Kelompok 5 :
1. Asyqiatus Sholihah : ( 21313001 )
2. Chairunnisa : ( 21313003 )
3. Dinda Yuliza Irawan : ( 21313004 )
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, terjadi pertempuran Ali dengan
Muawiyah di Shifin. Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi ternyata tidak menyelesaikan
masalah bahkan menimbulkan adanya golongan tiga yaitu Khawarij yang keluar dari
barisan Ali Umat Islam menjadi terpecah menjadi tiga golongan politik yaitu Muawiyah,
Syiah dan Khawarij. Pada tahun 660 M Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.
Dengan demikian berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan mulai kekuasaan Bani
Umayah dalam semangat politik Islam. Kekuasaan Bani Umayah berbentuk pemerintahan
yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).
Hal ini dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya Yazid. Peristiwa tahkim berdasarkan sejarah yang kita pelajari ialah
berlaku perebutan kekuasaan antara Ali dan Mu’awiyah yang membawa mereka ke meja
perundingan. Perundingan antara mereka berdua telah diwakili oleh Abu Musa al-‘Asyari
bagi pihak Ali dan ‘Amr bin al-‘Ash bagi pihak Mua’wiyah
Latar belakang lahirnya Dinasti Umayyah ialah dalam kondisi dan situasi di tengah-tengah
terjadinya pertentangan politik antara golongan, yaitu: golongan Syi’ah, golongan Khawarij,
golongan Jami’iyah, dan golongan Zubaer. Dari pertentangan polotik antar golongan itu, kelompok
Bani Umayyah yang dipelopori Mu’awiyyah muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya
berdirilah pemerintah Daulat Bani Umayyah. Corak politik suatu negara umumnya akan dipengaruhi
oleh latar belakang berdirinya negara yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh situasi saat
berdirinya negara tersebut.
Pada saat itu kepemimpinan Islam dan bangsa Arab, tidak memperhatikan asal-usul kabilah dan
kesukuan. Proses rekrutmen pempimpin didasarkan pada kemampuan dan kecakapan. Meskipun
Usman bin Affan adalah dari keluarga Bani Umayyah, tetapi ia tidak pernah mengatasnamakan diri
sebagai Bani Umayyah. Begitu juga Mu’awiyah bin Abi Sufyan diangkat oleh Umar bin Khattab
sebagai gubernur Syiria adalah karena kecakapannya. Ambisi Bani Umayyah untuk memimpin
kemabali muncul ketika mereka sudah mempunyai kekuatan besar. Dengan berbagai upaya,
mereka menyusun kekuatan dan merebut kekhalifahan umat Islam. Usaha ini akhirnya berhasil
setelah Hasan bin Ali mengundurkan diri dari jabatannya sebagai khalifah dan menyerahkannya
kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang dikenal dengan istilah Amul Jama’ah
Tokoh-tokoh Penggagasan terbentuknya
Dinasti Bani Umayyah
Tokoh-Tokoh Penggagas terbentuknya Dinasti Umayyah adalah diakui disepakati oleh semua ahli
sejarah bahwa sebab perselisihan antara Ali dan Mu’awiyah ialah tentang tindakan qisas
terrhadap pembunuh-pembunuh Utsman. Menurut anggapan Mu’awiyah, Ali telah mengabaikan
tanggung jawabnya melaksanakan hukuman qisas kepada pembunuh- pembunuh Usman. Dengan
itu ia enggan untuk membai’at Ali dan taat kepadanya karena ia berpendapat hukum qisas perlu
ditegakkan sebelum khalifah dibai’atkan. Sikap keengganan Mu’awiyah untuk membai’at Ali karena
menunggu qisas dijalankan dan kegagalan beliau melaksanakan kedudukannya di Syam telah
menjadikan Mu’awiyah dan para pengikutnya dari kalangan penduduk Syam pada pandangan Ali
seperti sikap-sikap orang yang menentang khalifah Ali berpendapat bahwa bai’atnya telah sah
dengan persetujuan para sahabat Mujahirin dan Anshar yang telah menghadiri ucapan bai’at.
Mua’wiyah telah ditugaskan untuk mentadbir Syam sebagai wakil bagi pihak Umar bin Khattab dan
Syam terus berada di bawah pentadbirannya sehingga Umar meninggal dunia. Kemudian Utsman
menjadi khalifah dan beliau melanjutkan jabatan Mu’awiyah.
Apabilah Usman dibunuh dan Ali menjadikan khalifah, beliau tidak melanjutkan
jabatan Mu’awiyah di mana jabatan tersebut terlepas dengan sebab berakhirnya
pemerintahan khalifah yang telah melantiknya.Dengan itu Mu’awiyah telah
kehilangan pusat kekuasaannya dan jabatannya sebagai gubernur Syam walaupun
sebenarnya beliau masih berkuasa dengan sebab penduduk Syam mendukung beliau
dan mereka puas dan setuju dengan alasan Mu’awiyah yang tidak mau memberi bai’at
kepada Ali. Sebabnya ialah tuntutan pelaksanaan hukum qisas terhadap pembunuh-
pembunuh Usman berdasarkan haknya sebagai penuntut bela kematian Usman.
Daulah Bani Umaiyyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintahkan oleh 14 orang
khalifah. Namun di antara khalifah-khalifah tersebut yang paling menonjol adalah
khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik,
Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
Periodesasi dan Perkembangan Dinasti
Bani Umayyah
Periodesasi pada Dinasti Umayyah menggunakan sistem kerajaan. Pada masa Dinasti Umayyah yang
pertama kali menjadi seorang khalifah atau raja adalah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan. Masa kekuasaan
Dinasti Umayyah hampir mencapai satu abad, tepatnya 90 tahun, dengan 14 orang khaliifah, adalah:
1) Mu’awiiyah biin Abii Sufyan (41-60 H / 661-680 M) 8) Umar biin Abdul Aziiz (99-101 H / 716-720 M)
2) Yaziid biin Mu’awiiyah (60-64 H / 680-683 M) 9) Yaziid biin Abdul Maliik (101-105 H / 720-724 M)
3) Mua’awiiyah biin Yaziid (64-64 H / 683-683 M) 10) Hiisyam biin Abdul Maliik (105-125 H / 724-743 M
4) Marwan biin Hakam (64-65 H / 683-685 M) 11) Waliid biin Yaziid (125-126 H / 743-744 M)
5) Abdul Maliik biin Marwan (65-86 H / 865-705 M) 12) Yaziid biin Waliid (126-127 H / 744-745 M)
6) Al-Waliid biin Abdul Maliik (86-96 H / 705-715 M) 13) Iibrahiim biin Waliid (127-127 H / 744-745 M)
7) Sulaiiman biin Abdul Maliik (96-99 H / 715-716 M) 14) Marwan biin Muhammad (127-132 H / 745-750 M)
Perkembangan Dinasti Umayyah Pada masa pemeirintahan Dinasti Umayyah
ini bisa dikatakan sebagai suatu era yang cukup agresif, karena semua
perhatian tertumpu pada urusan perluasan wiilayah dan penaklukan, yang
terhenti sejak zaman Khulafaur Rasyidin terakhir. Dalam jangka waktu yang
cukup singkat, 90 tahun, Dinasti Umayyah bisa menaklukan daerah-daerah
di berbagai penjuru dunia dan beramai-ramai masuk kedalam islam , di
antaranya adalah tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Irak, Persia,
Afganistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk juga Soviet Rusia.
Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Umayyah itu tidak hanya dari bidang
militer dan kekuasaan saja, melainkan juga dalam bidang lainnya yaitu
seperti bidang sastra, ilmu pengetahuan, sosial dan budaya.
Di antara beberapa kemajuan yang berhasil dicapai oleh Dinasti Umayyah
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Sastra