Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Tafsir Ayat Dan Hadist Tentang Harta”


Dosen Pengampu : Dr. M. Hatta, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Lista Ramadeli ( 12110621680)
Junaida (12110620257)
Devi Herlinda (12110622131)

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin-Nya penulisan
makalah dengan judul “ Tafsir Ayat Dan Hadist Tentang Harta “ dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Dan
Hadis Ekonomi. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tafsir Ayat Dan Hadist
Tentang Harta
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritik
dan saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dengan mudah bagi orang
yang membacanya. Penulis berharap semoga makalah ini memberi manfaat bagi
semua pembaca.

Pekanbaru, 27 Maret 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
A. Latar Belakang ............................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian harta............................................................................................ 3
B. Pengertian kepemilikan harta ....................................................................... 4
C. Pengertian kepemilikan harta ....................................................................... 7
D. Pengertian kepemilikan harta ...................................................................... 8
E. Pengertian kepemilikan harta ....................................................................... 8
F. Pebagian Harta ............................................................................................ 10
G. Fungsi Harta ............................................................................................... 16
H. Kegunaan Harta.......................................................................................... 18
I . Harta Warisan ............................................................................................. 24
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................................ 26
B. Saran .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta adalah sesuatu yang sangat di butuhkan dalam hidup,terutama


dalam kehidupan ekonomi. Karena itu Al-Qur’an pun memberikan perhatian
dan mendorong umat islam untuk mencari harta. Perhatian dan dorongan ini,
antara lain dibuktikan dengan pengulangan kata mal ( harta) dalam al-Qur’an
sebanyak 85 kali, seimbang bahkan lebih banyak dari pada pengulangan kata-
kata nabi yang terulang sebanyak 80 kali.

Harta sendiri memiliki banyak sebutan diantaranya yaitu, harta diambil


dari kata maala-yamilu yang artinya condong/dorongan, ada yang menyebut
harta itu khair yang artinya baik bila dikaitkan berarti harta adalah suatu
dorongan yang dapat menuntun kita menuju suatu kebaikan.Dilihat dari
berbagai permasalahan mengenai harta pada zaman modern ini dan harta
kebanyakan berkaitan dengan hal-hal yang negative maka dariitu makalah ini
akan memberikan penjelasan mengenai harta dengan rujukan dari ayat Al-
Qur’an dan Hadist Nabi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian harta ?


2. Apa yang dimaksud dengan kepemilikan harta?
3. Apa yang dimaksud dengan Pebagian Harta?
4. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Harta?
5. Apa yang dimaksud dengan Kegunaan Harta?
6. Apa yang dimaksud dengan Harta Warisan?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengertahui Pengertian harta


2. Untuk mengertahui Pengertian kepemilikan harta
3. Untuk mengertahui Pebagian Harta
4. Untuk mengertahui Fungsi Harta
5. Untuk mengertahui Kegunaan Harta
6. Untuk mengertahui Harta Warisan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian harta

Harta dalam bahasa Arab disebut, al mal yang berasal dari kata ‫َما َل ـ َيمِ ْي ُل‬
‫ ًـ َميْال‬berarti condong, cenderung, dan miring. Sedangkan harta (al mal) menurut
istilah imam Hanafiyah ialah
ِ ‫ِلى َو ْق‬
‫ت ال َحا َج ِة‬ ُ ‫ان َوي ُْم ِك ُن اِذْخ‬
ٰ ‫َارهُ ا‬ ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ط ْب ُع‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫َمايَمِ ْي ُل اِلَ ْي ِه‬
"Sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan
hingga dibutuhkan"
Menurut Hanafiyah, harta mesti dapat disimpan sehingga sesuatu yang tidak
dapat disimpan tidak dapat disebut harta. Menurut Hanafiyah, manfaat tidak
termasuk harta, tetapi manfaat termasuk milik, Hanafiyah membedakan harta
dengan milik, yaitu:
Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak dicampuri
penggunaannya oleh orang lain.
Harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan ketika
dibutuhkan. Dalam penggunaannya, harta bisa dicampuri oleh orang lain. Jadi
menurut hanafiyah yang dimaksud dengan harta hanyalah sesuatu yang
berwujud (a'yan).1
Harta atau mâl adalah unsur penting dalam hukum kontrak Islam. Mål
didefinisikan sebagai sesuatu yang berwujud, yang mana sifat manusia akan
selalu condong kepadanya. Agar sesuatu dapat menjadi subjek kontrak, maka
harus bersifat mutaqawwim, yang berarti penggunaannya sah berdasarkan
syari'ah. Misalnya minuman keras tidak mutaqawwim bagi umat Islam,
meskipun merupakan harta (mal). Mål dapat digolongkan menjadi barang yang
dapat diperdagangkan (mithliyyat) dan barang yang tidak dapat diperdagangkan
(qimiyyat). Atau sebagai harta tidak tetap dan bisa berpindah-pindah

1
Prof. Dr. H. Hendi Suhendi,M.Si "fiqih muamalah". Depok : Rajawali pers, 2019. Hal 9 -10
3
(manqúlát) dan harta tetap yang tidak bisa berpindah tempat (aqar). Kemudian
mâl yang dimiliki bisa berbentuk sebagai ayn atau dayn. Ayn adalah barang
tertentu yang ada dan dalam keadaan tidak diutangkan. Adapun daýn adalah
harta apa saja yang dimiliki debitur baik kontan maupun diutang ketika sudah
jatuh temponya2."

B. Pengertian kepemilikan harta

Ditinjau dari segi etimologi, kepemilikan dalam Islam berarti manusia


boleh menguasai dan bertindak bebas atas harta dimiliki. Menurut bahasa Arab,
‫( مِ ْلك‬milik) berarti menguasai sesuatu dan berkuasa bertindak kepadanya. Istilah
al malakah juga kadang digunakan untuk menunjukkan kepemilikan. Kata al
milkiyah atau kepemilikan adalah kata benda yang dinisbahkan masdar, yaitu
al milku. Kata tersebut mengandung makna pengaruh atau kuasa atas sesuatu
yang berhubungan dengannya Pengertian ini populer dikalangan ahli hukum,
baik Islam maupun bukan Islam. Menurut para ahli fiqh (fuqaha), kepemilikan
( milkiyah) berarti hubungan antara manusia dan harta yang ditetapkan oleh
syariat. Kepemilikan itu menjadikan manusia mendapatkan kekhususan berupa
diperbolehkannya kegiatan tasarruf, mengurus dan mengatur (tadbir) atas suatu
harta. Hal itu, selama tidak terdapat halangan atas harta itu seperti memiliki
harta yang diharamkan Allah. Misalnya, khamar, riba, dan lain-lain.3
a. Kepemilikan dalam islam
1. Kepemilikan pribadi
Manusia tidak mungkin menjadi pemilik hakiki atas seluruh bumi dan langit
berserta isinya. Rasulullah pernah menyampaikan, "Negara (dunia) ini adalah
negara Allah, manusia adalah hamba Allah, dan siapa saja yang
menghidupkan tanah mati yang ada dibumi ini, maka jadilah milik dia".

2
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc.,M.E.I.dkk "Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah". Kencana, 2014. Hal 226
3 Jafril Khalil "Jihad Ekonomi Islam" Jakarta: Gramata Publishing, 2010. Hal 112

4
Beberapa fuqaha menjelaskan segala yang berwujud pada hakikatnya adalah
milik Allah. Sedangkan, manusia hanya sebagai pengambil manfaat. Penamaan
manusia sebagai pemilik atas suatu benda hanya sekadar nama majaz. Hal ini
sebagaimana Allah jelaskan tentang pemberian-Nya dalam Al-Quran, "Dialah
(Allah) yang memberikan kekuasaan terhadap orang yang dikehendaki-Nya".
Sejumlah ahli tafsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah adalah sebagai
pemberi yang dengan izin-Nya memberikan dan menetapkan hak pemberian itu
kepada manusia.
2. Kepemilikan bersama (Muzdawij)
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai komponen. Pada
hakikatnya, mereka selalu ingin berkuasa dan memiliki berbagai benda yang
ada dibumi ini, "Ditanamkan pada manusia perasaan cinta atas syahwat" yaitu
mencintai wanita, anak, barang berharga seperti emas, perak, kuda yang
kencang, binatang ternak, dan kebun". Berbagai kecenderungan itu tidak perlu
diperdebatkan lagi karena memang berada dan ditetapkan oleh Allah dalam diri
manusia.
Manusia juga diciptakan Allah bermasyarakat dan tidak hidup menyendiri,
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal". Konteks ayat ini secara terang dapat dipahami
bahwa manusia pada dasarnya sudah dibekali dengan naluri hidup
bermasyarakat, saling membantu dan saling menolong.4
b. Dasar hukum kepemilikan harta
a.Menurut islam
Dasar hukum kepemilikan harta bersumber dari ajaran Islam menjadi asas
dalam menentukan kepemilikan. Sebagai agama samawi, Islam mendasarkan
hukum pada tiga komponen utama yaitu Al-Quran, Al sunah dan Al Ijtihad.
Berdasarkan ketiga komponen itu, sistem kepemilikan diatur. Penetapan ketika

4
Ibid Hal 119
5
komponen hukum utama tersebut menunjukkan kepemilikan dalam Islam tidak
hanya berkembang berdasarkan logika saja, tetapi juga berdasarkan wahyu
Allah Swt5.
b.Menurut Perundangan
UU yang mengatur masalah kepemilikan ini adalah Kitab UU Hukum Dagang
(KUHD). UU ini mengatur tentang hukum kekayaan, perjanjian, dan hukum
benda. KUHD sebenarnya merupakan bagian dari hukum perdata yang berlaku
di Indonesia. Namun, terdapat beberapa pakar yang mengatakan bahwa kitab
tersebut berdiri sendiri. Meski demikian, bila diperhatikan isi kitab hukum
tersebut, penulis meyakini KUHD merupakan bagian dari hukum perdata.
Mengenai hukum adat, berbagai pakar menyetujui untuk menjadikannya
sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia. Karena itu, banyak pengadilan
yang memutuskan berbagai perkara menggunakan hukum adat. Salah satunya
diterapkan dalam hal penggantian waris6.
c. Pemanfaatan kepemilikan
Ada dua bentuk pemanfaatan harta yakni pengembangan harta (jamiyat al-mal)
dan penggunaan harta (infaqu al-mal).
a. Pengembangan harta (tanmiyat al-mal), yaitu pengembangan harta yang
berkait dengan cara dan sarana yang menghasilkan pertambahan harta yakni
produksi pertanian, perdagangan, industri dan investasi uang pada sektor jasa.
Hukum pengembangan harta berkaitan dengan hukum mengenai cara dan
sarana untuk menghasilkan harta. Pada sisi lain, Islam melarang beberapa
bentuk pengembangan harta seperti riba (baik nashiah pada sektor perbankan
maupun riba fadhl pada pasar modal), menimbun harta, monopoli, kartel, judi,
penipuan, transaksi barang haram, harta dari KKN, dan sebagainya.
b. Penggunaan harta (infaq al-mal), yaitu pemanfaatan harta dengan atau tanpa
manfaat materiil yang diperoleh. Islam mendorong umat manusia untuk
menggunakan hartanya tidak hanya sekadar untuk kepentingan pribadi tapi juga

5 Ibid Hal 120


6
Ibid Hal 131
6
untuk kepentingan sosial. Tidak hanya memenuhi kebutuhan materiil saja terapi
juga kepentingan nonmateriil seperti nafkah keluarga dan orang tua, anak
yatim. zakat, infak, sedekah, hadiah, hibah, jihad fi sabilillah, dan sebagainya.
Pada sisi lain, Islam mengharamkan beberapa praktik penggunaan harta seperti
riswah (suap), israf, tabdzir dan taraf (membeli barang atau jasa haram) dan
juga mencela perilaku bakhil7.
C. Unsur harta

Menurut para Fuqaha harta bersendi pada dua unsur, yaitu unsur 'aniyah
dan unsur 'urf. Unsur 'aniyah ialah bahwa harta itu ada wujudnya dalam
kenyataan (a'yan). Manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak
disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak. Berdasarkan Maksud dari definisi
para fuqaha’dapat dijelaskan bahwa menurut fuqaha’ selain dari Hanafi
mengungkapkan harta itu tidak saja bersifat materi, tetapi juga termasuk
manfaat dari sesuatu benda sebab ia boleh diambil dan dikuasai dengan cara
mengambil asal dan sumbernya. Juga karena manfaat dan hak-hak itu menjadi
tujuan dari sesuatu benda (barang), jika tidak ada manfaat, maka benda-benda
itu tidak akan diambil (dicari) dan orang tidak akan menyukainya. Sedangkan
fuqaha’ dari golongan Hanafi membatasi definisi harta pada perkara-perkara
atau benda-benda yang mempunyai pisik dan zat yang dapat dirasa. Adapun
mengenai manfaat dan hak-hak, maka itu tidak dihitung harta pada pandangan
mereka, ia merupakan milik tetapi bukan harta
Unsur 'urf ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara Sesuatu Kecuali
Menginginkan Manfaatnya ,Baik Manfaat Madiyah maupun manfaat
Mawiyah. Maksud dari hal tersebu harta secara adat dan kebiasaan (tradisi) ia
merupakan kebutuhan manusia yang memiliki nilai atau manfaat , baik berupa
materi maupun bukan materi (manfaat), baik dapat disimpan dalam waktu lama

7Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A. dkk "ISLAMIC ECONOMICS, Ekonomi Syariah Bukan
Opsi, Tetapi Solusi" Jakarta: PT Bumi Aksara,2013. Hal 371
7
ataupun tidak, baik dapat dimiliki secara individual, maupun kolektif. Jadi
yang menetapkan nilai sesuatu tersebut adalah tradisi, situasi, atau kondisi
suatu masyarakat8.
D. Sumber harta

Dalam perspektif ekonomi syariah, orang memperoleh harta dituntut


untuk memperhatikan aspek kehalalannya. Penekanan kepada yang halal
menjadi begitu penting, karena orang-orang yang mendapatkan harta yang
haram dan dengan cara yang haram akan mendapat kerugian dan balasan azab
Allah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rasulullah
mengingatkan, "Tidak akan masuk ke dalam surga daging yang tumbuh dari
harta yang haram." Sementara dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh al-
Thabrani beliau bersabda, "Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka
api neraka lebih layak menerimanya".
Setidaknya ada tiga aspek yang perlu dipenuhi dalam harta yang halal. Pertama,
halal materinya, kedua halal cara memperoleh dan mengelolanya, dan ketiga
halal. dalam memanfaatkannya. Keseluruhan aspek itu mesti dan harus
terpenuhi dalam harta yang halal. Boleh jadi ditinjau dari segi meterinya
merupakan barang yang halal, tetapi transaksinya dilakukan dengan cara yang
tidak halal, maka hasilnya akan menjadi haram. Demikian seterusnya pada
aspek-aspek yang lain. Satu dari empat pertanyaan yang akan
dipertanggungjawabkan pada hari keadilan (hari akhirat) adalah menyangkut
harta, bagaimana mendapatkan dan ke mana dipergunakan9.
E. Kedudukan harta
1.Harta berkedudukan sebagai perhiasan

َ ‫ض ِة َوال َخ ْي ِل ْال ُم‬


‫س َّو‬ ِ ‫ط َر ةِ َمنَ الذَّ َه‬
َّ ‫ب َوال ِف‬ َ ‫سآءِ َو ْالبَنِيْنَ َو ْالقَنَاطِ ي ِْر ْال ُمقَ ْن‬
َ ِ‫ت مِ نَ الن‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬
ِ ‫ش َه ٰو‬ ِ َّ‫ُزيِنَ لِلن‬
)١٤: ‫ب (ال عمرن‬ ِ ‫ث ٰذلِكَ َمت َاعُ ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َوهللاُ ِع ْندَهُ ُح ْسنُ ْال َم ٰأ‬ ِ ‫َم ِة َو ْاْل َ ْنعَ ِام َو ْال َح ْر‬

8
Shalza Yashinta Mayseliandra"HARTA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM" Vol 6, No.
1, 2021. Hal 45
9 Prof.Dr. Amiur Nuruddin.M.A" Darimana sumber hartamu?, Renungan tentang bisnis islam

dan ekonomi syariah", Jakarta : Erlangga, 2014. Hal 47


8
"Jadikan indah menurut pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). (Ali
Imran: 14).

)٤٦: ‫اَلَ َما ُل َوالبَنُ ْونَ ِز ْينَةُ ْال َح ٰيَوةِ الدُّ ْنيَا (الكف‬
" Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Al-Kahfi : 46).
Ayat diatas menjelaskan bahwa harta merupakan perhiasan hidup, Pada
Alquran surat Al-Kahfi: 46 dan Al-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan
manusia atau kesenangan manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan
manusia terhadap anak atau keturunan.
2. Harta berkedudukan sebagai amanat
َ ‫أَنَّ َما أَََ ْم َوالُ ُك ْم َوأ َ ْو َْلدُ ُك ْم فِتْنَةُ َوهللاُ ِع ْندَهُ أَ ْج ٌر‬
‫عظِ ْي ٌم‬

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan dan di sisi


Allahlah pahala yang besar".(Al-Taghabun: 15).
Karena harta sebagai titipan, manusia tidak memiliki harta secara mutlak
sehingga dalam pandangan tentang harta, terdapat hak hak orang lain, seperti
zakat harta dan yang lainnya.
3. Harta berkedudukan sebagai musuh
َ ‫اج ُك ْم َوأَ ْوْلَ ِد ُك ْم‬
‫عد َُّولَ ُك ْم فَا َ ْحذُ ُرهُ ْم‬ ِ ‫َيآأَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ أ َ َمنُ ْواا َِّٕن مِ ْن أ َ ْز َو‬
"Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka hati-hati- lah kamu terhadap
mereka".(Al-Taghabun: 14).
Berkenaan dengan harta, dalam Alquran dijelaskan larangan larangan
yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, dalam hal ini meliputi: produksi,
distribusi dan konsumsi harta, dalam kaitan ini dapat dijelaskan bentuk-bentuk
larangan tersebut sebagai berikut.

9
a. Perkara-perkara yang merendahkan martabat dan akhla. manusia, berupa:
1) Memakan harta sesama manusia dengan cara yang batal,
2) Memakan harta dengan jalan penipuan
3) Dengan melanggar janji dan sumpah
4) Dengan jalan pencurian
b. Perkara perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian
atau keseluruhan masyarakat, berupa perdagangan memakai bunga.
c. Penimbunan harta dengan jalan kikir
d. Aktifitas yang merupakan pemborosan
e. Memproduksi, memperdagangkan dan mengkonsumsi barang terlarang.10
F. Pembagian harta

Menurut Fuqaha harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri
dari beberapa bagian, tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumnya
tersendiri. Pembagian jenis harta ini sebagai berikut:
1. Mal Mutaqawwim dan ghair mutaqawwim
a. Harta mutaqawwim ialah
. ‫َمايُ َبا ُح اْلبتِفَاعُ ِب ِه ش ََرعًا‬
"Sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara.”
Harta yang termasuk mutaqawwim ini adalah semua harta yang baik jenisnya
maupun cara memperoleh dan penggunaannya. Misalnya, kerbau halal dimakan
oleh umat islam, tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sahmenurut syara,
misalnya dipukul, maka daging kerbau tidak bisa dimanfaatkan karena cara
penyembelihannya batal menurut syara.
b.Harta ghair mutaqawwim ialah:
‫َماْليُبَا ُح ْلبتِفَاعُ بِ ِه ش ََرعًا‬
"Sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara.”
Harta yang ghair ini ialah kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni tidak boleh
diambil manfatatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara

10
Prof.Dr. H. Hendi Suhendi,M.Si"fiqih muamalah". Depok : Rajawali pers, 2019. Hal 12-17.
10
penggunaannya. Misalnya babi termasuk harta ghair mutaqawwim, karena
jenisnya. Sepatu yang diperoleh dengan cara mencuri termasuk ghair
mutaqawwim karena cara memperolehnya yang haram. Uang uang
disumbangkan untuk membangun pelaacuran, termasuk harta gahir,
mutaqawwim karena penggunaanya itu. Kadang- kadang harta mutaqawwim
ini diartikan dengan dzimah, yaitu mempunyai nilai, seperti pandangan Fuqaha:
“Sesungguhnya manfaat- manfaat itu tidak dinilai dengan sendirinya, tetapi ia
dinilai dengan adanya akad sewa- menyewa untuk memenuhi keperluan.”
2.Mitsli dan Mal Qimi
a. Harta Mitsli, ialah:
“Benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan- kesatuannya, dalam arti
dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain, tanpa adanya perbedaan yang
perlu dinilai.”
b. Harta Qimi ialah:
“Benda- benda yang kurang dalam kesatuan- kesatuannya, karenanya tidak
dapat berdiri sebagian ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.”
Dengan perkataan lain, harta mitsli ialah harta yang jenisnya diperoleh di pasar
(secara persis), dan qimi ialah harta yang jenisnya sulit didapatkan di pasar, bisa
di peroleh tapi jensinya berbeda, kecuali dalam nilai harganya. Jadi, harta yang
ada imbangannya (persamaannya) disebut mitsli dan harta yang tidak ada
imbanggannya secara tepat disbut qimi.
3. Harta Istihlak dan harta Istikmal
a.Harta Istihlak ialah:
“Sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaan dan manfaatnya secara biasa,
kecuali dengan menghabiskannya,”
Harta istihlak terbagi menjadi dua, yaitu haqiqi dan huquqi. Harta istihlak
haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya
habis sekali digunakan. Misalnya korek api, bila dibakar maka habislah harta
yang berupa kayu itu. Istihlak huquqi adalah harta yang sudah habis nilainya,
tetapi zatnya masih tetap ada. Misalnya uang yang digunakan untuk membayar

11
utang, dipandang habis menurut hukum walaupun uang tersebut masih utuh,
hanya pindah kepemilikanya.
b. Harta Istikmal ialah
“Sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya tetap terpelihara.”
Harta istikmal tidaklah habis sekali digunakan, tetapi dapat digunakan lama
menurut apa adanya, seperti kebun, tempay tidur, pakaian, sepatu dan lain
sebagainya.
4. Harta Manqul dan harta Ghair Manqul
a. Harta Manqul ialah:
‫ْلممكن اللهواطول من مكان اْلمر‬

“Segala harta yang dapat dipindahkan/ bergerak dari satu ke tempat yang lain.”
Seperti mas, perak, perunggu, pakaian, kendaraan, dan lain sebagainya.
b. Harta Ghair Manqul ialah
“Sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu ke tempat yang
lain.”
Seperti kebun, rumah, pabri, sawah dan yang lainnya termasuk harta ghair
manqul karena tidak dapat di pindahkan. Dalam hukum perdata positif
digunakan istilah benda bergerak dan benda tetap.
5. Harta Ain dan Harta Dayn
a. Harta Ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras
jambu, kendaraan/ mobil, dan yang lainnya. Harta ain terbagi menjadi dua.
• Harta ain dzati qimah, yaitu benda yang memiliki berbentuk dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai, harta ain dzati qimah meliputi:
1. Benda yang diangap harta yang boleh diambil manfaatnya
2.Benda yang diangap harta yang tidak boleh diambil manfatnya
3.Benda yang diangap sebagai harta yang ada sebangsanya
4.Benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari seumpamanya
5.Benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat dipindahkan/
bergerak

12
6.Harta yang dianggap harta yang berharga dan tidak dapat dipindahkan/ benda
tetap.
• Harta ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai
harta karena tidak memiliki harga, misalnya sebiji beras.
b. Harta dayn ialah
‫َمايليتُ في القيمه‬
”Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab
.Seperti uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang
Ulamahanafiyah berpendapat bahwa harta tidak dapat dibagi menjadi harta ain
dan dayn karena hartamenurut hanafiyah adalah sesuatu yang berwujud, maka
sesuatu yang tidak berwujud tidaklah dipandang sebagai harta, misalnya utang
tidak dipandang sebagai harta tetapi utang menurut Hanafiyah adalah washf fi
.al- dhimmah
6. Mal al-‘ain dan Mal al-naf’i/ manfaat
a. Harta mal al-‘ain adalah benda yang memiliki nilai dan berbentuk/ berwujud,
misalnya rumah, ternak, dan lain-lain.
b. Harta naf-‘I ialah a’radl yang berangsur-ansur tumbuh menurut
perkembangan massa.oleh karena itu, mal al-naf’I tidak berwujud dan tidak
mungkin disimpan.
7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
a. Harta Mamluk ialah
“sesuatu yang masuk kebawah milik, milik perorangan maupun milik badan
hukum, seperti pemerintah dan yayasan.”
Harta Mamluk/ yang dimiliki terbagi menjadi dua macam yaitu:
1. Harta perorangan/ mustaqil yang berpautan dengan hak bukan pemilik,
misalnya rumah yang dikontrakan.
2.Harta perkongsian/ masyarakat antara dua pemilik yang berkaitan dengan hak
yang bukan pemiliknya. Seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah
pabrik dan lima buah mobil, salah satu mobilnya disewakan selama satu bulan
kepada orang lain.

13
b.Harta Mubah ialah
“Sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air pada mata air,
binatang buruan darat, laut, pohon-pohon dihutan dan buah- buahannya.”
Tiap- tiap manusia boleh memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya,
orang yang mengambilnya akan menjadi pemiliknya sesuai kaidah:
“Barang siapa yang menghidupkan tanah(gersang), hutan milik seseorang,
maka ia yang paling berhak memiliki.”
Kaidah di atas sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
c. Harta Mahjur ialah”
“Sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan memberikan kepada orang lain
menurut syariat, adakalanya benda itu benda wakaf ataupun benda yang di
khususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid- masjid,
kuburan-kuburan dan yang lainnya.”
8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi:
a. Harta yang dapat dibagi (mal qabili li al-qismah) ialah, harta yang tidak
meni,bulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi,
misalnya beras, tepung dan yang lainnya.
b. Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabili li al- qismah) ialah, harta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi,
misalnya gelas, kursi meja, mesin dan yang lainnya.
9. Harta Pokok dan harta Hasil (buah)
a. Harta pokok ialah
‫عتْهُ َمال أخَر‬ ْ ‫َما يُ َم ِك ُن‬
َ ‫أن َيشَا‬
"harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.”
b. Harta hasil (tsamarah) ialah,
“harta yang terjadi dari harta yang lain.”
Pokok harta bisa disebut juga modal, misalnya uang emas dan lainnya, contoh
harta pokok dan harta hasil adalah bulu domba dihasilkan dari domba, maka
domba merupakan harta pokok dan bulunya merupakan harta hasil, atau kerbau

14
yang beranak, anaknya dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang
melahirkannya disebut harta pokok.
Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi:
a. Harta yang dapat dibagi (mal qabili li al-qismah) ialah, harta yang tidak
meni,bulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi,
misalnya beras, tepung dan yang lainnya.
b.Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabili li al- qismah) ialah, harta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi,
misalnya gelas, kursi meja, mesin dan yang lainnya.
10. Harta khas dan harta ‘am
a. Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh
diambil manfatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b. Harta ‘am ialah, harta milik umum/ bersama yang boleh diambil manfaatnya.
Harta yang dapat dikuasai (ikhraj) terbagi menjadi dua yaitu:
1.Harta yang termasuk milik perseorangan
2. Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan
Harta yang dapat masuk menjadi milik pemilik perseorangan, ada dua macam
yaitu:
1 Harta yang bisa menjadi milik perorangan, tetapi belum ada sebab pemilikan,
misalnya binatang buruan di hutan.
2. Harta yang bisa menjadi pemilik perorangan, dan sudah ada sebab
pemilikan, misalnya ikan di sungai di peroleh seseorang dengan cara mengail.
Harta yang tidak termasuk milik perorangan adalah harta yang menurut syara
tidak boleh di miliki sendiri, misalnya sungai, jalan raya, dan yang lainnya11.

11 Prof. Dr. H. Hendi Suhendi,M.Si "fiqih muamalah". Depok : Rajawali pers, 2019. Hal 19 -27

15
G. Fungsi harta

Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta


tersebut. Fungsi harta amat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik,
maupun kegunaan dalam hal yang jelek. Di antara sekian banyak fungsi harta
antara lain sebagai berikut.
a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas
(mahdhah), sebab untuk ibadah diperlukan alat-alat, seperti kain untuk menutup
aurat dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji,
berzakat, shadaqah hibbah, dan yang lainnya.
b. Untuk meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah sebab kefakiran
cenderung mendekatkan diri kepada lelafan sehingga pemilikan harta
dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
c. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya,
sebagaimana firman Allah:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar". (Al-Nisa: 9).
d. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupandunia dan
akhirat, Nabi Saw. bersabda:
"Bukanlah orang yang baik, yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah
akhirat, dan yang meninggalkan, masalah akhirat untuk urusan dunia, sehingga
seimbang di antara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikan
manusia kepada masalah akhirat." (Riwayat Al Bukhari).
e. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu
tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak bisa kuliah di
perguruan tinggi, bila ia tidak memiliki biaya.

16
f. Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni adanya
pembantu dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin yang saling membutuhkan
sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
g. Untuk menumbuhkan silaturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan,
misalnya Ciamis merupakan daerah penghasil galendo, Bandung merupakan
daerah penghasil kain, maka orang Bandung yang membutuhkan galendo akan
membeli produk orang Ciamis tersebut, dan orang Ciamis yang memerlukan
kain akan membeli produk orang Bandung. Dengan begitu, terjadilah interaksi
dan komunikasi silaturrahim dalam rangka saling mencukupi kebutuhan. Oleh
karena itu, perputaran harta dianjurkan Allah dalam Alquran:
12
Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antaramu. (Al-Hasyr: 7).

H. Kegunaan harta
1. Harta Sebagai Penunjang Kehidupan
Islam mengajarkan manusia agar memanfaatkan harta dengan sebaik-
baiknya. Harta bisa digunakan untuk mencapai kemakmuran bagi seluruh
manusia karena dengan harta, manusia bisa mencapai kehidupan yang layak.
Dengan harta, manusia bisa mempertahankan kehidupannya karena bisa
membeli makanan dan minuman, tempat tinggal dan pakaian. Dalam konteks
kesejahteraan umum, manusia dengan hartanya bisa membangun berbagai
fasilitas umum, seperti jalan raya, alat komunikasi, rumah sakit, sarana dan
prasarana pendidikan, dsb. Bahkan, dengan harta juga memungkinkan manusia
untuk dapat mencapai peradaban yang tinggi.
Tanpa harta, manusia sulit untuk mencapai kehidupannya yang layak. Karena
itu, Islam memperbolehkan manusia untuk memiliki dan menikmati harta.
Selain pendukung kehidupan material, manusia juga bisa memanfaatkan harta

12 Ibid Hal 27-29

17
untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Salah satunya dapat dilakukan
dengan cara mengalokasikan.
Padahal, Islam sebetulnya mengakui bahwa mencari kekayaan sudah
menjadi naluri manusia. Allah berfirman dalam Surat Al 'Adiyat sebagai
berikut;
َ َ‫ب ال َخي ِْر ل‬
.ٌ‫شدِيد‬ ِ ‫َو ِإنَّهُ ِل ُح‬
Artinya:
"Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan" (QS. Al-
'Adiyah: 8).
Ayat di atas menerangkan mengenai kecintaan manusia kepada harta sangatlah
besar. Kecintaan manusia tersebut merupakan sunnatullah yang tidak bisa
dielakkan lagi. Oleh karenanya, Islam tidak melarang manusia untuk mencari
harta karena memang dibutuhkan dalam menunjang kehidupan dan beribadah.
Pengakuan Islam mengenai harta juga disebutkan dalam Surat Al Baqarah
sebagai berikut;
‫س ِبي ِل َو َما‬
َّ ‫ين َواب ِْن ال‬ ِ ‫سا ِك‬َ ‫يَ ْسأَلُونَكَ َمادًا يُن ِفقُونَ قُ ْل َما أَنفَ ْقتُم ِم ْن َخي ٍْر فَل ِْل َوا ِلدَي ِْن َو ْاْل َ ْق َر ِبينَ َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬
.‫علِي ٌم‬ َ َّ ‫ت َ ْف َعلُوا مِ ْن َخي ٍْر فَإِ َّن‬
َ ‫َّللا ِب ِه‬
Artinya:
"Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja
harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya
Allah Maha mengetahuinya" (QS. Al Baqarah: 215).
Selain itu, ajaran Allah dalam mengelola harta dengan baik juga terkandung
dalam ayat lain di surat yang sama sebagai sebagian hartanya untuk berjuang di
jalan Allah, semisal membangun mesjid dan beramal membantu orang lain
yang membutuhkan pertolongan.
Meski harta memiliki peran vital dalam kehidupan, namun sekali lagi penulis
tegaskan bahwa fungsi utama harta hanya sebagai sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Islam bukan agama yang memperbolehkan untuk

18
memanfaatkan harta tanpa batas dan semena-mena. Islam mengajarkan
manusia untuk tidak memuja atau menuhankan harta. Harta hanya sebuah
sarana yang membantu manusia dalam mencapai kehidupannya yang layak.
Sementara itu, terdapat sebagian manusia yang berpandangan sempit
dan picik yang menilai bahwa manusia yang memiliki harta adalah berdosa dan
bisa menjauhkan diri dari Allah. Mereka berpendapat kemiskinan merupakan
sahabat dan syiar orang Saleh. Bagi mereka, kekayaan adalah bencana yang
bisa membawa kekufuran.
Pandangan tersebut tidak benar karena tidak sejalan dengan apa yang diajarkan
oleh Rasulullah. Dalam ajarannya, Rasulullah Saw menekankan pentingnya
harta bagi setiap muslim selama harta itu ditempatkan pada posisi yang tepat.
Posisi itu adalah bahwa harta sebagai pendukung manusia dalam rangka
beribadah kepada Allah.
Bayangkan bila kebanyakan orang Islam dalam kondisi papa dan
miskin, tentu akan berdampak negatif terhadap citra Islam sendiri selain juga
dikhawatirkan banyak umatnya yang lalai karena hidupnya hanya digunakan
untuk memikirkan keadaan perutnya saja dan melupakan kewajibannya sebagai
makhluk, yakni beribadah. Oleh karena kemiskinannya itu tak heran jika
banyak muslim terpaksa menjadi buruh atau kuli dari pengusaha non-muslim.
Karena dikejar target bisnis dan bisa saja sentimen agama, sangat mungkin
perusahaan non-muslim tersebut tidak memberikan kesempatan kepada
pekerjanya yang muslim untuk beribadah. Akhirnya, mereka terpaksa
meninggalkan shalat. Dengan demikian, mereka menjadi muslim lalai dalam
beribadah kepada Allah.
Artinya: "Dari Ibnu Masud, Rasulullah berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya
memohon kepada-Mu petunjuk ketaqwaan, kesucian dan kekayaan" (H
muslim, Tirmidi, dan Ibnu Majah).
ْ ‫إنِي أَعُوذُ ِبكَ مِ نَ ْالفَ ْق ِر َو ْال ُك‬
‫ف‬
Artinya:

19
"Rasulullah berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada-M daripada
kefakiran dan kekufuran" (HR. Hakim dan Baihaqi).
Dengan memiliki harta, umat muslim dapat melakukan berbagai ibadah yang
diwajibkan dan dianjurkan dalam Islam. Salah satunya adalah menunaikan
ibadah haji ke Baitullah di Mekah, Saudi Arabia. Tanpa memiliki harta yang
cukup, sulit bagi seorang muslim untuk berangkat dan menunaikan ibadah
rukun Islam yang kelima itu. Padahal, selain menjadi ibadah wajib, dengan
beribadah haji memungkinkan setiap muslim mendapatkan beribu kali lipat
pahala. Selain itu, di sana mereka bisa meningkatkan kualitas keimanan
dengan napak tilas sejarah Rasulullah.
Selain harta dapat membantu beribadah secara individu, harta juga bisa
membantu sesama muslim yang membutuhkan. Tanpa harta sulit bagi muslim
untuk bisa berderma mengalokasikan sebagian hartanya guna membantu
kehidupan muslim lain yang tergolong lemah secara ekonomi. Karena itu,
Islam menyadari pentingnya hard bagi kehidupan seorang muslim untuk
mendorong kejayaan Islam di muka bumi.
Rasulullah juga dianugerahkan kekayaan oleh Allah Swt Pada awalnya,
Rasulullah adalah penduduk Mekah Selanjutnya, beliau berusaha untuk
berniaga ke berbagai daerah yang sehingga mendapatkan keuntungan dan
perjalanan selanjutnya, Rasulullah dipercaya sebagai pedagang penghasilan.
Jihad Ekonomi Islam miskin. Dalam
‫صيَّةُ ل ِْلوالِدي ِْن و ْاْل ْقر ِبين ِب ْالم ْع ُروفِ حقًّا على‬
ِ ‫ُكتِب عل ْي ُك ْم ِإذا حضر أحد ُك ُم ْالم ْوتُ إن ترك خي ًْرا ْالو‬
ْ
‫ال ُمتَّقِين‬.
Artinya:
"Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa" (QS. Al Baqarah: 180).
Dari sejumlah ayat di atas, Islam jelas menekankan kepada setiap muslim
untuk mencari harta. Selanjutnya, dari hartanya yang diperolehnya itu, Islam

20
mendorong untuk memprioritaskan terlebih dahulu kepentingan diri dan
keluarganya dan jika masih memungkinkan maka diperintahkan untuk
membantu orang lain dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah.
Islam tidak pernah memandang kekayaan sebagai penghalang dalam
menjalankan ibadah. Harta tidak akan membuat manusia lalai dalam
beribadah bila mereka menyadari dan memperlakukan harta secara wajar.
Mereka seharusnya sampai pada keyakinan bahwa harta dapat dijadikan
sebagai pendorong kualitas dan kuantitas dalam beribadah kepada sang
Khalik.
Pentingnya harta dalam mendukung ibadah seorang muslim diungkapkan
dalam dua hadis sebagai berikut. Keduanya adalah doa yang diajarkan
Rasulullah kepada muslim.
13

2. Harta Sebagai Keseimbangan dalam Kehidupan


Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan dalam berbagai
aktivitas dan dimensi kehidupan. Karena Islam sebagai ajaran yang membawa
risalah yang mengandung pesan moral untuk terciptanya tatanan kehidupan
yang membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk semesta
(rahmatan lil 'aalamin), sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Qashash
(28) ayat 77:
‫َّللاُ ِإلَيْكَ َو َْل ت َ ْب َع‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َصيبَكَ مِ نَ الدُّ ْنيَا َوأ َ ْحسِن َك َما أ ْح‬ َ ‫َّار ْاْلخِ َرة َ َو َْل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫َوا ْبت َِغ فِي َما َءاتَنك‬
َ ‫َّللاُ الد‬
َ‫َّللا َْل يُحِ بُّ ْال ُم ْف ِسدِين‬
َ َّ ‫ض ِإ َّن‬ ِ ‫سادَ في اْل َ ْر‬ َ َ‫ْالف‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.

13 Jafril khalil, Ph.D "jihad ekonomi islam" Jakarta : Gramata Publishing, 2010. Hal 133-139

21
Pada ayat ini Allah menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang
ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat
dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
a. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah-limpah,
perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak,
hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-
banyaknya di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi:
َ‫ َو ِعنَاكَ قَ ْب َل فَقُ ِرك‬, َ‫سقَمِ ك‬ َ ‫ص ْحتَكَ قَ ْب َل‬
ِ ‫ َو‬, َ‫شبَابَكَ قَ ْب َل ه ََرمِ ك‬
َ ,‫سا قَبْل خ َْم ٍس‬
ً ‫اغتنم َخ ْم‬
َ‫ َو َح َياتَكَ َق ْب َل َم ْوتِك‬, َ‫ش ْغلِك‬
ُ ‫َوفَ َراغَكَ قَ ْب َل‬
Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu
sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu,
waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu.
(HR. Al-Baihaqi)
b. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik
berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang
lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh
Allah 3, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga,
semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan.
َ ُ‫ْش أَبَدًا َوا ْع َم ْل ِْلخِ َرتِكَ َكأَنَّكَ تَ ُم ْوت‬
‫غدًا‬ ُ ‫ا ْع َم ْل ِلدُ ْنيَاكَ َكأَنَّكَ ت َ ِعي‬
Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-
lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati
besok. (HR.Ibnu Asakir)
c. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya,
membantu orang-orang yang berkeperluan, pembangunan mesjid, madrasah,
pembinaan rumah yatim piatu di panti asuhan dengan harta yang
dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan kewibawaan y yang ada padanya,
memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam perjumpaannya dan
sebagainya.

22
Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada
sesama makhluk Allah, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. Allah tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak
akan memberikan rida dan rahmat-Nya.
3. Harta sebagai (Kekayaan/Modal) untuk Memenuhi kebutuhan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa harta merupakan satu unsur penting
(darury) bagi umat manusia. Sebab melalui ha (kekayaan) ini manusia dapat
terpenuhi kebutuhan hidupnya dan dag menunaikan kebutuhan ibadah secara
baik. Pemenuhan kebutuha tersebut biasanya diwujudkan dalam bentuk
membelanjakan han tersebut yang dapat memberikan maslahat (kebaikan bagi
dirinya da orang lain). Harta yang dimiliki oleh seseorang akan digunakan
untu memenuhi kebutuhan, baik di dunia dan di akhirat kelak.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam hal mengelola harta ini.
Berkaitan dengan harta, Allah akan menanyakan dua hal, yaitu dari mana harta
diperoleh dan dikemanakan harta itu digunakan. Dari dua hal inilah yang akan
menjadi acuan dalam pembahasan kita tentang harta dan pengelolaannya,
yang sesuai dengan ajaran Islam.
Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya, sebagaimana tercantum dalam
Surah Al-Qashshash [28]: 77, yang artinya:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiannu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan".
Dalam konteks alam kehidupan manusia, sebenarnya dapat diperinci dimensi
waktu kehidupan manusia sebagai berikut.
1. Waktu hidup dalam kandungan (rahim) ibu, lebih kurang selama sembilan
bulan sepuluh hari

23
2. Waktu dilahirkan sampai ajal menjelang. Usia manusia pada negara
berkembang lebih kurang 50 tahun, sedangkan dalam negara maju. Usia
manusia berkisar 74 tahun. Sehingga rata-rata usia manusia hidup di bumi
lebih kurang 62 tahun.
3. Waktu di alam kubur, sesudah mati
4. Waktu di alam akhirat/mahsar

I. Harta warisan

Menurut bahasa ialah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada


orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Adapun makna istilah yang
dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang
meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu
berupa harta bergerak (uang), harta tidak bergerak (tanah), atau apa saja yang
berupa hak-hak legal secara syar'i14.
Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh seorang mayit yang akan
dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Dalam Kompilasi
Hukum Islam15pasal 171 harta peninggalan dibedakan dengan harta warisan.
Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik harta
benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya, sedangkan harta waris
adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan
untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya
penyelenggaraan pengurusan jenazah, pembayaran hutang dan pemberian
untuk kerabat.
Adapun pembagian harta waris adalah setelah harta peninggalan diambil
hak-haknya untuk dikeluarkan:
1. Biaya penyelenggaraan jenazah atau tajhiz

14
Tinuk Dwi Cahyani "HUKUM WARIS DALAM ISLAM", universitas Muhammadiyah malang,
2018. Hal 9
15 Tim Redaksi nuansa Aulia, "Kompilasi Hukum Islam", Bandung, CV Nuansa Aulia, 2012,

cet.3 hal.51
24
2. Melunasi hutang
3. Melaksanakan wasiat
Idealnya, harta warisan dibagi setelah pemenuhan hak-hak mayit terpenuhi.
Akan tetapi, dalam kondisi masyarakat sekarang ini banyak sekali yang
menunda membagi warisan dengan alasan yang bermacam-macam. Padahal
Allah telah mengancam orang – orang ini berdasarkan surat al-Nisa ayat 14.
‫عذَبٌ مِ ِه ْي ٌن‬ ً ‫س ْولَهُ َويَتَعَدَّ ُحدُدَهُ يُدْخِ ْلهُ ن‬
َ ُ‫َارا خَا ِلدًا فِ ْي َها َولَه‬ ِ ‫َو َم ٰن يَ ْع‬
ُ ‫ص هللاَ َو َر‬
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan"
Fakta yang terjadi yang terjadi dalam masyarakat masih banyak yang belum
melaksanakan kewarisan Islam sesuai hukum kewarisan Islam. Padahal salah
satu prinsip dalam kewarisan Islam adalah ijbari, yaitu peralihan harta
sesorang yang telah meninggal kepada ahli warisnya berlaku dengan
sendirinya menurut Allah tanpa kehendak pewaris ataupun permintaan ahli
warisnya. Hal ini dapat mengakibatkan pertengkaran antara ahli waris dalam
pembagian waris.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Harta adalah segala sesuatu yang bernilai, dapat dimiliki berupa materiil
dan dapat digunakan dalam menunjang kehidupan, seperti tempat tinggal,
barang-barang perlengkapan, emas, perak, kendaraan, tanah, binatang dan
berupa uang yang kesemuanya mempunyai nilai bagi kehidupan manusia.
Sedangkan harta bathil adalah harta yang diambil dari orang lain dengan cara
yang tidak diperbolehkan syariat, sekalipun pemilik harta merasa rela dan
bersenang hati menyerahkan hartanya. Kekayaan yang dimiliki seseorang.
Olehnya itu harus dipertanggungjawabkan demi terlaksananya keadilan baik
secara individu maupun kolektif. Keadilan yang dimaksud adalah bahwa harta
yang dimiliki seseorang sebenarnya ada hak orang lain juga yang perlu
ditunaikan, yakni berupa sadaqah, infak dan zakat.
Cara memperoleh harta kekayaan, Al-Qur’an menganjurkan untuk
bekerja dengan sungguhsungguh, tanpa mengenal putus asa dan juga tidak
boleh menempuh usaha terlarang, yaitu memakan harta dengan cara-cara yang
tidak dibenarkan, memakan hasil riba, menipu, suap .
B. Saran
Kami menyadari makalah ini terbatas dan banyak kekurangan untuk
dijadikan landasan kajian ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat
referensi lain yang terkait dengan pembahasan makalah ini demi relevansi
kajian ilmu yang akurat. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari pembaca sekalian, terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Rahmad, H. (2022). FIKIH MUAMALAH . Medan: CV.Tungga Esti .


Mayseliandra. (2021). Harta Dalam Persepektif ekonomi Islam. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam, 38-51.
Dahlia Haliah Ma’u (2013), "HARTA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN",
jurnal khatulistiwa , vol 3, no 1
Tinuk Dwi Cahyani (2018) "HUKUM WARIS DALAM ISLAM", universitas
Muhammadiyah malang
Prof.Dr. Amiur Nuruddin.M.A(2014" Darimana sumber hartamu?, Renungan
tentang bisnis islam dan ekonomi syariah", Jakarta : Erlangga.
Tim Redaksi nuansa Aulia,(2012) "Kompilasi Hukum Islam", Bandung, CV
Nuansa Aulia.
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A. dkk (2013) "ISLAMIC ECONOMICS,
Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi" Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jafril Khalil (2010) "Jihad Ekonomi Islam" Jakarta: Gramata Publishing.
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc.,M.E.I.dkk (2014) "Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Perspektif Maqashid Al-Syariah". Kencana.
Prof. Dr. H. Hendi Suhendi,M.Si (2019) "fiqih muamalah". Depok : Rajawali
pers,

27

Anda mungkin juga menyukai