DE’RECHHTSSTAAT ISSN
ISSN 2442-5303 2442-5303
Volume Volume
1 Nomor 1 Nomor
2 Sept 2015 2 Sept 2015 1
111
ABSTRACT
Business franchise is already a business activity to invest quickly in a way the distribution
system and marketing of a product of goods and or services. Shape franchise made with a
covenant between franchisor and franchisee. Problems in the agreement, if the position
between the rights and obligations of both parties had been balanced in the implementation
of the bonds they created. Franchise agreement is a contract specially (not named). Based on
the Law of Treaties in Indonesia Franchise agreements as was as contract law, which refers to
Article 1338 of the Civil Code with the fulfillment of the terms of contract law. In addition, the
legal umbrella which provides franchise business, namely in the form of regulations issued by
the government for guarantees in this business, even though the principle of balance in terms
of an agreement, the franchise agreement has not been providing some balance to the
franchise yet.
Key Word : Franchise Agreements have not given equality
ABSTRAK
Bisnis franchise sudah merupakan suatu kegiatan usaha dalam berinvestasi berdasarkan pada
system pendistribusian dan pemasaran terhadap suatu produk baik dalam bentuk barang maupun
jasa tertentu yang cepat dan mudah. Bentuk usaha franchise (franchisor) dengan franchise
(franchisee). Permasalahan yang dihadapi dalam perjanjian ini, timbul karena dalam posisi
antara pihak pemberi dengan pihak penerima franchise tersebut dalam pelaksanaan ikatan
perjanjian yang mereka buat tersebut adanya ketidakseimbangan. Perjanjian franchise dalam
hukum perikatan merupakan bentuk perjanjian khusus (tidak bernama). Berdasarkan Hukum
Perjanjian di Indonesia perjanjian franchise merupakan suatu perjanjian yang telah berlaku
sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan ketentuan dari Pasal 1338 Burgelijke
Wetboek. Selain itu, adanya bisnis franchise ini, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
beberapa regulasi dalam memberikan jaminan kepastian hukum dalam menjalankan bisnis ini.
Meskipun dalam pelaksanaannya jika di lihat dari asas hukum perikatan (asas keseimbangan)
belum memberikan keseimbangan diantara pemberi dan penerima franchise , dimana penerima
masih harus mengikuti syarat-syarat yang ditentukan secara sepihak oleh pemberi franchise.
Kata kunci: Perjanjian Franchise belum memberikan kesetaraan.
misalnya ketidakdewasaan atau di bawah untuk bebas melakukan berkontrak. Asas pada
pengampuan (curatele). makna ini, dimana kebebasan menentukan apa
dengan siapaperjanjian itu diadakan, adanya
Syarat hal tertentu, yaitu berarti bahwa
kesepakatan untuk mengikat diri sebagai
dalam perjanjian itu harus ada objek yang
kekuatan untuk mengikat yang meliputi
diperjanjikan dan harus dapat ditentukan,
seluruh isi perjanjian. Di mana menjamin
karena undang-undang telah menentukan
terhadap pihak-pihak untuk memberi
terhadap benda-benda yang menyangkut
kebebasan dalam membuat kontrak (contracts
kepentingan umum tidak dapat dijadikan objek
vrijheid) dengan bentuk apapun, asal
perjanjian. Adapun benda-benda yang
memenuhi ke-empat syarat sahnya suatu
ditentukan, yaitu benda yang berupa telah ada
perjanjian.16
maupun yang akan ada dikemudian hari.
Sedangkan syarat kausa yang halal, yaitu Asas konsensualisme dapat ditemukan
untuk sahnya suatu perjanjian tidaklah pada Pasal 1338 Burgelijke Wetboek, yaitu
bertentangan dengan undang-undang dan pada kata semua yang menentukan
ketertiban, serta kesusilaan. keinginannya dalam menentukan suatu
perjanjian dan ketentuan ini menentukan
Tentang akibat perjanjian sebagaimana
keinginsnnya dalam menciptakan suatu
ketentuan Pasal 1338 Burgelijke Wetboek yang
perjanjian dan ketentuan ini berhubungan
pada intinya menyatakan bahwa “Perjanjian
denan pernyataan untuk bebas menciptakan
itu merupakan undang-undang bagi mereka
kontrak.
yang membuatnya, dan perjanjian itu tidak
dapat ditarik kembali berdasarkan Asas keseimbangan di dalam ketentuan
kesepakatan kedua belah pihak, serta harus ini juga mengandung beban bagi pihak-pihak
dilaksanakan dengan itikad baik.” yang terkait dalam perjanjian itu untuk
melaksanakannya dengan itikad baik, dimana
Ketentuan-ketentuan ini menentukan
masing-masing kedudukan harus seimbang.
bahwa perjanjian yang sah berkekuatan
sebagai undang-undang. Akiabt hukum dari Menurut Herlien Budiono, asas
ketentuan ini, terkandung suatu asas yang keseimbangan yakni suatu asas yang
memberikan adanya kedudukan yang diwujudkan dalam keselarasan yang harmonis
seimbang bagi mereka yang membuat sebagai tujuan pencapaian keseimbangan
perjanjian itu. Selain dari asas keseimbangan diantara kepentingan pihak-pihak. Berimbang
itu, terdapat beberapa asas yang terkandung maksudnya para pihak mendapatkan
didalam ketentuan tersebut yang berlaku kepentingan masing-masing secara seimbang
sebagai asas dalam hukum perjanjian. sesuai dengan hak dan kewajiban yang
diberikan dalam perjanjian tersebut.17 Dalam
Namun dalam kajian penulisan ini,
disertasinya P. Lindawati S sewu, memilih
penulis lebih membahas pada asas
keseimbangan sebagai mana bunyi dari ayat menggunakan kata “Posisi Berimbang” atau
“sebanding” yang dilandasi suatu asas yang
pertama ketentuan tersebut, yaitu segala
kita kenal dalam hukum perdata sebagaimana
perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang
perama kali diperkenalkan oleh Mariam D.
mengikat diri dalam perjanjian itu adalah
Badrulzaman yaitu suatu asas keseimbangan
sebagai undang-undang (pacta sunt servanda).
15 yang menjiwai kedudukan yang berimbang
Pada ketentuan tersebut terkandung makna
15 4. Asas kekuatan mengikat;
Menurut Mariam Badrulzaman, dalam bukunya
5. Asas persamaan hukum
KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
6. Asas keseimbangan;
Penjelasan, pada halaman 109-115, disebutkan
7. Azas kepastaian hukum;
beberapa asas yang berlaku dalam hukum perjanjian,
8. Asas moral;
sebagai berikut :
9. Asas kepatutan;
1. Asas kebebasan mengadakan perjanjian (asas
10. Asas kebiasaan.
kebebasan berkontrak); 16
R.M. Suryo Diningrat, Loc.cit.
2. Asas konsensualisme (persesuaian kehendak); 17
Dikutip dari Disertasi P. Lindawaty S Sewu, Op.cit.,
3. Asas kepercayaan;
Hlm. 148.
116 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise
diantara pihak-pihak yang terikat dalam suatu (waralaba) adalah merupakan perikatan dan
perjanjian. merupakan juga bentuk dari perjanjian bersifat
bertimbal baik, karena baik pemberi maupun
Dalam perjanjian modern, adanya
penerima franchise, kedua-duanya harus
pengaruh yang lebih mengarah pada
melaksanakan kewajiban tertentu sebagai
pengabaian dari formalitas hukum yang ada
mana yang telah ditentukan dalam perjanjian
guna memberi rasa keadilan, yaitu bahwa
tersebut. Oleh karena franchise atau waralaba
perjanjian itu harus diawali dengan itikad baik
merupakan perikatan, maka dalam penerapan
untuk dilaksanakan secara substansialnya
perjanjiannya berdasarkan ketentuan-ketentuan
dengan tanpa melihat atau mengenyampingkan
yang diatur dalam Burgelijke Wetboek tentang
sifat ke-optionalannya. Maka dalam pra-
Periaktan.20
perjanjian itikad baik dari pihak-pihak yang
membuat perjanjian harus selaras dengan Dari jenis-jenis perjanjian, perjanjian
keadilan maupun kepatutannya. 18 franchise termasuk dalam perjanjian tidak
bernama (onbenoemd/unspecified), karena
Perjanjian seharusnya memberikan
perjanjian franchise tidak dikenal di Burgelijke
perlindungan terhadap pihak-pihak yang
Wetboek pada Buku III tentang Perikatan.
mengikatkan diri dalam perjanjian itu, maka
hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka itu Franchise seabgai bentuk tersendiri atas
harus pula seimbang. Hal ini tercermin dari isi lisensi yang diberikan yang dituangkan di
perjanjian yang memberikan rasa keadilan, dalam perjanjian tersendiri. Dalam bentuk
sehingga perjanjian itu dapat memberikan usaha franchise yang menjadi objek
perlindungan secara hukum baginya. perjanjiannya tidaklah terpisahkan dengan
perjanjian lisensi itu. Di mana adanya tata cara
harus seimbang dan memberikan rasa
dari bentuk pelatihan, bantuan tehnik, maupun
keadilan yang tertuang di dalam isi perjanjian
manajemen.21
tersebut. Hal ini tertuang dalam substansi dari
perjanjian tersebut, yang memberikan Hal-hal yang termuat dalam perjanjian
perlindungan hukum bagi mereka yang Franchise itu, yaitu antara lain:22
membuatnya. 1. Hak untuk menggunakan trade name,
trade mark, dan nama baik franchisor.
B. PERJANJIAN FRANCHISE
2. Hak untuk menggunakan penyusunan
MENURUT HUKUM PERJANJIAN
disain, paten, cara kerja, perlengkapan, dan
INDONESIA
pengembangan produk franchisor.
Bentuk perjanjian itu dibedakan bagai 3. Hak untuk menggunakan seluruh pusat
mana cara perjanjian itu hendak dibuat oleh pelayanan (the central service) kegiatan
para-pihak yang membuatnya.19 Franchise pengembangan untuk membantu
18
franchisee. Hal ini meliputi pelatihan,
Suharnoko, Op.cit., Hlm 8 dan 21. konsultasi, manajemen, produksi,
19
Mariam D. Badrulzaman membedakan jenis-jenis
perjanjian sebagai berikut: (lihat bukunya Aneka
pemasaran, bantuan dalam disain,
Hukum Bisnis, Hlm. 19-22). pelaksanaan dan biaya atas konstruksi dan
1. Perjanjian timbal balik; perlengkapan yang diperlukan untuk
2. Perjanjian Cuma-Cuma; melakukan bisnis, pusat pembelian dan
3. Perjanjian bernama (benoemd/specified) dan penyaluran barang/produk dengan harga
perjanjian bernama (onbenoemd/unspecified);
4. Perjanjian campuran;
yang lebih murah, periklanan dan tehnik
5. Perjanjian Obligatoir; lain dalam promosi, pembukuan akuntansi
6. Perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst); dan perencanaan asuransi.
7. Perjanjian konsensual dan perjanjian riel;
8. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya, c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian
seperti perjanjian: asuransi.
a. Perjanjian liberatoir, yaitu sahnya perjanjian 20
Gunawan Widjaya, Waralaba, PT. RajaGrafindo
pembebasan hutang; Persada, Jakarta, 2001, Hlm. 77 dan 107.
b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian yang 21
Moch. Basarah & M. Faiz Mufidin, Op.Cit., Hlm. 28.
dibuat untuk pembuktian; 22
Ibid., Hlm. 28-29.
Jurnal Hukum DE’RECHHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 2 Sept 2015 117
4. Hak eksklusif untuk beroperasi di lokasi dibuat sepihak oleh pihak pemberi franchise,
atau daerah tertentu tanpa adanya sehingga pihak penerima franchise kurang
kompetisi dan franchisee lainnya. untuk mengerti dan untuk merundingkan isi
perjanjian, tetapi hanya mempunyai pilihan
Dengan demikian di lihat dari hal-hal
menerima atau menolak perjanjian itu (take it
dalam perjanjian franchise, intinya adalah
or leave it contract), akibatnya perjanjian
perjanjian franchise dilaksanakan untuk waktu
tersebut mempunyai potensi berisi akan hak-
yang cukup lama dengan perjanjian dalam
hak dan kewajiban tidak berimbang antara
bentuk kerjasama tidak seperti perjanjian jual
pihak pemberi dan pihak penerima.
beli. Eksistensinya dalam Perjanjian Franchise
harus terbentuknya suatu perjanjian yang Ruang lingkup perjanjian franchise
berprinsip pada kebebasan berkontrak sesuai berdasarkan ketentuan Pasal 4 yang mengatur
dengan ketentuan syarat sahnya perjanjian. tentang waralaba, menyebutkan paling sedikit
Lebih lanjut ketentuan petunjuk yang pertama- harus memuat klausula sebagai berikut:
tama dapat dijadikan pedoman untuk a. nama dan alamat para pihak;
menentukan keabsahan perjanjian franchise b. jenis hak kekayaan intelektual;
baik yang mempunyai suatu nama tertentu c. kegiatan usaha;
maupun tidak terkenal dengan suatu nama d. hak dan kewajiban para pihak;
terttentu, tetap harus tunduk pada undang- e. bantuan fasilitas, bimbingan operasional,
undang yang berlaku secara umum. pelatihan dan pemasaran yang diberikan
pemberi waralaba kepada penerima
Menurut Salim HS., bahwa perjanjian
waralaba;
franchise merupakan kontrak innominat.23
f. wilayah usaha;
Kontrak innominat yaitu merupakan kontrak-
g. jangka waktu perjanjian;
kontrak yang timbul dan tumbuh dan
h. tata cara pembayaran imbalan;
berkembang di dalam praktek dunia usaha.
i. kepemilikan, perubahan kepemilikan dan
Adanya bentuk kontrak ini didasari oleh
hak ahli waris;
kebebasan untuk berkontrak yang
j. penyelesaian sengketa; dan
pengaturannya telah diatur dalam bentuk
k. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan
undang-undang dan Peraturan Pemerintah,
pemutusan perjanjian.
serta Keputusan Menteri sebagai regulasi,
dengan aturan-aturan hukum yang berkaitan Lebih lanjut ketentuan pengaturan
dengan pengaturan frsnchise atau waralaba waralaba tersebut, juga menyebutkan bahwa
ini.24 penerima waralaba dapat memberikan atau
menunjuk pihak lain dari pihak yang
Dengan demikian terhadap perjanjian
didapatkannya itu untuk dapat melaksanakan
franchise berlaku pula Buku Ke-tiga tentang
pada suatu tempat usaha yang lain.
perikatan sebagai landasan yuridisnya dan
produk hukum positif yang diterbitkan oleh Dari perjanjian waralaba INDOMARET
penguasa sebagai pemberi kebijakan untuk yang diambil sebagai contoh dalam penulisan
landasan opeasionalnya. ini, merupakan perjanjian waralaba atas
pengoperasian untuk cara kegiatan usaha dan
II. TELAAH TERHADAP CONTOH
jaringan distribusi penjualan eceran dengan
PERJANJIAN FRANCHISE
nama/merk dagang INDOMARET. Perjanjian
Pada umumnya perjanjian franchise waralaba tersebut telah mencakup
model atau bentuk perjanjiannya merupakan sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan
suatu model perjanjian standar (contract peraturan pemerintah dimaksud dan bentuk
standard), yaitu perjanjian yang telah ada dan perjanjiannya bukan merupakan perjanjian
23
baku. Namun menurut penulis, ada beberapa
Salim HS., Perkembangan Hukum Kontrak Innominat klausula yang merupakan beban bagi penerima
Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hlm. 1.
24
Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-
waralaba, yang masih tidak memberikan posisi
Undangan Tentang Waralaba, Penerbit Nuansa yang berimbang dalam substansi perjanjian
Aulia, Bandung, 2008, Hlm. 133-150. waralaba tersebut. Pada intinya, perjanjian itu
118 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise
karena perjanjian harus memuat pertukaran (Putusan MARI No. 3641 K/Pdt/2001, tanggal
yang adil agar suatu prestasi diimbangi pula 11 September 2002).29
oleh kontra prestasi sehingga menimbulkan Dengan demikian doktrin teori klasik
keadaan berimbang.25 Mengingat asas hukum perjanjian, bahwa asas adanya suatu
keseimbangan merupakan suatu bentuk kehendak yang baik berlaku pada saat
kelayakan yang dapat memberikan rasa penandatanganan dan pelaksanaan perjanjian,
keadilan, sehingga asas ini dapat dijadikan dan menurut pandangan teori modern hukum
sebagai alasan pembenar dari keterikatan perjanjian, bahwa pelaksanaan suatu perjanjian
yuridikal hukum kontrak di Indonesia.26 harus terlaksana dengan kehendak yang baik
Menurut Mariam Darus,27 bahwa asas berdasarkan pada suatu rasa kepatutan dan rasa
keseimbangan yang pada akhirnya keadilan.
terlaksanakan dan terpenuhinya perjanjian
Menjadikan suatu perjanjian pada
yang dibuat. Asas keseimbangan sebagai asas awalnya didasarkan pada keterikatan
persamaan yang memberikan kesederajatan kontraktual dimana janji antara pihak yang
yang sama antar pemberi waralaba dan telah terikat dalam perjanjian dengan adanya
penerima waralaba dalam memikul prestasi posisi yang seimbang sebagai wujud dari
atas substansi perjanjian agar dilaksanakan kepentingan pihak (partij) dan kepentingan
dengan secara kehendak yang baik. Hal ini umum atau adanya persamaan kesederajatan
menurut R. Soebekti, jika pelaksanaan sebagai mana masing-masing pihak
perjanjian menurut hurufnya saja, bila mana mengharapkannya.30 Dapat pula dikatakan
terjadi perselisihan justru akan menimbulkan berimbang apabila antara partij tersebut
ketidak samaan (adil), oleh karena itulah mendapatkan banyak hak dikarekan pula untuk
seorang pemeriksa perkara (hakim) yang memberi keuntungan pada suatu pelaksanaan
mempunyai wewenang untuk menimpang dari perjanjian itu.
isi perjanjian yang hanya menurut hurufnya.
Adanya ketidakseimbangan dalam suatu
perjanjian dapat dikatakan telah melanggar KESIMPULAN
suatu rasa keadilan, sehinggga perlu Berdasarkan uraian dalam bab-bab
disesuaikan antara hak dan kewajiban sebelumnya, berikut ini dikemukakan
sebagaimana tertuang dalam perjanjian beberapa kesimpulam, sebagai berikut:
tersebut.28 Dalam yurisprudensi tetap, - Franchise (waralaba) adalah merupakan
dikatakan yang pada intinya, “hakim diberi suatu kerja sama dalam usaha
kewenagan untuk meneliti serta menyertakan pendistribusian atas suatu barang dan jasa
suatu keadaan yang tidak berimbang yang yang bersifat khusus (lisensi/khas) terhadap
dapat mengakibatkan pihak lain tidak bebas suatu merk tertentu dengan segala
untuk menyatakan kehendaknya, sehingga hal ketrampilan dan keahlian, yang
ini dapat melanggar dalam asas kebebasan pelaksanaannya diikat dalam suatu
berkontrak. Sistem perjanjian yang bersifat perjanjian tertulis.
terbuka itu, di mana nilai – nilai hukum yang - Perjanjian Franchise adalah perikatan
ada di masyarakat yang sesuai dengan secara umum yang ketentuannya
keaptutan, keadilan, perikemanusiaan dapat berdasarkan dalam Buku Ke-tiga tentang
dipakai sebagai upaya perubahan terhadap Perikatan Burgelijke Wetboek dan
ketentuan-ketentuan dalam isi perjanjian” pengaturan secara khusus dilaksanakan
25
dalam aturan-aturan yang ditetapkan oleh
P Lindawati S Sewu, Op.cit., Hlm. 147. pemerintah, yang merupakan bentuk
26
Ibid.
27
Mariam D Badrulzaman, Buku III Hukum Perikatan, 29
Op.cit., Hlm 145. Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
28
Dikutip dari Suharnoko, Loc.cit., Hlm. 4 Tahun 2006, Mahkamah Agung Republik Indonesia,
2007, Jakarta, Hlm. 41)
30
P. Lindawaty S Sewu, Op.cit. Hlm. 148.
120 J. Jopie Gilalo et. Al. Perjanjian Prachise