Disusun oleh :
Kelompok 4
Dosen Pembimbing :
Mursal, M.A
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, atas limpahan berkah dan
karunianya yang mengalir tiada terkira, shalawat dan keselamatan semoga
senantiasa dicurahkan Allah, SWT untuk Nabi Muhammad SAW, atas
pengorbanan beliau yang sangat besar dalam memperjuangkan Islam.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .........................................................................................17
B. Saran ...................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsepsi tentang harta dan hak milik merupakan fondasi yang
penting dalam sistem ekonomi. Ekonomi konvensional memiliki pandangan
bahwa manusia adalah pemilik mutlak seluruh sumber daya ekonomi,
sehingga manusia bebas memanfaatkannya sesuai dengan keinginannya.
Akan tetapi, kapitalisme lebih menghargai kepemilikan individu dan dari
pada hak milik sosial, sedangkan sosialisme mengutamakan hak milik sosial
dan meniadakan hak milik individu.
Pandangan ekstrem kapitalisme dan sosialisme tentang hak milik ini
ternyata menimbulkan implikasi yang serius terhadap perekonomian
Islam memiliki pandangan yang khas tentang hak milik, sebab ia dikolaborasi
dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dalam pandangan Islam pemilik mutlak
seluruh alam semesta adalah Allah sedangkan manusia adalah pemilik
relative. Kepemilikan manusia terikat dengan aturan Allah, ia hanya bertugas
utuk melaksanakan perintah Allah atas pengilaan alam semesta.
Kesadaran bahwa kepemilikan manusia atas sumber daya ekonomi
akan dipertanggungjawabkan kepada Allah diakhirat yang akan mendorong
manusia untuk berhati-hati untuk mengelola hak milik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa Islam memberikan kedudukan yang proporsional antara hak
milik individu, hak milik kolektif (umum) dan hak milik negara. Meskipun
hak milik ini sangat dilindungi, tapi ketiganya bukan hak milik yang bersifat
mutlak. Hak milik dapat berubah atau diubah sesuai dengan tingkat
kepentingan dan urgensinya tentunya melaui cara-cara yang dibenarkan.
Secara singkat kepemilikan dalam islam dan implikasinya terhadap
perekonomian muslim akan di ulas diikuti dengan prinsip dasar hak milik
menurut Islam sehingga klasifikasi hak milik, batasan-batasan dan kebijakan
pengelolaanya merupakan bagian yang terpenting.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Harta?
2. Bagaimana Kedudukan Harta?
3. Bagaimana Tafsir tentang harta?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Harta
2. Mengetahui Kedudukan Harta?
3. Mengetahui Tafsir tentang harta?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta
Dalam istilah ilmu fiqih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah bahwa
harta itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin
disimpan untuk digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan
bernilai kecuali bila dibolehkan menggunakannya secara syariat 1. Sedangkan
Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal, 40), secara urgerc, al
maal didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan,
dan urg dimiliki oleh manusia dengan sebuah upaya (fi’il), baik sesuatu itu
berupa dzat (materi) seperti; urger, lamera digital, hewan ternak, tumbuhan, dan
lainnya. Atau pun berupa manfaat, seperti, kendaraan, atau pin tempat tinggal. 2
Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-
amwal (Munawir, 1984). Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al
Fairuz Abadi, adalah ma malaktahu min kulli syai (segala sesuatu yang engkau
punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut urge syara’ (urge Islam) seperti
jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Di
dalam Al Quran, kata al mal dengan berbagai bentuknya disebut 87 kali yang
terdapat dalam 79 ayat dalam 38 surat. Berdasarkan pengertian tersebut, harta
meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
(duniawi)3, seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah
tangga, hasil perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam
katagori al amwal. Islam sebagai agama yang benar dan sempurna memandang
1
Abdullah al-Mushlih, Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi keuangan Islam, Darul
Haq, (Jakarta:2004), hlm 73
2
http://fiqhmuamalah924.blogspot.com/2011/02/teori-harta.html
3
Ensklopedi Indonesia (Bandung: PT Van Hoeve,tt)
3
harta tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada
manusia.
B. Kedudukan Harta
Dalam al-quran dan hadis sangat banyak yang membicarakan mengenai
harta. Secara rinci akan diterangkan bagaimana sesungguhnya kedudukan harta
dalam Agama Islam melalui dua sumber ini yaitu Al-Qur`an dan Sunnah.
1. Kedudukan Harta dalam Al-Qur`an
a. Harta sebagai Fitnah
Firman Allah SWT,
4
Q.S. At-taghabun: 15
5
Q.S. Al-Kahfi: 46
4
6
Q.S. Ali Imran: 14
5
bermain wanita, judi, dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang mencari harta
dengan cara yang halal, biasanya memfungsikan hartanya untuk hal-hal yang
bermanfaat.
Dalam pembahasan ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai
dengan syara’, antara lain untuk:
a. Kesempurnaan ibadah mahdhah, seperti shalat memerlukan kain untuk
menutup aurat.
b. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, sebagai kefakiran mendekatkan kepada kekufuran.
c. Meneruskan estafeta kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi
lemah.7
d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat, Rasulullah SAW.
Bersabda:
7
QS. An-Nisaa’:9
6
karena masalah dunia dapat menyampaikan manusia kepada masalah
akhirat” (HR. Bukhari)
e. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu
f. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya
yang memberikan pekerjaan kepada orang miskin.
g. Untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu
dan tuan.
h. Untuk menumbuhkan silaturrahim.8
8
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 29
9
Qur’an word
7
sedangkan “di sisi Allah-lah pahala yang besar.” oleh karena
itu, janganlah kamu luputkan pahalamu karena disibukkan oleh harta
dan anak.
2. Asbabun nuzul
Salah satu penyebab turunnya surah at- Taghabun ayat 14-15 ini
adalah dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
beberapa orang penduduk Mekah yang masuk Islam, akan tetapi istri
dan anak-anaknya menolak hijrah ataupun ditinggal hijrah ke
Madinah. Lama kelamaan merekapun hijrah juga. Sesampainya di
Madinah, mereka melihat kawan-kawannya telah banyak mendapat
pelajaran dari Nabi Saw. Karenanya mereka bermaksud menyiksa
istri dan anak-anaknya yang menjadi penghalang untuk berhijrah.
Dan potongan ayat selanjutnya Allah menegaskan bahwa Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam riwayat lain
dikemukakan bahwa surah at-Taghabun seluruhnya turun di Mekkah,
kecuali ayat 14, ayat 14 ini turun berkenaan dengan Auf bin Malik
al-Asyja’i yang mempunyai anak dan istri yang selalu menangisinya
apabila akan pergi berperang bahkan menghalanginya dengan
berkata: ” kepada siapa engkau akan titipkan kami ini”. Ia merasa
kasihan kepada mereka dan tidak jadi berangkat perang. Selanjutkan
ayat-ayat lainnya diturunkan di Madinah.10
10
A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002),
823-824
8
Islam dan telah banyak mendapat pelajaran dari Rasulullah SAW.
Kemudian mereka menyesal (merasa tertinggal) dan bermaksud
menjatuhi hukuman kepada istri dan anak-anaknya yang menjadi
penghalang dan penyebab ketertinggalan mereka. Lalu turunlah ayat
ini. 5 Riwayat lain mengatakan bahwa ayat tersebut turun di Madinah
berkaitan dengan kasus Auf bin Malik al-Ashja’iy dimana istri dan
anak-anaknya selalu bertangisan jika ia hendak ikut berperang.
Mereka melarangnya ikut, karena khawatir akan ditinggal mati oleh
Auf. Menyadari hal itu ia mengadu kepada Rasulullah SAW,
kemudian turunlah ayat ini.11
11
Khalid Abd. Al-Rahman, Safwat al-Bayan li Ma‟ani al-Qur‟an, (Kairo:
Dar as-Salam, 1994), 160
12
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Cet Pertama, Juz 28, 29, 30, Tahun 1985), 246
13
M. Ibn Ali Asy-Syauqani, Fathul Qadir, Juz 7, Hal. 23
9
Ketiga, Menurut Mujahid anak dan istri yang dinamakan musuh
adalah mereka yang memerintahkan agar memutuskan tali
silaturrahim dan menyarukan maksiat kepada Allah Swt. Dan suami
tidak bisa menolak dan terpaksa mematuhi kehendak mereka.
Keempat, menurut Imam Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka
adalah yang menyalahi dalam urusan agama sehingga menjadi
musuh bagimu.
Kelima, bagi imam Sahal mereka adalah yang membawamu menjadi
pencari kesenangan dunia dan mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya.14
Keenam, M. Quraish Shihab dalam tafsirnya tafsir al-misbah
mengatakan bahwa sebagian pasangan dan anak merupakan musuh
dapat dipahami dalam arti sebenarnya, yaitu yang menaruh
kebencian dan ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan
Sebagian pasangan dan anak merupakan musuh dapat dipahami
dalam arti musuh yang sebenarnya, yang menaruh kebencian dan
ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan. Ini bisa saja terjadi
kapan dan di mana pun. Dan bisa juga permusuhan dimaksud dalam
pengertian majazi, yakni bagaikan musuh. Ini karena dampak dari
tuntunan dari mereka yang menjerumuskan pasangannya dalam
kesulitan bahkan bahaya, layaknya perlakuan musuh terhadap
musuhnya.15
Salah satu yang menjadi contoh istri dan anak itu ada yang menjadi
musuh bagi seorang mukmin seperti yang disebutkan dalam akhir
14
habib mawardi al-bisry, an-nuktu wa al-uyun at-tafsir al-mawardi, juz 6
(Dar-a kutub; Bairut Lebanon, TT), 24
15
M. Ibn Ali Asy-Syauqani, Fathul Qadir, Juz 7, Hal. 237
10
surat At-Tahrim tentang istri dari dua orang nabi16, sebagaimana
firman Allah Swt :
ىط َكاوَرَا ذ َۡحدَ َع ۡث َذ ۡي ِه ِم ۡهٖۖ ٖ ُيه َكفَشُو ْا ٱمۡ َشأَخَ وُىح َوٱمۡ َشأَخَ ل َ ٱَّللُ َمثَ ّٗٗل لِّلَّ ِز
َّ ب َ ض َش َ
ٖ
ِ َّ صلِ َح ۡي ِه فَخَاوَرَاهُ َما فَلَمۡ ي ُۡغىِيَا َع ۡىهُ َما ِم َه
ٱَّلل َش ۡئ ّٗٔا َوقِي َل ۡٱد ُخ َٗل ٱلىَّا َس َم َع َ َٰ ِعثَا ِدوَا
َ ِٱل َٰ َّذ ِخل
17
يه
Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang
hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu
berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang
yang masuk (neraka)”. (at-Tahrim 66:10)18
Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah at-
Taghabun,Imam Ar-Razi dalam at-Tafsir al-Kabir menyebutkan,
karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan
kita agar senantiasa bertakwa dan taat kepada Allah setelah
menyebutkan hakikat fitnah keduanya, ”Maka bertakwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah
dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung”. Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah
menegaskan akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi
musuh bagi seseorang, ”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di
antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
16
habib mawardi al-bisry, an-nuktu wa al-uyun at-tafsir al-mawardi, juz 6
(Dar-a kutub; Bairut Lebanon, TT), 24
17
Quran word
18
ibid
11
bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.19
Pada bagian akhir surah at-Taghabun 15 redaksi surah mengarahkan
seruannya kepada orang-orang yang beriman untuk mengingatkan
mereka tentang fitnah istri-istri, anak-anak, dan harta benda. Ia
mengajak mereka untuk bertakwa kepada Allah, mendengarkan,
menaati, dan berinfak. Sebagaimana ia pun memperingatkan mereka
dari sifat bakhil dalam jiwa-jiwa mereka. Allah menjanjikan kepada
mereka bila mampu mengatasinya bahwa bagi mereka adalah rezeki
yang berlipat ganda, ampunan dan kemenangan. Akhirnya, mereka
diingatkan dengan ilmu Allah bagi sesuatu yang nyata dan yang gaib,
kekuasaanNya dan kebesaran-Nya bersama dengan hikmah-Nya dan
kemuliaan-Nya. Maksud dari Surah at-Taghabun 14-15 tersebut
adalah, kadang-kadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami
atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
dibenarkan agama.
19
Sihab, Tafsir Al Misbah...,28
12
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.20
20
Quran word
21
Wahbah az-zuhaili. Tafsir al-wasith jilid 1(Jakarta;Gema insani,2012) hlm.
257
13
yang diboikot karena idiot, yaitu orang yang menghambur-
hamburkan harta.
Allah melarang umat, yang direpresentasikan oleh wali orang-orang
idiot yang tidak pandai mengelola harta mereka, untuk menyerahkan
harta kepada mereka, agar mereka tidak menghambur-hamburkan
harta dan menjadi beban bagi masyarakat. Melainkan harta tersebut
tetap berada ditangan pengasuh dan pengawasnya yang ditunjuk oleh
hakim, sehingga bisa dilaksanakan pelatihan terhadap orang idiot
untuk menjaga harta yang merupakan pilar kehidupan bagi
pemiliknya dan bagi umat atau jamaah. Wali berhak
mengembangkan harta dan memfungsikannya pada jalur-jalur yang
diperbolehkan secara syar'i dan yang logis. Ia memberi nafkah
kepada orang idiot, nafkah yang normal (tidak berlebih-lebihan dan
tidak kurang) yang diambil dari keuntungan atau penghasilan harta,
bukan diambil dari pokok harta. Nafkah tersebut diberikan sesuai
kebutuhan, seperti untuk makanan, pakaian, pengajaran, dan
pengobatan, sebab semua itu adalah tampilan-tampilan luar.
Hendaknya wali bersikap baik kepada si orang idiot, secara sopan
santun maupun akhlak, berkata lembut kepadanya, tidak ada
kekasaran didalam ucapannya, memperlakukannya layaknya anak
sendiri dengan penuh cinta dan kelembutan, membuatnya merasa
terhormat dan mulia, memberitahunya bahwa harta yang
dibelanjakan untuknya adalah hartanya sendiri, bukan harta
pengasuh, di mana ia akan menangani sendiri harta itu setelah cerdas
dan cakap.22
22
ibid
14
C. Q.S Ali-Imran ayat 14
1. Ayat dan terjemahan
ِ َط َش ِج ِم َه ٱل َّزه َ يش ۡٱل ُمقَى َٰ ۡ َ خ ِم َه ٱلىِّ َسآَٰ ِء َو ۡٱلثَ ِى ِ اس حُةُّ ٱل َّشهَ َٰ َى
ة ِ يه َوٱلقَىَ ِط ِ َُّصي َِّه ِللى
َّ ك َم َٰرَ ُع ۡٱل َحيَ َٰى ِج ٱل ُّذ ۡويَ ٖۖا َو
ُٱَّللُ ِعى َذ ۥي َ ز َٰ َر ِل
ِ ِۗ ض ِح َو ۡٱلخ َۡي ِل ۡٱل ُم َس َّى َم ِح َو ۡٱۡلَ ۡو َٰ َع ِم َو ۡٱل َح ۡشَّ َو ۡٱل ِف
ِ ح ُۡس ُه ۡٱل َمَٔٔ ا
ب
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).23
2. Tafsir ayat
Allah menjadikan indah pada pandangan manusia kecintaan terhadap
dunia, dan Allah menanam rasa cinta ini di dalam dada mereka
sehingga menjadi naluri bagi mereka. Yang demikian itu bertujuan
untuk memakmurkan dunia dan memajukannya. Sekiranya manusia
tidak mencintai dunia tentu mereka akan mengabaikannya dan lalai
dalam membangun kemegahannya. Syahwat dunia bermacam-
macam, mencakup kecintaan kepada kaum perempuan dan anak-
anak, menimbun harta, mengumpulkan kuda-kuda pilihan, yaitu kuda
yang telah mendapat pelatihan atau kuda jinak yang digembalakan di
padang rumput dan padang gembala, mengumpulkan hewan ternak,
menanam tanam-tanaman, dan mempersiapkan pengolahan kebun.24
Semua itu adalah kesenangan hidup di dunia dan perhiasannya, yaitu
sesuatu untuk bersenang-senang dan dimanfaatkan dalam jangka
waktu tertentu yang terbatas. Semua bentuk kesenangan itu tercela
23
Qur’an word
24
Wahbah az-zuhaili. Tafsir al-wasith jilid 1(Jakarta;Gema insani,2012) hlm.
161
15
bila menjadi sebab keburukan dan Adapun jika ia menjadi sebab
kebaikan, juga tidak menghalangi pemiliknya untuk menunaikan
kewajiban agama, sosial, dan kemanusiaan, maka ia menjadi
kebaikan bagi pemiliknya. Dan hanya Allah sebagai tempat kembali
dan tempat berpulang yang baik. 25
25
Ibid
16
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harta merupakan kenikmatan dan kekayaan bagi individu
dan jamaah, maka wajib menjaganya, mengembangkannya, dan
menjauhi tindakan menghamburkan kekayaan finansial untuk
sesuatu yang tidak berfaedah
Peringatan yang diberikan Allah kepada umat manusia yang
tertuang dalam Surah at-Taghabun Ayat 14-15 akan bahaya dan
anak dan istri khususnya kepada para suami yang menjadi
pemimpin keluarga agar senantiasa waspada dan berhati-hati dalam
menghadapi fitnah terbesar ini, disini Allah menganjurkan kepada
suami ataupun pemimpin rumahtangga agar senantiasa bersabar dan
bertawakkal kepada Allah SWT sekaligus harus berusaha dengan
menejemen kepemimpinan keluarga yang baik untuk meminimalisir
kemungkinan kejadian terburuk di kemudian hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
18