Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Ekonomi Pada Masa Bani Umayyah

Dosen Pengampu :
Trian Fisman Adisaputra, S.E., M.M

Disusun Oleh :
Andini Wulandari Parham : 2320203861211007
Anita Umar : 2320203861211008
Annisa Safitri : 2320203861211009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas segala berkat rahmat dan izin-
Nya sehingga kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah
ini. Allahumma sholli‘ala sayyidina Muhammad wa‘ala sayyidina Muhammad, sholawat
menyertai salam semoga selalu kita persembahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Ialah
sebaik-baik suri tauladan bagi seluruh alam.
Penulisan makalah berjudul Ekonomi Pada Masa Bani Umayyah merupakan tugas kami
selaku kelompok tiga pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Terimakasih kami
ucapkan kepada Bapak Trian Fisman Adisaputra, S.E., M.M Puji syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT. Atas segala berkat rahmat dan izin-Nya sehingga kami masih diberi
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Allahumma sholli‘ala
sayyidina Muhammad wa‘ala sayyidina Muhammad, sholawat menyertai salam semoga selalu
kita persembahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Ialah sebaik-baik suri tauladan bagi
seluruh alam. Penulisan makalah berjudul Ekonomi Pada Masa Khulafaur Rasyidin merupakan
tugas kami selaku kelompok kedua pada mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Trian Fisman Adisaputra, S.E, M.M selaku dosen
pengampu mata kuliah ini serta kami ucapkan terimakasih kepada orang tua kami yang selalu
menjadi salah satu alasan utama bagi kami untuk terus bertumbuh dan berproses demi sebuah
ilmu.
Melalui makalah ini pemakalah berharap dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,
bagi pemakalah secara khusus dan bagi teman kelas ataupun penyimak makalah secara umum.
Tentunya tiada kata sempurna melebih Ia yang Maha Sempurna, jikapun ada yang mengakuinya
maka hal itu tidaklah mungkin sempurna. Maka dari itu,menyadari fitrah tersebut maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi bahan
evaluasi kami untuk kedepannya. Sekian terimakasih.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk di bumi tidak bisa lepas dari berekonomi. Segala aspek
kehidupannya terdapat unsur unsur ekonomi. Dalam pengembangannya, ekonomi mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dibuktikan dengan banyaknya pemikiran pemikiran oleh para
tokoh. Lebih jauh lagi, sejara islam mencatat, banyak sekali kebijakan kebijakan yang ditetapkan
Nabi Muhammad Saw sampai dengan masa pertengahan islam. Pada abad pertengahan
merupakan masa pemerintah daulah daulah islamiyyah, salah satunya adalah masa Daulah
Umayyah. Bila dari perspektif sejarah peradaban islam pemerintah Bani Umayyah disebut
sebagai salah satu keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan islam. Meski masa
pemerintahannya tidak cukup satu abad (91 tahun ), tetapi berbagai kemajuan didalamnya adalah
kesuksesan dalam perluasan wilayah pemerintah islam dan jumlah penduduk yang masuk agama
islam. Namun sebaliknya dia juga dicap sebagai pemerintahan yang membidangi lahirnya
pemerintahan monarchie heredetis (kerajaan turun temurun).
Bila dibandingkan dengan bidang bidang keilmuan lain, sumbangan pemerintahan ke
khalifaan Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak begitu monumental, karena pada
zaman pemerintahan ini, pemikiran pemikiran ekonomi lahir bukan berasal dari ekonomi murni
intelektual muslim, tetapi berasal dari hasil interpretasi kalangan lintas kesiplin keilmuan yang
berlatar belakang fiqih, tasawuf, filsafat, sosiologi dan politik. Namun demikian terdapat juga
beberapa sumbangan pemikiran dari mereka terhadap kemajuan ekonomi islam diantaranya
adalah perbaikan, terhadap konsep pelaksanaan transaksi alam, muzara’ah dan lain lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pemikiran ekonomi islam pada masa itu?
2. Bagaimana ekspansi dan administrasi pada masa kekhalifaan Bani Umayyah ?
3. Bgaaimana kebijakan ekonomi pada masa bani umayyah ?
4. Bagaimana pranata ekonomi dan pemikiran islam pada masa dinasti umayyah ?
5. Bagaimana refleksi pemikiran ekonomi pada masa dinasti umayyah terhadap ekonomi
islam saat ini?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Umayyah
2. Mengetahui ekspansi dan administrasi pada masa kekhalifahan Bani Umayyah.
3. Mengetahui kebijakan ekonomi pada masa Bani Umayyah.
4. Mengetahui pranata ekonomi dan pemikiran islam pada masa dinasti Umayyah.
5. Mengetahui refleksi pemikiran ekonomi pada masa Dinasti Umayyah terhadap
ekonomi islam saat ini

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah (6117-750M)
Bani Umayyah (bahasa Arab, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan
Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang
memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus); serta
dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini
dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan
kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan
jabatan kekhalifahan ini kepada Mu'awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum
muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya
Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang
Khawarij dan Syi'ah. dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Serta penghianatan dari
orang-orang Khawarij dan Syi'ah. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang
terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali,
dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Dengan keberhasilan
ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani
Umayyah ini betul-betul sangat luas

Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak,
sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan,
Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah. Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah
juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang Muawiyah bin Abu Sufyan
mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap
dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan
mencetak mata uang Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang
menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin
Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang
dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-
kata dan tulisan Arab.

B. Ekspansi dan Reformasi Administrasi

a) Ekspansi di Masa Dinasti Umayyah


6
Sebagai pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Umayyah. Muawiyah dinobatkan
sebagai khalifah di Iliya" (Yerusalem), tahun 40 H/ 660 M. Dengan penobatannya itu. ibu kota
provinsi Suriah, yaitu Damaskus, berubah menjadi ibu kota kerajaan Islam. Meskipun telah
resmi dinobatkan sebagai khalifah, Muawiyah memiliki kekuasaan yang terbatas karena
beberapa wilayah tidak mengakui kekhalifahannya, Selama proses tahkim berlangsung. Amr bin
al-'Ash, tangan kanan Muawiyah, telah merebut Mesir dari tangan pendukung Ali. Meskipun
demikian, para penduduk di wilayah Irak mengangkat al-Hasan, putra tertua 'Ali, sebagai
penerus 'Ali yang sah, sedangkan penduduk di Mekkah dan Madinah tidak memiliki loyalitas
yang kokoh kepada penguasa dari keturunan Sufyan, karena mereka baru mengakui kenabian
Muhammad pada saat penaklukan Mekkah. Selain itu, pengakuan keislaman mereka lebih
merupakan upaya menyelamatkan kehormatan, bukan didasari keyakinan yang jujur

Seiring berjalannya waktu, Muawiyah berhasil meredam perlawanan dari kaum yang
menolaknya. Pemerintahan Muawiyah ini tidak hanya ditandai dengan terciptanya konsolidasi
internal, tetapi juga perluasan wilayah Islam. Pada masa pemerintahannya, peta kekuasaan Islam
melebar ke arah Timur sampai Kabul, Kandahar, Ghazni. Balakh, bahkan sampai kota Bukhara.
Selain itu. Kota Samarkand dan Tirmiz menjadi wilayah kekuasaannya. Di Selatan tentaranya
sampai ke tepi sungai Sindus. Sementara itu, di front Barat panglima Uqbah ibn Nafi' berhasil
menaklukkan Carthage (Kartagona), ibu kota Bizantium di Ifriqiyah. Mengenai ekspansi pada
masa Dinasti Umayyah Ahmad Syalahi mengatakan dalam kitabnya, Mausu'at al-Tarikh al-
Islami, bahwa ekspansi yang dilakukan pada masa Dinasti Umayyah meliputi tiga front penting,
yaitu:
1. Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil. Di masa pemerintahan Bani
Umayyah, pertempuran di front ini telah meluas sampai kepada pengepungan terhadap kota
Konstantinopel dan penyerangan terhadap beberapa pulau di sekitar Laut Tengah
2. Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai ke pantai Atlantik dan kemudian menyeberangi
selat Jabal Thariq (Cabraltar) sampai ke Spanyol (Andalusia)
3. Front Timur Front ini meluas mulai dari Irak menuju timur yang kemudian terbagi kepada dua
cabang, yang satu menuju ke utara, ke daerah-daerah di seberang sungai libon, serta yang kedua
menuju ke selatan, meliputi daerah Sind, wilayah India di bagian Barat.

b) Reformasi Administrasi

Pada masa pemerintahan khulafaur rasyidin (632-661 M), pimpinan pemerintah pusat hanya
terdiri atas khalifah, didampingi seorang pejabat yang disebut al-Karib (sekretaris) Disamping
khalifah ada majelis penasehat yang terdiri atas sahabat- sahabat Nabi Muhammad Al-Katib
bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran perbendaharaan negara Mengurus surat
menyurat dengan pembesar setempat, mendata nama-nama tentara dan penghasilannya Pada
masa Dinasti Bani Umayyah, telah muncul persoalan-persoalan yang cenderung membawa
ketidak stabilan dan perpecahan umat, seperti hancurnya teokrasi yang telah mempersatukan
7
kekhalifahan yang lebih dulu, munculnya anarkisme dan ketidak disiplinan kaum nomad. Di sisi
lain wilayah kekuasaan umat Islam pada masa Dinasti Umayyah menurut Annemarie Schimel
"Telah sampai ke Atlantic, Perbatasan Bizantium, Selat Gibraltar. (Jabal Tarik) tahun 711. Pada
tahun itu juga merekamenguasai Transexiana, Sind, serta Indusvalley (sekarang arah selatan
Pakistan

Adanya persoalan intern dan ekstern tersebut di atas mengakibatkan terjadinya perkembangan
administrasi pemerintahan sesuai dengan perkembangan wilayah dan perkembangan urusan
kenegaraan yang semakin lama semakin kompleks. Pengelolaan administrasi dalam struktur
pemerintahan Dinasti Bani Umayyah adalah merupakan penyempurnaan dari pemerintahan
khulafaur rasyidin yang diciptakan oleh Khalifah Umar. Wilayah kekuasaan yang luas itu,
sebagaimana periode Madinah dibagi menjadi wilayah provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh
gobernur atau amir yang diangkat oleh khalifah Gubernur didampingi seseorang atau beberapa
orang katib (sekretaris), seorang hapb (pengawal), dan pejabat- pejabat penting lain, yaitu shahib
al-kharaj (penjabat pendapatan), shihab al- syurthat (pejabat kepolisian) dan qadhi (kepala
keagamaan dan hakim). Pejabat pendapatan dan qadhi diangkat oleh khalifah dan bertanggung
jawab kepadanya" Pada tingkat pemerintahan pusat dibentuk beberapa lebaga dan departemen,
al- katib, al-hajib, dan diwan Lembaga al-katil terdiri dari katib al-rasail (sekretaris negara), katib
al-khara) (sekretaris pendapatan negara), katib al-jund (sekretaris militer), kanib al-syurthat
(sekretaris kepolisian), katih al-qadhi (panitera) Para katib bertugas mengurusi administrasi
negara secara baik dan rapi untuk mewujudkan kemaslahatan negara. Al-hajib (pengawal dan
kepala rumah tangga istana) bertugas mengatur para pejabat atau stapapun yang bertemu dengan
khalifah. Lembaga ini belum dikenal di zaman negara Madinah, karena siapa saja boleh bertemu
dan berbicara langsung dengan khalifah tanpa melalui birokrasi." Tapi ada tiga orang yang boleh
langsung bertemu dengan khalifah tanpa hajib, yaitu muazin untuk memberi talukan waktu shalat
pada khalifah, shahib al-burid (pejabat pos) yang membawa berita berita penting untuk khalifah,
dan shahih al-tha am petugas yang mengurus hal ikhwal makanan dalam istana."

Dalam bidang pelaksanaan hukum yaitu al-Nidzam al-Qadhai terdiri dari tiga bagan, yaitu
al-qailha dipimpin secang gadhi yang bertugas membuat fatwa-fatwa hukum dan membuat
peraturan-peraturan yang digali langsung dalam al-Qur'an. sunnah Rasul, Ijma, atau berdasarkan
ijtihad Badan ini bebas dari pengaruh penguasa dalam menetapkan keputusan hukum, baik
terhadap pejabat atau pagawai negara yang melakukan pelanggaran. Pejabat badan al-Hisbat
disebut al-Muhtasib, tugasnya menangani kriminal yang perlu penyelesaian segera. Jika terjadi
kasus tentang perkara yang keputusannya dianggap perlu ditinjau kembali, baik rakyat maupun
pejabat yang menyalah gunakan jabatan, badan ini menyelenggarakan mahkamah al-mazhalim
yang mengambil tempat di masjid Sidang ini dihadiri oleh lima unsur lengkap yaitu para
pembantu sebagai juri, para hakim, para fuqaha, para katib, dan para saksi.

Di dalam tubuh pemerintahan Bani Umayyah terdapat beberapa diwan atau departeman
yaitu:
8
1. Diwani al-Rasail, departemen yang mengurus surat-surat negara dari khalifah kepada gubernur
atau menerima surat-surat dari guberman." Departemen ini memiliki dua sekretariat, untuk pusat
menggunakan bahasa Arab, dan daerah menggunakan bahasa Yunani dan bahasa Persia Philip K.
Hitti mengatakan hahwa:
"The Aralization in changing the language of the public registers (dlwan) from Greek in arabic in
Damascus and from Pallavi to Arabic in Al- Iraq and Easten provinces and in the creation of an
Arabic commage with the charge in personal naturally took place." Berdasarkan kepada pendapat
Philip K. Hitti di atas, menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan Abdul Malik telah
diterapkan peraturan gerakan Arabisasi yaitu dengan hanya menggunakan bahasa Arab dalam
penulisan surat-surat negara bahkan pengaruh gerakan Arabisasi masih terlihat hingga sekarang,
sebagaimana yang dikemukakan oleh M.A. Shaban this was most evident froom the fact that the
language of public record, which until then had been copric, Greek, or Pahlavi change to Arabic
2 Diwan al-Khatim, departemen pencatatan yang bertugas menyalin dan meregistrasi semua
keputusan khalifah atau dereturanperaturan pemerintah untuk dikirim pada pemerintah daerah
3. Diwan al-Kharaj, departemen pendapatan negara yang diperoleh dari kharaj. zakat, ghanimah,
dan sumber-sumber lain. Semua pemasukan dari sumber- sumber itu disimpan di Baitul Mal
4. Diwan al-Barid, departemen pelayanan pos, bertugas malayani informasi tentang berita-berita
penting dari daerah kepada pemerintah pusat dan sebaliknya Pelayanan ini sudah diperkenalkan
pada masa Mu'awiyah
5.Diwan al-Jund, departemen pertahanan yang bertugas mengorganisir militer." Berangkat dari
uraian di atas, terlihat bahwa perkembangan administrasi pada masa Dinasti Bani Umayyah
sudah semakin kompleks, mengingat munculnya berbagai persoalan yang crusial yang menuntur
adanya kebijaksanaan- kebijaksanaan Namun secara prinsip kebijaksanaan yang dilakukan Bani
Umayyah adalah merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari administrasi yang pernah
diciptakan oleh Khalifah Umar ibn Khattab.

C. Kebijakan Ekonomi Dinasti Umayyah

Gambaran perkembangan ekonomi pada masa Daulah Umayyah diantaranya terlihat dari
kepemimpinan beberapa khalifah termasyhur yang berhasil menorehkan perhatian besar pada
pembangunan negara dan bertujuan menciptakan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Selain itu terdapat beberapa sumbangsih dari para ulama dan fuqaha di masa Dinasti Umayyah.
Penjabaran kebijakan, sumbangsih dan peran dari khalifah serta Ulama-Fuqaha akan dijelaskan
sebagai berikut:
a) Kebijakan dan Sumbangsih Para Khalifah Daulah Umayyah
Pondasi kebijakan ini dipelopori oleh Khalifah pertama dan selanjutnya diteruskan oleh
khalifah pengganti. De antara beberapa kebijakan dan sumbangsih para khalifah yaitu

1. Khalifah Mu'awiyah ibn Abu Sufyan

9
Pada masa pemerintahan Mu'awiyah, beliau mendirikan kantor catatan negara dan
merancang pola pengiriman surat melalui pos (al-band) serta seluruh fasilitas pendukungnya.
Beliau juga menertibkan angkatan perang dengan melakukan perekrutan tentara-tentara secara
profesional dan menghapus sistem militer yang tradisional yang didasarkan atas organisasi
kesikuan", mencetak mata uang, mengembangkan jabatan qad (hakim) sebagai jabatan
profesional. Para qod di masa itu dalam memutuskan suatu perkara tidak terpengaruh oleh
kebijakan politik atau kekuasaan pemimpin negara sehingga mereka bebas memutuskan sesuatu
termasuk dalam urusan yang berkaitan dengan para pejabat tinggi negara Kebijakan lain adalah
pemberian gaji tetap kepada tentara, membangun armada laut yang kuat, serta pengembangan
birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan administrasi politik. Sistem lainnya yang
Mu'awiyah bangun adalah membentuk Ima macam kepaniteraan yakni kepaniteraan urusan
korespondensi (surat menyurat), kepaniteraan surusan pajak, kepaniteraan urusan angkatan
bersenjata atau tentara, kepaniteraan urusan kepolisian, dan kepaniteraan urusan peradilan yang
berkaitan dengan jabatan qua. Masing-masing kepaniteraan dipimpin oleh seorang panitera.
Dalam hal kebijakan pajak khalifah Mu'awiyah menarik kurang lebih sekitar 2,5% dari
pendapatan tahunan kaum muslimin. Nilai pajak ini sama halnya dengan nilai pajak penghasilan
di era modern saat ini. Mengenai sistem ketatanegaraan yang Mu'awiyah bangun, istilah 'wazi
yang sudah jauh dikenal pada masa Rasulullah Saw. sebagai penasihat dan pembantu terdekat
nabi maka pada zaman Mu'awiyah istilah ini ia gunakan untuk penasihat dan pembantu utama
khalifah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya lembaga wazir sendiri pada
masa kekuasaan Daulah Abbasiyah Wazir pada masa Daulah Umayyah dalam struktur
kekuasaan berada setingkat di atas kepala panitera yang memimpin lembaga kepaniteraan.
Khusus urusan korespondensi sebagai kepala panitera yang paling senior akan dijabat oleh
keluarga dan kepercayaan khalifah. Mu'awiyah juga membuat biro registrasi karena pada satu
ketika ada orang yang berusaha memalsukan tanda tangannya. Biro registrasi ini bertugas untuk
membuat dan menyalin setiap dokumen resmi sebelum distempel dan mengirimkan lembaran
aslinya.Pada masa Mu'awiyah, ia juga mampu membangm schuah struktur masyarakat mushm
yang tertata rapi yang salah satunya ditandai oleh kerukunan beragama yang sangat tinggi
bahkan khalifah sendiri mengangkat beberapa orang Kristen untuk menduduki jabatan penting
kerajaan yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah Saw dan Khulafaur
Rasyidun Dengan pembangman struktur masyarakat yang lebih rapi, geliat perekonomian pada
masa itu sudah semakin berkembang dan maju.

2 Khalifah Abdul Malik ibn Marwan


Pencapaian yang dilakukan pada masa kepemimpinan Abdul Malik yak berupa pemikiran
yang serius untuk menerbitkan mata uang sendiri sebagai salah satu alat pertukaran Keberhasilan
tersebut dicapai setelah adanya permintaan dari pihak Romawi, saat itu mata uang yang berlaku
adalah mata uang Rizantium dan Persia yang nilainya sama dengan logam emas dan perak pada
Dinar dan Dirham, untuk menghilangkan kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" dari mata uang
yang berlaku. Khalifah Abdul Malik sangat berkeberatan dan menolak sehingga dari peristiwa
tersebut, beliau akhirnya mencetak mata uang Islam sesudiri dengan mencantumkan kalimat
10
"Bismillahirrahmanirrahim menggunakan kata dan tulisan Arab pada tahun 605 H Hal ini terjadi
pada tahun 659 M/74 H. Penggunaan kata dan kalimat dalam bahasa Arab sesungguhnya juga
merupakan bagian dari politik nasionalisasi dan Arabisasi yang dilakukan behau Di zamannya,
Abdul Malik juga tak segan menjatuhkan hukuman toir kepada mereka yang berani mencetak
mata uang sendiri di luar percetakan negara
Dalam hal pajak dan zakat, khalifah memberi kewajiban kepada rakyatnya yang muslim
untuk membayar zakat saja sedangkan beban pajak dibebaskan seluruhnya. Karena kebijakan
inilah banyak orang non muslim yang berbondong-bondong masak Islam dengan tujuan utama
agar terhindar dari beban membayar pajak. Akibat kebijakan yang diberlakukan ini, sumber
pendapatan negara dari sektor pajak justru mengalami defisit. Sedangkan beban lain harus
ditanggung negara karena bertambahnya pasukan militer dan kelompok Mawali (yaitu kelompok
umat Islam yang bukan berasal dari Arab dapat berasal dari Persia, Armenia, dan lain-lain)
Karena beban defisit keuangan yang ditanggung negara cukup besar maka Abdul Malik
mengembalikan pasukan militer dari para muallaf ke posisinya semula yaitu sebagai petani dan
diharuskan membayar pajak sebesar beban Khiraj dan Jizyah seperti saat sebelum mereka masuk
Islam.
Karena kebijakan tersebut terjadilah pertentangan keras oleh kelompok Mawali. Motif
inilah yang menjadi salah satu penyebab keruntuhan Daulah Umayyah karena kaum Mawali
kemudian membelor dan memilih bergabung dengan kaum perherontak dari Bani Abbasiyah
Kebijakan lain yang dihasilkan khalifah Abdul Malik adalah pembenahan administrasi
pemerintahan disertai pemberlakuan penggunaan bahasa Arah sebagai bahasa resmi
pemerintahun Islam Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa utama bahkan kesemua wilayah
Jajahan Daulah Umayyah Tidak hanya dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam berbisnis tapi
juga penegasan akan legitimasi kaum Arab saat itu (politik Arabisasi yang telah dijelaskan
sebelumnya) Khalifah mengubah bahasa yang digunakan dalam catatan administrasi publik" dari
bahasa Yuman ke Arab dan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab.
Abdul Malik juga menata kembali sistem layanan pos. (al buri) yang didirikan oleh
Mu'awiyah menjadi sebuah institusi yang lebih rapi dan menghubungkan antar wilayah
kekuasaan Daulah Umayyah yang sangat luas Perubahan yang ia lakukan terhadap layanan pes
ini yaitu dengan penggunaan kuda antara ibukota Damaskus dengan wilayah lain. Layanan pos in
digunakan terutama untuk memenuhi kebutuhan transportasi para pejabat pemerintah dan
persoalan surat menyurat mereka, Kepala pos pada masa itu bertugas untuk mencatat dan
mengirimkan kepada khalifah semua peristiwa penting yang terjadi di wilayah masing-masing
Abdul Malik bahkan membangun gedung arsip di Damaskus yang pada masa Mu'awiyah masih
berupa biro registrasi saja. Fakta sejarah lainnya yang: juga tidak boleh dilupakan pada masa ia
memimpin, Abdul Malik banyak membangun momen-monumen kebesaran Islam" salah satunya
adalah Kubah Batu (Dome of The Rock) di Yerussalam Kubah Batu ini oleh orang- orang Eropa
disebut dengan Masjid Umar. Kubah Batu dihiasi dengan tulisan Kufi yang pada awalnya tertulis
nama Abdul Malik kemudian diganti dengan nama Khalifah Al Makmun yang memerintah
Dinasti Abbasiyah. Monumen lainnya yang menjadi tempat suci umat muslim adalah

11
pembangunan Masjid Al Aqsha' di Palestina (Al Haram al-Syarif sebagai tempat suci ketiga
setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
3. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz
Pada awal diangkatnya Umar ibn Abdul Aziz sebagai khalifah, tindakan pertama yang
beliau lakukan adalah mengumpulkan seluruh rakyat lalu mengumumkan serta menyerahkan
seluruh harta kekayaan pribadi dan keluarganya yang diperoleh secara tidak wajar kepada Baitul
Maal. Selain itu. khalifah Umar juga menyerahkan harta kekayaan yang ia miliki antara lain
tanah-tanah perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan di Yamamah. Mukaedes, Jabal Al-Wars.
Yaman, dan Fadak serta cincin berlian pemberian Al Walid Dalam menetapkan suatu kebijakan
beliau senantiasa berupaya melindungi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam sebuah
cerita, suatu ketika Umar membelanjakan seluruh harta kekayaan Baitul Maal di Irak untuk
membayar ganti rogi terhadap orang-orang yang pernah diperlakukan buruk oleh penguasa
sebelumnya. Karena tidak mencukupi beliau lalu mengambil kembali dari harta kekayaan Baitul
Maal di Syams.
Begitulah keteguhan dalam bersikap jujur dan adil yang Khalifah Umar tunjukkan selama ia
memerintah, bahkan selama berkuasa khalifah Umar pun tak pernah mengambil sepeser pun
pendapatan Fa yang merupakan haknya." Umar juga menghapus pajak terhadap kaum muslimin,
mengurangi beban pajak yang berasal dari Kaum Nasrani, membuat takaran dan timbangan yang
adil, membasmi cukai, pajak, dan lain-lain Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pembukaan
jalur perdagangan bebas di darat, laut, dan udara. Karena kebijakan ini pada masanya terjadi
peningkatan taraf hidup masyarakat secara signifikan sehingga pada masa itu tidak ada lagi
masyarakat yang mau menerima zakat Keadilan lain yang Khabfah Umar lakukan adalah
mengurangi beban pajak dari penganut Kristen Najran yang sebelumnya 2000 keping menjadi
200 keping. Beliau juga mewajibkan pembayaran Kharaj kepada muslim dan Jizyah kepada
orang non muslim, hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan kewajiban kepada negara yang
harus ditanggung masyarakat. Sebab saat itu kondisi masyarakat muslim sebagian besar memiliki
lahan dan sudah sangat mampu membayar pajak Mengenai jabatan quad. khalifah Umar juga
menentukan lima syarat bagi seseorang yang menjabat sebagai hakim, yakni
1) harus mengetahui apa yang telah terjadi sebelum dia,
2) tidak memiliki kepentingan pribadi,
3) tidak mendendam.
4) mengikuti jejak salafus shalih dan para fuqaha, serta
5) mengikut sertakan para ahli dan cerdik cendekia dalam memutuskan perkara.
Menurut Umar, jabatan qad amat menentukan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang
berkeadilan. Di bidang pertaman, Khalifah Umar melarang penjualan tanah garapan agar tidak
ada penguasaan lahan. la memerintahkan airnya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin
lahan yang ada. Bila terjadi sewa menyewa maka yang diterapkan adalah prinsip keadilan dan
kemurahan hati. Beliau melarang pemungutan sewa untuk lahan yang tidak subur dan bilapun
lahannya subur maka uang sewa yang diminta harus memperhatikan faktor keadilan sesuai
dengan tingkat kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan Selanjutnya adalah kebijakan
otonomi daerah Kebijakan yang diberlakukan yaitu setiap wilayah Islam memiki kewenangan
12
untuk mengelola zakat dan pajak sendiri-sendiri serta tidak diharuskan menyerahkan upeti
kepada pemerintah pusat. Bahkan sebaliknya pemerintah pusat akan memberikan bantuan
subsidi kepada setiap wilayah yang minim pendapatan zakat dan pajaknya. Untuk mewujudkan
negara yang adil dan makmur maka Khalifah Umar ibn Abdul Aziz menjadikan jaminan sosial
sebagai landasan pokok Beliau menjamin hak warisan seseorang dan menjamin hak kebebasan
tidak mempedulikan rakyatnya itu muslim ataupun non muslim.
Jika terdapat kelebihan harta setelah dibagikan kepada kaum muslimin selanjutnya harta
Baitul Maal akan diberikan kepada orang-orang dimmi. Kaum dzinumi juga diberikan hak
berupa peminjaman lahan pertanian sebagai tempat mereka untuk mencari penghidupan Pada
masa-masa pemerintahannya, sumber- sumber pemasukan negara berasal dari zakat, ghanimah
atau harta rampasan perang, pajak penghasilan pertanian (diterapkan setelah khalifah berkuasa
beberapa saat karena di awal pemerintahannya situasi kondisi perekonomian belum kondusif
setelah kekuasaan khalifah sebelumnya), dan hasil pemberian lapangan kerja produktif kepada
masyarakat. Dan terutama yang paling terlihat adalah kembalinya syariat Islam yang mewarnai
semua aspek kehidupan. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga dikenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidun yang ke-5 karena kesholehan dan ketawadhu'annya.
Keadilan dan kesejahteraan masyarakat pada masa Khalifah Umar ternyata hanya bertahan
selama tiga tahun karena Umar watat pada usia 35 tahun Setelah Khalifah Umar digantikan oleh
Yazid ibn Abdul Malik kekacauan kehidupan masyarakat timbul kembali, terutama karena
penguasa lebih menyukai bergelimang dengan harta kekayaan dan kekuasaan." Pada masa
pemerintahannya, sejarah pun menceritakan bahwa beliau berhasil mempersatukan kepentingan
dari kelompok-kelompok yang senantiasa bertikai yakni syi': sebagai pengikut syi'ah golongan
penengah, dan kelompok khawany Ketiga kelompok ini senantiasa hidup rukun, aman, dan
damai
a. Sumbangsih dari Para Ulama dan Fuqaha
Selain pemikiran dan kebijakan yang dihasilkan khalifah selama berkuasa, pada masa
Daulah Umayyah juga ditemukan banyak pemikir pemikir ekonomi yang berasal dari kalangan
ulama, fuqaha, bahkan filsuf Para tokoh dengan pemikiran yang mereka hasilkan di antaranya:
1. Zaid Ibn Ali (699-738 M)
Zaid Ibn Ali sesungguhnya adalah cucu dari Imam Husein ra dan seorang ahli Fiqh yang
terkenal di Madinah yang merupakan guru dari ulama terkemuka, Imam Abu Hanifah Pemikiran
yang dihasilkan oleh Zaid adalah membolehkan penjualan suatu barang secara kredit dengan
harga yang lebih tinggi daripada harga tunai. Hal ini dapat dibenarkan karena beberapa hal

 Penjualan dengan sistem kredit termasuk bentuk transaksi yang sah dan dibenarkan
selama dilakukan dengan kesepakatan kedua pihak
 Kesmungan dari penjualan kredit ini adalah bentuk murni dari suatu perniagaan dan
bukan termasuk riba
 Penjualan yang dilakukan secara kredit adalah salah satu bentuk promosi dan respons
terhadap pasar sehingga keuntungan yang diperoleh dari penjualan ini merupakan bentuk

13
kompensasi dari kemudahan yang diperoleh pembeli atas penangguhan untuk tidak
membeli secara tunai
 Penjualan secara kredit tidak lantas mengnikasikan bahwa harga barang yang lebih tingg
selalu berkaitan dengan waktu. Adakalanya penjual dapat menjual barang dengan harga
yang lebih rendah dalam kondisi untuk menghabiskan stok barang dan memperoleh uang
tunai karena kekhawatiran harga barang akan jatuh di masa yang akan datang
Dalam syariah sesungguhnya setiap baik buruknya suatu akad, ditentukan oleh akad itu sendiri
tidak berkaitan dengan akad lainnya.

2. Abu Hanifah (699-767 M)


Abu Hanifah adalah murid dari Zaid Ibn Ali. Beliau adalah seorang fuqaha yang juga
pedagang Aktivitas berdagang beliau dilakukan di kota Kufah yang saat itu adalah pusat
perdagangan dan perekonomian yang sedang berkembang pesat. Dengan aktivitas berdagang
yang beliau lakukan dan melihat kondisi pasar, beliau menaruh perhatian besar pada jual beli
dengan akad Salam Salan adalah jual beli yang dilakukan dimana transaksi tersebut
menyerahkan barang di kemudian hari sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai di awal
sesuai kesepakatan la meragukan keabsahan akad yang dapat menimbulkan perselisihan Oleh
karena itu, di dalam akad harus ditambahkan persyaratan yang lebih jelas mengenai jenis
komoditi, mutu, kuantitas, waktu dan tempat pengiriman Syarat lain komoditi tersebut juga harus
tersedia di pasar mulai rentang waktu akad dilakukan hingga dilakukan penyerahan barang
sehingga transaksi jual beli ini jelas dapat dilakukan Beliau juga memberikan sumbangsih untuk
jual beli Murubalah. Memberikan saran kepada penguasa untuk memberlakukan zakat atas
perhiasan dan membebaskan kewajiban dari seseorang yang terlilit hutang tapi tidak mampu
membayar Untuk kerjasama Muzara'ah, Abu Hanafi cenderung mewapbkan tidak boleh
dilakukannya bagi hasil atas panen bag penggarap yang tanahnya tidak menghasilkan."

3. Al Awza'i (707-774 M)

Abdur Rahman Al Awza'i adalah seorang ahli hukum yang menghasilkan pemikiran
diperbolehkannya kebebasan dalam kontrak dan memfasilitasi orang-orang dalam transaksi
mereka. Beliau adalah penggagas orisinalitas ilmu ekonomi syariah Pemikiran-pemikiran yang
beliau hasilkan yaitu membolehkan dilakukannya kerjasama Muzara ahsebagai bagian dan
bentuk Murahahah Dalam kontrak Salam, Awza'i melakukan perubahan yang lebih fleksibel. In
juga membolehkan peminjaman modal baik dalam bentuk tunai atan kredit.

4. Imam Malik ibn Anus (712-795 M)

• Pokok pemikiran Imam Malik tidak mencurahkan perhatian besar pada perekonomian. Akan
tetapi, ada dua pemikirannya yang cukup menonjol dan berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat.

14
• Beliau mendorong penguasa untuk berlaku dan bertindak seperti Khalifah Umar ibn Khattab
yang begitu peduli terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakatnya.
• Beliau menerapkan pemikiran dengan prinsip Maslahah, al- Mursalah. Maslahah bermakna
asas manfaat atau kegunaan yakni sesuatu yang dapat memberikan manfaat baik kepada individu
ataupun kepada masyarakat banyak. Sedangkan prinsip al-Mursalah dapat diartikan sebagai
prinsip kebebasan yang tidak terikat atau tidak terbatas. Bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi
maka yang dapat disimpulkan menurut beliau yakni penguasa berhak untuk memungut pajak
sepanjang diperlukan-termasuk bila melebihi jumlah yang telah ditetapkan menurut syariat.
Tidak bisa dinafikan walaupun didirikannya Daulah Umayyah berasal dari tindakan
kekerasan serta pengkhianatan atau tipu daya yang dilakukan oleh Muawiyah, sesungguhnya
sejarah mengatakan bahwa daulah im juga berperan serta dalam peradaban Islam, berkontribusi
dalam dakwah dan perluasan wilayah negara Islam, dan yang terutama telah melahirkan sebuah
sistem dan pemikiran perekonomian yang berkontribusi besar terhadap lahirnya ekonomi Islam
sesuai Alquran dan As-sunnah. Dengan sistem monarki yang menjadi cikal bakal kelahiran
daulah-daulah pada periode selanjutnya, justru faktanya sisa-sisa kebesaran dan kejayaan Daulah
Umayyah masih bisa kita lihat hingga detik ini.
D. Pranata Ekonomi Dinasti Umayyah dan Pemikiran Ekonomi Islam
Dari perspektif Sejarah Peradaban Islam, pemerintahan Bani Umayyah disebut sebagai
masa keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan Islam. Meskipun masa pemerintahannya
tidak cukup satu abad (90-91 tahun), tetapi berbagai kemajuan yang dicapai selama
pemerintahan ini dapat dikatakan sangat luar biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan
dalam perluasan wilayah pemerintahan Islam dan jumlah penduduk yang masuk Agama Islam
Sebaliknya, disamping dicap sebaga pemerintahan yang membidani lahimnya pemerintahan
monarchie heredetis (kerajaan turun temurun) juga seperti disebut oleh Dr Muhammad Quthb,
bahwa pada masa kekhalifahan Umayyah telah terjadi kemunduran Islam, sehingga pada saat
berakhirnya masa pemerintahaan ini muncul anggapan bahwa Islam akan hilang dari permukaan
bumi Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain,sumbangan pemerintahan kekhalifahan
Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak begitu monumental karena pada zaman
pemerintahan ini, pemikiran-pemikiran ekonomi lahir bukan berasal dari ekonom murni
intelektual muslim, tetapi berasal dari hasil interpretasi kalangan ilmuan lintas-disiplin yang
berlatar belakang tigh, Tasawuf, filsafat, sosiologi, dan politik Namun demikian, terdapat
beberapa sumbangan pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi Islam, di antaranya adalah
perbaikan terhadap konsep pelaksanaan transaksi salam murabaha, dan muzara"ah serta
kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan
khalifah Hasyim secara eksklusif membahas tentang kebijaksanaan ekonomi, dipandang sebagai
sumbangan pemikiran-pemikiran ekonomi yang cukup berharga Perbaikan sistem politik negara
pada masa Hari Umayyah dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan hal
itu banyak membawa pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat terutama dengan dibentuknya
Lembaga Keuangan Negara (Nizam Mal), yang tugasnya adalah sebagai berikut:
1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negara
2 Mengatur biaya tata usaha negara
15
3. Megatur biaya pembangunan sarana pertanian, seperti penggalian terusan dan perbaikan
sarana irigasi
4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan tawanan perang
5. Mengatur biaya untuk perlengkapan perang
6. Mengatur hadiah untuk ulama dan satrawan negara
Dengan adanya lembaga keuangan tersebut pemerintah mempu membangun panti untuk orang
jempo, dan anak yatim. Selain itu dibangun sarana-sarana umum, seperti masjid, jalan, dan
saluran air. Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya
membawa kemajuan kepada rakyatnya diantara lain:
 Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sektor
pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem pengairan bagi tujuan meningkatkan
hasil pertanian.
 Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nach pertumbuhan
ekonomi bag Umayyah.

E. Refleksi Pemikiran Ekonomi Pada Masa Dinasti Umayyah Terhadap Ekonomi Islam Saat Ini
Pada masa Dinasti Umayyah, pembangunan perekonomian merupakan salah satu pilar
utama yang telah berhasil menginisiasi terbentuknya suatu struktur masyarakat Muslim yang
tertata rapi, terutama dalam aspek kerukunan antar umal beragama, yang dilakukan melalui
pencetakan mata uang khusus, pengaturan ketatanegaraan, peningkatan dan pengembangan
jabatan menjadi jabatan profesional (seperti hakim) sehingga memperbesar jumlah lapangan
kerja bagi masyarakat Muslim yang muraya adalah pada kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan yang terjadi di tengah masyarakat telah berhasil membentuk tatanan
masyarakat yang kokoh dan ruang yang lebih terbuka bagi setiap masyarakat untuk mengambil
perannya masing-masing di dalam pembangunan negira, dan pada akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di masa mendatang. Hal ini bisa dianggap sesuai dengan
apa yang kita hadapi di era sekarang. melihat dari beberapa sisa, antara lain:
1. Dari sisi ketatanegaraan.
Fakta sejarah menyebutkan bahwa adopsi nilai yang diambil Muawiyah dan kerajaan Persia
dan Byzantium dalam hal ketatanegaraan dan sistem modern dalam kelembagaan telah
membawa kemajuan dan membuka cakrawala pengetahuan di zaman itu, misalnya pembentukan
lembaga khusus yang mengatur tentara, polisi, bahkan administrasi yang berkaitan dengan surat-
menyurat atau pos (al barid).. Sebelumnya pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidun belum
pernah ada dan Mu'awiyah mampu mengadopsi sistem ini untuk diterapkan di negara yang ia
dirikan Hingga sekarang perkembangan kelembagaan dan surat menyurat tidak terlepas dari
keberhasilan peletakan pertama sistem itu khususnya di dunia Islam.
2. Dari sisi pemikiran ekonomi.
Pemikiran-pemikiran ekonomi yang lahir dari para Fuqaha dan cerdik cendekia sangat
didukung oleh khalifah walaupun Daulah Umayyah sendiri memang memisahkan kehidupan
agama dengan politik, akan tetaps pemikiran yang berbasis keilmuan sangat didukung bahkan
diberikan penghargaan setingg-tingginya. Para Fiqaha yang menjadi peletak dasar pemikiran
16
ekonomi Islam pada masa Daulah Umayyah selanjutnya menjadi pencetus teori-teori dan
mempengaruhi keilmuan khususnya ekonomi Islam hingga masa sekarang.
3. Dari sisi lembaga keuangan dan pemberdayaan ekonomi
Baitul Maal pada masa Daulah Umayyah berhasil dimaksimalkan potensinya sebagai
lembaga keuangan negara yang menampung seluruh harta kekayaan dari peroleh pajak, zakat,
jizyah atau kharaj baik dari sentral dan seluruh wilayah jajahan. Pemberdayaan harta kekayaan
Baitul Maal selanjutnya menjadi peletak dasar lembaga keuangan modern di masa sekarang,
antara lain BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), BPRS, bank syariah, dan lembaga keuangan syariah
lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam mempelajari sejarah selain diperlukan kemampuan untuk menangkap "coding"


(kode) atau simbol-simbol yang nampak dari hiar, juga yang lebih penting kemampuan dalam
17
menangkap sesuatu yang berada di halik kode tersebut yaitu muatan yang terkandung dalam
decoding nya. Menyimak uraian di atas, ternyata perkembangan ekonomi pada masa Dinasti
Bani Umayyah sudah mulai meningkat dibanding dengan masa sebelumnya. Peningkatan
perekonomian yang pada gilirannya akan membawa kemakmuran pada dinasti ini, pada dasarnya
tidak terlepas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan para khalifah, disamping
partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut. Sedangkan
perkembangan dalam bidang administrasi pada Dinasti Bani Umayyah sudah semakin kompleks.
Namun secara prinsip perkembangan dan kebijaksanaan administrasi paila dinasti ini adlah
merupakan penyempurnaan administrasi yang pernah dikelola oleh Khalifah Umar ibn Khattab

B. Saran

Demikian materi yang dapat penulis paparkan mengenai pemikiran ekonomi pada masa
Dinasti Umayyah dan refleksinya terhadap ekonomi islam. Dalam partisan makalah ini masih
terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun seg penyusunan
kalimatnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar
dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun penulis. Semoga apa yang
ada didalam makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang pemikiran ekonomi
pada masa Dinasti Umayyah dan refleksinya terhadap ekonomi islam.

DAFTAR PUSTAKA

Adi. Mila Karmila. 1995. Masalah-Musalah Tenaga Kerja Wanita di Sektor Informal dan
Perlindungan Hukumnya. Jurnal Hukum Vol 1 No.3. Adiwarman Azwar Karim. Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2012).

Annemarie Schimel, Islam An Introduction, (New York University of New York Press, 1992)
Brockelmann, Carl, History of The Islamic Peoples (London routledge, 1982)
18
Carl Brockelmarin, History of Islamic People, London, ranledge & Kegen Paul henley, 1982
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer (Jakarta
Pustaka Asatrus, 2005),

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Islam, Kairo, Maktabah al-Nahdhah alMishriyyah, Jilid II, 1976
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Islami (Mesir Maktabah Nahdhah, 1974)

Hitti, Philip K., History of The Arabs (London: The Macmillan, 1974).

I suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: PT Raja Gralindo
Persada, 1994)

Joesoef Sou yb, Sejarah Daulah Umayyah I (Jakarta: Bulan Bintang 1977)

Kennedy, Hugh. The Prophet and The Age of The Caliphate (London and New York Longman,
1991)

Syed Matunudurmasir, Islamic Its Concepts and History, New Delhi, kitab Bhavan, 1981

19

Anda mungkin juga menyukai