OLEH :
KELOMPOK 1
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Ayat Ekonomi
2024
KATA PENGANTAR
Salawat serta salam tak lupa kita lantunkan kepada Nabi Muhammad saw. nabi
yang membawa umat manusia dari kegelapan tiada tara ke cahaya yang terang
benderang.
makalah ini. Terimakasih pula kepada Ibu Dr. Muzdalifah Muhammadun, M.Ag.,
yang telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat lebih memahami tentang
pengetahuan, serta waktu yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari pembaca guna
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................3
DAFTAR ISI........................................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...............................................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..................................................................................................................7
A. Pengertian Amwal........................................................................................................7
B. Ayat-Ayat Tentang Amwal..........................................................................................7
C. Asbabun Nuzul Ayat..................................................................................................12
D. Wawasan Ekonomi Terkait Ayat...............................................................................12
BAB II................................................................................................................................18
PEMBAHASAN................................................................................................................18
A. Simpulan....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
i
Al-Quran dalam mengatur aspek ekonomi dan keuangan tercermin
dalam banyaknya ayat yang menegaskan pentingnya kepemilikan yang adil
dan pengelolaan yang bertanggung jawab atas harta benda. Hal ini terkait
dengan pengertian bahwa harta dan kekayaan merupakan anugerah dari
Allah SWT yang harus dikelola dengan penuh tanggung jawab dan
mengikuti aturan syariat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perspektif QS. Al-Kahf ayat 46 tentang harta?
2. Bagaimana perspektif QS. Al-Baqarah ayat 188 tentang harta?
3. Bagaimana perspektif QS. At-Taubah ayat 4103 tentang harta?
C. Tujuan
1. Mengetahui perspektif QS. Al-Kahf ayat 46 tentang harta
2. Mengetahui perspektif QS. Al-Baqarah ayat 188 tentang harta
3. Mengetahui perspektif QS. At-Taubah ayat 4103 tentang harta
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amwal
i
B. Ayat-Ayat Tentang Amwal
i
memberikan manfaat diakhirat kecuali jika digunakan untuk
kebaikan yang diridhai Allah semasa didunia dunia. Kita manusia
akan mempertanggung jawabkan apapun yang kita lakukan secara
sendiri-sendiri. Pikirkanlah balasan-balasan yang akan diterima
oleh diri sendiri diakhirat, terlalu terlena mengumpulkan kekayaan
dan membanggakan anak-anak hanya akan membuang buang
waktu serta energi.
Amal kebaikan yang abadi menurut QS. Al-Kahf ayat 46
adalah amal kebaikan yang hasilnya dapat dirasakan manusia tidak
hanya didunia, melainkan dapat menjadi sumber pahala pada hari
pengakhiran kelak. Amalan ini mencakup amalan wajib serta
sunnah. Amalan ini dapat berupa salat, puasa, zakat, berdzikir,
berbuat baik, bersedekah, memperbaiki silatuhrahmi antarsesama,
tidak pelit ilmu, sampai hal-hal kecil seperti menebar senyum.
Syarat agar sebuah amalan dapat bernilai pahal disisi Allah sangatlah
sederhana, manusia hanya perlu melaksanakan amalan tersebut dengan
ikhlas dan sesuai dengan apa yang diperintahkan ataupun dilarang Allah
swt. (Arviana dkk, 2024)
َو اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل َو ُتْد ُلْو ا ِبَهٓا ِاَلى اْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلْو ا َفِر ْيًقا ِّم ْن َاْم َو اِل
١٨٨ ࣖ الَّناِس ِباِاْل ْثِم َو َاْنُتْم َتْع َلُم ْو َن
Terjemahan:
i
melarang merampas harta orang lain dengan cara yang tidak sah.
“Memakan” pada ayat tersebut tidak hanya berbicara tentang
makanan yang dikonsumsi lewat mulut saja, melainkan segala
jenis harta atau kekayaan yang dimiliki seseorang.
ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن
i
١٠٣ َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم
Terjemahan:
i
ditujukan kepada Rasul-Nya, namun hukumnya berlaku bagi
semua pemimpin atau penguasa dalam masyarakat khususnya
Islam. Mereka harus menjadi wadah penampung zakat bagi umat
muslim yang wajib mengeluarkan zakat kemudian tentu saja
menyalurkannya kepada orang-orang yang memang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan islam. Setelah itu, para
pemimpin yang telah mengumpulkan zakat diharuskan berdoa
kepada Allah swt agar memberikan keselamatan dan
kebahagiaan kepada para pembayar zakat. Doa ini bertujuan
untuk memberikan ketenangan batin dan kedamaian hati kepada
mereka.
i
103.
i
kejujuran, serta kepatuhan terhadap hukum-hukum yang ditetapkan
dalam syariah. Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, pengelolaan
harta dapat menjadi sebuah amal yang baik dan diberkahi. (Arviana,
2024)
i
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َفًةۖ َّو اَّتُق وا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُح ْو َۚن
١٣٠
Terjemahan:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”
Sebagai respon atas larangan tersebut, maka muncullah
bank-bank ywyang menerapkan prinsip ekonomi islam. Bank-
bank ini berbeda dengan bank-bank konvensuinal. Perbedaan yang
paling signifikan adalah tidak diterapkannya sistem riba. Perlu
diketahui bahwa riba adalah melebihkan nominal pinjaman pada
saat pengembalian sebagai syarat penambahan waktu, biasanya
nominal ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Prinsip dasar di
balik larangan riba adalah untuk mencegah eksploitasi dan
ketidakadilan dalam transaksi ekonomi serta memastikan
kesetaraan dan keadilan di antara semua pihak yang terlibat dalam
transaksi tersebut.
i
adanya zakat, mustahik akan mendapatkan tambahan dana yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini tentu
berpengaruh pada permintaan barang atau jasa. Permintaan barang
atau jasa yang tinggi tentu akan berdampak langsung pada sektor
produksi.
Fungsi ekonomi zakat dalam konteks makro dapat dilihat dari
dua aspek utama. Pertama, zakat berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Kedua, zakat berkontribusi
pada distribusi kekayaan yang lebih merata dalam masyarakat.
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa tentu mendorong
aktivitas ekonomi yang lebih produktif.
Allah swt melarang penimbunan uang. Larangan penimbunan
uang ini erat kaitannya dengan zakat. Sebagaimana dijelaskan oleh
Allah swt pada surah At-Taubah ayat 34-35 ebagai berikut.
۞ ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّن َك ِثْي ًرا ِّم َن اَاْلْح َب اِر َو الُّر ْهَب اِن َلَي ْأُك ُلْو َن َاْم َو اَل
َّذ َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَلGالَّن اِس ِباْلَباِط ِل َو َيُص ُّد ْو َن َع ْن َس ِبْيِل ِهّٰللاۗ َو اَّل ِذ ْيَن َيْك ِن ُز ْو َن ال
َّي ْو َم ُيْح ٰم ى َع َلْيَه ا ِفْي َن اِر َجَهَّنَم٣٤ ُيْنِفُقْو َنَها ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللاۙ َفَبِّش ْر ُهْم ِبَع َذ اٍب َاِلْيٍۙم
َفُتْك ٰو ى ِبَها ِج َباُهُهْم َو ُج ُنْو ُبُهْم َو ُظُهْو ُر ُهْۗم ٰهَذ ا َم ا َكَن ْز ُتْم َاِلْنُفِس ُك ْم َف ُذ ْو ُقْو ا َم ا ُكْنُتْم
٣٥ َتْك ِنُز ْو َن
Terjemahan:
34. Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari para rabi dan
rahib benar-benar memakan harta manusia dengan batil serta memalingkan
(manusia) dari jalan Allah. Orang-orang yang menyimpan emas dan perak,
tetapi tidak menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kabar ‘gembira’
kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih
35. Pada hari ketika (emas dan perak) itu dipanaskan dalam neraka Jahanam
lalu disetrikakan (pada) dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya
dikatakan), “Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu
sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang selama
ini kamu simpan.”
i
Penimbunan uang (money hoarding) merupakan salah satu istilah
dalam ekonomi. Praktik menimbun uang menyebabkan uang tidak beredar di
masyarakat dan tertahan pada sejumlah individu atau kelompok yang memilih
untuk menyimpannya, daripada mengalirkan uang tersebut kembali ke dalam
ekonomi dengan cara menginvestasikannya atau membelanjakannya.
Pembayaran zakat menjadi salah satu cara untuk mengurangi praktik
menimbun uang. Dengan membayar zakat, oknum-oknum pelaku penimbunan
uang diharapkan mengalokasikan sebagian dari kekayaan mereka kembali ke
dalam ekonomi. Zakat memberikan insentif bagi pemilik kekayaan untuk
menyumbangkan sebagian dari harta mereka kepada mereka yang
membutuhkan. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan konsumsi,
investasi, dan aktivitas ekonomi lainnya. (Amir dkk, 2023)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Simpulan
i
Dari ayat-ayat yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsep harta atau amwal dalam Islam sangatlah penting dan memiliki makna
yang mendalam. Allah memberikan manusia amwal sebagai sarana untuk
menguji kesabaran, keikhlasan, dan kejujuran. Pengelolaan harta harus
dilakukan dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab moral serta sesuai
dengan syariat agar harta tersebut dapat menjadi amal soleh.
Selain itu, ayat-ayat tersebut juga menegaskan pentingnya keadilan,
kejujuran, dan ketaatan terhadap perintah Allah dalam pengelolaan harta.
Memanfaatkan harta secara tidak adil atau merampas hak orang lain
merupakan perbuatan yang melanggar prinsip-prinsip Islam. Sebaliknya,
manusia perlu membersihkan harta yang ia miliki dengan mengeluarkan
zakat atas harta tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. N. A., Abubakar, A., Basri, H., & Rif’ah, M. A. F. ZAKAT DAN
FUNGSINYA BAGI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT:
i
KAJIAN TAFSIR EKOMOMI QS. AL-TAUBAH AYAT 103. El-
Iqthisady: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah.
Al-Asror, M. K. (2022). Konsepsi Al-Quran Tentang Harta (Studi Tafsir Ayat
Iqtishad). Jurnal Riset Ekonomi Islam.
Arviana, P., Abubakar, A., Basri, H., & Rif’ah, M. A. F. (2024). Harta dan
Pengelolaannya dalam Al-Qur’an: Tinjauan Surah Al-Kahfi ayat
46. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, 5(3)
Al-Qasim, A. U. (2006). Ensiklopedia Keuangan Publik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Febriani, A. (2017). Pemikiran Ekonomi Abu Ubaid Al-Baghdadi (Studi Kitab
Al-Amwal). Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-
Undangan dan Ekonomi Islam, 9(2).
Firdausy, A. R. ., & Supriyadi. (2023). DASAR DAN PRINSIP PENERAPAN
EKONOMI ISLAM DALAM AL-QUR’AN. TAFAQQUH: Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah
Hasibuan, I. A., & Jawab, A. R. (2023). Konsep Al. Amwal Dalam Perspektif
Fiqih Muamalah Kontemporer. AL-KARIM: Journal of Islamic and
Educational Research, 1(2).
Ilham Ansori Hasibuan, & Ahmadih Rojalih Jawab. (2023). Konsep Al. Amwal
Dalam Perspektif Fiqih Muamalah Kontemporer. AL-KARIM:
Journal of Islamic and Educational Research, 1(2).
Subeno, H. ., & Taufiq, M. . (2023). PENERAPAN KONSEP HARTA
DALAM ISLAM PADA KEGIATAN EKONOMI MAHASISWA
S1 EKONOMI ISLAM: Studi Kasus di UIN Sjech M. Djamil
Djambek Bukittinggi. Jurnal Ilmiah Ekonomi, Manajemen Dan
Syariah (JIEMAS), 3(1)
i
EKONOMI ISLAM DALAM AL-QUR’AN. TAFAQQUH: Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah Dan Ahwal Syahsiyah