Anda di halaman 1dari 10

Jurnal HukumJurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT

DE’RECHHTSSTAAT ISSN
ISSN 2442-5303 2442-5303
Volume Volume
1 Nomor 1 Nomor
2 Sept 2015 2 Sept 2015 1
111

ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN FRANCHISE


MENURUT KETENTUAN PASAL 1338 KUHPERDATA

PRINCIPLES OF BALANCE IN THE FRANCHISE AGREEMENT


VIEWED FROM ARTICLE 1338 OF THE CIVIL CODE
Oleh : J. Jopie Gilalo

ABSTRACT

Business franchise is already a business activity to invest quickly in a way the distribution
system and marketing of a product of goods and or services. Shape franchise made with a
covenant between franchisor and franchisee. Problems in the agreement, if the position
between the rights and obligations of both parties had been balanced in the implementation
of the bonds they created. Franchise agreement is a contract specially (not named). Based on
the Law of Treaties in Indonesia Franchise agreements as was as contract law, which refers to
Article 1338 of the Civil Code with the fulfillment of the terms of contract law. In addition, the
legal umbrella which provides franchise business, namely in the form of regulations issued by
the government for guarantees in this business, even though the principle of balance in terms
of an agreement, the franchise agreement has not been providing some balance to the
franchise yet.
Key Word : Franchise Agreements have not given equality

ABSTRAK

Bisnis franchise sudah merupakan suatu kegiatan usaha dalam berinvestasi berdasarkan pada
system pendistribusian dan pemasaran terhadap suatu produk baik dalam bentuk barang maupun
jasa tertentu yang cepat dan mudah. Bentuk usaha franchise (franchisor) dengan franchise
(franchisee). Permasalahan yang dihadapi dalam perjanjian ini, timbul karena dalam posisi
antara pihak pemberi dengan pihak penerima franchise tersebut dalam pelaksanaan ikatan
perjanjian yang mereka buat tersebut adanya ketidakseimbangan. Perjanjian franchise dalam
hukum perikatan merupakan bentuk perjanjian khusus (tidak bernama). Berdasarkan Hukum
Perjanjian di Indonesia perjanjian franchise merupakan suatu perjanjian yang telah berlaku
sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan ketentuan dari Pasal 1338 Burgelijke
Wetboek. Selain itu, adanya bisnis franchise ini, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
beberapa regulasi dalam memberikan jaminan kepastian hukum dalam menjalankan bisnis ini.
Meskipun dalam pelaksanaannya jika di lihat dari asas hukum perikatan (asas keseimbangan)
belum memberikan keseimbangan diantara pemberi dan penerima franchise , dimana penerima
masih harus mengikuti syarat-syarat yang ditentukan secara sepihak oleh pemberi franchise.
Kata kunci: Perjanjian Franchise belum memberikan kesetaraan.

memerlukan perluasan pasar, baik dalam


PENDAHULUAN pertumbuhan dari pasar lokal hingga kepada
Berkembangnya industri di beberapa yang bersifat pasar global.1 Demi Alasan
negara maju telah menimbulkan pengaruh efiseinsi memasarkan hasil produk-produk itu,
terhadap perkembangan produk-produk 1
Suharnoko, Hukum Perjanjian-Teori dan Analisa
kebutuhan masyarakat yang diproduksi secara Kasus, Kencana Prenada Media Group, Jakarta Cet.
massal. Dari hasil produk-produk tersebut Ke-5, 2008, Hlm. 37.
112 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise

maka produsen tidak menjualnya secara Ilustrasi di atas menunjukkan aktivitas


langsung kepada konsumen, tetapi menjualnya kehidupan (metropolitan) telah dikuasai oleh
melalui pedagang perantara, seperti: agen, aktivitas bisnis yang semangkin banyak
distributor dengan cara pemberian lisensi dilakukan dan diterapkan sebagai salah satu
dengan melalui sistem franchise. cara pengembangan bisnis investasi secara
global adalah dengan menggunakan metode
Pola pendistribusian produk-produk
franchise.
dalam era perkembangan tehnologi sekarang
ini sudah menjadi bagian kehidupan manusia Dari segi bisnis sistem franchise dapat
yang tidak dapat dihindarinya. Saat ini, memberikan keuntungan yaitu dengan
terdapat lebih kurang 4.000 pemberi memperluas jaringan usaha dengan cepat
franchise,2 sehingga dalam dunia Internasional dalam memasarkan produk-produk industri
maupun di Indonesia franchise sudah menjadi tertentu dengan cara pendistribusian antara
gaya hidup. Di bawah ini suatu gambaran suatu perusahaan produsen dengan
kehidupan yang telah dipengaruhi gaya hidup kemitraanya. Selain itu bisnis ini
franchise, sebagai berikut:3 meningkatkan lapangan kerja baru,
“At my home in Virginia, I get up in the mempercepat alih tehnologi dan meningkatkan
morning, open my front door and pick up my peluang berusaha bagi pebisnis lainnya dengan
newspaper The Washington Post, delivered by metode standar dan sistem ekspolatasi tertentu.
a franchised news agent. In it I read about my Istilah franchise berasal dari bahasa latin,
local American football team, washing for yaitu francom rex, yang artinya “bebas dari
Redskin - a franchise. I go outside, get in my ikatan”. sedangkan franchise dalam bahasa
car-leased from a franchised dealership – and Prancis “affranchir” artinya to free
drive into downtown Washington. On the way I (membebaskan). Yang diambil dari kata
stop off at the Bakel Bakery (franchise) and “franc” (bebas) atau “franchaer”
pick up a coffee and a Bagel (been in America (membebaskan), yang secara umum diartikan
too long; should be tea and toast for an sebagai pemberian hak istimewa.
English man) I park in a franchise parking
garage and to go into my office. During a franchise mengandung makna bahwa
break in my work, I call Mr. Rooter adanya pemberian kebebasan dalam suatu
(franchised plumber) to fix a leak in the ikatan dari suatu pihak kepada pihak lain
bathroom. At lunch time, I pick up a snack untuk menggunakan atau membuat atau
from Mr. Wok (franchise) and drop off some menjual suatu produk.4
clothes for dry-cleaning at One Hour Franchise atau sering disebut juga dengan
Martinizing (franchise plumber). As I drive istilah “waralaba” 5 yang berasal dari kata
home in the evening, I stop at a franchised “war” (lebih atau istimewa) dan “laba”
Amoco gas station in English (petrol station in (untung”, yang berarti sebagai bentuk usaha
English) and stop again at 7-Eleven yang memberikan kelebihan atau
(franchised convenience store) for a tin of keistimewaan yang mendapatkan laba.6
shoe polish and a lottery ticket. When I get
home, my wife and I may decide to eat out at 4
Moch. Basarah & M. Faiz Mufidin, Bisnis Franchise
The Olive Garden (franchised Italian dan Aspek-Aspek Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti,
restaurant) and pick up a video tape to watch Bandung, 2008, Hlm. 33.
5
later that evening from Blockbuster (franchise Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisinis, Menata
Bisnis Modern Di Era Global, PT. Citra Aditya Bakti,
video rental).” Bandung, 2005, Hlm. 339.
6
Sedangkan menurut Juajir Sumardi, bahwa perjanjian
2
Sumber dari A Guide Franchising In Malaysia, Petrix franchise atau waralaba merupakan suatu pedoman
Trading & Services Agencies, Kuala Lumpur, 2003. hukum yang menggariskan tanggung jawab dari
3
Awal Abdul Azis, A Guide Franchising In Malaysia, pemilik franchise atau yang disebut franchisor dan
Petrix Trading & Services Agencies, Kuala Lumpur, pemegang franchise atau yang disebut franchisee.
2003, Hlm. 9-10. Dikutip dari bukunya, Aspek-Aspek Hukum Franchise
Dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995, Hlm. 5.
Jurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 2 Sept 2015 113

sedangkan perjanjian franchisee adalah dengan tidak terjadinya suatu kebebasan


perikatan dimana salah satu pihak diberikan diantara para pihak yang membuat perjanjian
hak untuk memanfaatkan dan atau franchisee.8
menggunakan hak atas kekayaan intelektual; Oleh karena, pada umumnya dalam men-
atau penemuan ciri khas usaha yang dimiliki franchise-kan bisnisnya, franchisor telah
pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan menetapkan suatu perjanjian franchise berisi
persyaratan yang ditetapkan pihak lain klausula-klausula yang lebih memberikan
tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau kepentingan atau keuntungan sepihak dari
penjualan barang dan atau jasa.7 pemberi franchise (franchisor). Oleh karena
Diamana franchisor sebagaimana itu, dalam penyusunan perjanjian franchise
pemegang suatu hak istimewa yang perlu suatu posisi yang seimbang terhadap
memberikan haknya itu kepada franchise kepentingan bisnis masing-masing.9 Dalam
dalam turut serta mengembangkan usahanya hukum perjanjian dikenal dengan adanya “asas
dengan waktu dan wilayah tertentu dengan keseimbangan”. Asas ini merupakan kaidah
sistem dan bentuk usaha yang telah ditentukan yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang
oleh franchisor dan dalam kegiatan usaha terikat dalam perjanjian tersebut. Mengingat
tersebut franchise akan membayarkan fee dan akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak-
royalti kepada franchisor. pihak yang membuatnya berlaku ketentuan di
dalam hukum perjanjian bahwa “ Perjanjian itu
Dalam usaha franchise melibatkan dua
mengikat bagi kedua belah pihak dan
pihak, yaitu franchisor sebagai pemberi hak
merupakan sebagai undang-undang bagi kedua
istimewa itu untuk digunakan oleh franchise
belah pihak tersebut.
atas franchise miliknya yang diikat dalam
perjanjian franchise, sehingga dikemudian hari Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian
franchise tidak akan menjadi pesaing dari franchise tidak dapat menarik kembali secara
franchisor itu sendiri, melainkan sebagai mitra sepihak atas perjanjian yang telah dibuatnya
usahanya. Begitu pul franchise yang telah dan perjanjian ini harus dilaksanakan dengan
mendapatkan hak istimewa itu akan itikad baik (te goede trouw), sebagai mana
mendapatkan keuntungan dari hak tersebut asas yang terkandung di dalam hukum
dengan menjalankan usaha yang mempunyai perjanjian yang berlaku di indonesia.
nilai atas produk yang didistribusikannya. Perjanjian ini dapat ditarik apabila adanya
kesepakatan atau dengan alasan yang menurut
Dengan perjanjian franchise itu, maka
undang-undang dapat dibatalkan. Selain dari
baik franchisor maupun franchise akan
pada itu, dalam melaksanakan haknya seorang
mendapatkan perlindungan hukum atas
pemberi franchise harus memperhatikan
jalannya kegiatan usaha yang mereka bangun
kepentingan penerima franchise dalam situasi
tersebut. Namun kenyataannya dalam
tertentu. Perlindungan bagi penerima franchise
hubungan hukum antara pemberi franchise
terhadap Perjanjian Model Baku melalui
(franchisor) dan penerima franchise
pelaksanaannya yang didasari oleh itikad baik
(franchisee) banyak ditemukan ketidak
ini mewujudkan terlaksananya perjanjian
seimbangan kekuatan tawar menawar (enequel
tersebut. Doktrin hukum perjanjian modern
bargaining power) dalam perjanjian franchise
menyatakan bahwa kita harus menafsirkan
yang umumnya berupa suatu Perjanjian Model
perjanjian menurut kepatutan dan keadilan.
Baku yang telah dibuat dan ditentukan oleh
franchisor dengan klausula-klausula standar 8
Suharnoko, Loc.cit., Hlm. 85.
yang ditetapkan dan memungkinkan timbulnya 9
P. Lindawaty S. Sewu, Aspek Hukum Perjanjian
penghentian atau pembatalan sepihak bilamana BakuDan Posisi Berimbang Para Pihak Dalam
perjanjian bersifat standar itu tidak terpenuhi Perjanjian Waralaba, Disertasi Tidak Diterbitkan,
oleh franchisee. Kondisi inilah yang Program Doktor Ilmu Hukum, Program Pasca
Sarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung,
mengakibatkan kegagalan pengoprasian 2007, Hlm. 37-38.
7
Suharnoko, Op.cit., Hlm. 83.
114 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise

Dengan pelaksanaan suatu perjanjian menentukan syarat-syarat, pelaksanaanya dan


yang mengakibatkan suatu keadaan yang tidak dibuat baik berbentuk secara tertulis maupun
seimbang merupakan bentuk suatu secara lisan. Perjanjian atau kontrak
pelanggaran terhadap keadilan.10 Bahkan merupakan kesepakatan yang dibuat diantara
bilamana terjadi perselisihan akibat adanya orang perorang maupun lebih yang
pelanggaran itu, pemutus perkara, yang dalam mengikatkan pada kontrak tersebut.13 Pada
hal ini diwakili oleh hakim akan memberikan umumnya, perjanjian agar dapat dikatan sah
pertimbangan yang didasari oleh rasa keadilan telah terpenuhinya syarat-syarat, yaitu: (a)
itu sendiri dari perjanjian yang dibuat oleh Adanya kata sepakat, (b) kecakapan, (c) hal
mereka yang membuatnya yang tercantum tertentu dan (d) suatu hal yang halal. Dengan
dalam perjanjian tersebut.11 terpenuhi ke-empat syarat tersebut, maka
perjanjian itu menjadi sah dan mengikat untuk
Maka berdasarkan uraian tersebut diatas,
mereka dalam perjanjian tersebut. Didalam ke-
dengan didasari atas problematiak pada Asas
empat syarat itu, dimana syarat sepakat dan
Keseimbangan Dalam Perjanjian Franchise
cakap dinamakan syarat subjektif, yaitu
(Waralaba) menurut ketentuan Pasal 1338
mengenai subjek perjanjian. Sedangkan kedua
Burgelijke Wetboek, merupakan bahan kajian
syarat terakhir disebutkan syarat objektif
dari penulisan ini.
karena mengenai objek dari perjanjian.
PEMBAHASAN Sepakat mengadakan perjanjian
I. HUKUM PERJANJIAN INDONESIA mempunyai makna pihak-pihak yang membuat
perjanjian itu memiliki kehendak yang bebas.
A. Tinjauan Umum Hukum Perjanjian para pihak tidak mendapatkan tekanan dalam
Berdasarkan ketentuan peralihan mewujudkan kehendaknya dalam suatu
Konstitusi Indonesia sebelum amandemen perjanjian, yang apabila terjadinya pembatasan
dikatakan bahwa aturan-aturan yang ada dan atau tekanan pada kehendak yang bebas itu
masih berlaku tetap dapat diberlakukan mengakibatkan cacatnya perjanjian tersebut.14
sepanjang belum diadakannya aturan yang Syarat dalam kecakapan untuk melakukan
baru. Maka mengenai hukum perjanjian yang suatu perbuatan hukum yaitu membuat
berlaku di Indonesia tetap masih mengambil perjanjian berarti orang yang bersangkutan
ketentuan yang ada yaitu berdasarkan pada menurut undang-undang adalah orang yang
Burgulijke Wetboek sebagai produk hukum dibolehkan melakukan membuat perjanjian,
perdata peninggalan masa pemerintahan terkecuali orang yang dilarang oleh undang-
Hindia Belanda. Dalam Burgulijke Wetboek undang untuk berbuat itu atau dalam undang-
mengatur sebuah perjanjian yang banyak undang disebut tidak cakap. Orang-orang tidak
diperhunakan dalam penerapannya pada cakap sebagaimana menurut undang-undang
praktek didunia bisnis.
Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, dalam bukunya
Buku Ke-tiga Burgulijke Wetboek tersebut Asas-asas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju,
menganut sistem terbuka, artinya dimana Bandung, Cet. Ke-8, 2000, pada halaman 1-2,
adanya kebebasan dalam mengadakan menyebutkan hukum perjanjian. Lain halnya menurut
perjanjian (Kontrak).12 Dengan siapa saja, Prof. Mariam Badrulzaman, bahwa perikatan adalah
hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih
10 yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan,
P. Lindawaty S Sewu, Loc.cit., Hlm. 142.
11 dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
Suharnoko, Op.cit., Hlm. 4.
12 lainnya wajib memenuhi prestasi itu. (lihat bukunya,
Prof. R. Soebekti, dalam bukunya Hukum Perjanjian,
K.U.H.Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
PT. Intermasa, Jakarta, Cet. Ke-12, 2008, pada
Penjelasan, Penerbit Alumni, Bandung, 1996, Hlm.
halaman 1-2, menyatakan bahwa perjanjian
1)
merupakan sumber terpenting yang melahirkan 13
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis,
perikatan. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum
PT. Alumni, Bandung, 2005, Hlm. 18.
antara dua orang atau dua pihak. Sedangkan suatu 14
Mariam Darus Badrulzaman, K.U.H.Perdata Buku III
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang
Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Penerbit
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang
Alumni, Bandung, Edisi Ke-dua, 1996, Hlm. 98.
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Jurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 2 Sept 2015 115

misalnya ketidakdewasaan atau di bawah untuk bebas melakukan berkontrak. Asas pada
pengampuan (curatele). makna ini, dimana kebebasan menentukan apa
dengan siapaperjanjian itu diadakan, adanya
Syarat hal tertentu, yaitu berarti bahwa
kesepakatan untuk mengikat diri sebagai
dalam perjanjian itu harus ada objek yang
kekuatan untuk mengikat yang meliputi
diperjanjikan dan harus dapat ditentukan,
seluruh isi perjanjian. Di mana menjamin
karena undang-undang telah menentukan
terhadap pihak-pihak untuk memberi
terhadap benda-benda yang menyangkut
kebebasan dalam membuat kontrak (contracts
kepentingan umum tidak dapat dijadikan objek
vrijheid) dengan bentuk apapun, asal
perjanjian. Adapun benda-benda yang
memenuhi ke-empat syarat sahnya suatu
ditentukan, yaitu benda yang berupa telah ada
perjanjian.16
maupun yang akan ada dikemudian hari.
Sedangkan syarat kausa yang halal, yaitu Asas konsensualisme dapat ditemukan
untuk sahnya suatu perjanjian tidaklah pada Pasal 1338 Burgelijke Wetboek, yaitu
bertentangan dengan undang-undang dan pada kata semua yang menentukan
ketertiban, serta kesusilaan. keinginannya dalam menentukan suatu
perjanjian dan ketentuan ini menentukan
Tentang akibat perjanjian sebagaimana
keinginsnnya dalam menciptakan suatu
ketentuan Pasal 1338 Burgelijke Wetboek yang
perjanjian dan ketentuan ini berhubungan
pada intinya menyatakan bahwa “Perjanjian
denan pernyataan untuk bebas menciptakan
itu merupakan undang-undang bagi mereka
kontrak.
yang membuatnya, dan perjanjian itu tidak
dapat ditarik kembali berdasarkan Asas keseimbangan di dalam ketentuan
kesepakatan kedua belah pihak, serta harus ini juga mengandung beban bagi pihak-pihak
dilaksanakan dengan itikad baik.” yang terkait dalam perjanjian itu untuk
melaksanakannya dengan itikad baik, dimana
Ketentuan-ketentuan ini menentukan
masing-masing kedudukan harus seimbang.
bahwa perjanjian yang sah berkekuatan
sebagai undang-undang. Akiabt hukum dari Menurut Herlien Budiono, asas
ketentuan ini, terkandung suatu asas yang keseimbangan yakni suatu asas yang
memberikan adanya kedudukan yang diwujudkan dalam keselarasan yang harmonis
seimbang bagi mereka yang membuat sebagai tujuan pencapaian keseimbangan
perjanjian itu. Selain dari asas keseimbangan diantara kepentingan pihak-pihak. Berimbang
itu, terdapat beberapa asas yang terkandung maksudnya para pihak mendapatkan
didalam ketentuan tersebut yang berlaku kepentingan masing-masing secara seimbang
sebagai asas dalam hukum perjanjian. sesuai dengan hak dan kewajiban yang
diberikan dalam perjanjian tersebut.17 Dalam
Namun dalam kajian penulisan ini,
disertasinya P. Lindawati S sewu, memilih
penulis lebih membahas pada asas
keseimbangan sebagai mana bunyi dari ayat menggunakan kata “Posisi Berimbang” atau
“sebanding” yang dilandasi suatu asas yang
pertama ketentuan tersebut, yaitu segala
kita kenal dalam hukum perdata sebagaimana
perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang
perama kali diperkenalkan oleh Mariam D.
mengikat diri dalam perjanjian itu adalah
Badrulzaman yaitu suatu asas keseimbangan
sebagai undang-undang (pacta sunt servanda).
15 yang menjiwai kedudukan yang berimbang
Pada ketentuan tersebut terkandung makna
15 4. Asas kekuatan mengikat;
Menurut Mariam Badrulzaman, dalam bukunya
5. Asas persamaan hukum
KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
6. Asas keseimbangan;
Penjelasan, pada halaman 109-115, disebutkan
7. Azas kepastaian hukum;
beberapa asas yang berlaku dalam hukum perjanjian,
8. Asas moral;
sebagai berikut :
9. Asas kepatutan;
1. Asas kebebasan mengadakan perjanjian (asas
10. Asas kebiasaan.
kebebasan berkontrak); 16
R.M. Suryo Diningrat, Loc.cit.
2. Asas konsensualisme (persesuaian kehendak); 17
Dikutip dari Disertasi P. Lindawaty S Sewu, Op.cit.,
3. Asas kepercayaan;
Hlm. 148.
116 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise

diantara pihak-pihak yang terikat dalam suatu (waralaba) adalah merupakan perikatan dan
perjanjian. merupakan juga bentuk dari perjanjian bersifat
bertimbal baik, karena baik pemberi maupun
Dalam perjanjian modern, adanya
penerima franchise, kedua-duanya harus
pengaruh yang lebih mengarah pada
melaksanakan kewajiban tertentu sebagai
pengabaian dari formalitas hukum yang ada
mana yang telah ditentukan dalam perjanjian
guna memberi rasa keadilan, yaitu bahwa
tersebut. Oleh karena franchise atau waralaba
perjanjian itu harus diawali dengan itikad baik
merupakan perikatan, maka dalam penerapan
untuk dilaksanakan secara substansialnya
perjanjiannya berdasarkan ketentuan-ketentuan
dengan tanpa melihat atau mengenyampingkan
yang diatur dalam Burgelijke Wetboek tentang
sifat ke-optionalannya. Maka dalam pra-
Periaktan.20
perjanjian itikad baik dari pihak-pihak yang
membuat perjanjian harus selaras dengan Dari jenis-jenis perjanjian, perjanjian
keadilan maupun kepatutannya. 18 franchise termasuk dalam perjanjian tidak
bernama (onbenoemd/unspecified), karena
Perjanjian seharusnya memberikan
perjanjian franchise tidak dikenal di Burgelijke
perlindungan terhadap pihak-pihak yang
Wetboek pada Buku III tentang Perikatan.
mengikatkan diri dalam perjanjian itu, maka
hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka itu Franchise seabgai bentuk tersendiri atas
harus pula seimbang. Hal ini tercermin dari isi lisensi yang diberikan yang dituangkan di
perjanjian yang memberikan rasa keadilan, dalam perjanjian tersendiri. Dalam bentuk
sehingga perjanjian itu dapat memberikan usaha franchise yang menjadi objek
perlindungan secara hukum baginya. perjanjiannya tidaklah terpisahkan dengan
perjanjian lisensi itu. Di mana adanya tata cara
harus seimbang dan memberikan rasa
dari bentuk pelatihan, bantuan tehnik, maupun
keadilan yang tertuang di dalam isi perjanjian
manajemen.21
tersebut. Hal ini tertuang dalam substansi dari
perjanjian tersebut, yang memberikan Hal-hal yang termuat dalam perjanjian
perlindungan hukum bagi mereka yang Franchise itu, yaitu antara lain:22
membuatnya. 1. Hak untuk menggunakan trade name,
trade mark, dan nama baik franchisor.
B. PERJANJIAN FRANCHISE
2. Hak untuk menggunakan penyusunan
MENURUT HUKUM PERJANJIAN
disain, paten, cara kerja, perlengkapan, dan
INDONESIA
pengembangan produk franchisor.
Bentuk perjanjian itu dibedakan bagai 3. Hak untuk menggunakan seluruh pusat
mana cara perjanjian itu hendak dibuat oleh pelayanan (the central service) kegiatan
para-pihak yang membuatnya.19 Franchise pengembangan untuk membantu
18
franchisee. Hal ini meliputi pelatihan,
Suharnoko, Op.cit., Hlm 8 dan 21. konsultasi, manajemen, produksi,
19
Mariam D. Badrulzaman membedakan jenis-jenis
perjanjian sebagai berikut: (lihat bukunya Aneka
pemasaran, bantuan dalam disain,
Hukum Bisnis, Hlm. 19-22). pelaksanaan dan biaya atas konstruksi dan
1. Perjanjian timbal balik; perlengkapan yang diperlukan untuk
2. Perjanjian Cuma-Cuma; melakukan bisnis, pusat pembelian dan
3. Perjanjian bernama (benoemd/specified) dan penyaluran barang/produk dengan harga
perjanjian bernama (onbenoemd/unspecified);
4. Perjanjian campuran;
yang lebih murah, periklanan dan tehnik
5. Perjanjian Obligatoir; lain dalam promosi, pembukuan akuntansi
6. Perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst); dan perencanaan asuransi.
7. Perjanjian konsensual dan perjanjian riel;
8. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya, c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian
seperti perjanjian: asuransi.
a. Perjanjian liberatoir, yaitu sahnya perjanjian 20
Gunawan Widjaya, Waralaba, PT. RajaGrafindo
pembebasan hutang; Persada, Jakarta, 2001, Hlm. 77 dan 107.
b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian yang 21
Moch. Basarah & M. Faiz Mufidin, Op.Cit., Hlm. 28.
dibuat untuk pembuktian; 22
Ibid., Hlm. 28-29.
Jurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 2 Sept 2015 117

4. Hak eksklusif untuk beroperasi di lokasi dibuat sepihak oleh pihak pemberi franchise,
atau daerah tertentu tanpa adanya sehingga pihak penerima franchise kurang
kompetisi dan franchisee lainnya. untuk mengerti dan untuk merundingkan isi
perjanjian, tetapi hanya mempunyai pilihan
Dengan demikian di lihat dari hal-hal
menerima atau menolak perjanjian itu (take it
dalam perjanjian franchise, intinya adalah
or leave it contract), akibatnya perjanjian
perjanjian franchise dilaksanakan untuk waktu
tersebut mempunyai potensi berisi akan hak-
yang cukup lama dengan perjanjian dalam
hak dan kewajiban tidak berimbang antara
bentuk kerjasama tidak seperti perjanjian jual
pihak pemberi dan pihak penerima.
beli. Eksistensinya dalam Perjanjian Franchise
harus terbentuknya suatu perjanjian yang Ruang lingkup perjanjian franchise
berprinsip pada kebebasan berkontrak sesuai berdasarkan ketentuan Pasal 4 yang mengatur
dengan ketentuan syarat sahnya perjanjian. tentang waralaba, menyebutkan paling sedikit
Lebih lanjut ketentuan petunjuk yang pertama- harus memuat klausula sebagai berikut:
tama dapat dijadikan pedoman untuk a. nama dan alamat para pihak;
menentukan keabsahan perjanjian franchise b. jenis hak kekayaan intelektual;
baik yang mempunyai suatu nama tertentu c. kegiatan usaha;
maupun tidak terkenal dengan suatu nama d. hak dan kewajiban para pihak;
terttentu, tetap harus tunduk pada undang- e. bantuan fasilitas, bimbingan operasional,
undang yang berlaku secara umum. pelatihan dan pemasaran yang diberikan
pemberi waralaba kepada penerima
Menurut Salim HS., bahwa perjanjian
waralaba;
franchise merupakan kontrak innominat.23
f. wilayah usaha;
Kontrak innominat yaitu merupakan kontrak-
g. jangka waktu perjanjian;
kontrak yang timbul dan tumbuh dan
h. tata cara pembayaran imbalan;
berkembang di dalam praktek dunia usaha.
i. kepemilikan, perubahan kepemilikan dan
Adanya bentuk kontrak ini didasari oleh
hak ahli waris;
kebebasan untuk berkontrak yang
j. penyelesaian sengketa; dan
pengaturannya telah diatur dalam bentuk
k. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan
undang-undang dan Peraturan Pemerintah,
pemutusan perjanjian.
serta Keputusan Menteri sebagai regulasi,
dengan aturan-aturan hukum yang berkaitan Lebih lanjut ketentuan pengaturan
dengan pengaturan frsnchise atau waralaba waralaba tersebut, juga menyebutkan bahwa
ini.24 penerima waralaba dapat memberikan atau
menunjuk pihak lain dari pihak yang
Dengan demikian terhadap perjanjian
didapatkannya itu untuk dapat melaksanakan
franchise berlaku pula Buku Ke-tiga tentang
pada suatu tempat usaha yang lain.
perikatan sebagai landasan yuridisnya dan
produk hukum positif yang diterbitkan oleh Dari perjanjian waralaba INDOMARET
penguasa sebagai pemberi kebijakan untuk yang diambil sebagai contoh dalam penulisan
landasan opeasionalnya. ini, merupakan perjanjian waralaba atas
pengoperasian untuk cara kegiatan usaha dan
II. TELAAH TERHADAP CONTOH
jaringan distribusi penjualan eceran dengan
PERJANJIAN FRANCHISE
nama/merk dagang INDOMARET. Perjanjian
Pada umumnya perjanjian franchise waralaba tersebut telah mencakup
model atau bentuk perjanjiannya merupakan sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan
suatu model perjanjian standar (contract peraturan pemerintah dimaksud dan bentuk
standard), yaitu perjanjian yang telah ada dan perjanjiannya bukan merupakan perjanjian
23
baku. Namun menurut penulis, ada beberapa
Salim HS., Perkembangan Hukum Kontrak Innominat klausula yang merupakan beban bagi penerima
Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hlm. 1.
24
Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-
waralaba, yang masih tidak memberikan posisi
Undangan Tentang Waralaba, Penerbit Nuansa yang berimbang dalam substansi perjanjian
Aulia, Bandung, 2008, Hlm. 133-150. waralaba tersebut. Pada intinya, perjanjian itu
118 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise

masih belum pada suatu keseimbangan Franchise (Waralaba) sebagai suatu


pertanggungjawaban bagi penerima waralaba perjanjian dalam pemberian hak yang
bila pemberi waralaba melakukan kelalaian. eksklusif itu baru memberikan hak dan
kewajiban dalam menjalankan kegiatan usaha
Pasal pada ketentuan burgelijke Wetboek sesuai dengan sistem yang diberikan oleh
yang menyebutkan bahwa: “Semua perjanjian pemilik hak eksklusif tersebut kepada
yang dibuat secara sah akan mengikat bagi penerimanya secara berkesinambungan.
pihak-pihak yang dalam perjanjian tersebut Sedangkan pada kedudukan yang seimbang
sehingga layaknya undang-undang.” dalam menentukan kebebasan membentuka
Ketentuan ini memberikan pengertian bahwa suatu perjanjian waralaba belum memberikan
dalam sistem hukum perjanjian yang berlaku, sebagai mana menurut Burgelijke Wetboek
adanya suatu kebebasan dalam menentukan yang mengatur tentang perjanjian tersebut.
hal-hal yang diperjanjikan untuk dibuat suatu Berdasarkan aturan dalam ketentuan tata
bentuk perjanjian atau dalam istilah hukumnya cara pendaftaran usaha waralaba, disebutkan
dikenal dengan “anvullend optional”. juga bahwa sebelum membuat perjanjian:
Namun kebebasan untuk membentuk pemberi waralaba wajib memberikan
suatu perjanjian ini, ternyata pada keterangan tertulis atau propektus mengenai
kenyataannya tidak dapat berlaku mutlak, data atau informasitentang waralaba itu,
karena ketentuan dalam Burgelijke Wetboek terutama tentang apa yang menjadi hak
yang mengatur tentang perjanjian atau maupun kewajiban diantara pihak-pihak yang
perikatan memberikan pembatasan atas bersangkutan. Hal ini merupakan bentuk dari
kebebasan tersebut. Pembatasan ini dapat pemerintah dalam menjalankan kegiatan usaha
ditemukan pada ketentuan yang menyatakan di bidang franchise. Adanya aturan tersebut
perjanjain akan menjadi tidak sah bilamana diatas, secara kepatutan franchise telah
perjanjian itu dibuat tanpa adanya kesepakatan ditentukan oleh rasa keadilan dengan terlebih
dari pihak-pihak yang bersangkutan. dahulu mengetahui apa yang menjadi bagian
penerima (hak) maupun bagian yang harus
Selain itu, pembatasan ini dapat terjadi diberikan (kewajiban) yang tertuang dalam
bilamana pihak-pihak yang bersangkutan tidak perjanjian waralaba tersebut.
cakap dalam melakukan suatu perbuatan
hukum dan bila mana adanya pertentangan Begitu pula bagaimana asas
dengan undang-undang yang berlakuserta keseimbangan di dalam substansi perjanjian
bertentangan pula dengan kesusilaan yang waralaba terhadap Perjanjian Waralaba
melanggar ketertiban umum. Oleh karenanya, INDOMARET yang diangkat sebagai contoh
dalam sistem yang berlaku atas suatu kasus dalam penulisan ini telah memberikan
perjanjian yang telah memenuhi keabsahan perlindungan sesuai dengan aturan yang
yang berdampak pada akibat hukum, maka berlaku. Ada beberapa klausula yang masih
patut dilaksanakan dengan suatu kehendak beban sepihak bagi pihak penerima waralaba
yang bernilai kebiasaan yang baik. (good INDOMARET tersebut, yaitu dengan adanya
faith). bagi pemberi untuk hal menguasai pemasokan
barang; pembebanan biaya yang tinggi;
Dengan demikian Perjanjian Waralaba pengelolaan barang dagangan; serta ketiadaan
INDOMARET yang dijadikan contoh dalam sanksi yang berimbang bagi pemberi waralaba
penulisan ini, dari syarat subjektif dan syarat bila lalai terhadap kewajibannya.
objektif atas keabsahan dalam bentuk
perjanjian itu. Menurut sistem kontrak yang Meskipun perjanjian waralaban
berlaku dalam kerangka yuridis sebagaimana INDOMARET tersebut bukan berbentuk
menurut ketentuan Burgelijke Wetboek model suatu perjanjian yang dibuat secara
dimaksud dan telah memenuhi syarat standar (baku), namun dilihat dari posisi
peraturan perundang-undangan, masih belum seimbang belum tercapainya secara aspirasi
memberikan kebebasan bagi pihak-pihak yang bagi pihak penerima hak eksklusif itu dalam
bersangkutan. menciptakan keadaan yang selaras. Oleh
Jurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 2 Sept 2015 119

karena perjanjian harus memuat pertukaran (Putusan MARI No. 3641 K/Pdt/2001, tanggal
yang adil agar suatu prestasi diimbangi pula 11 September 2002).29
oleh kontra prestasi sehingga menimbulkan Dengan demikian doktrin teori klasik
keadaan berimbang.25 Mengingat asas hukum perjanjian, bahwa asas adanya suatu
keseimbangan merupakan suatu bentuk kehendak yang baik berlaku pada saat
kelayakan yang dapat memberikan rasa penandatanganan dan pelaksanaan perjanjian,
keadilan, sehingga asas ini dapat dijadikan dan menurut pandangan teori modern hukum
sebagai alasan pembenar dari keterikatan perjanjian, bahwa pelaksanaan suatu perjanjian
yuridikal hukum kontrak di Indonesia.26 harus terlaksana dengan kehendak yang baik
Menurut Mariam Darus,27 bahwa asas berdasarkan pada suatu rasa kepatutan dan rasa
keseimbangan yang pada akhirnya keadilan.
terlaksanakan dan terpenuhinya perjanjian
Menjadikan suatu perjanjian pada
yang dibuat. Asas keseimbangan sebagai asas awalnya didasarkan pada keterikatan
persamaan yang memberikan kesederajatan kontraktual dimana janji antara pihak yang
yang sama antar pemberi waralaba dan telah terikat dalam perjanjian dengan adanya
penerima waralaba dalam memikul prestasi posisi yang seimbang sebagai wujud dari
atas substansi perjanjian agar dilaksanakan kepentingan pihak (partij) dan kepentingan
dengan secara kehendak yang baik. Hal ini umum atau adanya persamaan kesederajatan
menurut R. Soebekti, jika pelaksanaan sebagai mana masing-masing pihak
perjanjian menurut hurufnya saja, bila mana mengharapkannya.30 Dapat pula dikatakan
terjadi perselisihan justru akan menimbulkan berimbang apabila antara partij tersebut
ketidak samaan (adil), oleh karena itulah mendapatkan banyak hak dikarekan pula untuk
seorang pemeriksa perkara (hakim) yang memberi keuntungan pada suatu pelaksanaan
mempunyai wewenang untuk menimpang dari perjanjian itu.
isi perjanjian yang hanya menurut hurufnya.
Adanya ketidakseimbangan dalam suatu
perjanjian dapat dikatakan telah melanggar KESIMPULAN
suatu rasa keadilan, sehinggga perlu Berdasarkan uraian dalam bab-bab
disesuaikan antara hak dan kewajiban sebelumnya, berikut ini dikemukakan
sebagaimana tertuang dalam perjanjian beberapa kesimpulam, sebagai berikut:
tersebut.28 Dalam yurisprudensi tetap, - Franchise (waralaba) adalah merupakan
dikatakan yang pada intinya, “hakim diberi suatu kerja sama dalam usaha
kewenagan untuk meneliti serta menyertakan pendistribusian atas suatu barang dan jasa
suatu keadaan yang tidak berimbang yang yang bersifat khusus (lisensi/khas) terhadap
dapat mengakibatkan pihak lain tidak bebas suatu merk tertentu dengan segala
untuk menyatakan kehendaknya, sehingga hal ketrampilan dan keahlian, yang
ini dapat melanggar dalam asas kebebasan pelaksanaannya diikat dalam suatu
berkontrak. Sistem perjanjian yang bersifat perjanjian tertulis.
terbuka itu, di mana nilai – nilai hukum yang - Perjanjian Franchise adalah perikatan
ada di masyarakat yang sesuai dengan secara umum yang ketentuannya
keaptutan, keadilan, perikemanusiaan dapat berdasarkan dalam Buku Ke-tiga tentang
dipakai sebagai upaya perubahan terhadap Perikatan Burgelijke Wetboek dan
ketentuan-ketentuan dalam isi perjanjian” pengaturan secara khusus dilaksanakan
25
dalam aturan-aturan yang ditetapkan oleh
P Lindawati S Sewu, Op.cit., Hlm. 147. pemerintah, yang merupakan bentuk
26
Ibid.
27
Mariam D Badrulzaman, Buku III Hukum Perikatan, 29
Op.cit., Hlm 145. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
28
Dikutip dari Suharnoko, Loc.cit., Hlm. 4 Tahun 2006, Mahkamah Agung Republik Indonesia,
2007, Jakarta, Hlm. 41)
30
P. Lindawaty S Sewu, Op.cit. Hlm. 148.
120 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise

perlindungan secara yuridis dibidang R.M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan


investasi usaha tersebut. Bersumber Perjanjian, Penerbit
- Dalam Perjanjian franchise meskipun telah Tarsito, Bandung, 1991.
ada regulasi dalam hal syarat formal R. Soebekti, Hukum Perjanjian, PT.
maupun substansi perjanjiannya, namun Intermasa, Jakarta, Cet. Ke-12, 2008.
posisi tawar dalam pemberian hak eksklusif Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak
pada franchise ini masih belum seimbang Innominat Di Indonesia, Penerbit
dalam pemenentuan pemenuhan atas Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
penerimaan dan keharusan untuk pihak- Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan
pihak yang terlibat dalam perjanjiannya, Perundang - Undangan Tentang
karena adanya posisi yang kuat dari si Waralaba, Penerbit Nuansa Aulia,
pemberi franchise. Bandung, 2008.
Suharnoko, Hukum Perjanjian dan Analisa
DAFTAR PUSTAKA Kasus, Penerbit Kencana Prenada
Awal Abdul Azis, A GuideFranchising In Media Group, Jakarta, Cet. Ke-5,
Malaysia, Petrix Trading & Services 2008.
Agencies, Kuala Lumpur, 2003. Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan
Gunawan Widjaya, Waralaba, PT. Berkontrak Dan Perlindungan Yang
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001. Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia,
Franchise Dan Perusahaan Penerbit Institut Bankir Indonesia,
Transnasional, PT. Citra Aditya Jakarta, 1993.
Bakti, Bandung 1995. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Perjanjian, CV. Mandar Maju,
Yurisprudensi Mahkamah Agung Bandung, Cet. Ke-8. 2000.
Republik Indonesia Tahun 2006, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal II
Jakarta, 2007. Aturan Peralihan.
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Nomor 42 Tahun 2007 tentang
Bandung, 2005. Waralaba.
----------------------------------, Peraturan Menteri Perdagangan Republik
K.U.H.Perdata Buku III Hukum Indonesia Nomor:
Perikatan Dengan Penjelasannya, 12/M/DAG/PER/3/2006 tentang
Penerbit Alumni, Bandung, Edisi Ke- Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan
Dua, 1999. Surat Tanda Pendaftaran Usaha
Moch. Basarah & M. Faiz Mufidin, Bisnis Waralaba.
Franchise dan Aspek-Aspek http://ureport.news.viva.co.id/news/read/28
Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, 4411-ruang-henti-khusus-untuk-
Bandung, 2008. sepeda-motor
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis
Modern Di Era Global, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005.
P. Lindawaty S. Sewu, Aspek Hukum
Perjanjian Baku Dan Posisi
Berimbang Para Pihak Dalam
Perjanjian Waralaba (Disertasi Tidak
Diterbitkan), Program Doktor Ilmu
Hukum, Program Pasca Sarjana,
Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, 2007.

Anda mungkin juga menyukai