Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

LAHIRNYA DINASTI UMAYYAH

Disusun oleh :

1. Akilah Putri Saydrani

2. Ariqa Naila Burera

3. Ilza Azzahra

4. Dian Najmi Ananda A

5. Nurul Auliya Ar

6. Nabila Safirah

7. St. Nur Fadhilah


LATAR BELAKANG

Sejarah peradaban Islam mencatat berbagai dinasti dan


kekhalifahan yang berpengaruh dalam perkembangan dunia Islam, salah
satunya adalah Dinasti Umayyah. Dinasti ini merupakan kekhalifahan
kedua dalam sejarah Islam yang berdiri setelah wafatnya Ali bin Abi
Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Dinasti Umayyah
berlangsung dari tahun 661 Masehi hingga 750 Masehi dan berpusat di
Damaskus.

Lahirnya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik politik dan


perang yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad. Konflik tersebut
melibatkan beberapa tokoh penting, termasuk Mu'awiyah bin Abu
Sufyan, pendiri Dinasti Umayyah. Perang Siffin yang terjadi antara Ali
dan Mu'awiyah juga menjadi salah satu faktor penting dalam lahirnya
dinasti ini.

Namun, sejarah lahirnya Dinasti Umayyah masih menjadi topik


yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Banyak aspek yang masih perlu
digali, termasuk latar belakang politik, sosial, dan ekonomi pada masa
itu. Makalah ini bertujuan untuk membahas secara mendalam tentang
latar belakang lahirnya Dinasti Umayyah, konflik yang melatarbelakangi,
dan dampaknya terhadap perkembangan Islam pada masa selanjutnya."
RUMUSAN MASALAH
Pada masa Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul Allah, Bani
Umayyah merupakan keluarga yang kaya , terdidik, dan berpengaruh di
Makkah. Bani Umayyah juga termasuk salah satu lawan Nabi
Muhammad Saw, dan agama Islam pada awal-awal perkembangannya.
Kecintaannya dengan harta dan kekuasaan membuat keluarga Bani
Umayyah tidak mau mengakui kebenaran Islam sebagai ajaran yang
mulia.

Ketika Islam mulai meyebar di Makkah, Mengapa mereka menjadi


semakin gelisah dan hawatir akan kehilangan kekuasaannya?. Mengapa
mereka mulai memusuhi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya?,
bahkan terlibat dalam berbagai konspirasi untuk menghentikan
penyebaran Islam.

Bagaimanakah proses berakhirnya perlawanan Bani Umayyah baru dan


mengapa mereka menyatakan bahwa bersedia masuk Islam. Dan
bagaimanakah kehidupan dan masa pemerintahan Bani Umayyah itu
sendiri? Siapa-siapa pula yang pernah menjadi penguasa pada system
pemerintahan dinasti Bani Umayyah?
A. ASAL USUL BANI UMAYYAH

Nama Bani Umayyah berasal dari nama nenek moyang Mu’awiyah


(pendiri dinasti Bani Umayyah ), yaitu Umayyah bin’ Abd asy-Syam,
salah satu seorang tokoh Quraisy yang hidup pada masa pra-Islam.

Pada masa Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul Allah,


Bani Umayyah merupakan keluarga yang kaya , terdidik, dan
berpengaruh di Makkah. Bani Umayyah juga termasuk salah satu lawan
Nabi Muhammad Saw, dan agama Islam pada awal-awal
perkembangannya. Kecintaannya dengan harta dan kekuasaan membuat
keluarga Bani Umayyah tidak mau mengakui kebenaran Islam sebagai
ajaran yang mulia.

Ketika Islam mulai meyebar di Makkah, Umayyah menjadi


semakin gelisah dan hawatir akan kehilangan kekuasaannya. Ia mulai
memusuhi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, bahkan terlibat
dalam berbagai konspirasi untuk menghentikan penyebaran Islam.

Perlawanan Bani Umayyah baru berakhir pada saat terjaidnya


Fathu makkah, yakni setelah Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya
memasuki Kota Makkah padatahun 8H/630 M. Pada saat itu, Bani
Umayyah tidak mampu melawan dan akhirnya mereka menyerah kepada
Nabi Muhammad SAW dan menyatakan bersedia masuk Islam.
Setelah wafatnya Umayyah, keturunannya menjadi sangat terkenal
dan berpengaruh di seluruh wilayah kekhalifaan Islam. Dinasti Bani
Umayyah kemudian didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan pada
tahun 661 M, dan menjadi dinasti yang sangat kuat dan bepengaruh
selama hamper 1 abad.

A. SIKAP BANI UMAYYAH SETELAH MASUK ISLAM


Bani Umayyah tergolong belakangan masuk Islam. Setelah masuk
Islam, mereka menampakkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap
agama Islam. Dalam setiap peperangan, mereka menampilkan
kepahlawanannya, seolah-olah ingin mengimbangi atas keterlambatannya
dalam memeluk agama Islam. Dedikasi dan loyalitas yang tinggi
terhadap islam membuahkan hasil ang cukup strategis karena mereka
diberikan kepercayaan dari Nabi Muhammad saw. Untuk menduduki
jabatan penting. Misalnya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada masa Nabi
saw. Diangkat menjadi penulis wahyu.

Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a., Bani Umayyah


merasa rendah karena kelas mereka di bawah kaum Ansar dan Muhajirin.
Untuk menyamai kedudukan kedua kelompok tersebut, mereka harus
menunjukkan perjuangan memebela Islam dalam melawan musuh-musuh
Islam.

C. PROSES DAN SEBAB-SEBAB BERDIRINYA DINASTI


BANI UMAYYAH
Dinasti Umayyah adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan pada tahun
661 Masehi dan berlangusng hingga tahun 750 Masehi. Dinasti
Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur
Rasyidin dalam sejarah Islam.
Nama dinasti ini diambil dari khalifah pertamanya, Umayyah bin'Abd
asy-Syams atau Muawiyah bin ABu Sufyan alias Muwaiyah i. Sebelum
menjadi khalifah, beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Syam pada
masa Khulafaur Rasyidin, tepatnya pada masa Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan.

Secara garis besar, dinasti Umayyah terbagi atas dua periode utama, yaitu
tahun 660-750 M berpusat di Damaskus, kemudian periode 756-1031 M
di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.

Sejarah berdirinya dinasti Umayyah tidak lepas dari masa krisis pada
pemerintahan Khulafaur Rasyidin Pemerintahan ini mencapai puncak
kejayaan saat dipimpin oleh Utsman bin Affan dan mengalami
kemunduran pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Pemerintahan Khulafaur Rasyidin semakin mengalami kemunduran


tatkala beliau wafat dalam serangan balas dendam atas konflik kebijakan
Utsman bin Affan di periode kedua.

Setelah Ali bin Abi Thalib, estafet kekhalifahan digantikan oleh putranya
yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Namun pada tahun 661
Masehi, Hasan mengundurkan diri dari jabatannya.

Kemunduran Hasan inilah yang menyebabkan khalifah kaum muslim


dipegang oleh Muawiyah. bin Abu Sufyan. Setelah Bani Umayyah
berdiri, ibukota kerajaan Madinah dipindah ke Damaskus yang terletak
di kota Syam.

Berdirinya Bani Umayyah sendiri bermula dari peristiwa Tahkim atau


Perang Shiffin. Dikutip dari buku Bangkitnya dan Runtuhnya Khilafah
Bani Umayyah (2016) karya Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, ini
adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi
Thalib, khalifah ke 4 setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Perang ini terjadi usai kematian Utsman bin Affan, khalifah ketiga, pada
17 Juni 1656, yang membuka peluang bagi Ali bin Abi Thalib, menantu
Rasulullah SAW, untuk memimpin.

Namun berdirinya Bani Umayyah bukan hanya karena kemenangan


diplomasi Muawiyah bin Abu Sufyan atas Perang Shiffin. faktor
keberhasilan Muawiyah dalam mendirikan dinasti Bani Umayyah antara
lain:

1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dan keluarga Bani Umayyah
sendiri.

2. Menempatkan orang-orang tepat pada jabatan-jabatan penting yang


menjadikan Muawiyah dikenal sebagai administrator yang handal.

3. Kemampuan Muawiyah sebagai negarawan sejati yang dapat


menguasai diri secara mutlak dalam mengambil keputusan-keputusan
penting, walaupun terdapat tekanan dan intimidasi.

D. CORAK DAN GAYA KEPEMIMPINAN MU’AWIYAH


BIN ABU SUFYAN
Setelah kematian Hasan, Mu'awiyah menjadi penguasa tunggal dan
memindahkan ibu kota pemerintahan yang semula di Kufah dan
sebelumnya lagi di Madinah berganti ke Damaskus.

Pada masa itu terdapat tiga tokoh kunci yang berpengaruh di


kalangan Umayyah. Mereka adalah Amr bin As, Mughirah bin Syu'bah,
dan Ziyad bin Abihi. Ketiga orang inilah yang membantu Mu'awiyah
meletakkan fondasi berdirinya Dinasti Umayyah. Mu'awiyah segan
terhadap mereka karena mereka paham betul kelebihan dan
kekurangannya. Amr bin As adalah tokoh yang menyelamatkan
Mu'awiyah pada saat Perang Siffin. Sementara itu, Mughirah dan Ziyad
dianggap sebagai tokoh yang memperkukuh kedudukannya sebagai
khalifah.

Mu'awiyah bin Abu Sufyan adalah tokoh yang pertama kali


mengubah pemerintahan corak republik menjadi monarki. Sistem
pemerintahan monarki adalah mewariskan kekuasaan secara turun-
temurun. Sistem pemerintahan seperti itu pernah terjadi sebelumnya,
yaitu pada Kerajaan Romawi dan Persia. Corak pemerintahan monarki
dimulai pada tahun 679 M. Ia mengangkat anaknya sebagai putra
mahkota yang bernama Yazid. Pengangkatan putra mahkota itu
merupakan bentuk pemerintahan yang ia idealkan dalam sistem
pemerintahan monarki. Cara itu berlanjut pada khalifah-khalifah
sesudahnya untuk menentukan pemimpin pemerintahan Dinasti
Umayyah.

Model pengangkatan Yazid sebagai khalifah sebenarnya ditentang


oleh kebanyakan rakyat. Pada saat Mu'awiyah berangkat ke Makkah dan
Madinah untuk meminta "restu" dan legitimasi dari rakyat, kebanyakan
mereka memprotes model penunjukan tersebut. Pada saat Hasan bin Ali
menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah, saat itu Mu'awiyah menulis
surat bahwa sesungguhnya Hasan memang lebih berhak karena ia
merupakan cucu Nabi Muhammad saw. Namun, Mu'awiyah ragu
terhadap kinerja kepemimpinannya. "Andaikan dalam hal politik dan
kinerja kepemimpinan Anda (Hasan) melebihi atau setara dengan
seorang kepala negara yang unggul, saya (Mu'awiyah) tetap membaiat
Anda." Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Umayyah
meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam.

Mu'awiyah bin Abu Sufyan menerapkan corak pemerintahan


monarki, begitu juga kekuasaan ditetapkan menjadi milik dari Dinasti
Umayyah. Inilah yang pertama kali memunculkan jurang antara Arab dan
Mawali. Dalam banyak hal, Mu'awiyah melakukan berbagai perubahan,
dengan sifatnya yang tegas dan licik berhasil membujuk lawan
politiknya. Orang Syam dijadikan sebagai ujung tombak dengan
memberikan fasilitas finansial yang memadai, Mu'awiyah juga
membentuk pengawal pribadi yang terkenal dengan pasukan bertombak
pengawal raja. Ia pula yang pertama kali menerapkan Diwan al-Khatim
dan Diwan al-Barid yang bertujuan untuk mengontrol gerak-gerik musuh.

Corak kepemimpinan Mu'awiyah yang lain adalah keberhasilannya


merombak model pemerintahan, di antaranya ia hidup sebagai raja yang
memiliki takhta dan istana tidak hanya sekadar sebagai khalifah, seperti
Khulafaur Rasyidin. Ia membangun tempat khusus sultan untuk salat di
masjid (maqsurah). Ia juga memulai menggunakan kain sutra yang pada
zaman Nabi Muhammad saw. dilarang dipakai kaum laki-laki.

E. KARIR POLITIK MU’AWIYAH BIN ABU SUFYAN

Karier politik Mu' awiyah bin Abu Sufyan dimulai ketika masa
Khulafaur Rasyidin, yakni pada masa Umar bin Khattab (13-24 H/634
644 M) hingga akhir pemerintahan Usman bin Affan (24-36 H/644-656
M).

Mu'awiyah menjabat sebagai Gubernur Syam sepanjang era Umar


dan Usman. la memang kompeten dan disiplin dalam pekerjaannya,
komitmen dengan aturan hukum, dan sangat dicintai rakyatnya.
Kecemerlangan Mu' awiyah mulai ditunjukkan ketika Umar bin Khattab
menjabat sebagai khalifah. Pada tahun 18 Hijriah, Umar mengangkat
Yazid (saudara Mu'awiyah) sebagai Gubernur Damaskus dan Mu'awiyah
sebagai Gubernur Syam. Yazid terserang wabah Amwas yang
menyebabkan ia meninggal dunia sehingga dua wilayah tersebut
digabung di bawah kekuasaan Mu' awiyah.

Penggabungan wilayah itu disetujui oleh Khalifah Umar bin


Khattab karena Umar mengetahui dengan benar bahwa Mu' awiyah akan
mampu menjalankan roda pemerintahan di wilayah tersebut. Mu' awiyah
menjalankan roda pemerintahan negeri Syam dengan sebaik-baiknya.
Mu' awiyah adalah gubernur kesayangan Umar bin Khattab karena ia
adalah Storang gubernur yang kompeten dalam menjalankan tugas, kuat
menjaga pertahanan, dan bertanggung jawab.

Mu'awiyah juga berhasil menyukseskan program besar di era


Usman, yakni membangun armada Islam untuk menjaga daerah pesisir
dan melancarkan serangan ke Laut Mediterania.

Keberhasilan Mu' awiyah sebagai gubernur selama lebih kurang 20


tahun memberikan banyak pengalaman untuk berhasil menjadi orang
nomor satu di kalangan Bani Umayyah. Mu’awiyah adalah orang yang
cerdas dalam urusan dunia, berpengetahuan luas, dan pandai.

Masa kekuasaan Mu'awiyah tergolong cemerlang. la berhasil


menciptakan keaman-an dalam neger dengan membasmi para
pemberontak. la juga berhasil mengantarkan negara dan rakyatnya pada
kemakmuran dan kekayaan yang berlimpah. Perluasan wilayah pada
masanya juga sukses hingga mencapai Afrika Utara, Wilayah Khurasan,
dan Bukhara (Turkistan) setelah berhasil menyeberangi sungai Oxsus.

F. SISTEM PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH

Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Dinasti Umayyah


dibandingkan dengan masa Khulafaur Rasyidin terdapat perbedaan yang
cukup mencolok. Perbedaan tersebut dapar dilihat pada saat penetapan
seseorang menjadi Khalifah. Pada masa Khulafaur Rasyidin, seorang
khalifah dipilih langsung oleh masyarakat secara demokratis, setelah itu
secara ramai-ramai menyatakan baiat (sumpah setia) di hadapan khalifah
terpilih. Namun, pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, seorang
khalifah diangkat langsung oleh khalifah sebelumnya dengan menunjuk
salah seorang keturunan khalifah sebagai putra mahkota yang akan
menggantikan kedudukannya sebagai khalifah jika telah meninggal
dunia.

Sistem penunjukan putra mahkota tersebut merupakan era baru


dalam sistem pemilihan kepemimpinan Islam. Dalam pemerintahan
modern, sistem semacam itu dikenal dengan istilah monarchi heredities.
Sistem itu diterapkan pertama kali ole Mu'awiyah bin Abu Sufyan yang
mengangkat Yazid bin Mu' awiyah sebagai putra mahkota yang kelak
akan menggantikan posisinya. Hal it bertujuan untuk menjaga
kelangsungan kekuasaan dan stabilitas politik.

Dalam hal itu, banyak sejarawan yang menyatakan bahwa


meskipun Mu' awiyah tetap mempertahankan gelar khalifah, dalam
menjalankan sistem pemerintahannya menganut sistem kerajaan atau
monarchi. Hal itu ditandai dengan kuatnya pengaruh khalifah dalam
banyak hal, bahkan Mu' awiyah pernah menyatakan dirinya sebagai raja-
raja Arab.

Dengan demikian, sistem pemerintahan yang ada pada masa


Dinasti Umayyah me-rupakan sistem pemerintahan monarchi heredities
yang absolut. Sebab, kewenangan khalifah secara mutlak berada di
tangan sang khalifah. Setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak ditentang
karena ia adalah raja, bahkan a menyatakan dirinya sebagai bayang-
bayang tuhan di muka bumi
G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM
PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH
Kelebihan dan kekurangan sistem pemerintahan Dinasti Umayyah
akan terlihat dengan jelas apabila kita membandingkan dengan sistem
pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Berikut ini akan diuraikan beberapa
perbedaan sistem pemerintahan tersebut.

1. Pada masa Khulafaur Rasyidin sistem pemerintahan dijalankan atas


dasar Al-Qur'an, al-Hadis, dan Ijma', sedangkan pada masa Dinasti
Umayyah adalah perintah khalifah segala-galanya dan harus dipatuhi.

2. Pada masa Khulafaur Rasyidin, khalifah menganggap sebagai pelayan


masyarakat, sedangkan pada masa Dinasti Umayyah menganggap diri
mereka sebagai penguasa.

3. Pada masa Khulafaur Rasyidin, para khalifah dapat bertahan karena


dukungan dari rakyat, sedangkan pada masa Dinasti Umayyah para
khalifah dapat bertahan dengan kekuatan.

4. Pada masa Khulafaur Rasyidin, tidak ada satu suku yang berkuasa
terus-menerus, sedangkan pada masa Dinasti Umayyah dalam
kekhalifahan hanya anak keturunan mereka yang berkuasa.

5. Pada masa Khulafaur Rasyidin, hak bicara dijamin dan rakyat dapat
langsung menghadap khalifah untuk menyampaikan pendapatnya,
sedangkan pada masa Dinasti Umayyah hak bicara bagi rakyat dikebiri
dan ditekan serta jika rakyat akan menghadap khalifah, harus melewati
perantara yang disebut hajih.

6. Pada masa Khulafaur Rasyidin, sistem syura (musyawarah) dan


demokrasi berjalan dengan baik, sedangkan pada masa Dinasti Umayyah
suara rakyat tidak dihiraukan.
7. Pada masa Khulafaur Rasyidin, khalifah tidak memiliki hak terhadap
Baitul Mal (kas negara), sedangkan pada masa Dinasti Umayyah Baitul
Mal (kas negara) menjadi milik khalifah.

8. Pada masa Khulafaur Rasyidin, khalifah hidup sederhana dan dianggap


orang biasa (mempunyai kedudukan yang sama dengan rakyat), tetapi
pada masa Dinasti Umayyah para khalifah hidup dengan serba
kemewahan, seperti raja-raja Persia dan Byzantium.

9. Pada masa Khulafaur Rasyidin, khalifah merangkap jabatan sebagai


ahli hukum, agama, dan sangat menghargai alim ulama, sedangkan pada
masa Dinasti Umayyah para ulama tidak diperbolehkan berpolitik.

10. Pada masa Khulafaur Rasyidin, terdapat majelis syura yang


kedudukannya di atas khalifah dan keluarga, tetapi pada masa Dinasti
Umayyah anggota dewan syura diangkat dari dan oleh keluarga serta
kaum kerabat khalifah.

H. PARA PENGUASA BANI UMAYYAH


Para penguasa Bani Umayyah :

1. Mu'awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-680 M)

Mu'awiyah bin Abu sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah


dan menjabat sebagai khalifah pertama di Dinasti Umayyah. Ia
memindahkan ibu kota dari madinah al-Munawwarah ke kota Damaskus
dalam wilayah Suriah. Ia di sebut dengan gelar Mu'awiyah I

2. Yazid bin Mu'awiyah (60-64 H/680-683 M)

Yazid lahir pada tahun 22 H /643 M. Pada tahun 679 M,


Mu'awiyah mencalonkan anaknya, Yazid, untuk menggantikan nya.
Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun 681 M.
Ketika yazid naik takhta, sejumlah tokoh di madinah tidak mau
menyatakan setia kepadanya. Pada tahun 680 M, ia pindah ke Kufah atas
permintaan golongan syiah yang ada di Irak. Ia disebut dengan Yazid I

3. Mu'awiyah bin Yazid (64 H/683-684 M)

Mu'awiyah bin Yazid menjabat sebagai khalifah pada tahun 683-


684 M dalam usia 23 tahun. Ia disebut dengan Mu'awiyah II

4. Marwan bin al-Hakam (64-65 H/684-685 M)

Marwan bin al-Hakam pernah menjabat sebagai penasihat khalifah


ustman bin Affan. Untuk mengukuhkan jabatan nya, ia sengaja
mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid. Ia disebut dengan
marwan I

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)

Abdul Malik bin Marwan dilantik sebagai khalifah setelah


kematian ayah nya pada tahun 685 M.

6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)

Masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik adalah masa


ketenteraman, kemakmuran, dan ketertiban. Ia disebut sebagai al-walid I

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)

Sulaiman bin Abdul Malik menjadi khalifah pada usia 42 tahun.


Masa pemerintahan nya berlangsung 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki
kepribadian yang kuat sehingga mudah di pengaruhi penasihat-penasihat
di sekitar diri nya.

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)

Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah pada usia 37


tahun. Ia terkenal adil dan sederhana
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)

Masa pemerintahan nya berlangsung selama 4 tahun, 1 bulan. Ia


adalah seorang penguasa yang sangat gandrung terhadap kekuasaan. Ia
disebut dengan Yazid II

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)

Hisyam bin Abdul Malik menjabat sebagai khalifah pada usia 35


tahun. Ia terkenal sebagai seorang negarawan yang cakap dan ahli
militer.

11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H/743-744 M)

Masa pemerintahan nya selama 1 tahun, 2 bulan. Ia adalah salah


seorang khalifah yang berkelakuan buruk. Ia disebut dengan al-Walid II

12. Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126-127 H/744-745 M)

Masa pemerintahan nya berlangsung selama 16 bulan dan dia


wafat pada usia 46 tahun. Selain itu, masa pemerintahan nya selama 1
tahun 2 bulan. Ia adalah seorang khalifah yang berlakuan buruk. Ia
disebut dengan al-Walid II

13. Ibrahim bin Malik bin Abdul Malik (127 H/744-745 M)

Pada masa pemerintahan nya keadaan negara makin kacau dan ia


memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.

14. Marwan bin Muhammad bin Marwan (127-132 H/745-750 M)

Marwan bin Muhammad bin Marwan adalah seorang ahli negara


yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak berhasil
ditumpasnya, tetapi ia tidak mampu menghadapi gerakan Bani Abbasiyah
yang telah kuat pendukung nya. Ia disebut dengan Marwan II.
KESIMPULAN

Dari makalah di atas dapat disimpulkan:

Nama Bani Umayyah berasal dari nama nenek moyang Mu’awiyah


(pendiri dinasti Bani Umayyah ), yaitu Umayyah bin’ Abd asy-Syam,
salah satu seorang tokoh Quraisy yang hidup pada masa pra-Islam.

Para khalifah Dinasti Umayyah, masa kekuasaan Dinasti Umayah


hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah.
Khalifah yang pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan
khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhmmad.

Masa Kemajuan Dinasti Umayyah, Dinasti Umayah meneruskan


tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dilakukan masa
kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur Rasyidin. Dalam
bidang peradaban Dinasti Umayah telah menemukan jalan yang lebih
luas kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu
pengetahuan, dengan bahasa Arab sebagai media utamanya.

Masa Kehancuran Dinasi Umayyah, meskipun kejayaan telah di


raih oleh Bani Umayah ternyata tidak bertahan lebih lama, dikarenakan
kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dari pihak
luar.
DAFTAR PUSAKA
Ngatmin Abbas Wahid. (2023). Sejarah Kebudayaan Islam. Solo
Berliana Intan Maharani. (2023). Asal-usul Bani Umayyah. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai