oleh seorang Naib
Amir (wakil gubernur). Setiap daerah diberi pula hak mengurusi
wilayah sendiri atau daerah otonom.

Semester 1 (93) SKI 7- MTSN2PATI


D. Kemajuan Bidang Pendidikan dan
Perpustakaan

1. Pendidikan
Pada masa Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan dasar (kuttab)
umumnya terpadu dengan Masjid, bahkan masjid sering difungsikan sebagai
sekolah dasar. Sekitar 30.000 masjid telah digunakan sebagai lembaga
pendidikan dasar.
Selai itu, terdapat pula kegiatan belajar di rumah-rumah penduduk,
juga tempat lainnya seperti maktab, zawiyah, dan halaqah. Kurikulum
utamanya dipusatkan pada pembelajaran Al-Qur’an, termasuk membaca dan
menuliskannya. Dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, anak-anak perempuan
bahkan mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Untuk tingkat pendidikan lanjutan, Khalifah Al-Makmun (830 M)
membangun di Bait al-Hikmah. Ini merupakan lembaga pendidikan
menengah pertama dalam Islam. Kurikulumnya meliputi pelajaran tafsir,
hadist, usul fiqih, ilmu kalam, ilmu mantiq, dan kesusastraan. Selain
berfungsi sebagai pusat penerjemahan, Bait al-Hikmah juga dikenal sebagai
pusat kajian akademis, perpustakaan umum, dan memiliki sebuah
abservatorium. Pada saat itu, berbagai observatorium bermunculan sebagai
pusat pembelajaran astronomi.
Pada tingkat pendidikan sejenis perguruan tinggi, didirikan pula
Madrasah Nizamiyah oleh Nizam al-Mulk (1065-1067). Madrasah ini
dibangun sebagai pusat studi teologi (‘aqidah), khususnya untuk mempelajari
pemikiran manzhab Syafi’iyah dan teologi Asy’ariyah. Namun demikian, Al-
Qur’an dan puisi Arab kuni menjadi sumber utama dalam kajian ilmu-ilmu
humaniora dan sastra (‘ilm al-adab). Hal yang sama juga dilakukan oleh
orang Eropa beberapa abad kemudian. Sebagian sejarawan mengatakan
bahwa model Madrasah Nizamiyah ini ditiru oleh orang Eropa, terutama
untuk membangun universitas-universitas pertamanya.

Semester 1 (94) SKI 7- MTSN2PATI


2. Perpustakaan
Pada masa Abbasiyah, masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan,
sekaligus sebagai tempat penyimpanan buku. Buku itu sendiri diperoleh dari
hadiah-hadiah atau hasil pencarian dari berbagai sumber. Pada saat itu, masjid
menjadi pusat khazanah keislaman karena kaya dengan buku keagamaan.
Salah seorang penyumbang buku ketika itu bernama Al-Khatib al-Baghdadi
(1002-1017), seorang sejarawan terkenal yang mewakafkan buku-bukunya
untuk umat Islam.
Perpustakaan (khizanat al-kutub) lainnya juga dibangun oleh kalangan
bangsawan. Perpustakaan ini menjadi lembaga kajian untuk ilmu-ilmu umum.
Buku yang dikoleksinya antara lain tentang ilmu logika, filsafat, astronomi,
dan bidang ilmu lainnya. Abd a-Daulah, salah seorang penguasa Bani
Buwaihi pernah membangun khizanat al-kutub di Syirazi. Semua buku-
bukunya tersusun di lemari, terdaftar dalam katalog, dan dikelola dengan baik
oleh para pegawai perpustakaan.
Selain perpustakaan, kemajuan budaya baca pada masa Abbasiyah
tercermin pula dari banyaknya toko buku. Keberadaan toko ini juga
berpengaruh besar bagi pengembangan dunia pendidikan. Al-Ya’qubi
meriwayatkan bahwa pada masanya (sekitar 819 M), ibu kota Negara
diramaikan oleh lebih dari seratus toko buku. Posisinya berjejeran di satu ruas
jalan yang sama.
Hingga awal abad ke-3 Hijriah, kertas yang umum digunakan untuk
menulis adalah kain perca dan papyrus. Baru setelah kertas dari Cina mulai
masuk ke Irak, industri kertas pun tumbuh menjamur. Industri kertas muncul
pertama kali di Samarkand. Orang yang memperkenalkannya adalah beberapa
tawanan Cina pada 751 M.

Semester 1 (95) SKI 7- MTSN2PATI


DAFTAR PUSTAKA

Yun Yun Yunadi, dkk., 2015, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah
Kelas VII, Jakarta: Kementerian Agama

H. Darsono, T. Ibrahim, 2008, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 2 Untuk


Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri

______, 2015, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2 Untuk Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Semester 1 (96) SKI 7- MTSN2PATI

Anda mungkin juga menyukai