Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP HARTA
Dosen Pengampu : Intan Quratulaini, S.Ag., M.S.I

Disusun Oleh :
Muhammad Ryan Saputra (210602049)
M. Ichsan (210602056)
Husnul Fazil (210602132)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami tentang “struktur pasar dalam Islam”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap
semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Banda Aceh, Februari 2023

Penyusun,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal secara bahasa berarti condong,
cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu yang
sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm
mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama-
ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan
tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit. Menurut para fuqaha , harta
dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur; Pertama, unsur ' aniyyah dan Kedua,
unsur ' urf . Unsur ' aniyyahberarti harta itu berwujud atau kenyataan ( a'yun ). sebagai
contoh, manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi
termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur ' urf adalah segala sesuatu yang dipandang
harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian manusia, bukanlah manusia memelihara
sesuatu kecuali menginginkan kegunaan, baik manfaat yang bersifat madiyyah maupun
ma'nawiyyah .

Dalam islam kedudukan harta merupakan hal penting yang dibuktikan bahwa
terdapat lima maqashid syariah yang salah satu diantaranya adalah al-maal atau harta.
Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah ta'ala, manusia hanya
berhak untuk memanfaatkannya saja. Meskipun demikian, Islam juga mengakui hak
pribadi seseorang. Untuk itu Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai
muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta
melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain
untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang di bawah tanggungannya,
bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Bagaimana definisi harta dalam islam?


2. Bagaimana kedudukan harta dalam islam
3. Apa saja fungsi harta dalam islam?

C. Tujuan

Makalah ini mempelajari beberapa konsep dasar teori produksi islam yang antara lain akan
membahas beberapa pertanyaan di atas.

2
BAB II

Ayat dan Hadist Tentang Harta

A. Ayat Al-Quran
1. Q.S. Az-Zariyat : 19
‫َو ِفٓى َأْم َٰو ِلِهْم َح ٌّق ِّللَّسٓاِئِل َو ٱْلَم ْح ُروِم‬

Artinya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian. (Az-Zariyat 19)

2. Q. S. Al-Hadid : 20
‫ٱْع َلُمٓو ۟ا َأَّنَم ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيا َلِع ٌب َو َلْهٌو َو ِز يَنٌة َو َتَفاُخ ٌۢر َبْيَنُك ْم َو َتَك اُثٌر ِفى ٱَأْلْم َٰو ِل َو ٱَأْلْو َٰل ِد ۖ َك َم َث ِل َغْيٍث َأْع َج َب ٱْلُك َّف اَر‬
‫َنَباُت ۥُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَر ٰى ُه ُم ْص َفًّر ا ُثَّم َيُك وُن ُح َٰط ًم اۖ َو ِفى ٱْل َء اِخ َر ِة َع َذ اٌب َش ِد يٌد َو َم ْغ ِف َر ٌة ِّم َن ٱِهَّلل َو ِرْض َٰو ٌن ۚ َو َم ا ٱْلَحَي ٰو ُة‬
‫َٰت‬
‫ٱلُّد ْنَيٓا ِإاَّل َم ُع ٱْلُغ ُروِر‬

Artinya :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

3. Q .S. Al- Kahfi : 46


‫ٱْلَم اُل َو ٱْلَبُنوَن ِز يَنُة ٱْلَحَيٰو ِة ٱلُّد ْنَياۖ َو ٱْلَٰب ِقَٰي ُت ٱلَّٰص ِلَٰح ُت َخْيٌر ِع نَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل‬

Artinya :
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan

B. Hadist

1. ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ا ِذ ْئَباِن َج اِئَع اِن ُأْر ِس اَل‬: ‫َع ْن َكْع ِب ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ِفْي َغَنٍم ِبَأْفَس َد َلَها ِم ْن ِح ْر ِص اْلَم ْر ِء َع َلى اْلَم اِل َو الَّش َر ِف ِلِد ْيِنِه‬

Artinya :
Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing,
tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan
yang sangat merusak agamanya.”

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad (III/456, 460); Ad-Darimi
(II/304); Ibnu Hibban (no. 3218–At-Ta’lîqâtul Hisân) ; Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabîr
(XIX/96, no. 189) dan lainnya.
Hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan lainnya. Lihat Shahîh at-Targhîb wat
Tarhîb (no. 1710 dan 3250)

C. Pembahasan

1. Pengertian Harta
Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal secara bahasa berarti condong, cenderung
atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu yang sangat diinginkan
oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta
kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama-ulama ushul fiqh, adalah sesuatu
yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut
yang kongkrit. Menurut para fuqaha , harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur;
Pertama, unsur ' aniyyah dan Kedua, unsur ' urf . Unsur ' aniyyahberarti harta itu berwujud
atau kenyataan ( a'yun ). sebagai contoh, manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia
tidak disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur ' urf adalah segala
sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian manusia, bukanlah
manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan kegunaan, baik manfaat yang bersifat
madiyyah maupun ma'nawiyyah .

2. Kedudukan Harta Dalam Islam

Dalam Islam kedudukan harta merupakan hal penting yang dibuktikan bahwa terdapat
lima maqashid syariah yang salah satu diantaranya adalah al-maal atau harta. Islam meyakini
bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah ta'ala, manusia hanya berhak untuk
memanfaatkannya saja. Meskipun demikian, Islam juga mengakui hak pribadi seseorang.
Untuk itu Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai muamalah seperti jual beli,
sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan
mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya, harta yang
dirusak oleh anak-anak yang di bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang
peliharaannya sekalipun.

3. Jenis-jenis Harta Dalam Islam

 Harta Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim


Harta Mutaqawwim adalah hal yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’. Atau
semua harta yang baik dalam penggunaanya, jenisnya dan cara memperolehnya. Harta Ghair
Mutaqawwim adalah harta yang tidak dapat atau tidak boleh di ambil manfaatnya. Baik itu
jenisnya, cara memperolehnya maupun cara penggunaanya.

 Mal Mitsli dan Mal Qimi


Harta Mitsli Adalah sesuatu yang memiliki persamaan dalam kesatuan-kesatuannya. Dalam artian
dapat berdiri sebagaimana ditempat yang lain tanpa adanya perbedaan yang perlu dinilai. Harta Qimi
adalah sesuatu yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya karena tidak dapat berdiri sebagian
ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.

 Harta Istihlak dan harta Isti’mal


Mal Istihlak Adalah sesuatu hal yang tidak dapat diambil kegunaannya ataupun manfaatnya secara
biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta istihlak terbagi kedalam dua macam yakni Istihlak
haqiqi yakni sesuatu yang menjadi harta secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan. Istihlak
buquqi adalah harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan akan tetapi zatnya masih tetap
ada. Harta Isti’mal adalah tidaklah habis dengan satu kali menggunakan tetapi dapat digunakan lama
menurut apa adannya.

 Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqul


Harta Manqul Adalah segala harta yang dapat dipindahkan atau bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya baik tetap maupun berubah kepada bentuk lainnya. Seperti uang, hewan atau sesuatu yang
dapat diukur dan ditimbang dengan harta. Harta Ghair Manaqul adalah hal yang tidak bisa
dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

 Harta ‘Ain dan Dayn


Harta ‘ain adalah harta yang berbentuk benda seperti rumah, pakaian, kendaraan dan lain sebagainya.
Mal ‘ain Yakni Harta ‘ain ini terbagi kedalam dua macam yakni ‘ain dzati qimah dan ain’ghyar
qimah. Harta ain’ghyar qimah adalah benda yang tidak dapat dipandang sebagai suatu harta yang
berharga, misal sebiji beras.
Harta Dayn adalah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab. seperti uang yang berada didalam
tanggung jawab seseorang. Dalam kaitannya ulama hanafiah berpendapat bahwa harta tidak dapat
dibedakan menjadi harta ‘ain dan harta dayn. Karena menurut Hanafiyah harta merupakan sesuatu
yang berwujud. Jadi sesuatu yang tidak berwujud tidak dikatakan sebagai harta seperti utang.

 Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’i

 Harta ‘ain al ‘ain adalah suatu benda yang memiliki nilai dan berbentuk atau berwujud
 Harta naf’i adalah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh dan berkembang menurut
perkembangan masa. Contohnya listrik, oksigen.

 Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur

 Harta mamluk adalah sesuatu yang masuk kebawah kepemilikan, milik perorangan atau milik
badan hukum. Gedung rumah sakit. Harta mamluk adalah harta mustaqil atau harta
perorangan yang berpautan dengan hak bukan pemilik. Misalnya rumah yang dikontrakkan.
 Harta mubah ialah harta yang pada asalnya bukan milik seseorang. Misal air pada mata air,
binatang buruan darat, laut, buah-buahan, dan lain sebagainya.
 Harta mahjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan memiliki sendiri dan memberikan pada
orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu benda waqaf ataupun benda yang
dikhususkan untuk masyarakat umum. Seperti jalan raya, masjid, kuburan dan lain
sebagainya.

 Harta Yang dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

 Harta yang dapat dibagi adalah harta yang tidak dapat menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi. Misal beras, tepung, dan lain sebagainya.
 Harta yang tidak dapat dibagi adalah harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan
apabila harta tersebut dibagi-bagi. Misalnya meja, mesin, kursi dan lain sebagainya.

 Harta Pokok dan Harta Hasil

 Mal Yakni Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
 Harta hasil adalah harta yang terjadi darinya harta yang lain.

 Harta Khas dan Harta ‘Am

A. Mala Khusus Yakni Harta khas adalah harta pribadi dan tidak bersekutu dengan yang lain,
tidak boleh diambil manfaatnya tanpa izin dari pemiliknya.
B. Harta ‘Am adalah harta bersama atau harta milik umum yang boleh diambil.

4. Manfaat dan Fungsi Harta Dalam Islam

A. Harta adalah Kebutuhan Pokok


Allah Ta’ala adalah pemilik mutlak alam semesta ini. Manusia diberi amanah
mengurusi dan mengelola harta yang diberikan kepadanya untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan makan, minum, pakaian,
tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya, dan Allah Ta’ala membolehkan manusia
untuk menikmati dan menggunakan rezeki yang Allah Ta’ala berikan dengan
memberikan batasan-batasan syar’i dalam membelanjakan harta tersebut.
Allah Ta’ala berfirman:
‫ُك ُلوا َو اْش َرُبوا ِم ْن ِر ْز ِق ِهَّللا َو اَل َتْع َثْو ا ِفي اَأْلْر ِض ُم ْفِسِد يَن‬
“Makan dan minumlah kalian dari rezeki yang diberikan Allah, dan janganlah
kalian berjalan di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. al-Baqarah: 60)

Harta yang diberikan kepada manusia bukan hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia saja. Tapi, Allah Ta’ala pun menganjurkan untuk
membelanjakan harta tersebut di jalan yang diridhai-Nya seperti menafkahi anak isteri,
nafkah orang tua, membantu orang yang membutuhkan dan menginfakkannya fi
sabilillah.
B. Harta Adalah Perhiasan Hidup
Salah satu keindahan dalam kehidupan dunia ini adalah harta benda. Jika harta benda
digunakan untuk beramal shalih maka harta itu akan menjadi sebab meraih kebahagiaan di
akherat kelak. Jika harta tersebut menjadi sebab berpalingnya seseorang dari Allah Ta’ala
maka akan menjadi sebab kesengsaraan seseorang di akherat kelak.
Allah Ta’ala berfirman:
‫اْلَم اُل َو اْلَبُنوَن ِز يَنُة اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.” (QS. al-Kahfi: 46)
Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa harta dan anak termasuk perhiasan dunia. Harta dan
anak disebutkan secara khusus karena termasuk fitnah terbesar pada manusia. Penyebutkan
harta didahulukan karena setiap manusia punya harta tapi tidak semua manusia mempunyai
anak, dan untuk mendapatkan seorang anak dibutuhkan harta. Baik harta maupun anak,
kedua-keduanya perhiasan dunia untuk menguji hamba-hamba Allah Ta’ala, siapa di antara
mereka yang terbaik amalnya.
C. Harta Adalah Ujian Bagi Manusia
Harta merupakan salah satu ladang ujian bagi manusia untuk membuktikan yang terbaik di
antara mereka. Standar kemuliaan seseorang bukan pada sedikit dan banyaknya harta tapi
pada penggunaan harta tersebut. Memiliki harta melimpah dengan digunakannya di jalan
yang diridhai Allah Ta’ala seperti untuk menunaikan kewajiban nafkah, zakat, dan infak
maka harta menjadi wasilah baginya meraih kemuliaan di sisi Rabb-Nya seperti sahabat Nabi
Abu Bakr, Umar, Utsman, Abdurrahman ibn Auf dan lain-lain yang gemar membelanjakan
hartanya di jalan Allah. Begitu pula sebaliknya, Berpaling dan lalai kepada Allah Ta’ala
karena harta maka akan menjadi sebab kehinaan seperti Qarun.

Allah Ta’ala berfirman:


‫َو اْعَلُم وا َأَّنَم ا َأْم َو اُلُك ْم َو َأْو اَل ُد ُك ْم ِفْتَنٌة َو َأَّن َهَّللا ِع ْنَد ُه َأْج ٌر َع ِظ يٌم‬
“Ketahuilah, bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. –Anfal: 28)

D. Harta Adalah Amanah Titipan Allah


Pemilik harta sebenarnya ialah Allah Ta’ala. Kepemilikan harta oleh manusia sebatas mengelola,
memanfaatkan dan menunaikan hak dan kewajiban harta. Orang yang memiliki harta berarti
memiliki tanggung jawab lebih dibanding orang yang tidak memilikinya.
Allah Ta’ala berfirman:
‫َو آُتوا َح َّقُه َيْو َم َحَص اِدِه َو اَل ُتْس ِر ُفوا ِإَّنُه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفيَن‬
“Tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin);
dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” (QS. al-Anam: 141)
E. Harta Adalah Bekal Ibadah
Salah satu fungsi dan manfaat fasilitas harta benda di muka bumi ini adalah untuk
memaksimalkan ubudiyyah. Banyak ubudiyyah kepada Allah Ta’ala yang berkaitan dengan harta
seperti zakat, nafkah anak istri, menunaikan ibadah haji, ibadah qurban, infak, sedekah, dan
ibadah maaliyah lainnya. Maka, seseorang yang mampu memaksimalkan hartanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala lebih baik dibanding seseorang yang tidak memiliki harta,
karena dia tidak mampu beramal shalih dengan harta benda. Di antara pahala terbesar yang telah
Allah Ta’ala sediakan untuk orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah seperti
infak, sedekah dan senantiasa menunaikan zakat adalah disediakannya pintu khusus masuk surga,
yaitu Pintu Sedekah.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َو َم ْن َك اَن ِم ْن َأْهِل الَّصَد َقِة ُد ِع َى ِم ْن َباِب الَّصَد َقِة‬
“Barngsiapa termasuk orang yang senantiasa bersedekah maka dia akan dipanggil masuk Surga
lewat pintu sedekah.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Anda mungkin juga menyukai