Anda di halaman 1dari 10

1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu


Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan kita
rahmat dan hidayat-Nya berupa kesehatan, umur yang panjang sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah “Kepemilikan harta benda” ini dapat selasai sasuai waktu yang ditentukan.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Selama penulisan makalah ini penulis mendapat pengetahuan baru mengenai
kepemilikan harta benda yang pada saat ini bekembang pesat, penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang membantu hingga terselesainya makalah ini, semoga Allah
selalu melindungi mu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Palangka Raya, 16 Maret 2020

Penulis
2

DAFTAR ISI

COVER 
KATA PENGANTAR .........................................................................................1
DAFTAR ISI ........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dari Milik Dan Kepemilikan ………………………………..........5
B. Pengertian Dari Harta…………………………………………………………..5
C. Hakikat Atas Pemilik Harta………………………………………………........6
D. Bisa Dan Tidaknya Harta Untuk Dimiliki………………………………….....7
E. Pembagian Milik………………………………………………………………..8
F. Perbedaan Kepemilikan dan Pembolehan………………………………...…..8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran ...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Islam yang merupakan rahmatan lil alamin, kembali bangkit
menorehkan Blue Print-nya.  Keberadaannya sangat penting untuk memenuhi tuntutan
masyarakat akan kegagalan ekonomi konvensional. Bahkan, ekonomi Islam memiliki prinsip
dan karakteristik yang berbeda dengan sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini.
Sebenarnya, ekonomi Islam adalah bagian dari sistem Islam yang bersifat umum yang
berlandaskan pada prinsip pertengahan dan keseimbangan yang adil (tawadzun).  Islam,
menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan akhirat, antara individu dan
masyarakat.  Keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara akal dan hati dan antara realita
dan fakta merupakan keseimbangan yang ada dalam individu.  Sedangkan dalam bidang
ekonomi, islam menyeimbangkan antara modal dan aktivitas, antara produksi dan konsumsi,
dan sebagainya. 
Adapun nilai pertengahan dan keseimbangan yang terpenting, yang merupakan karya
Islam dalam bidang ekonomi selain masalah harta adalahHak Kepemilikan (Ownership
Rights).  Dalam memandang hak milik ini islam sangat moderat.  Dan sangat bertolak
belakang dengan sistem kapitalis yang menyewakan hak milik pribadi, sistem sosialis yang
tidak mengakui hak milik individu. 
Meskipun demikian, Masalah hak milik merupakan sebuah kata yang amat peka, dan
bukan sesuatu yang amat khusus bagi seorang manusia. Oleh karena itu, Islam sangat
mengakui adanya kepemilkan pribadi disamping kepemilikan umum.  Dan menjadikan hak
milik pribadi sebagai dasar bangunan ekonomi.  Dan Itu pun akan terwujud apabila ia
berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT, misalnya adalah memperoleh harta dengan jalan
yang halal.  Islam melarang keras kepemilikan atas harta yang digunakan untuk membuat
kezaliman atau kerusakan di muka bumi.
Karena begitu pentingnya aspek kepemilikan dalam bidang ekonomi, maka dalam
makalah ini saya mencoba membahas dan memaparkan tentang “Kepemilikan dan sebab-
sebabnya” sesuai dengan urgensinya.
4

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kepemilikan?
2. Apakah pengertian dari harta?
3. Siapa yang memiliki hakikat atas pemilik harta?
4. Apakah bisa dan tidaknya harta untuk dimiliki?
5. Apa saja pembagian milik?
6. Apakah perbedaan kepemilikan dan pembolehan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kepemilikan.
2. Mengetahui pengertian dari harta.
3. Mengetahui siapa yang memiliki hakikat atas pemilik harta.
4. Mengetahui bisa dan tidaknya harta untuk dimiliki.
5. Mengetahui pembagian milik.
6. Mengetahui perbedaan kepemilikan dan pembolehan.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemilikan
Kepemilikan ( al – milkiyah ) berasal dari kata al-milk yang berasal dari kata
malaka-yamliku-malkan wa mulkan wa milkan yang artinya menguasai atau memiliki.
Kepemilikan secara sederhana berarti kepenguasan orang terhadap sesuatu ( aset atau
harta ), dan aset tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum.
Wahbah al – Zuhaily menjelaskan bahwa milik adalah keistimewaan ( istishas )
terhadap sesuatu yang menghalangi orang lain darinya dan pemiliknya bebas
melakukan tasharruf secara langsung kecuali ada halangan atau syar’i. Hasbi ash –
Shiddieqy, berpendapat bahwa milik adalah sesuatu yang mencegah orang yang bukan
pemiliknya untuk memanfaatkan dan bertindak tanpa izin si pemilik. 1

B. Pengertian Harta
Al-Asfahani mendifinisikan: al-mal summiya malan likannibi mailan abadan wa
zailan, harta dikatakan mal, karena selamanya cendrung kepadanya dan akan hilang.
Terkadang diartikan dengan aradan: barang-barang selaain emas dan perak. Yusuf al-
Qaradawi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harta adalah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Ibnu Asyur, seperti dikutip al-Qardawi bahwa
harta itu pada mulanya berarti emas atau perak, tetapi kemudian berubah
pengertiannya menjadi segala berang yang disimpan dan dimiliki.
Sedangkan Mustafa Zarqa memberikan definisi yang lebih rinci lagi menurut
ulama mazhab hanafi menyatakan bahwa harta adalah segala yang dapat dimiliki dan
digunakan menurut kebiasaan, seperti tanah, binatang, barang-barang perlengkapan,
dan juga uang.
Dari berbagai definisi berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa harta
adalah segala sesuatu yang dimiliki berupa material dan dapat digunakan dalam
menunjukan kehidupan (wasilah a-bayah), seperti tempat tinggal, kendaraan, barang-
barang perlenkapan, emas, perak, tanah, binatang, bahkan berupa uang, atau sesuatu
yang mempunyai nilai dalam pedangan menusia.2
1
Wahbah Az-Zuhali, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 4, Jakarta: Darul Fikr, Damaskus, 2007, hlm. 402.
2
Kementrian Agama RI. Pembangunan Ekonomi Umat. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran. 2009.
hlm. 1
6

C. Allah Hakikat Pemilik Harta


Yang memiliki harta secara mutlak adalah Allah subbanahu wa ta'alä. Ungkapan
mulkens-samanan wal-ard, terulang sebanyak 18 kali yang tersebar dalam berbagai
Surah, semuanya memberikan informasi dan ketegasan bahwa pemilik mutlak apa yang
ada di alam semesta ini hanya Alah subbanahu wata'ala.
Ayat yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain:
1. Surah Ali 'Imrän/3: 109;

‫الصبرين والصدقين والقنتين والمنفقين والمستغفرين باال سحار‬


Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan banya
kepada Allah segala urusan dikembalikan. (AlImrän/3: 109)

2. Surah al-Mäidah/5: 17:

‫لقد كفر الذين قالوا ان هللا هو المسييح ابن مريم قل فمن يملك من هللا‬
‫شيئا ان اراد ان يهلك المسيح ابن مريم وامه ومن في‬
‫وهلل ملك السموت واالرض وما بينهما يخلق ما‬ ‫االرض جميعا‬
‫يشاء وهللا على كل شيء قدير‬
Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya.
Dia menciptakan apa yang Dia Kehendak. Dan Allah Maha kuasa atas segala
sestuatu. (al-Maidah/5:17)

Kedua ayat tersebut dan ayat-ayat lain yang senadana makna dan ruh-Nya
memberikan isyarat dengan jelas bawhwa Allah subbanahu wa ta'älá adalah pemilik
mutlak seluruh yang ada di jagat raya dan segala apa yang ada termasuk di dalamnya,
seperti bumi, langit, manusia, tumbuhan, air, udara, dataran kering di planet ini, semua
makhluk hidup yang berakal, seperti manusia maupu tidak berakal, yang tampak bagi
kita secara indrawi maupun yang tidak.

Sekalipun milik Allah, namun sarana dan prasarana ini, dipeuntukan bagi
kepentingan dan kelangsungan hidup manusia, seperti terlukus dalam firman-Nya:
7

‫هوالذين خلق لكم ما فى االرض جميعا ثم استوى الى السماء فسوىهن سبع‬
‫وهو بكل شيء عليم‬ ‫سموت‬
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia
menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (al-Baqarah/2: 29)3
Allah SWT menyuruh manusia mimilikinya, dan memanfaatkannya bagi kehidupan
dan Allah SWT melarang berbuat yang bisa untuk merusak dan meniadakan barang
tersebut. Baik itu berupa ataupun tidak berupa, baik bergerak dan ataupun tidak
bergerak.4

D. Bisa Dan Tidaknya Harta Untuk Dimiliki


Pada prinsipnya, harta secara tabiatnya bias untuk dimiliki. Akan tetapi, ada
beberapa hal-hal yang membuatnya tidak bias dimiliki pada sebagian semua kondisi.
Dengan demikian, dari sisi bisa dan tidaknya untuk dimiliki harta terbagi menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut :
1. Tidak Bisa Diberikan Dan Dimiliki Dalam Kondisi Apapun
Yaitu sesuatu yang dikhususkan untuk kepentingan umum seperti, jalan-jalan
umum, jembatan, banteng, jalan tol, sungaim museum, perpustakaan umum, dan lain
sebagainya. Hal-hal tersebut tidak bisa dimiliki dikarenakan telah dikhususkan untuk
kepentingan umum.5
2. Tidak Bisa Untuk Dimiliki Kecuali Dengan Sebab Syar’i
Yaitu seperti harta-harta yang diwakafkan ban asset Baitul Mal, atau harta
yang bebas dalam istilah ahli hukum. Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual atau
dihibahkan, kecuali apabila ia hancur atau biaya pemeliharaanya lebih banyak
daripada pemasukan yang didapatkan, maka saat itu pengadialan boleh memberi izin
untuk mengantinya.6
3. Boleh Dimiliki Secara Mutlak Tanpa Ada Syarat

3
Kementerian Agama RI. Op, Cit ,Hlm 4-5.
4
Amir syarifudin,Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta Timur: Prenada Media, 2003. Hlm. 177.
5
Wahbah Az-Zuhali, op, cit , hlm. 403-404.
6
Kalangan Hanafiyah membolehkan menggantikan wakaf dengan tanah yang lain jika itu dibutuhkan da nada
maslahatnya. Mereka mengatakan, seorang hakim yang bersih dan adil boleh mengizinkan untuk mengganti
wakaf dengan syarat ia tidak bias dimanfaatkan lagi, tidak ada hasil dari tanah wakaf itu diharapkan,
penjualannya tidak akan mengalami kerugian yang sangat signifikan dan diganti dengan Aqar bukan dihram
atau dinar (ad-Durrul Mukthaar wa Raddul Mutharr 3/425).
8

Yaitu, seluruh harta selain dua jenis tersebut.7


E. Macam-Macam Milik
1. Milik Taam (Sempurna)
Milik Taam yaitu kepemilikan terhadap zat dari sesuatu sekaligus manfaatnya,
dimana si pemilik memiliki seluruh hak yang disyariatkan. Diantara
karekteristiknya, milik sempurna bersifat mutlak, tidak terbatas dengan masa
tertentu selama sesuatu yang menjadi objek kepemilikan itu ada.
Seandainya seseorang merampas benda atau harta milik orang lain lalu si
pemilik tersebut berkata “ Aku gugurkan kepemilikanku” maka sebanarnya
kepemilikannya tidak gugur, akan tetapi bisa dipindahkan, karena suatu barang
tidak boleh tanpa pemili. Cara pemindahan nya bisa dengan cara akad yang akan
memindahkan kepemilikan seperti jual beli, warisanatau wasiat.
2. Milik Naqish (Kurang)
Miik Naqish adalah kepemilikan terhadap bendanya saja atau manfaatnya saja.
Memiliki manfaatnya saja disebut dengan hak intifa (hak penggunaan). Memiliki
manfaatnya boleh jadi adalah hak individu bagi orang yang memanfaatkannya,
artinya mengikut pada dirinya dan bukan pada benda yang dimilikinya. Dan boleh
jadi juga adalah hak benda, artinya selalu mengikut pada benda, terlepas dari diri
atau individu yang memanfaatkannya. Hak ini dinamakan Hak Irtifaq dan ia hanya
berlaku pada aqrar. 8
F. Perbedaan Antara Kepemilikan dan Pembolehan
Perbedaannya adalah kepemilikan memiliki si pemilik hak tasharruf pada barang
yang dimilikinya selama tidak ada penghalang, sedangkan pembolehan adalah hak
seseorang untuk memanfaatkan sendiri sesuatu dengan adanya izin. Izin itu boleh jadi
dari si pemilik, seperti mengenderai mobil atau seperti memanfaatkan fasilitas umum
berupa jalan, sungai, dan sebagainya jadi, pihak pemilik membolehkan untuk
memanfaatkan nya akan tetapi tidak bisa memilikinya dan tidak bisa menguasai hak
tersebut. 9

7
Wahbah Az-Zuhali, Op.Cit. hlm. 404.
8
Ibid. hlm. 404.
9
Ibid , op, cit hlm. 406.
9

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemilikan adalah menguasai atau memiliki. Kepemilikan secara sederhana
berarti kepenguasan orang terhadap sesuatu. Yusuf al-Qaradawi menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk
menyimpan dan memilikinya.
Pemilik akan harta secara mutlak ialah Allah SWT. Pembagian bisa dan tidak nya
harta dimiliki yaitu tidak bisa diberikan dan dimiliki dalam kondisi apapun, tidak bisa
untuk dimiliki kecuali dengan sebab syar’i, dan boleh dimiliki secara mutlak tanpa ada
syarat.
Milik terbagi menjadi dua yaitu Milik Taam dan Milik Naqish. Kepemilikan dan
pembolehan itu berbeda dikarenakan bahwa kepemilikan memiliki hak tasharruf pada
barang yang dimilikinya selama tidak ada penghalang. Sedangkan pembolehan adalah
hak seseorang untuk memanfaatkan sendiri sesuatu dengan adanya izin.

B. SARAN
Dan diharapan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat mengetahui tentang kepemilikan harta yang baik dan sesuai dengan ajaran islam
dalam kehidupan sehari-hari.
10

DAFTAR PUSTAKA

Az-zuhaili, Wahbah. 2007. Fiqih Islam Wa Adillathu Jilid 4. Depok : Darul Fikr.
Kementrian Agama RI Tahun 2012. 2009. Pembangunan Ekomoni Umat. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Quran.
Syarifudin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta Timur: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai