Anda di halaman 1dari 26

USULAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA


(FRANCHISE AGREEMENT) ANTARA PT
ALLBAIK CHICKEN DENGAN ALLBAIK
CHICKEN DANAU KOTA BENGKULU

Oleh :

FANNY YULIA AGITHA


B1A017111

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2021
HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA
(FRANCHISE AGREEMENT) ANTARA PT
ALLBAIK CHICKEN DENGAN ALLBAIK
CHICKEN DANAU KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh :
FANNY YULIA AGITHA
B1A017111

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Edi Hermansyah, S.H.,M.H. Rahma Fitri, S.H.,M.H.


NIP.197202021998021002 NIP.198406112010122003

Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata dan Ekonomi
Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu

Hamdani Ma’akir, S.H.,M.Hum.


NIP.196008171987021010

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

A. Judul Penelitian.................................................................................................1

B. Latar Belakang..................................................................................................1

C. Identifikasi Masalah..........................................................................................7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................................................8

E. Kerangka Pemikiran.........................................................................................9

F. Keaslian Penelitian...........................................................................................13

G. Metode Penelitian.............................................................................................16

1. Jenis Penelitian.............................................................................................16

2. Pendekatan Penelitian..................................................................................16

3. Populasi dan Sampel....................................................................................17

4. Data dan Sumber Data.................................................................................17

5. Metode Pengumpulan Data..........................................................................18

6. Pengolahan Data..........................................................................................19

7. Analisis Data................................................................................................19

H. Sistematika Penulisan Skripsi...........................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii
A. JUDUL PENELITIAN :

Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Antara PT

Allbaik Chicken dengan Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu

B. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi yang serba canggih ini, perkembangan dan

pertumbuhan masyarakat dunia mengalami perubahan yang begitu pesat

yaitu semakin meningkat, dinamis, sangat prospektif dan penuh persaingan

serta tidak mengenal batasan wilayah. Hal tersebut dapat terlihat pada

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang pembangunan maupun di

bidang ekonomi. Kemajuan di bidang ekonomi, dapat terlihat dengan

banyaknya masyarakat yang mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam

dunia bisnis.

Waralaba (franchise) merupakan salah satu bentuk upaya yang

dilakukan oleh pelaku bisnis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi dan

kerjasama perdagangan. Bisnis waralaba merupakan bentuk usaha bisnis

masa depan dengan risiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya

sangat pesat dan memberi warna tersendiri dalam perekonomian di

Indonesia. Sistem ini bagi sebagian pebisnis yang ingin mengembangkan

bisnisnya dipandang efektif dan tepat guna karena tidak membutuhkan

investasi langsung melainkan melibatkan kerjasama pihak lain.

Istilah franchise berasal dari bahasa Perancis yang artinya bebas

dari perintah (free from servitude) yang dalam bidang bisnis berarti

1
kebebasan yang diperoleh oleh seorang wirausahawan untuk menjalankan

sendiri suatu usaha tertentu dalam wilayah tertentu.1

Pengaturan waralaba di Indonesia tercantum di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Di dalam Pasal 1

angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

disebutkan pengertian waralaba adalah:

“Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan


usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil
dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian warabala”.

Perjanjian waralaba atau yang sering disebut dengan franchise

agreement adalah pemberian hak oleh franchisor (pemberi waralaba) kepada

franchisee (penerima waralaba) untuk menggunakan kekhasan usaha atau

ciri pengenal bisnis di bidang perdagangan atau jasa berupa jenis produk dan

bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan (logo, merek dan

desain perusahaan, penggunaan rencana pemasaran serta pemberian bantuan

yang luas, waktu atau jam operasional, pakaian dan penampilan karyawan)

sehingga kekhasan usaha atau ciri pengenal bisnis dagang atau jasa milik

franchise sama dengan kekhasan usaha atau bisnis dagang atau jasa milik

franchisor.2 Isi di dalam perjanjian waralaba minimal harus mencantumkan

beberapa hal seperti nama dan alamat para pihak, jenis kegiatan usaha, hak

1
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta:Rineka Cipta, 2007,
Hlm. 56
2
Ita Gambiro, Laporan Akhir Tim Penyusunan Naskah Akademis Peraturan Perundang-
Undangan tentang Usaha Waralaba (franchise), Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional,
1995, Hlm. 1

2
dan kewajiban para pihak dan lainnya. Ini diatur di dalam pasal 5 Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.

Waralaba atau franchise didasarkan oleh perjanjian dua pihak yaitu

pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee) untuk

menjalankan bisnis milik franchisor menurut sistem yang ditentukan oleh

franchisor. Kewajiban untuk menggunakan prosedur yang telah ditetapkan

oleh pemberi waralaba (franchisor) oleh penerima waralaba (franchisee)

membawa akibat lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang

mandiri, yang tidak mungkin digabungkan dengan kegiatan usaha lainnya.

Usaha lainnya yang dimaksud adalah usaha milik penerima waralaba

(franchisee).3

Potensi bisnis waralaba terus berkembang di Indonesia.

Berdasarkan sensus ekonomi Badan Pusat Statistik di tahun 2016 jumlah

waralaba dan usaha potensial waralaba di Indonesia tercatat berjumlah

81.441 usaha. Hasil sensus ekonomi tahun 2016 menunjukkan bahwa hanya

62.24% perusahaan waralaba yang memiliki STPW. Di tahun 2020

Kementerian Perdagangan mencatat data penerbitan Surat Tanda

Pendaftaran Waralaba (STPW) pada 2020 baru berjumlah 100 merek

waralaba. Angka ini masih jauh dari potensi yang ada ratusan lebih.4

3
Gunawan Widjaja, Waralaba, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hlm.8
4
Agustinus, Michael. 2020. “Kemendag: Ada 81 ribu Waralaba di Indonesia, yang
terdaftar Baru 100” https://kumparan.com/kumparanbisnis/kemendag-ada-81-ribu-waralaba-di-
indonesia- yang-terdaftar-baru-100-1u5e5WLBvca#:~:text=Kemendag%3A%20Ada
%2081%20Ribu%20Waralaba%20di%20Indonesia%2C%20yang%20Terdaftar%20Baru%20100,-
Konten%20ini%20diproduksi diakses pada tanggal 16 Maret 2021

3
Usaha dengan sistem waralaba juga mengalami perkembangan di

Kota Bengkulu. Banyak dari pelaku usaha di Kota Bengkulu yang tertarik

dengan sistem waralaba. Dengan kemudahan yang diberikan oleh franchisor

tentunya ini menarik perhatian pelaku usaha di Kota Bengkulu untuk

memulai bisnis dengan menggunakan sistem waralaba. Usaha di bidang

kuliner merupakan usaha dengan sistem waralaba yang paling diminati oleh

pelaku bisnis di Kota Bengkulu. Ini dibuktikan dengan banyaknya rumah

makan ataupun usaha minuman milik internasional maupun nasional yang

membuka cabang-cabangnya di Kota Bengkulu. Di tahun-tahun berikutnya

pelaku usaha di bidang kuliner yang menggunakan sistem waralaba terus

meningkat pesat. Perkembangan usaha waralaba di bidang kuliner yang ada

di Kota Bengkulu sudah mulai banyak bermunculan berbagai macam merek

asing dan dalam negeri seperti KFC, Pizza Hut, Mc Donald’s dan merek

lokal seperti EsTeler77, Solaria, Panties Pizza, Labbaik Chicken, Allbaik

Chicken, Geprek Bensu, Karomah Chicken dan lainnya.

Usaha waralaba PT Allbaik Chicken merupakan salah satu

waralaba yang sukses. Ini dibuktikan dengan banyak membuka cabang di

Kota Bengkulu. Allbaik Chicken merupakan usaha di bidang kuliner dengan

menyajikan makanan cepat saji dengan menu utama yaitu ayam goreng dan

diferensiasi produk lain dan memiliki pilihan berbagi paket menu yang

tersedia. Allbaik Chicken merupakan salah satu usaha rumah makan dengan

sistem waralaba yang memiliki pelanggan yang tinggi. Dahulu nama Allbaik

Chicken memakai merek Labbaik Chicken. Tetapi dengan cukup

4
berkembangnya usaha maka Labbaik Chicken membuka perusahaan baru

yang diberi merek Allbaik Chicken yang telah berdiri sejak awal tahun 2016

dan memutuskan hubungan kerjasama dengan Labbaik Chicken. Dibantu

dengan berbagai promo dan kerjasama dengan berbagai lembaga Allbaik

Chicken dapat berkembang dengan waktu yang begitu cepat. Allbaik

Chicken pun akhirnya dapat mengembangkan usaha ini ke berbagai daerah

di Indonesia termasuk di Kota Bengkulu. Seiring dengan berkembangnya

usaha, hingga tahun 2020 Allbaik Chicken telah membuka 8 cabang di

berbagai lokasi di Kota Bengkulu. Selain itu cabang Allbaik Chicken juga

tersebar di kabupaten-kabupaten di Provinsi Bengkulu seperti di Kota

Manna, Muko-Muko, dan Curup.

Perjanjian waralaba Allbaik Chicken merupakan perjanjian tidak

bernama maka perjanjian waralaba ini merupakan perjanjian yang tidak

terkenal dan memiliki nama khusus maka sesuai dengan pasal 1319 KUH

Perdata tunduk pada peraturan umum. Perjanjian waralaba Allbaik ini juga

didasari dengan pasal 1338 KUH Perdata yang mengandung asas kebebasan

berkontrak. Perjanjian waralaba ini berbentuk tertulis yang pada umumnya

ditentukan secara sepihak oleh Allbaik Chicken selaku franchisor. Bagi

pihak yang ingin menjadi mitra Allbaik Chicken hanya menandatangani

perjanjian yang telah dibuat sepihak oleh Allbaik Chicken untuk

menyepakati perjanjian tersebut. Franchisor Allbaik Chicken menawarkan

kepada franchisee untuk mengembangkan usahanya selama 5 tahun. Bagi

franchisee perlu menyediakan modal awal sebagai investasi yang

5
dibutuhkan. Biaya sebagai modal awal yang dikeluarkan sebagai investasi

tersebut telah mencakup seluruh peralatan lengkap dan termasuk bahan baku

awal serta pelatihan-pelatihan bagi karyawan. Franchisee cukup

menyediakan lokasi yang strategis untuk menarik minat masyarakat.

Persyaratan tersebut telah ditetapkan oleh pihak Allbaik Chicken dan bagi

franchisee yang ingin menjadi mitra Allbaik Chicken hanya perlu

menyepakati dan menandatangani perjanjian waralaba yang telah ditetapkan

oleh pihak Allbaik Chicken selaku franchisor. Perjanjian waralaba ini

cenderung memberikan posisi tawar menawar yang lebih baik bagi

franchisor daripada franchisee. Hal ini menyebabkan kedudukan tidak

seimbang antara franchisor dengan franchisee.

Dengan hal ini, kecenderungan adanya wanprestasi mengenai

perjanjian waralaba ini mungkin akan sering terjadi. Berdasarkan pra

penelitian yang telah dilakukan di salah satu cabang Allbaik Chicken di

Kota Bengkulu yaitu di Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu. Salah satu

bentuk wanprestasi yang telah terjadi yaitu telatnya pendistribusian bahan

baku oleh franchisor. Di dalam perjanjian waralaba antara franchisor dan

franchisee Allbaik Chicken, franchisee memperoleh bahan baku produksi

dari pihak franchisor. Ini sesuai dengan klausula perjanjian waralaba yang

telah tertulis di dalam perjanjian dan disepakati oleh kedua belah pihak.

Tetapi di dalam perjanjian tersebut tidak dijelaskan waktu pendistribusian

bahan baku oleh franchisor sehingga sering terjadi telatnya bahan baku

produksi tiba ke franchisee Allbaik Chicken Danau. Tentunya ini merugikan

6
bagi pihak franchisee karena pihak franchisee tidak bisa menawar dan

menentukan mengenai waktu pendistribusian bahan baku produksi padahal

franchisee telah membayar biaya pendistribusian bahan baku produksi

tersebut. Alhasil dalam kegiatan produksi, franchisee harus memenuhi

sendiri kebutuhan bahan baku yang mengalami keterlambatan

pendistribusian tersebut. Tetapi tidak semua bahan tersedia, ada juga bahan

baku yang tidak dapat diperoleh oleh franchisee sehingga menu yang

harusnya ada sehingga tidak tersedia di dalam daftar menu. Solusi lain yang

dilakukan oleh franchisee yakni melakukan pengurangan jumlah produksi

sehingga menurunkan pemasukan dari konsumen. Tentunya perlu adanya

cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi sehingga kedua belah pihak

tidak dirugikan.

7
C. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement)

antara PT. Allbaik Chicken selaku franchisor dengan Allbaik Chicken

Danau Kota Bengkulu selaku franchisee?

2. Bagaimana cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi pada perjanjian

waralaba antara PT. Allbaik Chicken selaku franchisor dengan Allbaik

Chicken Danau Kota Bengkulu selaku franchisee?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan, adapun yang

menjadi tujuan peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan perjanjian

waralaba (franchise agreement) antara PT. Allbaik Chicken selaku

franchisor dengan Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu selaku

franchisee.

8
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penyelesaian apabila

terjadi wanprestasi perjanjian waralaba antara PT. Allbaik Chicken

selaku franchisor dengan Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu

selaku franchisee.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis dalam perkembangan

hukum di masa mendatang. Adapun manfaat yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan

di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada

khususnya. Selain itu memperkaya referensi dan literatur dalam

dunia kepustakaan tentang pelaksanaan perjanjian waralaba

(franchise agreement) antara franchisor (pemberi waralaba) dengan

franchisee (penerima waralaba).

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi

bagi pembaca dan pelaku usaha mengenai pelaksanaan perjanjian

waralaba (franchise agreement) antara pemberi waralaba

(franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee).

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teori

9
1. Pengertian Perjanjian

Pengertian Perjanjian tercantum di dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata) Buku III Bab Kedua Bagian Kesatu Pasal

1313 yaitu:

“Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan


dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”

Definisi perjanjian sebagaimana di dalam ketentuan 1313

KUHPerdata diatas tidak terlalu lengkap dan luas. Maka dalam hal ini

para ahi hukum memberikan pandangan yang berbeda mengenai

pengertian perjanjian.

Sudikno Mertokusumo memberikan batasan perjanjian adalah

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat

untuk menimbulkan akibat hukum.5

Menurut R. Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.6

Menurut Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H., persetujuan

adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua

pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk

melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang

pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.7

5
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998. Hal.97
6
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.INtermasa, Jakarta, 2001. hlm. 36
7
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian cet. 11. Jakarta: Sumur
Bandung, 1989. hlm. 8.

10
Menurut Patrik Purwahid, perjanjian adalah suatu hubungan hukum

dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana

pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas

sesuatu.8

2. Pengertian Waralaba

Waralaba adalah terjemahan dari kata franchise, berasal dari kata

wara yang artinya lebih dan laba yang artinya untung. Berdasarkan arti

harfiah tersebut dapat diketahui bahwa waralaba adalah suatu usaha yang

memberikan keuntungan lebih atau istimewa.9

Waralaba adalah suatu pemberian hak untuk menjual produk


berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang pemberi
waralaba (franchisor) dengan kewajiban pada pihak penerima waralaba
(franchisee) untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang
telah ditetapkan pemberi waralaba (franchisor). Dalam kaitannya dengan
pemberian izin dan kewajiban pemenuhan standar dari pemberi waralaba
(franchisor), pemberi waralaba (franchisor) akan memberikan bantuan
pemasaran, promosi maupun bantuan teknis lainnya agar penerima
waralaba (franchisee) dapat menjalankan usahanya dengan baik.10
Menurut Asosiasi Franchise Franchise Indonesia, yang dimaksud

dengan waralaba ialah suatu pendistribusian barang atau jasa kepada

pelanggan akhir dengan pewaralaba (franchisor) yang memberikan hak

kepada individu atauperusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan

merek, nama, sistem, prosedur dan cara – cara yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

8
Patrik Purwahid, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju;Bandung, 1994. Hal.2
9
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2017, hlm.620
10
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba, Raja Grafindo Persada, Yogyakarta,
2003, Hlm. 15

11
Menurut Pasal 1 Butir 1 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun

2007 tentang Waralaba dijelaskan pengertian waralaba sebagai berikut:

“Waralaba diartikan sebagai hak khusus yang dimiliki oleh


orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dimanfaatkan
dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.”11

Franchise ini merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis,


yaitu suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa franchise dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah
perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada individu atau
perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak –
hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan
cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, di suatu tempat
tertentu.12
Franchise merupakan salah satu bentuk metode produksi dan
distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan
sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut
meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta
sistem produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.13

3. Teori Perlindungan Hukum


Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah
memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang
dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat
agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang
sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif
dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan
belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh
keadilan sosial.14

Kerangka Konsep
11
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, Hlm.12
12
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
2003, hlm. 57
13
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan, FH UII
Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 134
14
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.53

12
1. Perjanjian Waralaba

Perjanjian waralaba (Franchisee Agreement) adalah perjanjian

secara tertulis antara pemberi waralaba (franchisor) dengan penerima

waralaba (franchisee) dapat disertai atau tidak disertai dengan

pemberian hak untuk membuat perjanjian waralaba lanjutan.15

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak di dalam Perjanjian Waralaba

Dalam hal ini apa yang menjadi hak dari franchisee maka

dengan otomatis menjadi kewajiban dari franchisor. Demikian pula

sebaliknya, apa yang telah menjadi hak franchisee, maka merupakan

kewajiban yang harus dipenuhi oleh franchisor. Hak dan kewajiban

para pihak di dalam suatu perjanjian harus termuat menjadi klausul di

dalam perjanjian waralaba. Ini didasarkan di dalam Pasal 5 Peraturan

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang

dilakukan dalam bentuk skripsi, penelitian yang berjudul “Pelaksanaan

Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Antara PT Allbaik Chicken

dengan Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu”. Ditemukan beberapa

penelitian yang mempunyai kesamaan topik akan tetapi objek dan fokusnya

tidak sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan, penulis

menemukan penelitian yang berkaitan dengan waralaba yakni:

15
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba, Raja Grafindo Persada, Yogyakarta,
2003, Hlm. 57-58

13
No. Nama Judul Permasalahan

14
1. Reza Andriansyah Pelaksanaan 1. Bagaimana
(Universitas Perjanjian Bagi pelaksanaan perjanjian
Bengkulu, 2019) 16
Pemberi Waralaba antara pemberi
(Franchisor) dan waralaba dan
Penerima Waralaba peneriman waralaba
(Franchisee) Terkait dalam perjanjian
Adanya Tindakan waralaba?
Pemutusan 2. Bagaimana
Kerjasama Secara perlindungan hukum
Sepihak Menurut bagi pemberi waralaba
Peraturan Menteri dan penerima waralaba
Perdagangan Nomor terkait adanya tindakan
53/M-DAG/PER/201 pemutusan kerjasama
2 Tentang secara sepihak dalam
Penyelenggaraan perjanjian waralaba
Waralaba menurut Peraturan
Menteri Perdagangan
No53/M-DAG/PER/20
12 Tentang
Penyelenggaraan
Waralaba
2. Dean Rendiana Pelaksanaan 1. Bagaimana
Nandolesta Perjanjian Waralaba pelaksanaan perjanjian
(Universitas Antara Pemberi waralaba menurut
Muhammadiyah Waralaba dan Peraturan Pemerintah
Purwokerto, Penerima Waralaba Republik Indonesia
2019)17 di Rocket Chicken Nomor 42 Tahun 2007
Purbalingga dan tanggung jawab
para pihak dalam
perjanjian waralaba di
Rocket Chicken
Purbalingga?
2. Bagaimana kendala
yang dihadapi dalam
pelaksanaan perjanjian
waralaba di Rocket
Chicken Purbalingga?
3. Yundini Elvandri Pelaksanaan 1. Bagaimanakah
(Universitas Tanggung Jawab pelaksanaan tanggung
Bengkulu, 2020) 18
Pemberi Waralaba jawab pemberi
16
Reza Andriansyah, Pelaksanaan Perjanjian Bagi Pemberi Waralaba (Franchisor) dan
Penerima Waralaba (Franchisee) Terkait Adanya Tindakan Pemutusan Kerjasama Secara
Sepihak Menurut Peraturan Menteri Perdangangan Nomor 53/M-Dag/PER/2012 Tentang
Penyelenggaraan Waralaba, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, 2019.
17
Dean Rendiana Nandolesta, Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Antara Pemberi
Waralaba dan Penerima Waralaba di Rocket Chicken Purbalingga, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2019.

15
Terhadap Kerugian waralaba terhadap
Yang Dialami kerugian yang dialami
Penerima Waralaba penerima waralaba?
di Kota Bengkulu 2. Bagaimanakah akibat
hukum pemutusan
perjanjian waralaba
sebelum berakhirnya
kontrak?

Perbedaan antara karya ilmiah penulis dengan ketiga karya ilmiah

yang tercantum dalam tabel keaslian penelitian di atas yaitu: di judul

pertama, penelitian yang dilakukan membahas mengenai perlindungan

hukum bagi pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba

(franchisee) terkait adanya tindakan pemutusan kerjasama secara sepihak

menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012

tentang Penyelenggaraan Waralaba. Di judul kedua, penelitian yang

dilakukan membahas kedudukan dan tanggung jawab para pihak khususnya

franchise dalam perjanjian waralaba serta pelaksanaan dan mengetahui

hambatan-hambatan dan juga cara penyelesaiannya. Di judul ketiga,

penelitian yang dilakukan membahas pelaksanaan tanggung jawab pemberi

waralaba terhadap kerugian yang dialami penerima waralaba dan factor-

faktor apa saja yang menyebabkan dapat dibebaskannya pemberi waralaba

dari tanggung jawab tersebut.

Berdasarkan uraian dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dari penelitian-

18
Yundini Elvandri, Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemberi Waralaba Terhadap Kerugian
Yang Dialami Penerima Waralaba di Kota Bengkulu, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Bengkulu, 2020.

16
penelitian yang di atas. Di penelitian yang akan dilakukan penulis

membahas mengenai pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement)

antara pemberi waralaba (franchisor) yakni PT Allbaik Chicken dengan

penerima waralaba (franchisee) yakni Allbaik Chicken Danau Kota

Bengkulu serta cara penyelesaian dan perlindungan hukum apabila terjadi

wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian hukum

yuridis empiris. Penelitian hukum empiris merupakan istilah lain yang

digunakan dalam penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula

dengan penelitian lapangan.19

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis

sehingga lebih mudah disimpulkan dan dipahami.

3. Populasi dan Sampel

a) Populasi

19
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Hlm.28

17
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek penelitian

dengan ciri yang sama.20 Berdasarkan pengertian populasi di atas,

maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha

yang menggunakan waralaba atau penerima waralaba.

b) Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam suatu penelitian,

pada umumnya observasi dilakukan tidak terhadap populasi akan

tetapi dilaksanakan pada sampel. Metode penentuan sampel pada

penelitian ini menggunakan purposive sample.

Sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Pemberi waralaba (franchisor) yakni adalah PT. Wahana Kuliner

Indonesia (Allbaik Chicken)

2) Penerima Waralaba (franchisee) yakni Allbaik Chicken Danau

Kota Bengkulu

3) Manajer Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu

4. Data dan Sumber Data

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama.21 Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian

secara langsung dengan melakukan wawancara kepada informan

berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu

20
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2012.
Hlm.118
21
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004

18
dan diajukan sesuai dengan batasan-batasan pertanyaan tertentu sesuai

dengan aspek yang diteliti dan data primer ini dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, jurnal dan

sebagainya. Data Sekunder dalam penelitian ini melalui studi

kepustakaan buku-buku dan situs internet berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Pada penelitian yang berkaitan dengan permasalahan

ini digunakan 2 teknik yaitu wawancara dan studi dokumen.

a. Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka

ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang

relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.

Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada

responden untuk mendapat jawaban yang sesuai dengan kebutuhan

permasalahan penelitian.

b. Studi Dokumen

19
Studi dokumen dilakukan terhadap bahan-bahan hukum yang

relevan dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini bahan-

bahan hukum tersebut diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku

yang relevan, jurnal, Peraturan Perundang-undangan serta tulisan-

tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian.

6. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses penelitian dimana data yang

telah terkumpul diolah. Data yang diperoleh baik data primer maupun

data sekunder terlebih dahulu diedit untuk mendapatkan data yang

sempurna, lengkap dan valid. Proses pengolahan data dilakukan dengan

cara pemeriksaan data (editing) yaitu pembenaran data yang terkumpul

melalui wawancara dan studi dokumen yang sudah dianggap lengkap,

relevan, jelas, tidak berlebihan dan tanpa kesalahan.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi dokumen dan

bahan-bahan lainnya sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data yang digunakan

pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis kualitatif ini

menghasilkan data deskriptif yang merupakan kata-kata, tulisan atau

uraian dari orang lain atau perilaku yang diamati.

H. Sistematika Penulisan

20
Sistematika pada penulisan skripsi ini kedepannya berdasarkan pada

buku Panduan Penulisan Tugas Akhir Program Studi Hukum Program

Sarjana Universitas Bengkulu Tahun 2020. Sistematika penulisan skripsi ini

sesuai dengan jenis penelitian yaitu hukum empiris yang akan diuraikan

sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Keaslian Penelitian
F. Metode Penelitian
1.Jenis Penelitian
2.Pendekatan Penelitian
3.Populasi dan Sampel
4.Data dan Sumber Data
5. Metode Pengumpulan Data
6. Pengolahan Data
7. Analisis Data
BAB II: Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Tentang Perjanjian
B. Tinjauan Tentang Waralaba
C. Tinjauan Tentang Perjanjian Waralaba (Franchisee Agreement)
D. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum
BAB III: Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchisee Agreement) Antara
PT Allbaik Chicken dengan Allbaik Chicken Danau Kota Bengkulu
A. Gambaran Umum Usaha Waralaba Allbaik Chicken
B. Klausul dalam Perjanjian Waralaba Allbaik Chicken

21
BAB IV: Permasalahan dan Cara Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi
Antara PT Allbaik Chicken dengan Allbaik Chicken Danau Kota
Bengkulu
A. Perlindungan Hukum bagi Pihak yang Dirugikan oleh Pihak
Lainnya dalam Perjanjian Waralaba Allbaik Chicken
B. Cara Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi Antara PT
Allbaik Chicken dengan Allbaik Chicken Danau Kota
Bengkulu
BAB V: Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

22
Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Sinar Grafika.

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian,


Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Asyafa, Burhan. 2013. Metode Penelitian Hukum Jakarta:Rineka Cipta.

HS, Alim dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Mertokusumo, Sudikno. 1988. Mengenal Hukum, Yogyakarta:Liberty.

Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti.

Simatupang, Richard Burton. 2007. Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta:Rineka


Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2012. Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan 12.


Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press).

Subekti, R. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:PT.INtermasa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian, Bandung:Alfabeta.

Sunggono, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta:PT. Raja


Grafindo.

Sutedi, Adrian. 2008. Hukum Waralaba. Bogor: Ghalia Indonesia.

Widjaja, Gunawan. 2003. Waralaba. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

B. Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.


12/MDAF/3/2006 tentang Ketentuan Oleh Tata Cara Penerbitan Surat
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba;

23

Anda mungkin juga menyukai