Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Ekonomi Islam
Oleh
MiraArlia
Dinasti Umayah sejatinya terbentuk saat terjadi peristiwa perang tahkim pada perang
Shiffin. Perang ini menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan, pada
perang Jamal. Perang Jamal terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Aisyah
(istri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam) yang semula dimenangkan pihak
Ali bin Abi Thalib. Namun, sebab terlihat gelagat kekalahan membuat Muawiyah
mengajukan usul pada pihak Ali agar kembali kepada hukum Allah Ta’ala.
Setelah usai perang Shiffin, terdapat peristiwa lain yang tidak kalah mengejutkan,
yaitu peristiwa terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Pasca meninggalnya Ali bin Abi
Thalib, dan orang-orang Madinah, kemudian membaiat Hasan bin Ali. Namun, Hasan
bin Ali menolaknya dan menyerahkan kekhalifahan ini kepada Muawiyah bin Sufyan .
Pemerintahan Bani Umayyah berlangsung lebih dari tiga abad, yang dibagi ke dalam
dua periode. Yakni periode pertama antara 661-750 dengan pusat pemerintahan di
Damaskus, kemudian periode kedua antara 756-1031 di Cordoba, Spanyol.
Bani Umayyah adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Abd Manaf yang juga
menjadi khalifah (pemimpin) pertama Bani Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan ini
sering dijuluki sebagai Muawiyah I dan pernah menjabat sebagai Gubernur Syam pada
masa Khulafaur Rasyidin. Tepatnya yaitu pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab
dan Utsman bin Affan. Sementara itu, ibukota Bani Umayyah di Damaskus,
Selama kurun waktu tersebut, terdapat 14 orang khalifah yang pernah memerintah
diantaranya:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680 M)
1. Perluasan wilayah
Selain itu, penaklukan yang dilakukan Bani Umayyah Memiliki efek jangka panjang
yang mendalam pada kehidupan agama dan budaya di wilayah yang mereka
taklukkan. Secara khusus, Mediterania selatan, Timur Tengah, dan Asia Barat telah
mengadopsi Islam.
Dinasti Umayyah sejatinya terbentuk saat terjadi peristiwa perang tahkim pada perang
Shiffin. Perang ini menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan, pada
perang Jamal. Perang Jamal terjadi antara Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Aisyah
(istri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam) yang semula dimenangkan pihak
Ali bin Abi Thalib. Namun, sebab terlihat gelagat kekalahan membuat Muawiyah
mengajukan usul pada pihak Ali agar kembali kepada hukum Allah Ta’ala.
Setelah usai perang Shiffin, terdapat peristiwa lain yang tidak kalah mengejutkan,
yaitu peristiwa terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Pasca meninggalnya Ali bin Abi
Thalib, dan orang-orang Madinah, kemudian membaiat Hasan bin Ali. Namun, Hasan
bin Ali menolaknya dan menyerahkan kekhalifahan ini kepada Muawiyah bin Sufyan .
Pemerintahan Bani Umayyah berlangsung lebih dari tiga abad, yang dibagi ke dalam
dua periode. Yakni periode pertama antara 661-750 dengan pusat pemerintahan di
Damaskus, kemudian periode kedua antara 756-1031 di Cordoba, Spanyol.
2. Pembangunan infrastruktur
Bani Umayyah juga mempelopori bangunan ibadah Islam tipe baru. Sebelum titik ini,
masjid-masjid Islam telah berubah dan sederhana. Namun, Bani Umayyah
memperkenalkan fitur baru yang khas, termasuk lebih banyak lorong, panel dekoratif,
mihrab, dan menara. Dua dari pencapaian arsitektur puncak era ini adalah penciptaan
Masjid Agung Damaskus dan Kubah Batu di Yerusalem.
4. Munculnya tasawuf
Tasawuf atau sufisme memantapkan dirinya sebagai kekuatan dalam dunia Islam
selama pemerintahan Bani Umayyah. Asal usul tradisi mistik dalam Islam ini dapat
ditafsirkan sebagai kritik yang muncul terhadap materialisme Bani Umayyah.
Pendapat ini dikemukakan oleh sejarawan tasawuf, Tanvin Anjum. Doktrin Sufi
tentang kemiskinan sukarela kontras dengan kekayaan keluarga penguasa dan
keinginan terus-menerus untuk memperoleh tanah baru.
Kepemimpinan Islam atau kekhalifahan itu harus berasal dari kaum Quraisy atau
masih berasal dari silsilah Nabi Muhammad SAW, silsilahnya Mu’awiyah bin Abu
Sufyan bin Harb bin Abd Manaf ini bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada Abd
Manaf.
Berdirinya Bani Umayyah tidak lepas dari masa-masa krisis pada pemerintahan
Khulafaur Rasyidin. Puncak kejayaan Khulafaur Rasyidin itu ada pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan, pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
mengalami kemunduran. Terutama saat Ali bin Abi Thalib wafat dalam serangan balas
dendam atas konflik kebijakan Utsman bin Affan di periode kedua. setelah itu
kepemimpinan tidak langsung serta merta beralih ke Mu’awiyah bin Abu Sufyan, guys.
Awalnya, setelah Ali bin Abi Thalib wafat, kepemimpinannya digantikan oleh
putranya yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Tapi, pada tahun 661 Masehi,
Hasan mundur. Kemunduran Hasan ini menyebabkan kekhalifahan Islam dipegang
oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan deh. Setelah Bani Umayyah berdiri, ibukota kerajaan
Madinah dipindah ke Damaskus yang terletak di Kota Syam.
Dinasti Bani Umayyah berhasil didirikan bukan hanya karena kemenangan diplomasi
Mu’awiyah bin Abu Sufyan atas peristiwa Perang Shiffin, bagian dari Perang Saudara
Islam I akibat terbunuhnya Utsman bin Affan tadi. Tapi juga karena pemikiran kuat
Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membangun masa depan dan dukungan orang-
orang Suriah.
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, terjadi perubahan sistem
pemerintahan dari demokratis menjadi kepemimpinan yang turun temurun. Bahkan,
seluruh rakyat Damaskus diwajibkan untuk setia pada anaknya, Yazid. Selain itu,
pejabat pada dinasti ini berasal dari keturunan Arab.
Perebutan Andalusia ini dipimpin oleh panglima perang Musa bin Nusair dengan
mengirim Tariq bin Ziyat. Lalu, selat Afrika dan Spayol, yaitu Selat Gibraltar, berhasil
direbut oleh Tariq bin Ziyat pada tahun 711 Masehi.
Masa kejayaan Bani Umayyah ditandai dengan terjadinya kemajuan tata kelola dalam
berbagai bidang. Perkembangan terjadi pada bidang pemerintahan, sosial, hukum,
ekonomi, keagamaan, hingga pendidikan. Penjelasan Singkatnya sebagai berikut:
1. Pemerintahan
Struktur dan administrasi pemerintahan di masa Bani Umayyah merupakan
penyempurnaan dari masa khalifah Umar bin Khattab. Wilayah kekuasaannya yang
luas dibagi ke beberapa provinsi dan dipimpin oleh gubernur yang diangkat langsung
oleh khalifah.
Selain itu, terbentuk juga beberapa lembaga dan departemen, seperti al-katib, al-hajib,
dan diwan. Lembaga Al-katib melakukan segala urusan administrasi pemerintahan. Di
dalamnya terdapat sekretaris negara, sekretaris pendapatan negara, sekretaris militer,
hingga sekretaris kepolisian.
Sedangkan al-hajib mengurus pengaturan pejabat dan siapa pun yang ingin bertemu
dengan khalifah. Sementara diwan berisi beberapa departemen, di antaranya:
2. Hukum
Sistem hukum pada masa Bani Umayyah dibuat sesuai tuntunan Al-Qur’an, sunah,
dan ijtihad. Badan ini terbebas dari pengaruh penguasa. Terutama saat melakukan
penghakiman terhadap pejabat yang melakukan pelanggaran.
3. Sosial
Di bidang sosial, hubungan antar bangsa Arab Muslim dibuka. Begitu pula terhadap
negara taklukkan seperti Mesir, Persia, dan Eropa. Akhirnya, lahir banyak kreativitas
baru di bidang seni dan ilmu pengetahuan.
4. Ekonomi
Jalur perdagangan menjadi semakin lancar. Salah satu contoh pelabuhan yang terlihat
perkembangannya yaitu Basrah di Teluk Persia. Di sana, perdagangan ramai dan
semakin makmur.
Selain itu, pada masa Bani Umayyah, dicetak mata uang khusus. Lapangan kerja juga
semakin banyak. Gaji tetap mulai diterapkan sehingga berdampak pada kesejahteraan
masyarakatnya. Ekonomi yang mapan mampu mendorong terbentuknya hubungan
masyarakat Muslim yang lebih harmonis.
5. Keagamaan
Kehidupan masyarakat di masa ini tentu dipengaruhi oleh Islam. Banyak bangunan
artistik yang dibangun memenuhi kota. Gaya Persia dipadu dengan nuansa Islam
terlihat kental pada setiap sisi bangunan. Masjid agung yang terkenal adalah Masjid
Damaskus.
Selain itu, banyak ulama yang fokus pada kajian ilmu keagamaan, seperti tafsir, hadis,
dan hukum islam. Di masa ini, lahir juga ilmu-ilmu baru seperti nahwu, bahasa, dan
sastra.
6. Pendidikan
Pusat pengkajian ilmu yang sering dikunjungi oleh orang-orang Islam dari berbagai
daerah adalah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Dinasti Umayyah merupakan salah saatu dinasti Islam yang menciptakkan perdaban
besar bagi dunia, di luar Dinasti Abbasiyah di Baghdaad dan dinasti Fathimiyyah di
Mesir. Kemajuann-kemajuan yang dicapai, sangat menginsprasi Eropa untuk bangkit
dari keterpurukan. Adapun faktor yang mempengaruhi kemajuan ekonomi dinasti
Umayyah di Andalusia antara lain; 1.Lembaga-lembaga pemerintahan yang
independen Pada masa dinasti Umayyah terdapat lembaga-lembaga pemerintahan
yang dibentuk Amir atau khalifah seperti Hajib, wazir dan shahib. Hajib adalah orang
kepercayaan dan bertanggung jawab penuh kepada amir atau khalifah. Hajib pada
akhirnya disebut sebagai perdana menteri yang bertugas sebagai penghubung antara
amir atau khalifah dengan majelis wazir (menteri negara). Wazir-wazir ini berfungsi
sebagai tiang penyangga penyelenggaraan negara. Wazir yang mengurusi bidang
ekonomi antara lain; wazir keuangan negara dan wazir pelabuhan dan perhubungan
laut. Sedangkan shahib adalah lembaga pembantu gubernur. Shahib yang mengurusi
bidang ekonomi seperti shahib al-syurthah, yaitu mengurusi keamanan dan ketertiban
social (polisi), shahib al-muzhalim, yaitu menampung berbagai pengaduan dari tindak
kezaliman, dan shahib al-muhtasib, yaitu mengawasi kesusilaan dan perdagangan di
pasar (Pulungan, 2018: 174). Kedudukan mereka independen dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak manapun, sehingga bekerja secara professional, tidak korupsi,
kolusi dan nepotisme serta keuangan negara terkelola dengan baik.
KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dinasti Umayyah di Andalusia memiliki
beberapa Khalifah yang mempunyai pengaruh sangat besar seperti Abdurrahman I,
Abdurrahman III, Al-Hakam II, Al-Hajib al-Mansur Billa atau Muhammad II.
Kebijakan-kebijakan penting para Khalifah inilah yang menjadikan perekonomian
dinasti Umayyah mengalami kemajuan seperti mendirikan lembaga-lembaga
pemerintahan yang independen sehingga memudahkan relasi antar merekatanpa ada
intervensi dari kekuatan lain, menjadikan Cordova sebagai pusat bisnis dan ilmu
pengetahuan, melakukan reformasi agraria dan pembukaan pasar khusus, menjalin
ubungan harmonis, penguasa, pengusaha dan ulama, serta peningkatan bidang
perindustrian dan kelautan. Sedangkan kemunduran ekonomi dinasti Umayyah di
Andalusia banyak dilatarbelakangi kepemimpinan yang tidak berintegritas, kehadiran
kelas sosial baru yang sering mengganggu kelancaran aktivitas ekonomi, dan sikap
diskriminatif terhadap golongan tertentu seperti Barbar, Nasrani dan Yahudi serta
menganakemaskan kaum Arab.