Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
1. Putri Indah F 2205046104
2. Nadia Athifa C 2205046108
3. Nur Rohimatul H 2205046120
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu, dan tidak lupa shalawat dan Salam
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah
Klasik. Selanjutnya saya ucapkan Terima Kasih kepada Bapak Dr. Choirul Huda, M.Ag sebagai
dosen mata kuliah Fiqh Muamalah Klasik yang telah banyak memberi bantuan dengan arahan
dan petunjuk sehingga mempermudah penulis menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun, sehingga makalah ini bisa lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang Fikih Muamalah.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
I. Latar Belakang...................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................................11
Kesimpulan.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
3
I. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang syumul yang mengatur segala ruang lingkup kehidupan
manusia termasuk di dalamnya menyangkut masalah harta. Harta kekayaan dalam Islam
merupakan milik Allah secara mutlak. Ayat al-Quran berulang kali menjelaskan mengenai hak
mutlak Allah terhadap harta kekayaan yang ada di bumi ini.Manusia hanya sebagai wakil yang
dipercayakan untuk menggunakan dan mengelola harta kekayaan tersebut dengan cara-cara
yang diperbolehkan. Allah sebagai pemilik segala bumi beserta isinya, Jadi kepemilikan
manusia hanyalah bersifat relatif, sebatas hanya untuk mengelola dan memanfaatkan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan syariat (Mardani, 2012: 61-62). Penjelasan
mengenai hal tersebut disebutkan dalam alQuran kurang lebih sebanyak 20 kali. Diantaranya
terdapat dalam QS. Al- A’raf; 128, QS. Al-Hadid; 5, dan QS. Al-Baqarah; 29-30 (Vogel dan
Hayes, 2007: 76). Kekayaan termasuk jenis harta yang menjadi kecenderungan manusia
terhadapanya. Oleh karena itu, sepatutnya manusia menyadari bagaimana sebenarnya
kedudukan atau status harta yang dikaruniakan oleh Allah.
a. Harta sebagai titipan, karena manusia tidak mampu mengadakan benda dari tiada menjadi
ada. Oleh karena itu, wajib bagi manusia untuk menginfakkan harta yang diperolehnya.
b. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia dapat menikmatinya dengan
baik dan tidak berlebih-lebihan. (QS. Ali- Imran; 14).
c. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan Islam atau tidak. (QS. Al- Anfal; 28).
Menurut pandangan Islam, harta bukanlah tujuan, namun hanya sebagai sarana untuk
memperoleh ridha Allah SWT. yakni untuk melaksanakan kegiatan zakat, infak, dan sedekah.
Hal ini dicatumkan di dalam al-Quran surat at- Taubah; 14 dan QS. 134 (Aravik, 2016: 6-8).
4
3. Kenapa harta adalah sarana bukan tujuan?
4. Apa saja konsekuensi pertanggungjawaban mengumpulkan harta?
BAB II
PEMBAHASAN
Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk memperoleh harta dengan jalan yang
benar, tetapi juga mengarahkan mereka bagaimana cara memanfaatkan harta tersebut. Salah satu
5
ajaran mendasar dalam masalah pemanfaatan harta ini adalah ajaran Alquran yang
membelanjakan harta kepada hal-hal yang mendukung tegaknya Islam serta sendi-sendi
kehidupan dalam masyarakat. Hal ini dapat diperhatikan dari penghargaan yang diberikan Allah
kepada orang yang menafkahkan harta di jalan Allah seperti berjihad, memberikan zakat, dan
aktifitas kemanusiaan lainnya. Salah satu ayat yang mendorong pemanfaatan harta kepada jihad
di jalan Allah adalah terdapat dalam QS. An-Nisa’ Ayat 95 yang artinya :
“Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak
mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan
jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-
orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang
baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan
pahala yang besar”.
Di samping itu, harta juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dengan tidak menggunakannya secara boros dan berlebih-lebihan. Lebih jauh, pemanfaatan
harta harus memperhatikan aspek-aspek sosial kemasyarakatan seperti membantu pendanaan
aktifitas-aktititas yang dibutuhkan orang banyak serta membangun tempat-tempat ibadah,
tempat pengajian, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bersama, harta merupakan sesuatu yang harus dipelihara dan
dikelola dengan baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang menyebabkan rusak dan hilangnya nilai
atau wujud dari harta tersebut. Di samping itu, diperlukan juga manajemen yang baik, sehingga
menjadi jelas asal-asul, jumlah, dan pengeluarannya. Pengelolaan harta ini juga sangat
berpengaruh pada bagaimana manajemen yang digunakan dan aspek-aspek lain yang
berhubungan dengan kepribadian orang-orang yang dipercayakan dalam mengurus harta
tersebut. Alquran memberikan arahan yang sangat tegas tentang pengelolaan harta ini, terutama
terhadap harta-harta anak yatim sehingga tidak musnah dan habis tanpa dapat dimanfaatkan oleh
yang bersangkutan. Di antara ayat Alquran yang memberikan arahan pengelolaan harta adalah
QS. An-Nisa’ Ayat 6 yang artinya :
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada
mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa
(di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak
yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.
Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan
saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu)”.
Ayat di atas memberikan arahan dan pengajaran yang sangat kompleks tentang
pengelolaan harta, sekalipun fokusnya harta anak yatim, namun menjadi pelajaran yang sangat
penting tentang aspek-aspek pokok dari pengelolaan harta tersebut. Di antara hal-hal yang
termasuk penting diperhatikan dalam ayat di atas adalah sebelum harta diserahkan kepada
pemiliknya untuk dikelola sendiri, hendaklah terlebih dahulu diuji sejauh mana pemilik harta
tersebut sudah matang dalam hal dimaksud; boleh mengambil sewajarnya sebagai imbalan
6
membantu pengelolaan harta orang lain; penggunaan harta harus diketahui oleh pemiliknya
ketika pemiliknya telah memahami seluk-beluk harta; jika pengelola mampu (mempunyai harta
miliknya sendiri) maka lebih baik tidak mengambil imbalan ketika mengelolanya; penyerahan
harta kepada pemiliknya harus di hadapan saksi-saksi yang dianggap memadai dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Islam memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada
Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta,
manusia diharapkan memiliki sikap derma (berbagi) yang memperkokoh sifat kemanusiannya.
Jika sikap derma ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia,
baik di sisi Allah SWT maupun terhadap sesama manusia.
“Ada sejumlah orang yang membelanjakan harta Allah secara serampangan atau asal-asalan
dengan cara yang tidak benar, maka untuk mereka neraka pada hari Kiamat”. (HR. Bukhari di
dalam kitab Fardul Khamsi bab Firman Allah Fa Innalillahi Khumusahu hlm. 3118)
Harta dalam hadits ini disebut dengan ( مال هللاmaalillah). Ini menunjukkan harta memiliki
kemuliaan, karena disandarkan langsung pada lafadz jalalah Allah. Yang termasuk di dalamnya
adalah harta atau kas negara dan harta pribadi.
Alah Swt. menjadikan harta untuk kepentingan hamba, maka harta adalah nikmat dari Allah,
Allah menyebut harta dengan kebaikan yang besar dalam firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 180,
“Diwajibkan atas kalian jika tanda-tanda kematian telah mendatangi kalian, jika dia
meninggalkan kebaikan (meninggalkan harta) yang banyak maka kami wajibkan untuk
berwasiat”.
“Dan sungguh manusia mencintai al-khair (al-mal, yaitu harta) dengan cinta yang
sangat besar”.
Harta adalah kebaikan dan nikmat dari Allah. Allah jadikan untuk kalian menegakkan,
maksudnya adalah menjadi sebab tegaknya mashlahat bagi kalian. Dia adalah harta Allah yang
Allah berikan kepada kalian untuk kepentingan kalian dan menguji kalian.
8
Dalil bahwa harta adalah ujian, firman Allah dalam surat at-Taghabun ayat 15,
“Dan berikan kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah Allah berikan
kepada kalian”. (QS. An-Nur: 33)
Dan Allah Swt. berfirman,
“Dan infakkanlah dari harta yang Allah jadikan kalian sebagai pengurusnya.” (QS. Al-
Hadid: 7)
ُاَل تَ ُزوْ ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َحتَّى يُ ْسَأ َل ع َْن َأرْ بَ ٍع … ع َْن َمالِ ِه ِم ْن َأ ْينَ ا ْكتَ َسبَهُ َو فِ ْي َما َأ ْنفَقَه
“Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat
hal … tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan”. (HR.
Tirmidzi no.2417, di-shahih kan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 3592)
Harta akan dimintai pertanggungjawaban. Maka lakukanlah tindakan pada harta sesuai
yang Allah syariatkan, yaitu untuk menafkahi diri sendiri dan menafkahi orang yang wajib
dinafkahi. Bayarlah zakat yang wajib, bersedekah dengannya kepada orang yang membutuhkan
dan berwasiat dengan harta setelah mati agar dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik atau untuk
wakaf sehingga menjadi sedekah jariah. Ini tindakan yang baik atas harta yang Anda diberi
pahala karenanya.
Adapun jika menggunakan harta untuk maksiat dan syahwat yang haram, maka ini
adalah membelanjakan harta Allah dengan cara yang tidak benar. Atau boros dalam
pembelanjaan dan membuang-buang harta maka ini juga termasuk membelanjakan harta Allah
dengan cara yang tidak benar.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Harta adalah adalah suatu aset kekayaan kebendaan yang di butuhkan, di cari, dan di
miliki oleh manusia. Harta juga sangat berguna bagi semua orang, karena dengan harta
kekayaan manusia dapat memenuhi segala kebutuhan baik yang di inginkan atau yang sedang di
butuhkan. Di dalam harta terdapat konsep yaitu Sebagai Fitnah Ujian Keimanan, Sebagai Hiasan
Hidup (Perhiasan Dunia), sebagai pegengan terhadap orang yang dapat mengelolanya. Yang
terdapat dalam beberapa surah dalam Al-Quran yaitu Q.S At-Taghabun ayat 14 dan 15, Q.S Al-
Kahfi ayat 46, Q.S Al-Imron ayat 14, dan Q.S An-Nisa ayat 5.
10
Harta harus berfungsi sosial, ia harus menjadi media yang membangun hubungan timbal
balik yang harmonis. Harta memiliki peranan penting dalam dunia ekonomi, karena dalam dunia
perekonomian selalu ada sangkut pautnya dengan harta. Didunia perekonomian harta adalah
sesuatu yang biasa dijadikan alat tukar menukar dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Mayseliandra’, S.Y. 2021. Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam 6 (1): 44.
https://klikbmi.com/ingat-al-mal-harta-bukan-tujuan-tapi-hanya-sarana/
Harta Adalah Tanggung Jawab (Bag. 1) (muslimah.or.id)
11